Anda di halaman 1dari 38

GINEKOLOGI

Shylvia Dewi
Perdarahan Pervaginam

HAMIL ?  HPHT ? PREGNANCY


TEST ?

Tidak hamil/tidak Kehamilan < 20 Kehamilan > 20


berkaitan dengan
minggu minggu
kehamilan

POLIP DD: DD:


ADENOMIOSIS
KET Solusio Plasentae
LEIOMYOMA
MALIGNANSI
Mola Hidatidosa Plasenta previa
_______________ Abortus
Coagulopathy
Ovulatory dysfunction
Endometrial
Iatrogenic
Not yet classified
CA SERVIKS
 Faktor resiko
 Infeksi HPV (16,18,45,46)
 Menikah usia muda
 Pertama kali koitus usia muda
 Berganti-ganti pasangan seks
 Rokok
 Paritas
 ras
CA SERVIKS
 Tampilan klinis :
 Anamnesis perdarahan pervaginam (terutama setelah
berhubungan seksual) uretra atau rektum, keputihan berbau,
penurunan berat badan.
 Deteksi dini
 Pemeriksaan sitologi (pap smear), IVA (inspeksi visual asam
asetat) test
 Gold Standart : colposcopy + biopsi
 IVA test : positif bila terlihat gambaran acetowhites area (lesi
prakanker).
IVA TEST
Interpretasi:
IVA negatif: serviks normal, permukaan epitel licin, tdk
ada reaksi acetowhite
Inflamasi/ infeksi: Serviks dengan peradangan
(servisitis). Kelainan jinak lainnya (polip)
IVA positif: terlihat bercak putih (reaksi acetowhite).
Semakin putih, tebal dan ukuran yang besar dengan tepi yg
tumpul, semakin berat derajat kelainan.
Kanker serviks: gambaran pertumbuhan massa seperti
kembang kol, kemungkinan ditemukan jaringan nekrotik,
rapuh, mudah berdarah dengan gambaran putih yang keras.
PAP SMEAR
 Dilakukan saat kondisi seviks tidak dalam keadaan inflamasi /
infeksi.
 Negatif palsu : sampel tidak adekuat, salah lokasi pengambilan
sampel, kesalahan pembacaan
 Paling baik saat fase proliperatif. Diambil 24-48 jam setelah
berhubungan seksual.
 3 tahun setelah berhubungan seksual pertama kali pada wanita
yang sudah berhubungan sebelum usia 21 tahun.
 Usia < 30 tahun : screening setiap tahun
 Usia > 30 tahun : screening setiap tahun /2 tahun
 Screening bisa dihentikan setelah usia 65 tahun
LESI PRE-KANKER / CERVICAL DYSPLASIA

 Perubahan abnormal sel pada permukaan serviks dilihat


menggunakan mikroskop
 Histologi
 Cervical intraepitelial neoplasma (CIN) I, CIN II (moderate), CIN III
( severe).
 Sitologi
 Low grade SIL (squamous intraepithelial lession), High grade SIL
INTERPRETASI PAP SMEAR 
THE BETHESDA SYSTEM (TBS)

I. SEL SKUAMOSA:
= ASCUS  Observasi, PAP Smear ulangan
= LGSIL - HPV  Kolposkopi
- DISPLASIA RINGAN / NIS 1
= HGSIL - DISPLASIA SEDANG / NIS 2
- DISPLASIA BERAT / NIS 3  Konisasi
- KARSINOMA INSITU / NIS 3
= KARSINOMA SEL SKUAMOSA
NB:
 ASCUS : atypical squamous cell undetermined
significance
 LSIL : low grade squamous intraepithelial lesion

 HSIL : high grade squamous intraepithelial lesion

 NIS : neoplasma intraepithelial servical


STAGING
 Stage 0 : carcinoma in situ
 Stage I : terbatas di serviks

 Stage II : keluar dari serviks tapi belum sampai dinding pelvis, 1/3
proksimal vagina
 Stage III : lesi sudah sampai ke dinding pelvis dan 1/3 distal vagina

 Stage IV : sudah menginvasi vesika urinaria, rectum, atau metastase


MIOMA UTERI
 Def : tumor jinak yang berasal dari jaringan otot polos uterus
 Gejala klinis
 Anamnesis
 Menorrhagia dan menstrusasi memanjang

 Nyeri pelvis

 Gejala pendesakan ruang

 Abostus spontan

 Infertilitas

 PF
 Teraba massa di abdomen berbatas tegas, mobile, konsistensi padat

 Uterus teraba membesar dan keras


MIOMA UTERI
 Klasifikasi berdasarkan lokasi
 Submukosa : di lapisan endometrium
 Intramural : dilapisan mioetrium
 Subserosa : dilapisan parametrium
 Intracavity (mioma geburt) : menggantung di dalam cavum uteri
( dapat keluar masuk ke vagina).
 Pedinculated (mioma satelit): menggantung di luar cavum uteri
 Pemeriksaan penunjang
 USG : Whorl like pattern / tersusun seperti konde
 Tatalaksana
 Mioma kecil : observasi/hormonal GnRH
 Mioma besar / mendesak ruang sekitarnya : myomectomi /
hysterectomi.
UTERINE FIBROIDS/MIOMA UTERI
CA ENDOMETRIUM
 75 % terjadi post menopause
 Etiologi : obesitas, PCOS, DM dan hipertensi

 Post menopausal Bleeding.


SINDROM POLIKISTIK OVARIUM
 Terdapat hiperandrogenemia pada wanita
 Gejala Klinis
 Siklusmenstruasi irreguler
 Oligomenirhea
 Amenorhea
 Hiperandrogen (hirsitisme, jerawat, alopesia)
 Obesitas
 Akantosis nigrikan
PELVIC INFLAMATORY DISEASE
 Infeksi dan inflamasi pada uterus, tuba falopi, dan
adneksa pelvis akibat perluasan infeksi pada serviks.
 Gejala klinis
 Nyeri goyang porsio
 Nyeri tekan uterus
 Nyeri tekan adneksa

 Tatalaksana
 Antibiotik sesuai penyebab
 Etiologi
 IMS (Neisseria gonorhea, chlamidya tracomatis)
 Flora normal vagina (Gardnerella vaginalis, H.
influenza, streptococcus agalactie)
ENDOMETRIOSIS
 Ditemukan jaringan endometrium di luar uterus yang menyebabkan
inflamasi. Lokasi : GIT, Saluran Kemih, jar lunak, diafragma.
 Klinis :
 Dismenorrhea berat
 Nyeri perlvis kronis juga ditemukan saat berhubungan seks
 Nyeri diantara siklus menstruasi (Mittleschmertz)
 Infertilitas
 Nyeri BAB saat menstruasi

 Tatalaksana
 Farmakoterapi : GnRH, Kontrasepsi oral, progestin, aromatase inhibitor,
analgetik
 Pembedahan
AMENORHEA
 Tidak adanya menstruasi
 E : kelainan hipofisis, tiroid, adrenal, ovarium

 Klasifkasi :

 Primer :
 Tidak menstruasi setelah usia 16 tahun dengan pertumbuhan

seksual sekunder normal / setelah usia 14 tahun tanpa disertai


pertumbuhan seksual sekunder
 Sekunder
 Tidak menstruasi selama 6 bulan yang sebelumnya menstuasi

normal.
PRE MENSTUAL SYNDROME
 Siklus yang berulang pada menstuasi dimana terjadi stress fisik,
psikologis, dan perubahan sikap yang mengakibatkan gangguan
hubungan interpersonal
DYSMENORRHEA
 Nyeri pada saat menstruasi.
 Primer(tanpa kelainan organ pelvis)
 Sekunder (terdapat kelainan organik)

 Berlangsung 48-72 jam / lebih terasa di perut bagian bawah.


 Tatalaksana NSAID : asam mefenamat, ibuprofen. Aspirin.
NOMENKLATUR PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
Menstruasi dengan perdarahan banyak (>80 ml/siklus)
MENORRHAGIA
atau durasi memanjang > 7 hari

METRORHAGIA Siklus menstruasi irreguler dan interval bervariasi

Siklus Menstruasi memendek <21hari, vol.darah N atau


POLIMENORRHEA
lebih dari normal

INTERMENSTRUAL Perdarahan / spoting di antara siklus menstruasi

Menstruasi irreguler, perdarahan banyak dan


MENOMETRORAGIA
memanjang.

AMENORHEA TDK HAID SELAMA LEBIH DARI 6 BULAN

siklus memanjang >35hari dgn vol. darah lebih sedikit


OLIGOMENORHEA
dari normal
A. KISTA DAN ABSES
BARTHOLIN
 Akibat sumbatan pada duktus / kel bartholini.
 Dapat dilihat dari luar / vulva.
 Lokasi pada labia mayor.
 Tatalaksana  marsupialisasi.
 Jika infeksi akut reda, dilakukan EKSISI seluruh kelenjar
VULVA BARTHOLIN’S CYST
 Kista Gardner
 Kista yang muncul pada liang vagina terutama pada bagina
anterolateral, berasal dari sisa duktus mesonefrik / duktus
wolfii

 Kista nabothi
 Terbentuk karena retensi kelenjar endoserviks (nabothii),
biasanya pada multipara, sebagai penampilan servisitis.
Berwanah putih berisi cairan mukus. Bila menjadi besar
menimbulkan nyeri.
TORCH
PENYAKIT GEJALA DIAGNOSIS TERAPI KET
TOKSOPLASMOSIS Abortus, lahir mati -IgG, IgM,IgA -Spiramycin Penyebab:toksopl
hidrosefalus, -PCR - Pyrimethamin + asma gondii
korioretinitis, -USG sulfonamida
kel.mental

RUBELLA Kel.jantung,mata Gejala kulit, -tak perlu


atau telinga janin demam Cegah komplikasi
imunologis

CYTOMEGALOVIRU Kel.otak & telinga serologis Tidak ada Transmisi via


S (CMV) saliva,
urine,sekret
genital
HERPES SIMPLEX -ulkus serologis Acyclovir
VIRUS -herpes neonatal
-abortus,
kerusakan syaraf

CHLAMYDIA -servisitis, serologis Clindamycin,


salpingitis dan spiramycin
infertilitas
34
PUBERTAS DINI
 Pubertas lebih cepat dibandingkan seharusnya
 Normal :
 Laki– laki : pubertas usia 9-14 tahun
 Perempuan : pubertas 8-13 tahun

 Pembesaran payudara sebelum umur 8 tahun,


 Menarche sebelum umur 10 tahun,

 Tumbuh rambut yang kasar dan tebal di pubis dan ketiak

 Pembesaran penis atau klitoris yang tidak sesuai dengan umur anak
INFERTILITAS
 Defenisi
 Kegagalan pasangan pada usia reproduksi untuk menjadi hamil setelha
setidaknya koitus regular, tanpa kontrasepsi, selama 1 tahun
 Tipe :
 Infertilitas primer
 Belum pernah hamil walaupun bersenggama tanpa kontrasepsi selama minimal 1
tahun
 Infertilitas sekunder
 Pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama
tanpa kontrasepsi selama minimal 1 tahun
INFERTILITAS
 Tidak terjadi kehamilan selama satu tahun dengan hubungan seksual 2-3 x /
minggu tanpa kontrasepsi
 Volume >2.0 ml
 pH >7.2
 Konsentrasi >20.0x 106/ml
 Jumlah total >40.0x 106/ml
 Motilitas > 25% gerak (a)
 > 50% gerak(a)+(b) dalam waktu 60 menit
 Morfologi > 30% bentuk normal(*)

Anda mungkin juga menyukai