Anda di halaman 1dari 9

Accelerat ing t he world's research.

08 194Berbagai Bentuk Sediaan


Topikal dalam Dermatologi
Afiah Robithoh

Want more papers like


this?

Download a PDF Pack of


related papers

Search Academia's catalog of


22 million free papers

Downloaded from Academia.edu 
TINJAUAN PUSTAKA

Berbagai Bentuk Sediaan Topikal


dalam Dermatologi
Yanhendri, Satya Wydya Yenny
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
RS Dr. M. Djamil, Padang, Indonesia

ABSTRAK
Obat topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam terapi dermatologi. Obat ini terdiri dari vehikulum (bahan pembawa)
dan zat aktif. Kecermatan memilih bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi kelainan kulit merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam keberhasilan terapi topikal, di samping faktor lain seperti: konsentrasi zat aktif obat, efek isika dan kimia, cara pakai, lama peng-
gunaan obat agar diperoleh eikasi yang maksimal dan efek samping minimal.

Kata kunci: sediaan topikal, dermatologi, vehikulum

ABSTRACT
Topical medication is one form of drug therapy is often used in dermatology. This drug consists of vehiculum (carrier) and the active substance.
Accuracy choosing topical dosage forms in accordance with the conditions of the skin disorder is one of the factors that play a role in the suc-
cess of topical therapy, in addition to other factors such as: concentration of active drug substances, efects of physics and chemistry, how to
use, duration of the drug use in order to obtain maximum eicacy and minimal side efects. Yanhendri, Satya Wydya Yenny. Various Topical
Preparations in Dermatology.

Key words: topical preparation, dermatology, vehiculum

PENDAHULUAN Berbagai laporan mencoba membandingkan kan, tidak mengiritasi serta menyenangkan
Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan efektiitas berbagai bentuk sediaan topikal secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus
pembawa) dan zat aktif. Saat ini, banyaknya pada satu macam penyakit; terlihat bahwa se- berada di dalam zat pembawa dan kemudian
sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk diaan baru memiliki kelebihan dibandingkan mudah dilepaskan.1,2,9-11
mendapat eikasi maksimal zat aktif obat dan bentuk konvensional.3-5
menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan Untuk mendapatkan sifat zat pembawa yang
yang terbaik.1,2 Obat topikal merupakan salah BENTUK SEDIAAN TOPIKAL demikian, maka ditambahkanlah bahan atau
satu bentuk obat yang sering dipakai dalam unsur senyawa tertentu yang berperan dalam
terapi dermatologi. Deinisi topikal memaksimalkan fungsi dari zat pembawa.2
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos
Banyaknya pilihan bentuk sediaan, memer- yang artinya berkaitan dengan daerah per- BAHAN PEMBAWA
lukan kecermatan dalam memilih, karena di mukaan tertentu.7 Dalam literatur lain dis- Bahan pembawa yang banyak dipakai:
samping pertimbangan bahan aktif, bentuk ebutkan kata topikal berasal dari kata topos 1. Lanolin
sediaan berpengaruh terhadap keberhasilan yang berarti lokasi atau tempat.8 Secara luas Disebut juga adeps lanae, merupakan lemak
terapi. Kecermatan memilih bentuk sediaan obat topikal dideinisikan sebagai obat yang bulu domba. Banyak digunakan pada produk
obat topikal yang sesuai dengan kondisi ke- dipakai di tempat lesi.9 kosmetik dan pelumas. Sebagai bahan dasar
lainan kulit diperlukan, karena merupakan salep lanolin bersifat hipoalergik diserap oleh
salah satu faktor yang berperan dalam keber- Berbagai bentuk sediaan obat topikal kulit, memfasilitasi bahan aktif obat yang
hasilan terapi topikal di samping faktor lain Obat topikal adalah obat yang mengandung dibawa.9,11
seperti: konsentrasi zat aktif obat, efek isika dua komponen dasar yaitu zat pembawa (ve-
dan kimia, cara pakai, lama penggunaan obat hikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan 2. Paraben
agar diperoleh eikasi maksimal dengan efek komponen bahan topikal yang memiliki efek Paraben (para-hidroksibenzoat) banyak di-
samping minimal.1,2 Suatu uji coba efektivitas terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah gunakan sebagai pengawet sediaan topikal.
yang membandingkan sediaan losion dan bagian inaktif dari sediaan topikal dapat ber- Paraben dapat juga bersifat fungisid dan bak-
salep untuk kulit kepala memperlihatkan ba- bentuk cair atau padat yang membawa ba- terisid lemah. Paraben banyak dipakai pada
nyaknya kasus drop out karena ketidaknya- han aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat shampo, sediaan pelembab, gel, pelumas,
manan terhadap bentuk sediaan obat.6 pembawa mudah dioleskan, mudah dibersih- pasta gigi.2,9,11

CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 423

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 423 6/8/2012 2:33:43 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1 Bahan pembawa yang umum digunakan dalam sediaan topikal4 3. Petrolatum
Merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari
Bahan emulsi Pelarut
hidrokarbon (jumlah karbon lebih dari 25).
Kolesterol Alkohol
Petrolatum (vaselin), misalnya vaselin album,
Dinatrium monooleaamidosulisuksinat Diisopropil adipat diperoleh dari minyak bumi. Titik cair 10-50°C,
Lilin emulsi Gliserin dapat mengikat kira-kira 30% air.9,11
Polioksil 40 stearat 1,2,6-heksanetriol
Polisorbat Isopropil miristat 4. Gliserin
Berupa senyawa cairan kental, tidak berwarna,
Natrium lauril eter sulfat Propilen karbonat
tidak berbau. Gliserin memiliki 3 kelompok
Natrium lauril sulfat Air
hidroksil hidroilik yang berperan sebagai
Bahan emulsi tambahan/penstabil emulsi Bahan pengental pelarut dalam air.9,11
Karbomer Beeswax
Katearil alkohol Karbomer Secara umum, zat pembawa dibagi atas 3 ke-
Setil alkohol Petrolatum lompok, cairan, bedak, dan salep. Ketiga pem-
bagian tersebut merupakan bentuk dasar zat
Gliseril monostearat Polietilen
pembawa yang disebut juga sebagai bentuk
Polietilen glikol Xantan gum
monofase. Kombinasi bentuk monofase ini
Stearil alkohol Emolien berupa krim, pasta, bedak kocok dan pasta
Stabilizer Kaprilat/kaprat trigliserida pendingin.1,2,11,12
Benzil alkohol Setil alkohol
Butylated hydroxyanisole Gliserin Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan
Butylated hydroxytoluena Isopropil miristat
komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni
Asam sitrat Isopropil palmitat
air disebut sebagai solusio. Jika bahan pela-
Dinatrium adetat Lanolin dan derivatnya rutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut
Gliserin Minyak mineral tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres
Paraben Petrolatum dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai da-
Propil galat Asam stearat lam kompres biasanya bersifat astringen dan
antimikroba.1,2,10,11
Natrium bisulfat Stearil alkohol
Humectan
Indikasi cairan
Gliserin Penggunaan kompres terutama kompres ter-
Propilen glikol buka dilakukan pada11:
Solusio sorbitol a. Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut
atau kronik yang mengalami eksaserbasi.
b. Infeksi kulit akut dengan eritema yang
mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan
untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi
Powder eritema seperti eritema pada erisipelas.
c. Ulkus yang kotor: ditujukan untuk me-
ngangkat pus atau krusta sehingga ulkus
menjadi bersih.
Paste Shake lotion

Cooling Bedak
Paste
Merupakan sediaan topikal berbentuk pa-
dat terdiri atas talcum venetum dan oxydum
Grease Liquid
zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak
Cream
memberikan efek sangat superisial karena
tidak melekat erat sehingga hampir tidak
mempunyai daya penetrasi.1,2,10,11

Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk


Monophasic Biphasic Triphasic halus berwarna putih bersifat hidrofob. Tal-
cum venetum merupakan suatu magnesium
Gambar 1 Formulasi vehikulum sediaan topikal3 polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini

424 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 424 6/8/2012 2:33:44 PM


TINJAUAN PUSTAKA

dipakai sebagai komponen bedak, bedak ko- c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Contoh krim W/O11:
cok dan pasta.1,2,10,11 Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air R/ Cerae alba 5
misalnya salep hidroilik. Dasar ini dinyatakan Cetacei 10
Indikasi bedak “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicu- Olei olivarum 60
Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada ci dari kulit, sehingga lebih dapat diterima un- Aquae ad 100
daerah lipatan. tuk dasar kosmetik. Dasar salep ini tampilan-
nya menyerupai krim karena fase terluarnya Contoh krim O/W11:
Salep adalah air. Keuntungan lain dari dasar salep R/ Cerae lanett N
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan ini adalah dapat diencerkan dengan air dan Olei sesami aa 15
dasar lemak ditujukan untuk kulit dan muko- mudah menyerap cairan yang terjadi pada Aquae ad 100
sa. Dasar salep yang digunakan sebagai pem- kelainan dermatologi.5,9,13,14
bawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu: dasar Dalam praktik, umumnya apotek tidak ber-
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, d. Dasar salep larut dalam air sedia membuat krim karena tidak tersedia
dasar salep yang bisa dicuci dengan air dan Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak ber- emulgator dan pembuatannya lebih sulit
dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan lemak” terdiri dari komponen cair. Dasar salep dari salep. Jadi, jika hendak menulis resep
salep menggunakan salah satu dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan krim dan dibubuhi bahan aktif, dapat dipakai
tersebut.1,2,9-11 seperti halnya dasar salep yang dapat dicuci krim yang sudah jadi, misalnya biocream.
dengan air karena tidak mengandung bahan Krim ini bersifat ambiilik artinya berkhasiat
a. Dasar salep hidrokarbon tak larut dalam air seperti parain, lanolin an- sebagai W/O atau O/W. Krim dipakai pada
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep hidrat. Contoh dasar salep ini ialah polietilen kelainan yang kering, superisial. Krim memi-
berlemak seperti vaselin album (petrolatum), glikol.5,9,13,14 liki kelebihan dibandingkan salep karena
parain liquidum. Vaselin album adalah go- nyaman, dapat dipakai di daerah lipatan dan
longan lemak mineral diperoleh dari mi- Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam kulit berambut.11
nyak bumi. titik cair sekitar 10-50°C, mengikat formulasi salep bergantung pada beberapa
30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi faktor, seperti kecepatan pelepasan bahan Contoh emulsi O/W16:
lunak.2,9,11,13,14 obat dari dasar salep, absorpsi obat, kemam- R/ Acid salicyl 5%
puan mempertahankan kelembaban kulit Liq carb deterg 5%
Hanya sejumlah kecil komponen air dapat oleh dasar salep, waktu obat stabil dalam Biocream 20
dicampurkan ke dalamnya. Sifat dasar salep dasar salep, pengaruh obat terhadap dasar Aqua 40
hidrokarbon sukar dicuci, tidak mengering salep.6
dan tidak berubah dalam waktu lama. Salep Contoh emulsi W/O16:
ini ditujukan untuk memperpanjang kon- Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang R/ Acid salicyl 5%
tak bahan obat dengan kulit dan bertindak ideal. Namun, dengan pertimbangan faktor di Liq carb deterg 5%
sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon atas diharapkan dapat diperoleh bentuk sedi- Biocream 20
terutama digunakan sebagai bahan emolien. aan yang paling baik.11,15 Ol. oliv 20
2,9,11,13-14

Indikasi salep Indikasi krim


b. Dasar salep serap Salep dipakai untuk dermatosis yang kering Krim dipakai pada lesi kering dan superisial,
Dasar salep serap dibagi dalam 2 tipe, yaitu dan tebal (proses kronik), termasuk likeniikasi, lesi pada rambut, daerah intertriginosa.11,12
bentuk anhidrat (parain hidroilik dan lano- hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama
lin anhidrat [adeps lanae]) dan bentuk emulsi berlapis, pada ulkus yang telah bersih.11,12 Pasta
(lanolin dan cold cream) yang dapat bercam- Pasta ialah campuran salep dan bedak sehing-
pur dengan sejumlah larutan tambahan. Kontraindikasi salep ga komponen pasta terdiri dari bahan untuk
Salep tidak dipakai pada radang akut, teru- salep misalnya vaselin dan bahan bedak se-
Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu tama dermatosis eksudatif karena tidak dapat perti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupa-
domba, keras dan melekat sehingga sukar di- melekat, juga pada daerah berambut dan li- kan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada
oleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae hy- patan karena menyebabkan perlekatan.11,12 suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan
drosue atau lanolin ialah adeps lanae dengan pelindung pada bagian yang diolesi.9,11-15
akua 25-27%.5,9,13,14 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep,
Salep ini dapat dicuci namun kemungki- yang mengandung satu atau lebih bahan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi
nan bahan sediaan yang tersisa masih ada obat terlarut atau terdispersi dalam bahan lebih rendah dari salep.11-14
walaupun telah dicuci dengan air, sehing- dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua,
ga tidak cocok untuk sediaan kosmetik. yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), Indikasi pasta
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai misalnya cold cream, dan minyak dalam air Pasta digunakan untuk lesi akut dan
emolien.5,9,13,14 (O/W), misalnya vanishing cream.4,5,9,11,13-15 superisial.9,11

CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 425

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 425 6/8/2012 2:33:45 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Bedak kocok sediaan lain, yaitu gel, aerosol foam, cat, jelly, Foam aerosol
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang losion.2,9,10,13 Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di
di dalamnya ditambahkan komponen bedak bawah tekanan, mengandung zat aktif yang
dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak Gel dilepas pada saat sistem katup yang sesuai
kocok ini ditujukan agar zat aktif dapat diapli- Gel merupakan sediaan setengah padat yang ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemaka-
kasikan secara luas di atas permukaan kulit dan terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel ian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Kom-
berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke ponen dasar aerosol adalah wadah, propelen,
bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit. 5,9,11,14 dalam gel fase tunggal dan fase ganda.9 Gel konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot.2,13
fase tunggal terdiri dari makromolekul organik
Indikasi bedak kocok yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian Foam aerosol merupakan emulsi yang me-
Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, hingga tidak terlihat adanya ikatan antara ngandung satu atau lebih zat aktif menggu-
luas dan superisial seperti miliaria. molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel nakan propelen untuk mengeluarkan sediaan
fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul obat dari wadah. Foam aerosol merupakan
Beberapa contoh komposisi bedak kocok11: sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi
R/ Oxidi zincici alam (seperti tragakan). zat aktif dalam formulasi emulsi dan surfak-
Talci aa 20 tan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah
Glycerini 15 Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan
Aguae ad 100 dan halus. Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri betametasone foam.2,4,13
R/ Oxidi zincici dari jaringan partikel yang terpisah misalnya
Talci aa 20 gel alumunium hidroksida. Gel ini merupakan Keistimewaan foam:
Gliserini 15 suatu suspensi yang terdiri dari alumunium 1. Foam saat diaplikasikan cepat mengalami
Aquae hidroksida yang tidak larut dan alumunium evaporasi, sehingga zat aktif tersisa cepat ber-
Spirit dil. Aa ad 100 oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, penetrasi.2
berwarna putih, yang efektif untuk menetral- 2. Sediaan foam memberikan efek iritasi
Keuntungan penambahan spritus dilitus ialah kan asam klorida dalam lambung.9,13-15 yang minimal.2
memberikan efek pendingin karena akan
menguap, dapat melarutkan bahan aktif yang Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit Cat
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada Pada dasarnya, cat merupakan bentuk lain
misalnya mentholium dan camphora. Kedua kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik di- solusio yang berisi komponen air dan alko-
zat tersebut bersifat antipruritik.11 pakai pada lesi di kulit yang berambut. 9, 13,15 hol. Penggabungan komponen alkohol dan
air menjadikan sediaan ini mampu bertahan
Jika hendak menambahkan bahan padat Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan lama. Sediaan baru pernah dilaporkan berupa
berupa bubuk hendaknya diperhitungkan gel memilliki keistimewaan:9,12 solusio ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk
sehingga berat bahan padat tetap 40%. Mi- a. Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim. terapi onikomikosis.10,17
salnya, jika ditambahkan sulfur precipitatum b. Sangat baik dipakai untuk area berambut.
20 gram, maka berat oxydum zincicum dan c. Disukai secara kosmetika. MEKANISME KERJA
talcum harus dikurangi.11 Farmakokinetik umum
Jelly Farmakokinetik sediaan topikal secara umum
R/ Sulfuris precipitatum 20 Jelly merupakan dasar sediaan yang larut da- menggambarkan perjalanan bahan aktif da-
Oxidi zincici lam air, terbuat dari getah alami seperti traga- lam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan
Talci aa 10 kan, pektin, alginate, borak gliserin.9 pada kulit dan kemudian diserap ke lapisan
Glycerini 15 kulit, selanjutnya didistribusikan secara siste-
Aquae Losion mik. Mekanisme ini penting dipahami untuk
Spiritus dil aa ad 100 Losion merupakan sediaan yang terdiri dari membantu memilih sediaan topikal yang
komponen obat tidak dapat larut terdispersi akan digunakan dalam terapi.2,18
Pasta pendingin dalam cairan dengan konsentrasi mencapai
Pasta pendingin disebut juga linimen meru- 20%. Komponen yang tidak tergabung ini Perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasi-
pakan campuran bedak, salep dan cairan. menyebabkan dalam pemakaian losion diko- kan pada kulit tergambar pada Gambar 2.
Sediaan ini telah jarang digunakan karena cok terlebih dahulu. Pemakaian losion me-
efeknya seperti krim.11 ninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi Secara umum perjalanan sediaan topikal sete-
komponen air.1,9,10,13 lah diaplikasikan melewati tiga kompartemen
Indikasi yaitu: permukaan kulit, stratum korneum,
Pasta dipakai pada lesi kulit yang kering.11 Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah dan jaringan sehat. Stratum korneum dapat
diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. berperan sebagai reservoir bagi vehikulum
Beberapa vehikulum yang merupakan Contoh losion yang tersedia seperti losion ca- tempat sejumlah unsur pada obat masih
pengembangan dari bentuk dasar monofase lamin, losion steroid, losion faberi.1,9,10,13 berkontak dengan permukaan kulit namun

426 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 426 6/8/2012 2:33:45 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Jalur penetrasi sediaan topikal5,9,19-22


Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa
macam jalur seperti pada Gambar 3.19

Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit,


terjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan
aktif terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat
aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil
dan mudah dilepaskan. Interaksi ini telah ada
dalam sediaan.9,19
2. Vehicle skin interaction: merupakan inter-
aksi vehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi
fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.9,19
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan ak-
tif terlarut dengan kulit (lag phase, rising phase,
falling phase).9,19

a. Penetrasi secara transepidermal


Penetrasi transepidermal dapat secara interse-
luler dan intraseluler. Penetrasi interseluler
merupakan jalur yang dominan, obat akan
menembus stratum korneum melalui ruang
Gambar 2 Penetrasi melalui tiga kompartemen kulit18 antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi
sel korneosit. Difusi dapat berlangsung pada
matriks lipid protein dari stratum korneum.
Setelah berhasil menembus stratum korneum
obat akan menembus lapisan epidermis se-
hat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke
pembuluh kapiler.5,9,19-22

Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui di-


fusi obat menembus dinding stratum korne-
um sel korneosit yang mati dan juga melintasi
matriks lipid protein startum korneum, kemu-
dian melewatinya menuju sel yang berada di
lapisan bawah sampai pada kapiler di bawah
stratum basal epidermis dan berdifusi ke
kapiler.5,9,19-22

b. Penetrasi secara transfolikular


Analisis penetrasi secara folikular muncul se-
telah percobaan in vivo. Percobaan tersebut
memperlihatkan bahwa molekul kecil seperti
kafein dapat berpenetrasi tidak hanya mele-
wati sel-sel korneum, tetapi juga melalui rute
folikular. Obat berdifusi melalui celah folikel
Gambar 3 Jalur penetrasi sediaan topikal19 rambut dan juga kelenjar sebasea untuk ke-
mudian berdifusi ke kapiler.18,20,22

belum berpenetrasi tetapi tidak dapat dihi- ikatan pada lapisan yang dilewati seperti Absorpsi sediaan topikal secara umum
langkan dengan cara digosok atau terhapus pada epidermis, dermis. Pada kondisi tertentu Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorp-
oleh pakaian.5,18 sediaan obat dapat membawa bahan aktif sinya akan melalui beberapa fase9,21:
menembus hipodermis. Sementara itu, zat a. Lag phase
Unsur vehikulum sediaan topikal dapat me- aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan
ngalami evaporasi, selanjutnya zat aktif ber- vaskular kulit pada dermis dan hipodermis.5,18 dan belum melewati stratum korneum, se-

CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 427

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 427 6/8/2012 2:33:46 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Dissolution of drug in vehicle Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan
melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada
melalui folikel rambut atau kelenjar keringat,
Difusion of drug through vehicle to skin surface karena luas permukaan folikel dan kelenjar
keringat lebih kecil dibandingkan dengan
TRANSEPIDERMAL TRANSFOLLICULAR daerah kulit yang tidak mengandung elemen
anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaring-
ROUTE ROUTE
an keratin akan berlaku sebagai membran
semi permeabel, dan molekul obat berpen-
etrasi dengan cara difusi pasif.5,9,15

Mekanisme kerja sediaan topikal


Partitioning into stratum comeum Partitioning into sebum Secara umum, sediaan topikal bekerja mela-
lui 3 jalur di atas (Gambar 3). Beberapa per-
bedaan mekanisme kerja disebabkan kom-
Difusion through protein - lipid matrix ponen sediaan yang larut dalam lemak dan
Difusion through lipids in sebaceous pore
of stratum comeum larut dalam air.5,9-11

1. Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit,
efek dominan cairan akan berperan me-
lunakkan karena difusi cairan tersebut ke
Partitioning into viable epidermis
masa asing yang terdapat di atas permu-
kaan kulit; sebagian kecil akan mengalami
evaporasi.5,9,11
Difusion through cellular mass of epidermis
Dibandingkan dengan solusio, penetrasi ting-
tura jauh lebih kuat. Namun sediaan tingtura
Difusion through cellular mass of upper epidermis telah jarang dipakai karena efeknya mengirita-
si kulit. Bentuk sediaan yang pernah ada antara
lain tingtura iodi dan tingtura spiritosa.5,9,11,14
Capillary uptake and systemic dilution
2. Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak
Gambar 4 Skema rute sediaan topikal9 bekerja menyerap air, sehingga memberi efek
mendinginkan. Komponen talcum mem-
hingga pada saat ini belum ditemukan bahan setiap periode waktu, bertambah seband- punyai daya lekat dan daya slip yang cukup
aktif obat dalam pembuluh darah.8,20 ing dengan bertambahnya konsentrasi obat besar.5,9,11
b. Rising phase dalam suatu pembawa.
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan me- 3. Penggunaan bahan obat pada permu- Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit
nembus stratum korneum, kemudian me- kaan yang lebih luas akan menambah jumlah karena komposisinya yang terdiri dari partikel
masuki kapiler dermis, sehingga dapat obat yang diabsorpsi. padat, sehingga digunakan sebagai penutup
ditemukan dalam pembuluh darah.8,20 4. Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika permukaan kulit, mencegah dan mengurangi
c. Falling phase pembawa mudah menyebar ke permukaan pergeseran pada daerah intertriginosa.5,9,11
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif kulit.
obat dari permukaan kulit dan dapat dibawa 5. Ada tidaknya pembungkus dan sejenis- 3. Salep
ke kapiler dermis.8,20 nya saat sediaan diaplikasikan. Salep dengan bahan dasar hidrokarbon se-
6. Pada umumnya, menggosokkan sediaan perti vaselin, berada lama di atas permukaan
Penyerapan sediaan topikal secara umum akan meningkatkan jumlah bahan aktif yang kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor14: diabsorpsi. itu salep berbahan dasar hidrokarbon diguna-
1. Bahan aktif yang dicampurkan dalam 7. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila kan sebagai penutup.5,9,11
pembawa tertentu harus menyatu pada per- sediaan topikal dipakai pada kulit yang lapisan
mukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup. tanduknya tipis. Salep berbahan dasar salep serap (salep ab-
2. Konsentrasi bahan aktif merupakan fak- 8. Pada umumnya, makin lama sediaan me- sorpsi) kerjanya terutama untuk memperce-
tor penting, jumlah obat yang diabsorpsi nempel pada kulit, makin banyak kemungki- pat penetrasi karena komponen airnya yang
secara perkutan perunit luas permukaan nan diabsorpsi. besar.5,9,11

428 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 428 6/8/2012 2:33:47 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, sio. Komponen cairan yang dominan men-
dasar salep larut dalam air mampu berpe- namun bentuknya yang lengket menjadikan jadikan kompres efektif untuk lesi basah dan
netrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah lesi berkrusta. 11,12,16
dipakai pada kondisi yang memerlukan pe- jarang dipakai.5,9,11,12
netrasi yang dalam.5,9,11 Dua cara kompres yaitu kompres terbuka
8. Gel dan tertutup. Pada kompres terbuka diharap-
4. Krim Penetrasi gel mampu menembus lapisan kan ada proses penguapan. Caranya dengan
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat hipodermis sehingga banyak digunakan pada menggunakan kain kasa tidak tebal cukup 3
dibandingkan dengan O/W karena kom- kondisi yang memerlukan penetrasi seperti lapis, tidak perlu steril, jangan terlampau erat.
ponen minyak menjadikan bentuk sediaan sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfo- Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam
bertahan lama di atas permukaan kulit dan likuler gel juga baik, disebabkan kemampuan cairan kompres, sedikit diperas, lalu dibalut-
mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. gel membentuk lapisan absorpsi.9,14,15 kan pada kulit lebih kurang 30 menit. Pada
Namun krim W/O kurang disukai secara ko- kompres tertutup tidak diharapkan terjadi
smetik karena komponen minyak yang lama CARA PAKAI penguapan, namun cara ini jarang diguna-
tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W Cara aplikasi sediaan obat topikal pada um- kan karena efeknya memperberat nyeri pada
memiliki daya pendingin lebih baik dari krim umnya disesuaikan dengan lesi pada per- lokasi kompres.11
W/O, sementara daya emolien W/O lebih be- mukaan kulit. Beberapa cara aplikasi sediaan
sar dari O/W.5,9,11,12 topikal yaitu: 3. Penggunaan oklusif pada aplikasi
Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan
5. Pasta 1. Oles penetrasi sediaan; namun cara ini tidak ba-
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara nyak digunakan. Berbagai teknik oklusi meng-
lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih domi- pakai sediaan topikal yang umum dilakukan. gunakan balutan hampa udara seperti peng-
nan sebagai pelindung karena sifatnya yang Cara ini dilakukan untuk hampir semua ben- gunaan sarung tangan vinyl, membungkus
tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta berle- tuk sediaan. Banyaknya sediaan yang dioles- dengan plastik.17 Teknik oklusi mampu mening-
mak saat diaplikasikan di atas lesi mampu me- kan disesuaikan dengan luas kelainan kulit katkan hantaran obat 10-100 kali dibanding-
nyerap lesi yang basah seperti serum.5,9,11,12 (tabel 2).18 kan tanpa oklusi, namun lebih cepat menim-
bulkan efek samping obat, seperti efek atroi
6. Bedak kocok Penambahan cara oles sediaan dengan meng- kulit akibat kortikosteroid.18,23
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih gosok dan menekan juga dilakukan pada obat
utama pada permukaan kulit. Penambahan topikal dengan tujuan memperluas daerah 4. Mandi
komponen cairan dan gliserin bertujuan aplikasi namun juga meningkatkan suplai Mandi atau berendam dianggap lebih disu-
agar komponen bedak melekat lama di atas darah pada area lokal, memperbesar absorpsi kai daripada kompres pada pasien dengan
permukaan kulit dan efek zat aktif dapat sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan lesi kulit luas seperti pada penderita lesi
maksimal.5,9,11,12 efek eksfoliatif lokal yang meningkatkan pen- vesiko bulosa. Contoh zat aktif yang pernah
etrasi obat.18 digunakan untuk mandi seperti potassium
7. Pasta pendingin permanganate. Namun cara ini sudah tidak
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan 2. Kompres dianjurkan lagi mengingat efek maserasi
komponen cairan membuat sediaan ini lebih Cara kompres digunakan untuk sediaan solu- yang ditimbulkan.24

Tabel 2 Jumlah obat yang disarankan dalam aplikasi di berbagai lokasi tubuh2 PRINSIP PEMILIHAN SEDIAAN9,10,12
1. Pada kulit tidak berambut, secara umum
Area Luas 1x 2 x/hari 3 x/hari
Permukaan (% aplikasi (g) seminggu (g) seminggu (g) dapat dipakai sediaan salep, krim, emulsi. Krim
dipakai pada lesi kulit yang kering dan super-
Wajah 3 1 15 20
isial, salep dipakai pada lesi yang tebal (kro-
Kulit kepala 6 2 30 45 nis).
Satu tangan 3 1 15 20 2. Pada daerah berambut, losion dan gel
merupakan pilihan yang cocok.
Bahu 7 3 45 60 3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif
Badan depan 14 4 60 90 seperti salep, emulsi W/O dapat menyebab-
kan maserasi sehingga harus dihindari.
Bdn. belakang 16 4 60 90
4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi,
Tungkai 20 5 70 100 formulasi berisi alkohol dan asam salisilat ser-
Anogenital 1 1 15 20
ing mengiritasi sehingga harus dihindari.
5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada
Seluruh tubuh 100 30-40 450-500 600-1000 lesi basah, mengandung pus, berkrusta.

CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012 429

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 429 6/8/2012 2:33:48 PM


TINJAUAN PUSTAKA

SIMPULAN 3. Terdapat berbagai bentuk sediaan topikal luler, transfolikuler.


1. Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa seperti: cairan, bedak, salep, krim, bedak ko- 6. Mekanisme kerja sediaan topikal berupa
dan zat aktif. cok, pasta, pasta pendingin. difusi pasif menembus lapisan kulit.
2. Idealnya suatu zat pembawa mudah di- 4. Beberapa sediaan baru obat topikal: foam 7. Cara pakai sediaan topikal pada umumnya
oleskan, mudah dibersihkan, tidak meng-iritasi aerosol, cat, gel. dioleskan pada permukaan kulit, dan dengan
dan menyenangkan secara kosmetik, selain itu 5. Secara umum sediaan topikal melewati penambahan cara lain seperti ditekan, digo-
zat aktif dalam pembawa mudah dilepaskan. tiga jalur penetrasi yaitu interseluler, transe- sok, kompres, dan oklusi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological pharmacology. In: Hardman JG, Limbird IE, eds. Goodman and Gillman’s the pharmacological basis of therapeutic. 10th ed. New York: McGraw
Hill, 2001: 1795-814.
2. Strober BE, Washenik K, Shupack JL. Principles of topical therapy. In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolf K, Freedberg IM, Austen K, eds. Dermatology in general medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill, 2008:2090-6.
3. Sayuti I, Martina A, Sukma GE. Kepekaan jamur Trichopyton terhadap obat salep, krim, dan obat tingtur. Jurnal Biogenesis 2006;2:51-4.
4. Fonzo EMD, Martini P. Mazzalenta, Totti L, Alvino S. Comparative eicacy and tolerability of ketomousse® (ketoconazole foam 1%) and ketoconazole cream 2% in the treatment of Pityriasis
versicolor: results of a prospective, multicentre, randomised study. Mycoses 2008;51:532-5.
5. Milani M, Mofetta SAD, Gramazio R, Fiorella C, Frisario C, Fuzio E, Marzocca V, Zurilli M, Turi GD, Felice G. Eicacy of betamethasone valerat 0,1% thermophobic foam in seborrhoeic derma-
titis of the scalp: An open label, multicentre, prospective trial on 180 patients. Curr Med Res Opin 2003;19:342-5.
6. Shin H, Kwon OS, Hyun C et al. Clinical eicacies of topical agents for the treatment of seborrhoeic dermatitis of the scalp: A Comparative study. J Dermatol 2009;36:131-7.
7. Kamus Kedokteran Dorland. Koesoemawati H, Hartanto H, Salim IN, Setiawan L, Valleria, Suparman W, eds. 29th ed. Jakarta: EGC, 2002:1937.
8. Wikipedia (internet). Wolverton, SE. Topical. (Cited Dec 28 2008). Available from www.wikipedia.com.
9. Sharma S. Topical drug delivery system: A review. Pharmaceut. Rev. 2008;6:1-29.
10. Lipsker D, Kragballe K, Fogh K, Saurat JH. Other topical medication. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, eds. Dermatology; 4th ed. London: Elsevier Limited, 2006:2056-67.
11. Djuanda A. Pengobatan topikal dalam bidang dermatologi. Yayasan Penerbitan IDI. Jakarta, 1994.
12. Hamzah M. Dermatoterapi. In: Hamza M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: FKUI, 2007: 342-52.
13. Farmakope Indonesia edisi ke-4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 1995
14. Ansel HC. Introduction to pharmaceutical dosage forms. Georgia: Lea and Febiger, 1995: 489-95.
15. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Semi padat. Dalam: Suyatmi S, Kawira J, Aisyah HS, eds. Teori dan praktek farmasi industri II. Edisi ke-3. Jakarta: UI Press, 1994: 1091-9.
16. Darwin R. Dasar-dasar pengobatan penyakit kulit. In: Harahap M, ed. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi-1. Jakarta: Penerbit Hippocrates, 2000:311-7.
17. Brenner MA, Harkless LB, Mendicino RW et al. Ciclopirox 8% nail lacquer topical solution for the treatment of onychomicosis in patients with diabetes: A multicentre, open label study. J
Am Pediatr Med Assoc. 2007;97:195-202.
18. Schaefer H, Redelmeier TE, Ohynek GJ, Lademann J. Pharmacokinetics and topical aplication of drugs. In: Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Lefel DJ, Fitzpatrick, eds.
Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: Mc Graw-Hill, 2008.2097-100.
19. Cross S, Robert M. Transdermal drug delivery. (Internet) Cited Nov 28 2008. Available from: www.chemelab.ucsd.edu/hydrogel/index.html.
20. Otberg N, Teichmann A, Rasuljev U, Sinkgraven R, Sterry W, Lademann J. Follicular penetration of topically applied cafein via shampo formulation. Skin Pharmacol Physiol 2007;
20:195-8.
21. Thong HY, Zhai H. Maibach HI. Percutaneus penetration enhancers: an overview. Skin Pharmacol Physiol 2007; 20:272-82.
22. Trommer H. Naubert RHH. Overcoming the stratum korneum: the modulation of skin penetration. Skin Pharmacol Physiol 2006;19:106-21.
23. Darma IGN, Pohan PSS. Terapi topikal pada dermatitis atopik. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2007;2:144-51.
24. Maddin S, Ho VC. Dermatologic therapy. In: Moschella, Harry J, Hurley, eds. Dermatology. 3rd ed. Philadelphia: W.B Saunders Co, 1992. 2187-93.

430 CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012

CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 430 6/8/2012 2:33:48 PM

Anda mungkin juga menyukai