Anda di halaman 1dari 26

TUGAS REMIDI BLOK

REPRODUCTIVE
SYSTEM 2
ADNEKSITIS, CA
SERVIX, MYOMA
UTERI
Adnexitis
PEVIC INFLAMATORY DISEASE
Salpingo-ooforitis atau adneksitis
 Radang pada tuba fallopii & ovarium sering bersamaan

Infeksi asenden endometrium dan atau tuba fallopii

 Etiologi :

 Penyebaran infeksi dari uterus


• gonorea  terbanyak & C.trachomatis
• infeksi puerperal atau postpartum
• 10% akibat tuberkulosis
• akibat tindakan : kuret, laparotomi, Pemasangan IUD
• perluasan dari radang ditempat lain, mis : apendisitis
Kriteria diagnosa:
Pada pemeriksaan bimanual ditemukan:
-Nyeri pada pergerakan adnexa uterus
-Nyeri pada pergerakan serviks

Dengan kriteria tambahan:


-Temp. oral >38,3 ° C
-sekret serviks atau vagina tidak normal dengan adanya sel darah putih
-peningkatan LED
-peningkatan C-reactive protein
-adanya infeksi N. Gonorrhoea atau C. trachomatis
S
Nyeri tumpul perut bagian bawah kurang dari 3 minggu
Perdarahan
Keluar sekret vagina (mukopurulen)
Demam
Mual muntah
Periode menstruasi yang hilang
O
Nyeri tekan panggul pada pemeriksaan bimanual
Bukti infeksi traktus genitalis ( jumlah sel darah putih jauh lebih banyak
daripada sel lain dalam cairan vagina)
Suhu rektal > 38 derajat celcius
Teraba massa adneksa
Servisitis mukopurulenn
Peningkatan jumalh neutrofil >30/Lp mikroskopis dengan pembesaran
1000 kali.
A
Wdx : adneksitis / PID
Ddx : apendisitis
KE
abses tuboovarian
abeses panggul
P (Diagnosa)
USG
Ultrasound intravagina tuba ( peningkatan diameter tuba, cairan dalam
tuba, penebalan dinding tuba)
Laparoskopi
Kriteria Laparoskopi
1. Eritema tuba falopii
2. Edema tuba falopii
3. Eksudat seropurulen atau perlekatan yang baru dan mudah lepas
pada ujung fimbria atau permukaan seros a tuba falopii
Biakan spesimen dari usapan endoserviks
Aspirasi endometrium
Kuldosentesis
Laparotomi
P(Terapi)
1. Doksisiklin 100 mg 2xsehari IV +
sefoksitin 2 g 4x sehari IV / sefotetan 2 g setiap 12 jam.
doksisiklin harus dilanjutkan dengan dosis 100 mg oral, 2xsehari, setelah
keluar dari RS sampai pengobatan lengkap selama 14 hari.
2. Tindak lanjut semua pasien rawat jalan harus diperiksa ulang secara
klinis dalam 48-72 jam.
3. Pengeluaran alat dalam rahim (IUD)
4. Pembedahan ( abses tuboovaria yang pecah)
Kanker serviks
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.
Etiologi
◦ virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16
dan 18.

faktor risiko
◦ aktivitas seksual pada usia muda
◦ berhubungan seksual dengan multipartner
◦ merokok
◦ multiparitas/ mempunyai anak banyak
◦ sosial ekonomi rendah
◦ gangguan imunitas.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
◦ Lesi pra kanker = asimtomatis
◦ Bila sudah invasif :
◦ perdarahan abnormal (contact bleeding, saat hub seks)
◦ Perdarahan vagina setelah menopause dan keputihan
◦ Sekresi cairan vagina kemerahan dan bau tidak sedap
◦ Pada stadium lanjut,
◦ Gejala berkembang jadi nyeri pinggang (perut bag. Bawah)
◦ Kaki bengkak
◦ Sulit BAB karena desakan tumor di daerah pelvik
◦ Bahkan bisa oligouria atau anuria
Lanjutan…
Pemeriksaan Fisik
◦ Head to toe:
◦ Conjungtiva anemis

Pemeriksaan Ginekologi:
◦ Inspekulo tampak massa inspekulo di portio, rapuh dan merah
◦ Vagina toucher dan rectal toucher:
◦ teraba massa eksofilik dan fluksus (+), terkadang ada infiltrasi tumor ke organ yang terkena
misalnya fistula vesikovaginal atau fistula rektovaginal
Pemeriksaan Penunjang
Papsmear (konvensional atau liquid-base cytology /LBC ),
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),
Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI),
Test DNA HPV (genotyping / hybrid capture)
Diagnosis banding
Adenokarsinoma Endometrial
Polip Endoservikal
Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular seksual lainnya pada wanita
dengan:
◦ Keluhan perdarahan vagina
◦ duh vagina serosanguinosa
◦ nyeri pelvis
◦ Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama setelah
berhubungan seksual).
Klasifikasi stadium kanker
Tata laksana
lesi prakanker (stadium 0)
◦ Konisasi

Lesi invasif (stadium 1 – 2)


◦ Histerektomi
◦ Kemoradiasi
◦ Kemoterapi

Stadium lanjut (stadium 3 – 4)


◦ Kemoradiasi
Prognosis
Angka kesintasan 5 tahun, berdasarkan AJCC tahun 2010 adalah sebagai
berikut:
MYOMA UTERI
SUBJEKTIVE
Perdarahan menstruasi yang parah atau berkeanjangan, disertai dengan
rasa sakit, kejang spasmodic
Indikasi lebih lanjut dari mioma dapat berupa sensasi tekanan atau
benda asing di perut
Perasaan tidak menyenangkan selama hubungan seksual
Perdarahan diantara periode mestruasi
OBJEKTIVE
Pemeriksaan Fisik
Perdarahan abnormal: yang terjadi pad aumumnya adalah hipermenore, menoragia, dan
metroragia
Nyeri
Pemeriksaan bimanual : terdapat massa berbenjol benjol terkadang teraba di garis
tengah atau agak kesamping.
Pemeriksaan Penunjang
USG abdominal dan transvaginal untuk melihat adanya massa dan juga penilaian pada
uterus apakah terjadi pembesaran pada uterus atau tidak
Hiteroskopi untuk menilai mioma uteri submukosa jika nyeri dan bertangkai.
ASSESSMENT
Kriteria Diagnosis :
Perdarahan menstruasi yang parah atau berkeanjangan, disertai dengan rasa sakit, kejang spasmodic
Perasaan tidak menyenangkan selama hubungan seksual
Perdarahan abnormal: yang terjadi pad aumumnya adalah hipermenore, menoragia, dan metroragia
Nyeri
Pemeriksaan bimanual : terdapat massa berbenjol benjol terkadang teraba di garis tengah atau agak
kesamping anan.
Dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang berupa :
USG abdomen, akan didapatkan massa padat homogen pada uterus.
Histerosalfingografi
DDX :
Adenomyosis
KE
CA endometrium
Polyp Endometrium
PLANNING
1.Terapi Hormonal (GnRH agonis)
2.Terapi Pembedahan : Miomektomi, Histerektomi
Pada Kehamilan :
3.Tidak dilakukan operasi pengangkatan mioma dalam kehamilan
(menyebabkan banyak perdarahan)
4.Apabila mioma menutupi jalan lahir, lakukan SC
5.Pengankatan mioma dilakukan 3 bulan setelah persalinan, kecuali bila
timbul gejala akut yang membahayakan masa nifas.
Referensi
Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks oleh Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
Kemenkes RI
Isselbacher et.al. 2002 Harrison Prinsip-prinsip IPD Penyakit infeksi.Jakarta. EGC
Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks oleh Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
Kemenkes RI
Isselbacher et.al. 2002 Harrison Prinsip-prinsip IPD Penyakit infeksi.Jakarta. EGC
Baziad A. 2003. Endokrinologi Ginekologi, Edisi kedua. Media Aesculapius: Jakarta
Falcone T. Bedaiwy MA. 2002. Minimally invasive management of uterine fibroids;14:401 – 07.
Curr Opin Obstet Gynecol.
Hurst BS, Matthews ML, Marshburn PB. 2005. Laparoscopic myomectomy for symptomatic
uterine myomas; 83(1): 1 – 22. Fertil Steril
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai