Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

PARKINSON

Pembimbing:

dr. Zaki, Sp. S

Disusun Oleh:

Fadhilla Rahma Jodi Putri

2013730033

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT SYARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus mengenai Parkinson ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Zaki, Sp.S yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan


penulisan laporan kasus ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.

Banjar, September 2017

Fadhilla Rahma Jodi Putri


STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E

No. RM : 2859xx

Umur : 58 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Cipaliuh, Banjar

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal Periksa : 23 Agustus 2017

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan metode autoanamnesis pada pasien di Poliklinik Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar.

A. Keluhan Utama
Tangan kanan dan kiri gemetar sejak 1 bulan yang lalu

B. Keluhan Tambahan
Tangan kanan dan kiri gemetar saat sedang istirahat atau saat sedang tidak melakukan
aktivitas dan bibir juga gemetar

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Kota Banjar dengan keluhan kontrol
penyakit yang dideritanya yaitu tangan kanan dan kiri gemetar sejak 1 bulan yang
lalu. Tangan kanan dan kiri gemetar saat sedang istirahat atau saat sedang tidak
melakukan aktivitas. Getaran mula-mula dirasakan di jari-jari tangan kemudian lama-
lama getaran dirasakan di seluruh tangan dan dirasakan ketika sedang beristirahat. Hal
ini membuat pasien menjadi sulit memegang barang seperti sendok dan garpu ketika
makan. Pasien juga mengeluh bibirnya juga gemetar.

D. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit dengan keluhan serupa disangkal. Pasien tidak ada gangguan dalam
berbicara, menelan, halusinasi maupun ingatan, gangguan tidur dan gangguan buang
air kecil. Pasien memiliki riwayat hipertensi.
E. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit di keluarga dengan keluhan serupa disangkal.

F. Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan.

G. Riwayat Pengobatan :
Pasien mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dari Poliklinik Saraf RSUD Kota
Banjar sejak 1 bulan yang lalu.

H. Riwayat Alergi:
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah: 101/65 mmHg

Suhu : 360C

Nadi : 85 x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

Nafas : 20 x/menit, reguler

Status Generalis

Kepala : Normochepal, rambut beruban dan lurus, tidak mudah rontok

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)

Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)

Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-)


Thoraks

Paru

Inspeksi : Simetris (+/+), retraksi (-/-)

Palpasi : Simetris (+/+) tidak ada yang tertinggal

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler kiri = kanan, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba


Perkusi :
o Batas kanan bawah, SIC IV linea parasternalis dextra
o Batas kiri Atas, SIC II linea parasternalis sinistra
o Batas kiri bawah, SIC V linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ I-II ireguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Permukaan rata

Auskultasi : BU (+) Normal

Palpasi : hepatosplenomegali (-)

Perkusi : Timpani

Ekstremitas

Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

IV. STATUS NEUROLOGIS


RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk : Tidak dilakukan
Lasegue sign : Tidak dilakukan
Kernig sign : Tidak dilakukan
Brudzinski I : Tidak dilakukan
Brudzinski II : Tidak dilakukan
Brudzinski III : Tidak dilakukan

NERVUS KRANIALIS

N.I (Olfaktorius) :

Dextra Sinistra
Daya Pembauan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.II (Optikus)
Dextra Sinistra
Visus 6/6 6/6
Lapang Pandang Dalam batas normal Dalam batas normal
Pemeriksaan fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.III (Okulomotoris), N. IV (Troklearis), dan N. VI (Abdusens)


Dextra Sinistra
Ptosis (-) (-)
Pupil
a. Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
b. Diameter 3 mm 3 mm
c. Reflex Cahaya
Direk (+) (+)
Indirek (+) (+)
Gerak bola mata Normal Normal

N.V (Trigeminus)
Dextra Sinistra
Motorik
a. Menggigit Normal Normal
b. Membuka mulut Normal Normal
Sensibilitas
a. Oftalmikus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. Maksila Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. Mandibula Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks
Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.VII (Facial)
Dextra Sinistra
Motorik
a. Mengangkat alis Normal Normal
b. Menutup mata Normal Normal
c. Tersenyum sambil Normal Normal
memperlihatkan
gigi

Sensorik
a. Daya kecap lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2/3 depan

N.VIII (Vestibulokoklearis)
Dextra Sinistra

Pendengaran
a. Test bisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. Test Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. Test Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
d. Test Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
e. Berdiri dengan mata Normal Normal
terbuka
f. Berdiri dengan mata Normal Normal
tertutup

N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)


Arkus faring
a. Pasif Normal
b. Gerakan aktif Normal
Uvula
a. Pasif Normal
b. Gerakan aktif Normal

Disfonia (-)

Disfagia (-)

N. XI (Assesorius)
Dextra Sinistra
Memalingkan kepala dan leher Normal Normal

Mengangkat bahu Normal Normal

N.XII (Hypoglosus)
Posisi lidah Normal
Papil lidah Normal
Atrofi otot lidah (-)
Fasikulasi lidah (-)

FUNGSI MOTORIK
Kekuatan Otot
5 5

5 5

Berdiri
-Postur tubuh tidak stabil saat berjalan
-Gerakan dan langkah saat berjalan menjadi lambat dan kaku

Gerakan Spontan Abnormal


Tremor: tangan dan bibir (oral buccal tremor) (+)

Pemeriksaan ketangkasan motorik dan koordinasi motorik


-Pasien merentangkan kedua tangan kedepan, lalu pemeriksa menaruh kertas diatas
tangan pasien.
Interpretasi: kertas ikut bergetar (tremor dan kaku) (+)
-Pasien disuruh mengikuti gambar yang digambar oleh pemeriksa diatas sebuah
kertas.
Interpretasi: gambar pasien tidak beraturan (tremor dan kekakuan) (+)
FUNGSI SENSORIK

Ekstremitas atas Ekstremitas bawah


Kanan Kiri Kanan Kiri
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Raba Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

FUNGSI VEGETATIF
BAK : Normal
BAB : Normal

REFLEK FISIOLOGIS
Reflek bisep : Tidak dilakukan
Reflek trisep : Tidak dilakukan
Reflek brachioradialis : Tidak dilakukan
Reflek patella : Tidak dilakukan
Reflek achilles : Tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS
Babinski : Tidak dilakukan
Chaddock : Tidak dilakukan

FUNGSI LUHUR
Baik

V. RESUME
Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Kota Banjar dengan keluhan kontrol penyakit
yang dideritanya yaitu ekstremitas atas dextra dan sinistra tremor sejak 1 bulan yang lalu.
Ekstremitas atas dextra dan sinistra tremor saat sedang istirahat atau saat sedang tidak
melakukan aktivitas. Tremor mula-mula dirasakan di jari-jari tangan kemudian lama-lama
getaran dirasakan di seluruh ekstremitas atas dextra dan sinistra dan dirasakan ketika
sedang beristirahat. Hal ini membuat pasien menjadi sulit memegang barang seperti
sendok dan garpu ketika makan. Pasien juga mengeluh terdapat tremor pada bibir.

Pada Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis, tekanan darah: 101/65 mmHg, nadi: 85 x/menit, reguler, isi cukup, kuat
angkat, pernapasan: 20 x/menit reguler, suhu: 360C.

Pada pemeriksaan neurologi terdapat tremor istirahat, oral buccal tremor, rigiditas,
bradikinesia, instabilitas postural dan gangguan ketangkasan motorik dan koordinasi
motorik.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Parkinson

VII. PENATALAKSANAAN

Levazide 3 x 1
Sifrol 1x0,5
B1 B6 B12 3x1
Meloxicam 1x15
Sucralfat syr 2x1

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

Quo ad sanationam : Dubia ad malam


TINJAUAN PUSTAKA
PARKINSON

A. Definisi
Penyakit parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif dan merupakan bagian dari
parkinsonisme yang secara patologis ditandai dengan degenerasi ganglion basalis yang
disertai dengan adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies).1
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin
dengan berbagai macam sebab.1

B. Epidemiologi
Penyakit parkinson merupakan salah satu kelumpuhan yang paling umum di Amerika
Serikat. Penyakit tersebut terjadi pada satu dari setiap seratus orang yang berusia lebih
dari 60 tahun dan lebih mempengaruhi pria daripada wanita. Secara kasar 60.000 kasus
baru didiagnosis tiap tahun di Amerika Serikat, dan insidensnya diprediksikan akan
meningkat seiring pertambahan usia populasi.2
Penyakit parkinson menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial
ekonomi. Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari total
jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit parkinson
di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan
prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002.3

C. Etiologi
Idiopatik
Obat: phenothiazine, metoklopramid, dan MPTP (narkoba)
Toksin: herbisida, pestisida, CO
Penyakit neurologis lain: penyakit Wilson dan tremor esensial1

D. Patofisiologi
Malfungsi dan kematian sel di substansia nigra (memproduksi dopamin)
Jumlah dopamin menurun
Pesan dari otak yang memerintahkan bagaimana dan kapan tubuh bergerak
dikirim lebih lambat
Penderita tidak mampu memulai dan mengontrol gerakan tubuh.1

E. Gejala klinis4,5,6
Gejala utama
-Tremor waktu istirahat
-Rigiditas
-Bradikinesia
-Instabilitas postural

Gejala motorik primer


-Tremor istirahat: gejala awal, frekuensi sekitar 4-7 gerakan permenit. Tumbul saat
istirahat dan biasa reda saat melakukan aktifitas.
-Rigiditas: disebebkan karena tonus otot meningkat. Otot biasa mengalami peregangan
ketika bergerak dan relaksasi ketika istirahat
-Bradikinesia: gerakan menjadi lambat dan gerakan menjadi tidak lengkap, sulit memulai
gerakan dan gerakan yangs edang berlangsung dapat berhenti tiba-tiba.
Wajah topeng: bila bradikinesia dan kekakuan terjadi pada wajah sehingga ekspresi dan
mimik berkurang
-Instabilitas postural: tidak stabil saat berdiri atau gangguan keseimbangan dan
koordinasi. Gejala ini dikombinasikan gejala lain seperti bradikinesia akan meningkatkan
resiko jatuh.

Gejala motorik sekunder


Tidak semua pasien dengan parkinson mengalami gejala motorik sekunder.
-Distonia: nyeri saat kontraksi otot, sering terjadi pada pergelangan kaki
-Fatique
-Gangguan ketangkasan motorik dan koordinasi motorik: salah satu yang khas adalah
micrographia (tulisan tangan menjadi kecil dan rapat)
-Kemiskinan gerakan (penurunan swing arm): berkurangnya kemampuan lengan
membelok dan berayun
-Masalah bicara: suara menjadi lembut, bicara cadel karena kontrol otot berkurang
-Kesulitan menelan: dapat menyebabkan aspirasi dan pneumonia
-Drooling: mengeluarkan air liur, biasanya disebabkan oleh kelemahan, kesulitan
menelan, dan postur tubuh yang membungkuk

Gejala non-motorik
-Gangguan tidur (insomnia, parasomnia, rapid eye movement (REM) sleep behaviour
disease (RBD), gerakan ekstremitas secara periodik saat tidur, sleep apnea, dan vivid
dreaming)
-Halusinasi
-Konstipasi
-Inkontinensia urin
Gejala psikiatrik
-Depresi
-Demensia
-Psikosis

F. Diagnosis6
Penegakkan diagnosis melibatkan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan neurologis yang sesuai dengan gejala klinis.
Possible: terdapat 1 dari gejala utama
Probable: kombinasi 2 gejala utama (termasuk instabilitas postural) atau 1 dari 3 gejala
pertama yang tidak simetris
Definit: kombinasi 3 dari 4 gejala atau 2 gejala dengan 1 gejala lain yang tidak simetris

G. Pemeriksaan penunjang1
Tidak ada pemeriksaan laboratorium atau pencitraan yang dapat memastikan diagnosis
Parkinson. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan pencitraan yang dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis Parkinson
adalah Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission CT (SPECT)
tetapi tidak dianjurkan sebagai standar.

H. Penatalaksanaan4,5
Medikamentosa
Anti-kolinergik: triheksifenidil HCl 2 mg (Artane, Hexymer, Parkinal) atau
difenhidrinmin (benadryl)
Levodopa yang dikombinasi: cegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin diluar
otak. Beberapa contoh kombinasi obat:
-Benzerazide
-C.O.M.T inhibitor
-Carbidopa
-M.A.O.B inhibitor

Komplikasi pemberian levodopa-> fenomena on-off: mendadak penderita untuk bebebrapa


saat menjadi immobile, gerakan seolah-olah membeku. Mendadak timbul perubahan dari
mobilitas ke imobilitas.

Agonis dopamin: indikasi jika terapi dengan levodopa tidak berhasil atau terdapat
fenomena on-off
Glutamate antagonis (amantadine)
Antioksidan
Propanolol 10-30 mg perhari

Pembedahan1
Dipertimbangkan pada penyakit Parkinson yang berat atau tidak responsif terhadap obat-
obatan.
Talamotomi ventrolateral (bila tremor menonjol)
Palidotomi (bila akinesia dan tremor)
Transplantasi substansia nigra
Stimulasi otak dalam/deep brain stimulation
Indikasi pembedahan
Fluktuasi motorik (yang sudah tidak berespons terhadap pengobatan)
Diskinesia (yang sudah tidak berespons terhadap pengobatan)

Jenis penyakit:
Penyakit Parkinson idiopatik dan bukan yang tidak responsif terhadap levodopa
Sindrom Parkinson atipikal (degenerasi kortikobasal, penyakit Lewy body yang difus,
atrofi sistem multipel, parkinsonisme vaskular)
Usia muda

Non-medikamentosa2
Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya
meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.

Terapi Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat
bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :
a. Abnormalitas gerakan
b. Kecenderungan postur tubuh yang salah
c. Gejala otonom
d. Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living ADL)
e. Perubahan psikologik

Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi, okupasi, dan
psikoterapi.
Latihan fisioterapi meliputi: latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan ekstensi trunkus,
latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di lantai, latihan
isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga
dan bangkit dari kursi.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian lingkungan tenpat
tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai bermacam strategi, yaitu :
- Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak cepat,
mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya melakukan satu tugas
kognitif maupun motorik.
- Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan yang agak lebar, jarak
kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dilantai.
- Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri dengan kedua kaki terbuka
lebar dan dengan lengan berpegangan pada dinding. Hindari escalator atau pintu berputar. Saat
berjalan di tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat
sekitar.
Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian, status mental pasien
dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi rehabilitasi kognitif dan
melakukan intervensi psikoterapi.
akan memungkinkan mereka untuk terlibat lebih lengkap dalam kegiatan kehidupan sehari-hari.

Nutrisi
Kalsium dan vitamin D baik untuk kekuatan tulang.

I. Prognosis
Penyakit Parkinson bukan penyakit yang fatal, tetapi berkembang secara progresif sesuai
dengan waktu serta tidak dapat diprediksi. Dengan terapi yang adekuat, pasien dapat cukup lama
hidup produktif setelah di diagnosis. Angka harapan hidup penderita Parkinson umumnya lebih
rendah dibandingkan dengan orang sehat. Pada tahap akhir, penyakit Parkinson menyebabkan
komplikasi seperti tersedak, pneumonia, dan terjatuh yang dapat menyebabkan kematian.1

Prognosis quo ad vitam : dubia ad bonam

Karena penyakit ini tidak dapat menimbulkan kematian dan dengan pengobatan yang teratur
dapat meningkatkan harapan hidup pasien. Kematian biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder
yang dialami oleh pasien.

Prognosis quo ad sanationam : dubia ad malam

Karena parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang progresif dan dapat kambuh terlebih
bila tidak berobat secara teratur.
Prognosis quo ad fungtionam : dubia ad malam

Karena fungsi dari pasien ini tidak dapat kembali seperti semula, sulit untuk mengerjakan
pekerjaan sehari-hari dan hidup terus bergantung pada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewanto G, Suwono W, Riyanto B, Turana Y. 2013. Panduan Praktis Diagnosis dan


Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.
2. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
3. Hanifah M. 2013.Pengaruh Ekstrak Biji Korobenguk Hasil Soxhletasi Terhadap Gejala
Penyakit Parkinson.

4. Dr. R. Yoseph Budiman, Sp.S. 2013. Pedoman Standar Pelayanan Medik dan Standar
Prosedur Operasional Neurologi. Refika Aditama.
5. Bagian Neurologi FKUH. 2011. Standar Pelayanan Medik Neurologi. Makassar: Bagian
Neurologi FKUH.
6. Lindsay KW, Bone I, Callandar R, editors. 1997. Neurology and Neurosurgery Illustrated
3rd Ed. London: Churchill Livingstone.

Anda mungkin juga menyukai