Anda di halaman 1dari 3

4

PEMBAHASAN

Seorang pria usia 65 tahun datang dengan keluhan gatal di wajah, leher dan
skrotum sejak 1 bulan yang lalu. Melalui keluhan tersebut dapat diperkirakan
penyebabnya bisa dikarenakan peradangan pada kulit akibat peningkatan aktivitas
fisiologi tubuh, infeksi akibat parasit, bakteri ataupun virus. Kemudian dari lesi
ditemukan kulit eritema disertai papul-papul miliar dan skuama halus, skuama halus
dan kulit yang eritematosa mengarahkan diagnosis ke kelompok dermatosis
eritemaskuamosa selanjutnya karakteristik dan predileksi penyakit serta usia pasien
lebih mengarah ke dermatitis seboroik.
Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit inflamasi superfisial kronis yang
mengalami remisi dan eksaserbasi dengan area seboroik sebagai area predileksi. Area
seboroik adalah bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu kulit
kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, badan bagian atas (presternum,
interskapula, areolla mammae) dan daerah lipatan ( ketiak, lipatan di bawah
mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital, dan lipatan pantat). Dermatitis
seboroik memiliki karakterisitk efloresensi berupa eritema yang ditutupi dengan
skuama berminyak, predileksi pada area tubuh yang banyak mengandung kelenjar
sebasea seperti kulit kepala, wajah, dada, punggung, dan area lipatan-lipatan. Pada
area seboroik pasien dewasa, tampak macula, folikular atau perifolikular atau papula
kemerahan dan kekuningan dengan derajat ringan sampai berat, inflamasi, skuama,
dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah, atau berminyak (wolff, 2009).
Pada pasien ini, keluhan berlangsung kronik yaitu berulang terus dalam waktu 1
bulan, tidak mengalami perbaikan bermakna dengan pengobatan dari puskesmas. Lesi
ditemukan di area yang aktif kelenjar sebasea seperti di wajah (alis, sekitar rambut
kepala) leher dan region skrotum (aerogenital). Epidemiologi dermatitis seboroik
lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan dan terjadi pada usia dewasa
(Siregar,2005).
5

Penyebab utama dari dermatitis seboroik sendiri masih diperdebatkan dimana


peningkatan aktivitas kelenjar sebasea masih menjadi alasan utama, penyebab lain
yang dapat berperan antara lain infeksi dari bakteri, disfungsi imun, gangguan nutrisi
dan faktor inflamasi.
Diagnosis banding yang mendekati adalah psoriasis dimana terdapat skuama dan
merupakan kelompok dari dermatosis eriteskuamosa, namun yang membedakan
adalah skuama pada psoriasis berlapis dan putih mengkilat. Dermatitis atopi sendiri
berkaitan dengan riwayat atopi pasien, namun lesi banyak ditemukan di lengan atas
dan tungkai adalah khas pada dermatitis atopi sementara lesi ditemukan meningkat di
axilla pada dermatitis seboroik. (Djuanda,2009)
Terapi pada dermatitis seboroik adalah dengan pemberian kortikosteroid untuk
mengatasi inflamasi, antibiotik dapat diberikan bila terjadi infeksi sekunder.
Isotretinoin dapat diberikan untuk mengurangi aktivitas kelenjar sebasea dan
pengobatan topikal. Antifungi diberikan untuk mencegah infeksi jamur Pityrosporum
ovalec pada kulit dapat diberikan oral maupun topikal dimana jamur ini memiliki
keterkaitan kuat dengan kejadian dermatitis seboroik. Rekomendasi terapi menurut
WHO adalah penggunaan sampo keratolitik untuk mengurangi inflamasi dan krusta.
Terdapat berbagai jenis sediaan suspensi berbahan dasar deterjen atau sampo yang
mengandung bahan aktif seperti asam salisilat, coal tar, pyrithione zinc, dan selenium
sulfide.
6

Daftar Pustaka

Djuanda, A.; Hamzah, M.; Aisah, S., 2009, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed ke-
5, FKUI, Jakarta.
Siregar, R.S., 2005, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed ke-2, EGC, Jakarta.
Wolff, K.; Johnson, R.A., 2009, Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, 6th ed, McGraw Hill Companies, New York.

Anda mungkin juga menyukai