POSTPARTUM
Dosen Pengampu : Dosen Pengampu : Acih Suarsih , S.ST., M.Kes
(Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga)
KELOMPOK 5
01 02
INTAN
EGA DEA ZAHSYA ANGGRAINI
(21118009) (21118013)
03
ADELIA
SAFITRI
(21118001)
01
Pre-eklamsia/Eklamsia
Postpartum
Pre-Eklamsia/Eklamsia Postpartum
1. Segera rawat
2. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum, sambil mencari riwayat
penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
3. Jika pasien tidak bernafas: Bebaskan jalan nafas dan Berikan O2 dengan
sungkup Lakukan intubasi jika diperlukan
4. Jika pasien kehilangan kesadaran / koma: Bebaskan jalan nafas
Penanganan Umum Pasien
Penyebab yang paling sering dari vaginitis pada wanita yang simptomatik adalah
vaginosis bakterial 40-45%, kandidiasis vagina 20-25% dan trikomoniasis 15-
20%; sekitar 7-72% wanita dengan vaginitis belum terdiagnosis (Gor, 2012).
Bakterial vaginosis adalah infeksi polimikrobial yang saling sinergi. Di vagina
populasi flora normal predominan dengan Lactobacilli Ketika jumlahnya
berkurang, maka populasi Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob lain
meningkat (Curran, 2012).
Faktor Resiko
Penyebab pasti dari trombosis vena masih belum jelas, meskipun tiga
faktor diyakini berperan penting dalam perkembangannya: stasis darah,
cedera pada dinding pembuluh darah, dan perubahan koagulasi darah
Manifestasi Klinis
• Tanda Homan (nyeri pada betis setelah dorsofleksi tajam kaki), tidak
spesifik untuk trombosis vena profunda karena nyeri ini dapat
didatangkan oleh setiap kondisi yang menyakitkan pada betis.
• Pada beberapa kasus, tanda embolus pulmonal merupakan indikasi
pertama adanya trombosis vena profunda.
• Trombus vena superfisial menyebabkan nyeri tekan, kemerahan, dan
rasa hangat pada area yang terkena.
●
05
Miometritis
Miometritis
Gejalanya berupa:
1. demam
2. uterus nyeri tekan
3. perdarahan vaginal
4. nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi
postpartum.
06
Peritonitis
Peritonitis
Selain itu salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti Gonorrhea,
Chlamydia, infeksi puerperal dan post abortus. Beberapa bakteri yang paling umum
bertanggung jawab untuk salpingitis meliputi:
1) Chlamydia
2) Gonococcus (yang menyebabkan gonore)
3) Mycoplasma
4) Staphylococcus
Prosedur Terapi
Prosedur Terapi Salpingitis (perlengketan tuba) Perawatan penyakit salpingitis dilakukan
dengan pemberian antibiotic (sesering mungkin sampai beberapa minggu). Antibiotik dipilih
sesuai dengan mikroorganisnya yang menginfeksi. Perawatan dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
1. Antibiotik
Antibiotik diberikan untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85% dari
kasus.
2. Cefoxitin
Cefoxitin, 2 g intravena setiap 6 jam, atau cefotetan, 2 g setiap 12 jam, ditambah doksisiklin,
100 mg intravena atau oral setiap 12 jam. Rejimen ini dilanjutkan setidaknya selama 24 jam
setelah pasien menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan. Doxycycline, 100 mg dua kali
sehari, harus dilanjutkan untuk menyelesaikan total 14 hari terapi.
Lanjutan
3. Perawatan di rumah sakit
Perawatan penderita salpingitis di rumah sakit adalah dengan memberikan
obat antibiotic melalui Intravena(infuse) Jika terdapat keadaan-keadaan yang
mengancam jiwa ibu.
4. Tindakan Bedah
Pembedahan pada penderita salpingitis dilakukan jika pengobatan dengan
antibiotic menyebabkan terjadinya resistan pada bakteri.
5. Berobat jalan
jika keadaan memburuk bantu mencapai rasa nyaman :
• Mandi teratur
• Obat untuk penghilang gatal
• Pompres hangat pada bagian abdomen yang merasa nyeri
• Pemberian terapi analgesic
Lanjutan
Pasangan yang diajak hubungan seksual harus dievaluasi, disekrining dan
bila perlu dirawat, untuk mencegah komplikasi sebaiknya tidak melakukan
hubungan seksual selama masih menjalani perawatan untuk mencegah
terjadinya infeksi kembali.
08
PID
PID
Perdarahan Postpartum Sekunder Perdarahan bisa saja terjadi pada seorang ibu
perdarahan nifas. Postpartum sekunder (postpartum bleeding) adalah perdarahan yang
berlangsung lebih dari 24 jam dan dapat mengakibatkan perdarahan sebanyak 500 mL
atau lebih setelah persalinan pervaginam atau 1000 mL atau lebih setelah melahirkan
secara SC (Amelia Silvi Warda Nur, 2019).
Etiologi
1) Data subjektif
Ibu nifas yang mengalami perdarahan akibat rest plasenta biasanya mengeluhkan rasa
mules pada perut dan teraba keras pada daerah fundus uteri yang merupakan tanda uterus
berkontraksi baik (Joseph dan Nugroho, 2011).
2) Data objektif
pada ibu nifas dengan rest plasenta diantaranya penurunan tekanan darah, takikardi,
tachypnea, wajah pucat, akral dingin, terjadi perdarahan segera, kontraksi uterus yang
adekuat tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang, luka laserasi baik (Joseph dan Nugroho,
2011).
Penatalaksanaan