Anda di halaman 1dari 13

GONORE

Pendahuluan
Sebelum tahun 1970 hampir 90% kasus urethritis belum diketahui penyebabnya. Sedang
yang 10% sudah diketahui penyebabnya, yaitu gonokok, trichomonas vaginalis, Candida
Albicans, dan benda-benda asing. Dengan semakin majunya fasilitas diagnostik sesudah tahun
1970 penyebab urethritis sudah diketahui kurang lebih 75%, sedangkan sisanya 25% lagi masih
dalam taraf penelitian.1
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidensi yang tinggi diantara Infeksi
Menular Seksual. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase
Producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG). Kuman ini meningkat dibanyak negara termasuk
Indonesia.1
Pada umumnya penularannya melalui hubungan seksual yaitu secara genito-genital, oro-
genital dan ano-genital. Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-
alat, pakaian, handuk, thermometer dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal
GONORE genital dan GONORE ekstragenital.1

Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorhoeae.1 Sedangkan urethritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra
yang disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae , suatu diplokokus Gram negative yang reservoir
alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari orifisium uretra
eksternum. Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas seksual.1

Etiologi

Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan
baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk kedalam grup Neisseria dan
dikenal ada empat spesies. N. ghonorrheoeae dan N. gitidis yang bersifat pathogen serta N.
catarrhalis dan N. pharynges yang sulit dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok
termasuk kedalam golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang
1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram
negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosirt, tidak tahan lama dalam udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 Cdan tidak tahan cat desinfektan. Secara
morfologik gonokok terdiri atas empat tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang memiliki pili yang bersifat
virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak memiliki pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat
pada epitel mukosa dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi
adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang
(immatur), yakni pada vagina wanita yang belum pubertas. 1

Gambar 1. Penampakan mikroskopik N. Gonore

GEJALA KLINIS

Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariai antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri,
tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala yang sama sehingga tidak diperhatikan oleh
penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.1

Pada pria

Infeksi pertama Komplikasi


Uretritis Lokal: Tysonitis
Parauretritis
Littritis
Cowperitis
Asenden:
Prostatitis
Vesikulitis
Vas deferentitis/funikulitis
Vas deferntitis
Epididimitis
Trigonitis
Pada wanita

Infeksi pertama Komplikasi


Uretritis Lokal: Parauretritis
Bartholinitis
Servisitis Asenden:
Salpingitis
PID (Pelvic Infalmmatory Disease) / penyakit radang
pinggul

Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa:1

- Artritis - Perikarditis
- Miokarditis - Meningitis
- Endokarditis - Dermatitis
1. Pada pria
Uretritis

Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar
ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komlikasi lokal, asenden, dan diseminata.
Keluhan subyejtif berupa rasa gatal, panas di bagian diatal uretra di sekitar orifisium
uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung
uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu
ereksi.1

Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa,


dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran kelenjar
getah bening inguinal unilateral dan bilateral.1

2. Pada wanita
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada
wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan
hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang kalau
sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan
antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana.1

Di samping itu wanita menngalami tiga masa perkembangan:

1. Masa prepubertas: epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis),
sehingga terjadi vaginitis gonore.
2. Masa reproduktif: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal dengan
banyak gllikogen dan basil DÖderlein. Basil DÖderlein akan memecahkan glikogen
sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk
tumbuhnya kuman gonokok.
3. Masa menopause: selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun,
dan basil DÖderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkkurang dan suasana
ini menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis
gonore.
Pada mulanya hanya tampak serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang
mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan menyerang
uretra, duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rektum, dan dapat juga naik ke atas sampai
pada daerah kandung telur.1

Uretritis

Gejala utama adalah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan,


orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen.

Servisitis
Dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Duh tubuh akan trelihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis
yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.1

2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahapan.:

A. Sediaan langsung
Pada uretritis gonore akut, sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan
ditemukan gonokok negatif-Gram intraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil
dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara
kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum.1

B. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang
dapat digunakan:1
1. media transpor
2. media pertumbuhan
Keberhasilan kultur gonokokus tergantung 3 faktor:
1. Cara yang digunakan untuk mengambil spesimen dan cara inokulasinya.
2. Pemilihan media yang mampu menumbuhkan gonokokus dari inokulasi yang
kecil.
3. Pemberian antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan kuman
komensal tanpa menghambat pertumbuhan gonokokus.
Contoh media transpor:

 Media Stuart
Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan

 Media Transgrow
Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis; dalam
perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media
transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidka perlu ditanam pada media
pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan
menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.1

Contoh media pertumbuhan:1

 Mc Leod’s chocolate agar


Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok,
kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh.

 Media Thayer Martin


Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk
menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolestimetat untuk menekan
pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan
jamur.

 Modified Thayer Martin agar


Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman
Proteus spp.

C. Tes difinitif
1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua
Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.1

Tes oksidasi untuk membuktikan bahwa koloni yang tumbuh adalah koloni
Neisseria. Pada koloni diteteskan larutan tetrametil p-fenilendiamin
dihidroklorida 1%. Apabila tes oksidasi positif warna koloni berubah
menjadi merah muda sampai ungu. Ada juga yang menggunakan potongan
kertas yang mengandung reagen / indikator naftol dan dimetilparafenilen-
diamin (NaDi), koloni kuman tersangka dioleskan pada potongan kertas
tersebut, dalam waktu 20-60 detik kertas terlihat berwarna biru sampai biru
tua. Dengan adanya oksigen dan sitokrom oksidase, NaDi sebagai bahan
organik akan direduksi menjadi molekul kondensasi berwarna biru
indofenol. Tes ini juga positif pada beberapa mikroorganisme lain, misalnya
Vibrio spp.y Brucella spp., dan Pseudomonas spp..1

2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa,
maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. Tes ini
digunakan untuk membedakan N.gonorhoeae dengan spesies Neisseria
yang Iain. Media yang digunakan adalah cystine trypticase yang
mengandung glukosa, maltosa, sukrosa dan laktosa, serta fenol merah
sebagai indikator. Hasilnya positif bila wama berubah menjadi kuning.

D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim
beta-laktamase.1

E. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada
waktu itu ialah pengobatan setempat.1
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:

 sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi


 urin dibagi dalam dua gelas
 tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit
80-10ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas sukar dinilai karena
menguras uretra anterior.1

Hasil pembacaan:
Gelas I Gelas II Arti
Jernih jernih tidak ada infeksi
Keruh jernih infeksi uretritis anterior
Keruh keruh panuretritis
Jernih keruh tidak mungkin
Tabel 2. Hasil Pembacaan tes Thompson1

Tabel 3. Rekomendasi pemeriksaan laboraborium1

2.6 PENATALAKSANAAN

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit
mungkin efek toksiknya. Ternyata pilihan utama adalah penisilin + probenesid kecuali di
daerah yang tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae Penghasil Penisilinase. Secara
ewpidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-
macam obat yang dapat diapaki antara lain Penisilin, Ampisilin dan amoksisilin, Sefalosporin,
Spektinomisisn, Kanamisin, Tiamfenikol, Kuinolon.1
Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore karena galur N.G.P.P adalah
kuinolon, spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, dan tiamfenikol.Pada penatalksanaan
uretritis gonore, sebelumnya kita harus memperhatikan fasilitas laboratorium yang ada untuk
menemukan penyebabnya. Begitu juga dalam hal penatalaksanaan duh tubuh uretra, prinsipnya
pertama kali ditujukan untuk uretritis gonore dan bila kemudian ditemukan uretritis nongonore,
maka pengobatannya baru dilaksanakan setelah infeksi gonorenya teratasi.1
Penisilin

Yang efektif adalah penisilin G prokain akua. Dosisnya adalah 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan adalah 91,2%. Pengunaan di RSCM adalah 3 juta unit + 1 gram
probenesid. Kontra indikasinya adalah alergi penisilin. Mengingat tingginya kasus gonore
strain NGPP dan tingginya tingkat resistensi gonore non NGPP, penggunaan penisilin tidak lagi
dianjurkan. Dapat menutupi gejala sifilis1

Ampisilin dan Amoksisilin

Dosis ampisilin adalah 3,5 gram + 1 gram probenesid sedangkan amoksisilin adalah 3 gram +
1 gram probenesid. Angka kesembuhannya hanya 61,4% sehingga tidak dianjurkan terlebih
pada daerah dengan kasus gonore NGPP. Kontraindikasinya adalah alergi penisilin.1

Sefalosporin

Beberapa generasi ketiga sefalosporin menunjukan efektivitas dalam pengobatan


gonore. Sefiksim memiliki kelebihan karena dapat diberikan per oral. Sedangkan kemanjuran
pengobatan seftriakson terhadap gonore dan chancroid tetah terbukti.1
Selain untuk pengobatan gonore ano- genital tanpa komplikasi, pemberian seftriakson
dosis tunggal juga efektif untuk oftalmia neonatorum dan konjungtivitis, serta infeksi farings
yang disebabkan oleh gonokokus. Oleh karena harganya yang mahal, orang cenderung
menggunakan seftriakson dengan dosis kurang dari 125 mg. Namun hal ini akan mempercepat
terjadinya resistensi dan cara pengobatan demikian tidak dianjurkan.1
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon
dengan dosis 0,5-1 gram i.m. sefiksim dengan dosis 400 mg per oral dosis tunggal dengan angka
kesembuhan >95%.1

Spektinomisin

Dengan dosis 2 gram i.m. Baik untuk pasien dengan alergi penisilin ataupun gagal dengan terapi
penisilin. Dapat diberikan untuk penderita sifilis karena tidak menutupi gejalanya. 1

Kanamisin
Dosis 2 gram i.m. angka kesembuhan 85%. Baik untuk pasien dengan alergi penisilin ataupun
gagal dengan terapi penisilin. Dapat diberikan untuk penderita sifilis karena tidak menutupi
gejalanya.1

Tiamfenikol

Dosisnya 3,5 gram per oral. Angka kesembuhan 97,7%. Tidak dianjurkan penggunaannya pada
kehamilan.1

Kuinolon

Dari golongan ini yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500 mg,
dan norfloksasin 800 mg per oral. Angka kesembuhan ofloksasin masih tinggi hampir 100%.
Mengingat terjadi peningkatan resistensi terhadap ofloksasin dan norfloksasi, dianjurkan
penggunaan levofloksasin 250 mg per oral. Ofloksasin diberikan dua kali sehari selama 7 hari.
Cara ini cukup efektif untuk pengobatan baik terhadap gonore maupun klamidiosis, namun
penggunaan obat-obat ini menjadi terbatas mengingat mahalnya obat-obat ini dan lamanya
waktu pengobatan yang akan mempengaruhi kepatuhan pasien.1

Tetrasiklin
Berbagai jenis tetrasiklin dengan tingkat kemanjuran yang setara sudah cukup tersedia, dan
obat-obat ini dapat digunakan sebagai pengganti untuk doksisiklin dan tetrasiklin hidroklorid.1

2.7 KOMPLIKASI

Pada Pria:

Tysonitis

Kelenjar Tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya


terjadi pada penderita yang memilki preputium yang panjang dan dengan hygine yang
kurang. Diagnosis ditegakan dengan ditemukannya butir-butir pus atau pembengkakan
pada frenulum dengan nyeri tekan positif. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan
merupakan sumber infeksi yang laten.1

Parauretritis

Sering pada pasien dengan urifisium urethra eksternum yang terbuka atau
dengan hipospadia. Infeksi duktus ditandai dengan butir-butir pus pada kedua muara
urethra.1
Litritis

Tidak memiliki gejala khusus selain ditemukan butir-butir atau benang-benang


pada urin. Bila salah satu duktus tersumbat dapat terjadi abses parafolikular.
Didiagnosis dengan uretroskopi.1

Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada
kelenjar Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada
daerha perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria.
Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum dan
mengakibatkan proktitis.1

Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing samapi hematuri, spasme otot uretra
sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada
pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan
didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk
ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis.1

Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-
kadang menetap. Terasa tidka enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak
bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan
sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit
menemukan kuman diplokok atau gonokok.1

Vesikulitis
Vesikulitis adalah radang akut yang mengenani vesikula seminalis dan duktus
ejakulatorius, dapat timbul menyertai protatitis akut atau epididimitis akut. Gejala
subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria
terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah.1

Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang


membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit
menemukan batas kelenjar prostat yang membesar.1
Vas deferentitis atau funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang
sama.1

Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiapepididimitis biasanya disertai
derefentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis adalah trauma pada
uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita
sendiri. Faktor yang mempenngaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering
dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar,
pengurutan prostat yang berlebihan, atau aktivitas seksual dan jasmani yang berlebihan.
Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga
menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai
kedua epididimitis dapat menngakibatkan sterilitas.1

Trigonitis
Infeksi asenden dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria.
Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.1

Pada Wanita:

Parauretritis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.1

Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan.
Kelenjar Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat
pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidka diobati dapat terjadi rekuren atau menjadi
kista.1

Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi, yaitu:
- masa puerpurium (nifas)
- dilatasi setelah kuretase
- pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Cara infeksi lanngsung dari serviks melalui tuba Fallopii sampai pada daerah
salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP).
Infeksi PRP ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10%
wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada abdomen
bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur dan abnormal.1
Harus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang
menimbulkan gejala hampir sama, misalnya: kehamilan di luar kandungan, apendisitis
akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitis. Untuk
menegakkan diagnosis dapat dilakukan pungsi kavum Douglas dan dilanjutkan kultur
atau dengan laparoskopi mikroorganisme.1
Selain mengenai alat-alat genital, gonore juga dapat menyebabkan infeksi
nongenital yang akan diuraikan berikut ini:

Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi
karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal pada
pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar
pada daerah anus dan pada pemeriksaan mukosa eritematosa, edematosa, dan tertutup
pus mukopurulen.1

Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore
lebih sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan sering bersifat
asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat
mukopurulen yag ringan atau sedang.1

Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menserita
servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva
melalui tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak, dan
merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya
ulkus kornea, panoftalmitis ampai timbul kebutaan.1
Gonore diseminata
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore akan berlanjut
menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita gonore
asimtomatik sebelumnya, terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa:
artritis (terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan
dermatitis.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF. Gonore. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. P. 369-79.

Anda mungkin juga menyukai