Anda di halaman 1dari 6

Gonore:

Definisi

Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh neisseria gonorhoeae.

Epidemiologi

Gonore terdapat dimana mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin yang terbanyak
dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan maupun setelah menderita penyakit. Juga tidak ada
perbedaan mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa atau jenis kelamin atau umur.

Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan di dunia. Beberapa
strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin, quinolon dan antibiotic lainnya telah
ditemukan beberapa tahun yang lalu dan membawa persoalan dalam pengobatan, telah tersebar
di beberapa Negara.

Patomekanisme:

Gonokokus (nesseria gonorhoeae) dapat bertahan di dalam uretra meskipun proses hidrodinamik
akan membilas organism dari permukaan mukosa. Oleh karena itu, gonokokus harus dapat
melekat dengan efektif pada permukaan mukosa. Perlekatan gonokokus dengan perantaraan pili,
dan mungkin permukaan epitel lainnya. Hanya mukosa yang berlapis epitel silindris dan kubis
yang peka terhadap infeksi gonokokus.

Gonokokus akan melakukan penetrasi permukaan mukosa dan berkembang biak dalam jaringan
subepitelial. Gonokokus akan menghasilkan berbagai produk ekstraseluler seperti fosfolipase,
peptidase yang dapat mengakibatkan kerusakan sel. Adanya infeksi gonokokus akan
menyebabkan mobilisasi leukosit PMN (polymorpho nuclear), menyebabkan terbentuknya mikro
abses subepitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN dan gonokokus.

ETIOLOGI

Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru
diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4
spesies, yaitu N.gonorrhoeae N. meningitides yang bersifat pathogen serta N.catarrhalis dan
N.pharyngis ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.

GEJALA KLINIS

Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih
lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis
yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada
wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. Gambaran klinis dan
komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh
karena itu perlu pengetahuan susunan anatomi genitalia pria dan wanita. Berikut ini dicantumkan
infeksi pertama dan komplikasi, baik pada pria maupun pada wanita.

Pada pria

Infeksi pertama Komplikasi

Uretritis Lokal: Tysonitis


parauretritis
littritis
Cowperitis
Asendens: prostatitis
vesikulitis vas deferentitis/
funkulitis
epididimitis
trigonitis

Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa: artritis perikarditis miokarditis
meningitis endokarditis dermatitis

Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita
dapat berupa orofaringitis, proktitis, dan kon- jungtivitis.

1. Pada pria

Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke
proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens, dan diseminata.
Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium
uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung
uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa. dan
ektropion. Tampak pula duh tubuh yang kopumulen, dan pada beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral
Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada
penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik.
Diagnosis dibuat berdasarkan di temukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah
frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan
sumber infeksi laten
Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi
pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra Littritis Tidak ada
gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir- butir. Bila salah satu
saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
Cowperitis Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi
pada kelenjar Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan
pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan
disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum
dan mengakibatkan proktitis.
Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri ken- cing sampai hematuri, spasme otot uretra
sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada
pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan
didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk
ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis. Bila prostatitis menjadi
kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak
enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada
pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan.
Pemeriksaa dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokukus atau
gonokokus.
Vesikulitis
Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatoris,
dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala subyektif
menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri
pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah Pada pemeriksaan
melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti
sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat
yang membesar.
Vas deferentitis atau funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama
Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiap epididimitis biasanya disertai
deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada
uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri.
Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan,
cairan irigator terlalu panas atau terlalu pekat, Instrumentasi yang kasar, pengurutan
prostat yang berlebihan, atau aktivitas seksual dan jasmani yang berlebihan. Epididimitis
dan tali spermatika mem- bengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai
hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis
dapat mengakibatkan sterilitas
Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Trigonitis
menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.

PENGOBATAN

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin efek
toksiknya. Dulu ternyata pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang
tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae Penghasil Penisilinase (N.G.P.P.). Secara epidemiologis
pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat
dipakai antara lain:

Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid.
Angka d kesembuhan di bagian kami pada tahun 1991 k ialah 91,2%. Di RSCM 3 juta
unit + 1 gram probenisid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya
alah alergi penisilin Mengingat tingginya kasus gonore dengan strain NGPP dan juga
dengan tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka pada saat ini
pemakaian penisilin tidak dianjurkan lagi
Ampisilin dan amoksisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1987 hanya 61,4%, sehingga
tidak dianjurkan. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi
penisilin. Untuk daerah dengan Neisseria gonorrhoeae penghasil Penisilinase (N.G.P.P.)
yang tinggi, ampisilin, dan amoksisilin juga tidak dianjurkan
Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan
dosis 0.50 sampai 1.00 g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal
memberi angka kesembuhan 95%.
Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i m. Baik, untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami 1
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
Kanamisin
Dosisnya 2 gram i m. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1985 ialah 85%.
Baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal de ngan pengobatan penisilin dan
tersangka sifilis.
Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1988
ialah 97,7%. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan
Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, 250-500
mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral Angka kesembuhan di bagian kami tahun 1992
untuk pada ofloksasin masih tinggi, yakni 100%. Mengingat pada beberapa tahun terakhir
ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofoksasin semakin tinggi, maka golongan
kuinolon yang dianjurkan ada levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal.

GONORE YANG DISEBABKAN OLEH NEISSERIA GONORR40EAE PENGHASIL


PENSILNASE (N.G.P.P)

Pada permulaan tahun 1976 N.G.P.P ditemukan pertama kali di Timur Jauh, dan segera
setelah itu atau hampir bersamaan waktunya ditemukan di Amerika Serikat satu galur Neisseria
gonorrhoeae yang mampu membuat enzim peni- silinase atau betalaktamase yang dapat merusak
penisilin menjadi senyawa inaktif, Galur demikian dikena sebagai P.P.N G. atau Penicilinase
Producing Neisseria gonorhoeae

Gonore dengan galur Neisseria gonomhoeae Penghasil Penisilinase (N.G.P.P.) ini sukar
diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun dengan peninggian dosis. Disamping itu harus
dibedakan dengan gonokok yang resisten ringan terhadap antibiotik yang disebabkan karena
mutasi pada lokus. Resistensi ringan ini masih dapat diobati dengan penisilin dengan cara
peninggian dosis penisilin dan disebut resisten relatif.

Gejala klinis dan komplikasi gonore dengan galur N.G.P.P. ini tidak terbeda dengan
gonore biasa. Cara diagnostiknya ialah dengan melakukan tes iodometrik atau asidometrik pada
koloni yang tumbuh pada pembiakan. Sejak 1978 di Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Jakarta telah dimulai penyelidikan terhadap galur N.G.P.P. waktu itu
belum berhasil ditemukan. Baru pada tahun 1980 WIJAYA dkk., melaporkan telah menemukan
4 kasus N.G.P.P. pada 60 orang P.S.K (pekerja seks komersil) yang diperiksa pada suatu lokasi
W.T.S di Jakarta (6,6%). Pada tahun 1980 SUHARNO melaporkan telah berhasil menemukan
galur N G.P.P. sejumlah 17 semua galur Neisseria gonorrhoeae yang berhasil diisolas di Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedok teran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta, SJAIFUL dkk, pada
tahun 1982 pada penelitian yang telah dilakukan di dua lokasi WTS di Jakarta menemukan galur
N.G.P.P, sebesar 37% dari 54 kasus gonore

PENGOBATAN

Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore akibat galur N.G.P.P., ialah
kuinolon, spektinomisin, kanamisin, sefalosporin dan tiamfenikol. Mengingat begitu cepatnya
peningkatan frekuensi galur N.G.P P., kita harus waspada bahwa dalam jangka waktu yang
singkat akan ditemukan frekuensi galur N.G.P P. yan lebih tinggi. Karena itu pengobatan gonore
dengan penisilin dan derivatnya perlu ditinjau lagi efektivitasnya
PENATALAKSANAAN URETRITIS GONORE PADA SAAT INI

Pada penatalaksanaan uretritis gonore, sebelumnya kita harus memperhatikan fasilitas


laboratorium yang ada untuk menemukan penyebabnya. Begitu juga dalam hal penatalaksanaan
duh tubuh uretra, prinsipnya pertama kali ditujukan untuk uretritis gonore dan bila kemudian
ternyata ditemukan uretritis nongonore, maka pengobatannya baru dilaksanakan setelah infeksi
gonorenya teratasi. Oleh karena itu pada praktis nya perlu dibedakan antara ada atau tidak
adanya fasilitas pemeriksaan mikroskopis (lihat tabel 54-2 dan 54-3) untuk daerah yang
mempunyai fasilitas laboratorium lebih lengkap, bentuk penatalaksanaannya akan lebih
sempurnah (table 54-4).

Anda mungkin juga menyukai