Terdapat perubahan kuantitas dan tipe mukus dari serviks dalam siklus
menstruasi sebagai hasil dari fluktuasi hormonal. Sebelum terjadinya ovulasi,
jumlah estrogen meningkat, merubah mukus serviks dari non-fertil (kental dan
lengket) menjadi fertile (lebih jernih, lebih basah, lentur dan lebih licin). Setelah
ovulasi, jumlah estrogen menurun dan progesteron meningkat, mukus dari
serviks menjadi kental dan lengket yang tidak cocok untuk sperma.
Terdapat koloni bakteri komensial (flora vagina normal) di dalam vagina.
Peningkatan estrogen pada waktu pubertas menyebabkan koloni lactobacillus
yang dapat memetabolisme glikogen menjadi asam laktat pada epitel vagina.
Normalnya, lingkungan vagina bersifat asam dengan pH4.5. Bakteri komensal
lainnnya termasuk anaerob, difteroid, staphylococci coagulase-negatif dan hemolitik strepcocci. Beberapa organism komensal dapat menyebabkan
perubahan dalam duh tubuh jika tumbuh berlebihan. Beberapa contohnya adalah
Candida albicans, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus agalactiae
(Streptococcus Grup B).
Terdapat 3 macam penyebab umum
reproduktif.
Vaginosis bacterial
Vaginosis bacterial adalah penyebab paling sering dalam perubahan duh
vagina pada wanita usia reproduktif. Dapat timbul dan hilang secara
spontan dan ditandai dengan adanya kenaikan pH >4.5. Terdapat laporan
bahwa vaginosis bacterial dapat timbul pada wanita perawan yang
mengarahkan bahwa vaginosis bacterial bukan merupakan penyakit
menular seksual. Sebuah penelitian mengatakan bahwa vaginosis
bacterial lebih dianggap diasosiasikan dengan kegiatan seksual bukan
menular secara seksual.
Vulvovaginal candidiasis
VVC merupakan hal yang umum terjadi pada wanita usia reproduktif. Hal
ini disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari yeasts; C. albicans,
vagina. Sekret sebaiknya diambil dari sisi lateral dinding vagina dengan
menggunakan swab. Pemeriksaan pH vagina dapat digunakan untuk
membantu memeriksa adanya candida (pH4.5) atau BV atau TV
(pH>4.5), tetapi tidak bisa membedakan antara BV atau TV.
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan antara lain
o Inspeksi dari vulva (untuk memeriksan duh yang banyak, vulvitis,
ulkus, lesi atau perubahan lainnya)
o Pemeriksaan speculum (inspeksi dari dinding vagina, cerviks, benda
asing, jumlah, konsistensi dan warna duh)
Apabila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi saluran kelamin bagian
atas, pemeriksaan fisik lain yang sebaiknya juga dilakukan antara lain
Palpasi abdominal (untuk memeriksa adanya nyeri tekan/massa)
Pemeriksaan pelvis bimanual (nyeri tekan/massa pada adneksa
dan atau uterus, nyeri pada saat portio digerakkan)
Pemeriksaan laboratorium (Tabel appendix 2)
Ada persetujuan di UK bahwa pemeriksaan minimum untuk
pemeriksaan PMS adalah Chlamydia, gonorrhea, syphilis, dan HIV.
o High Vaginal Swabs
HVS dapat digunakan untuk pemeriksaan BV, VVC, dan TV
ataupun infeksi saluran kelamin lainnya, tetapi penggunaannya
harus berdasarkan pada:
Kapan tanda atau gejala dan atau pH tidak konsisten
dengan suatu diagnosis spesifik
Kehamilan,
postpartum,
post
aborsi
atau
post
instrumentasi
Gejala yang berulang
Terapi gagal
o Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)
NAAT sebaiknya digunakan untuk mendiagnosa Chlamydia dan
gonorrhea. Hasil false-positive mungkin muncul pada test ini.
o Endocervical swabs
Pengambilan endocervival swabs digunakan untuk pemeriksaan
NAAT untuk mendeteksi Chlamydia dan atau gonorrhea. Apabila
terdapat gonorrhea, swab tambahan harus diambil untuk
pemeriksaan mikroskop, kultur dan sensitivitas. Apabila bahan
specimen tidak dapat diperiksa langsung dan harus dikirim,
specimen harus disimpan dalam suhu 4C dan harus dikirim
dalam waktu 48 jam.
o Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskop dapat memeriksa TV (sensitivitas 70%),
candidiasis (sensitivitas 50%), dan gonorrhea (sensitivitas 3050%)
o Kultur
Kultur dapat digunakan untuk memeriksa candida jika
pemeriksaan mikroskop gagal. Media kultur juga tersedia untuk
pemeriksaan TV. Kultur gonorrhea sebaiknya dilakukan apabila
hasil tes NAAT untuk gonorrhea positif.
o
o
BNF dan SPC mengatakan preparat vaginal dan topical yang mengandung
econazole, miconazole, isoconazole, fenticonazole atau clotrimazole
memeringatkan bahwa jenis obat ini dapat merusak kontrasepsi yang
mengandung latex. Clindamycin juga melemahkan penggunaan kondom.
Apakah kontrasepsi mempengaruhi duh vagina?
o Vulvavaginal candidiasis
VVC muncul apabila vagina terekspos dengan estrogen. Meskipun
dengan itu, tidak ada bukti yang menunjukan penggunaan kontrasepsi
hormonal meningkatkan resiko VVC. Sebuah studi mengatakan bahwa
suntikan progesterone saja mengurangi angka kejadian VVC rekuren,
diduga karena efek dari anovulatory dan hipoestrogenisme relative.
Penggunaan IUD diduga sebagai salah satu factor resiko untuk
terjadinya akut ataupun VVC rekuren, tetapi tidak ada bukti yang
konsisten. Ada beberapa bukti menunjukan bahwa yeast menempel
pada IUD dan CVR(Combined Vaginal Ring). Pengguna CVR melaporkan
bahwa mereka lebih sering mengalami iritasi dan duh dibandingkan
dengan pengguna pil. Tetapi, sebuah studi mengenai hubungan
penggunaan CV dan flora vagina tidak menunjukan adanya
peningkatan jumlah sel radang maupun bakteri patogenik.
Meskipun sitologi servikal dari pengguna LNG-IUS (levonogestrelreleasing intrauterine system) menunjukan adanya peningkatan jumlah
candida dari sejak pertama kali dipasang, angka kejadian infeksi yang
bergejala tidak berubah secara signifikan.
o Vaginosis bakterial
Penggunaan kontrasepsi oral dan kondom diasosiasikan dengan
pengurangan resiko penyakit VB. Dimana VB lebih sering menyerang
pada pengguna Cu-IUD. Hubungan antara VB dan penggunaan LNG-IUS
belum jelas. Implan progesterone dan suntik mungkin berpenganruh
pada penurunan resiko VB.