SALURAN KEMIH
Oleh : Edina Theodora A. Sagala
DAFTAR PENYAKIT
Infeksi Saluran Kemih (4A)
Gejala Faktor Risiko
Anomali struktur saluran kemih
Demam
Riwayat DM
Susah BAK Riwayat urolitiasis
Disuria terminal Riwayat keputihan
Riwayat ISK sebelumnya
Frekuensi Riwayat pemakaian kontrasepsi
Nokturia diafragma
Kehamilan
Polakisuria Higiene pribadi buruk
Nyeri suprapubik
Kebiasaan menahan kencing
Hubungan seksual
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
Demam
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap
Urinalisis
Kultur urin (hanya diindikasikan untuk pasien yang memiliki riwayat kekambuhan
Waspada terhadap tanda-tanda ISK bagian atas (nyeri pinggang) dan pentingnya
RUJUK
Terjadi komplikasi ISK
RESEP
R/ Cotrimoxazole 960 mg tab No. VI
S 2 dd tab 1
Gonorrhea (4A)
Gejala Faktor Risiko
Kultur darah
DIAGNOSIS BANDING
Uretritis akut
Sistitis akut
Prostatitis bakterial akut
Servisitis
Endometritis
Pelvic inflammatory disease
Akut abdomen
Appendisitis
TATA LAKSANA
Minimalkan faktor risiko
Menjaga kecukupan hidrasi
Antibiotik selama 7 hari untuk gejala klinis ringan-sedang
dengan respons terapi baik. Pada kasus menetap atau berulang,
kultur harus dilakukan kemudian diobati dengan antibiotik yang
terbukti sensitif selama 7 sampai 14 hari :
Parenteral: ceftriaxone, cefepime, dan fluorokuinolon (ciprofloxacin
dan levofloxacin). Terapi antibiotika parenteral dapat diganti dengan
obat oral setelah 24-48 jam
Oral: fluorokuinolon (untuk basil gram negatif), trimetoprim-
sulfametoxazole (untuk penyebab lainnya)
Obat simtomatik sesuai dengan gejala klinik yang dialami pasien
RESEP
R/ Ciprofloxacin 500 mg tab No. XIV
S 2 dd tab 1
Apply a liberal amount of the local anesthetic cream to the glans and foreskin.
Wait for the anesthesia to take effect.
Clean the penis of the local anesthetic cream.
Apply an antiseptic solution to the penis and foreskin
Place sterile drapes to create a sterile field around the penis.
Apply slow and steady manual compression over the glans penis and
edematous foreskin, squeezing distally to proximally in order to mobilize the
edema proximally. The pressure should be applied for 5-10 minutes
After manual compression, position the thumbs on both sides of the urethral
meatus and the index and middle fingers proximal to the phimotic ring
Apply continuous force to move the phimotic ring distally over the glans
The successfully reduced foreskin should look like a normal uncircumcised
penis
Dorsal Slit Paraphimotic
Foreskin
Administer parenteral analgesia followed by local anesthesia of the foreskin and
penis.
Apply povidone-iodine solution to the penis in circular motions from the glans
and proximally to include the scrotum and the surrounding skin.
Apply sterile drapes to create a sterile field.
Apply 2 hemostats over the foreskin and phimotic ring at the 11-o'clock and 1-
o'clock positions. Be sure not to clamp the skin of the penile shaft.
Pull the 2 hemostats away from each other. Using Iris scissors or a No. 15
scalpel, incise the foreskin at the 12-o'clock position.
Remove the hemostats, cover with a dry sterile gauze pad, and let the edges ooze
for a few minutes. Then, reduce the paraphimotic foreskin using a manual
technique.
Torsio Testis (3B)
Patogenesis
Pergerakan testis secara berlebihan :
Perubahan suhu mendadak
Ketakutan
Latihan yang berlebihan
Batuk
Celana yang terlalu ketat
Defekasi
Trauma skrotum
Torsio testis ekstravaginal : karena kurangnya jaringan
penyanggah, pada janin dan neonatus
Torsio testis intravaginal : pada anomali bell-clapper (tunica
vaginalis mengelilingi seluruh permukaan testis, mencegah insersi
epididimis)
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi Doppler
Stetoskop Doppler
Scintigraphy testis
(peregangan).
Uretra posterior terputus pada perbatasan prostate-
Color doppler : tidak ada aliran Color doppler : ada aliran, fistula
Arteriografi : pembuluh darah utuh Arteriografi : malformasi arterio-vena
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik : batang penis tegang tanpa
diikuti ketegangan pada glans penis
Pemeriksaan Penunjang :
USG Doppler pada arteri kavernosa
Analisis Gas Darah intrakavernosa
Treatment
Erection < 4 hours in most cases, respond to conservative
measures.
Immediate treatment :
The use of ice packs to the perineum and penis
Asking the patient to walk up stairs
External perineal compression
Oral treatment :
Oral terbutaline dose of 5-10 mg followed by another 5-10 mg
15 minutes later
Oral pseudoephedrine 60-120 mg. If no resolution occurs within
30 minutes, injection therapy is required.
Low-Flow Priapism
Aspiration of the corpus cavernosum
Perform a penile nerve block. Inject around the entire base of the penile shaft
while milking the shaft. Aspiration alone has a success rate of around 30%.
Injection of the corpus cavernosum
Intracavernosal phenylephrine is the drug of choice and first-line treatment of
elastic bandage around the shaft of the penis to ensure continued emptying of the
corpora and to compress the puncture site.
High-Flow Priapism
Acutely, observation alone may be sufficient for high-flow
priapism, because many cases resolve spontaneously, and
even with prolonged priapism these patients are unlikely to
experience significant pathological damage or impaired
erectile function.
Compression therapy may be successful in certain cases
Selective angiography with subsequent embolization
for patients who do not respond to more conservative
measures.
Surgical ligation of the fistula may be required with potential
complications include long-term impotence.
Batu Saluran Kemih Tanpa Kolik (3A)
Klasifikasi batu berdasarkan etiologi
Batu Gene
89
non-
Batu Drug
infeksi infeksi tik stone
●
Kalsium ●
MAP ●
Sistin Silikat ●
oksalat ●
Karbonat Xanthyn
triamtere
●
●
●
Kalsium fosfat apatit ●
2,8-
●
Asam urat ●
Amonium urat n
dihidroksiadenin
• Klasifikasi batu berdasarkan letaknya
1. Batu ginjal dan ureter
2. Batu buli-buli
3. Batu uretra
90
Gambaran Klinis
Keluha Temuan
Pemeriks
Laboratori
n aan Fisik um
●
Nyeri ketok CVA ●
Leukosituria
●
Nyeri
pada sisi ginjal Hematuria
●
Hematuria ●
yang sakit
●
Infeksi ●
Tanda-tanda gagal
●
Kristal
●
Demam pembentuk
ginjal
●
Mual dan muntah batu
●
Retensi urin
91
Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen (BNO) melihat adanya batu
radio-opak di saluran kemih
Batu berdasarkan radio-opasitasnya:
Drug-stone
97
Pilihan tatalaksana
Medikament ESWL
(Extracorporeal Shock
osa Wave Lithotripsy)
●
Untuk batu dengan ukuran < ●
Alat untuk memecah batu ginjal,
5mm batu ureter proksimal atau batu
●
Analgetik buli
●
Diuretik ●
Batu dipecah menjadi kecil
●
Banyak minum dengan gelombang kejut
●
Batas lama 6 minggu dikeluarkan melalui saluran kemih
98
Endourolog Pembedaha
i n
●
PNL (Percutaneous Nephro ●
Bedah laparoskopi banyak
Litholapaxy) batu ginjal dipakai untuk mengambil batu
atau batu ureter proksimal ureter
dengan ukuran > 2,5 cm ●
Bedah terbuka
●
Ureteroskopi atau uretero- ●
Batu pada saluran ginjal
renoskopi pielolitotomi atau nefrolitotomi
●
Ekstraksi Dormia ●
Batu ureter ureterolitotomi
99 Algoritma Tatalaksana pada Batu Ginjal (EAU, 2014)
100
Pencegahan
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%
per tahun atau ± 50% dalam 10 tahun.
Pencegahan berupa:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup
Diet untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk
batu
Aktivitas harian yang cukup
Pemberian medikamentosa
Vesikolithiasis
101
Gambaran klinis
Gejala iritasi
Nyeri kencing/disuria hingga stranguri
Perasaan tidak enak sewaktu kencing
Kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali
dengan perubahan posisi tubuh
Jenis batu asam urat, struvit
Pemeriksaan USG, IVU
Tatalaksana
Litotripsi
vesikolitotomi
Uretrolithiasis
102
Gambaran Klinis
Keluhan:
retensi urine, yang mungkin sebelumnya didahului dengan
nyeri pinggang.
Pancaran urine yang tersendat (intermittent)
Hematuria terminal
Infeksi saluran kemih
Kencing yang menetes
Terasa nyeri berat dan menjalar ke ujung penis
Batu yang berada di uretra anterior seringkali dapat diraba
103
1. Jelaskan kepada pasien prosedur dan 7. Minta pasien untuk bernapas dalam, saat
tujuan pemeriksaan. pasien inspirasi maksimal, tekan
abdomen tepat di bawah kosta untuk
2. Posisikan pasien berbaring dengan
menilai ginjal, saat ginjal ada di antara
rileks.
kedua tangan pemeriksa. Nilai ukuran
3. Ekspos bagian abdomen dari daerah dan kontur ginjal.
prosesus sipoideus sampai dengan 8. Kemudian minta pasien untuk
simpisis pubis. menghembuskan napas perlahan sambil
4. Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien. tangan pemeriksa dilepaskan secara
perlahan.
5. Letakkan tangan kanan di bawah
pinggang pasien tepat di bawah kosta 9. Lakukan cara yang sama untuk menilai
ke-12 dan jari-jari tangan menyentuh ginjal kanan, dengan pemeriksa berdiri di
sisi bawah sudut kostovertebra. sisi sebelah kanan pasien.
Kemudian dorong ginjal ke arah
anterior.
6. Tangan kiri diletakkan di kuadran kiri
atas abdomen.
Pemeriksaan Nyeri Ketok Ginjal
Penilaian Tinggi Kandung 1. Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa
Kemih berdiri di sisi ginjal yang akan di
1. Pasien dalam posisi berbaring. periksa.
2. Lakukan palpasi di atas 2. Jelaskan kepada pasien tindakan yang
simfisis pubis, kemudian perkusi akan dilakukan.
untuk menentukan seberapa 3. Letakkan tangan kiri di sudut
tinggi kandung kemih di atas kostovertebra, terkadang penekanan
simfisis pubis oleh jari-jari tangan sudah dapat
menimbulkan nyeri.
Refleks Bulbocavernosus 4. Lakukan perkusi dengan
mengepalkan tangan kanan untuk
Refleks jepitan sfincter ani memberi pukulan di atas tangan kiri
akibat rangsangan nyeri di pinggang pasien. Berikan pukulan
pada glans penis/klitoris sedang, yang tidak akan
menimbulkan nyeri pada orang
normal.
Analisis Hasil Pemeriksaan
1. Pada kondisi normal, ginjal kanan dapat teraba,
khususnya pada orang yang kurus. Sedangkan
ginjal kiri jarang dapat teraba.
2. Secara normal, kandung kemih tidak teraba. Dalam
keadaan distensi, kandung kemih dapat teraba di
atas simfisis pubis.
PEMERIKSAAN GENITALIA
PRIA
Alat dan Bahan
1. Ruang pemeriksaan
2. Sarung tangan
Teknik Pemeriksaan
1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Dokter ditemani oleh asisten dalam melakukan pemeriksaan
3. Kondisikan ruang pemeriksaan yang nyaman
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Bebaskan alat genital untuk pemeriksaan
Penis
1. Lakukan inspeksi pada penis, nilai kulit di sekitar penis apakah terdapat
ekskoriasi atau inflamasi.
2. Tarik preputium ke belakang atau minta pasien yang melakukan, perhatikan
apakah terdapat karsinoma, smegma, atau kotoran di bawah lipatan kulit, dan
gland, perhatikan apakah terdapat ulserasi, skar, nodul, atau tanda-tanda
inflamasi.
3. Nilai posisi dari meatus uretra.
4. Tekan glans penis menggunakan ibu jari dan telunjuk, untuk menilai apakah
terdapat discharge. Jika tidak terdapat discharge, namun pasien mengeluhkan
terdapat discharge, maka lakukan pemijatan penis dari pangkal hingga glans
untuk mengeluarkan discharge. Sediakan tabung untuk kultur discharge.
5. Lakukan palpasi pada penis, nilai apakah terdapat benjolan atau indurasi.
6. Kembalikan preputium ke posisi semula sebelum melakukan pemeriksaan
lainnya.
Skrotum
1. Lakukan inspeksi, nilai kulit dan kontur dari skrotum. Angkat skrotum
untuk menilai permukaan posterior skrotum, perhatikan apakah ada
benjolan atau pelebaran pembuluh darah vena.
2. Palpasi testis dan epididimis menggunakan ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah. Nilai ukuran, bentuk, konsistensi, dan perhatikan apakah
terdapat nodul.
3. Palpasi korda spermatikus, menggunakan ibu jari jari-jari dari belakang
epididymis ke cincin inguinal superfisial. Perhatikan apakah ada nodul
atau pembengkakan.
4. Untuk menilai pembesaran skrotum di luar testis, dapat dilakukan
pemeriksaan transluminasi. Di dalam ruang pemeriksaan yang gelap,
arahkan sinar senter dari belakang skrotum, jika terdapat cairan, maka
akan tampak bayangan merah dari transmisi sinar melewati cairan.
PEMERIKSAAN BNO-IVP
Pemeriksaan untuk menilai anatomi dan kelainan fungsi ginjal dan
saluran kemih
Kontras : yodium dosis 300 mg/kgBB atau 1 ml/kgBB (wajib
periksa Ur,Cr) suntik IV buat foto serial
Indikasi:
Hidronefrosis yang belum diketahui penyebabnya
Riwayat hematuria
Riwayat passing stone
Riwayat operasi saluran kemih
ISK berulang
Terapi ESWL
Anak dengan kelainan kongenital traktus urinarius
Konfirmasi temuan USG dan BNO yang berbeda
Fase BNO-IVP
Nefrogram : kontras mengisi glomerulus dan tubulus ginjal
Pielogram : kontras mengisi sistem pelviokalises
Cystogram : kontras mengisi ureter dan VU
Delayed ekskresi :
Kontras belum mengisi pielum hingga menit ke-15
Tetap ada kontras hingga akhir fase BNO-IVP
Non visual : ginjal tidak terlihat hingga akhir fase BNO
IVP
PEMASANGAN KATETER
URETRA
Alat dan Bahan
1. Bak steril
3. Handschoon steril
5. Doek bolong
6. Pelicin – jelly
7. Pinset steril
8. Klem
10. Spuit 10 CC
2. Lidokain ampul
4. Gunting jaringan
5. Needle holder
6. Scalpel no.15
7. Benang catgut
8. Duk steril
13. Bengkok
14. Kom
Prosedur Tindakan
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Jelaskan jenis dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Minta pasien berbaring di meja periksa.
4. Bersihkan penis dengan air sabun
5. Operator mencuci tangan.
6. Menggunakan APD, posisi operator di sebelah kiri pasien.
7. Melakukan aseptik dan antiseptik pada penis dan sekitarnya secara sentrifugal dengan penis sebagai pusat.
8. Pasang doek berlubang steril.
9. Lakukan tindakan anestesi blok pada pangkal penis di bagian dorsal yang memblok nervus dorsalis penis.
Tusukkan jarum pada pangkal penis di sebelah dorsal tegak lurus terhadap batang penis, hingga terasa sensasi
seperti menembus kertas. Pada saat itu jarum telah menembus fascia Buck tempat nervus dorsalis penis berada
dibawahnya. Tanda lain jarum sudah menembus fascia Buck adalah jika jarum ditarik ke atas, penis terangkat
dan bila obat disuntikkan tidak terjadi edema. Kemudian miringkan jarum ke sisi batang penis.
10. Lakukan aspirasi, bila jarum tidak masuk ke pembuluh darah, suntikkan zat anestesi sebanyak 1-2 cc, lalu
pindahkan ke sisi lainnya suntikkan kembali zat anestesi seperti sebelumnya.
11. Tambahkan anestesi infiltrasi pada daerah frenulum. Lakukan pijatan pada daerah bekas suntikan agar obat
tersebar.
12. Tunggu kurang lebih 5 menit, lepaskan perlekatan prepusium (bila ada) secara perlahan.
13. Yakinkan anestesi sudah bekerja dengan penjepit prepusium tampa memberi tahu pasien.
14. Bila anestesi telah bekerja, tindakan sirkumsisi dapat dilakukan.
Operasi Klasik (guillotine)
a. Jepit prepusium dengan klem Kocher pada jam 6 dan jam 12.
b. Kemudian jepit prepusium melintang pada sumbu panjang penis,
sedikit miring ke bawah (frenulum dilebihkan).
c. Pastikan glans penis tidak terjepit, lalu prepusium dipotong dengan
pisau. Pemotongan dilakukan di sisi distal klem.
d. Perdarahan yang terjadi dirawat dengan klem dan diligasi.
e. Setelah perdarahan dihentikan, lakukan penjahitan mukosa-kulit.
f. Arah penusukan jarum dilakukan dari mukosa ke kulit. Khusus
untuk frenulum, gunakan jahitan berbentuk angka 8 atau 0. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan pembuluh darah pada frenulum terikat.
g. Jumlah jahitan disesuaikan dengan kondisi, agar luka dijahit rapat
dan kesembuhan berlangsung cepat.
Operasi Dorsumsisi (Dorsal Slit Operation)