Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

KOMPLIKASI URETRITIS GONORE PADA PRI

PUPUT PUJIAMA
2013730085
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAK ARTA
PENDAHULUAN

Uretritis gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh kuman neisseria
gonorrhoeae. Neisseria adalah cocci gram negatif yang biasanya berpasangan. Neisseria
gonorrhoeae ( gonococci ) dan Neisseria meningitidis ( meningococci ) adalah patogen pada
manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear.
MORFOLOGI

Neiserria gonorrhoeae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0,6 sampai 1,5 m,
berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap-hadapan.
Neisseria gonorrheae dapat dibiakkan dalam media Thayer Martin dengan suhu optimal 35-
37C, pH 6,5-7,5, dengan kadar C02 5%.
MIKROBIOLOGI

Dengan menggunakan mikroskop electron, dinding N. gonorrhoeae terlihat memiliki


komponen-komponen permukaan yang diduga memiliki peran dalam pathogenesis nya.
Lapisan dari luar ke dalam disusun sebagai berikut.
Membran sitoplasma
Lapisan peptidoglikan
Membran luar dinding sel : - lapisan polisakarida, pili dan protein.
PATOGENESIS
GAMBARAN KLINIS
PADA LAKI-LAKI
Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal, disuria, polakisuria, keluar duh
tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang kadang-kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri
pada saat ereksi. Pada pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema,
ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula pembesaran kelenjar
getah bening inguinal unilateral maupun bilateral. .
DIAGNOSA

Sediaan langsung
Kultur ( biakan )
Tes beta- lactamase
Tes Thomson
TATALAKSANA
Infeksi uretra, serviks dan rektum
Cefixime 400 mg sebagai dosis oral tunggal, atau ceftriaxone, 125 mg sebagai dosis IM tunggal, ditambah azitromisin, 1 g
sebagai dosis oral tunggal, atau doksisiklin, 100 mg per oral dua kali sehari selama 7 hari.

Infeksi pharyngeal
Ceftriaxone, 125 mg sebagai dosis IM tunggal plus azitromisin, 1 gram sebagai dosis oral tunggal, atau doksisiklin 100 mg per oral dua
kali sehari selama 7 hari.

Uretritis nongonococcal (infeksi klamidia)


Azitromisin 1 g sebagai dosis oral tunggal, atau doksisiklin 100 mg per oral dua kali sehari selama 7 hari.

Uretritis berulang dan persisten


Metronidazol 2 g sebagai dosis oral tunggal ditambah erythromycin basis 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari,
atau erythromycin ethylsuccianate 800 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.
KOMPLIKASI URETHRITIS GONORE
PADA PRIA
Uretritis
Yang paling sering dijumpai urethritis anterior akuta dan dapat menular ke proksimal.
Selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal. Asendens, dan diseminata. Keluhan subyektif
berupa rasa gatal dan panas dibagian dista orifisium uretra eksternum. Kemudian disusul
dysuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari orifisium eksternum yang kadang-
kadang disertai darah, dan disertai nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak oue hiperemis, edema dan ektropion. Pada beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar getah bening medial unilateral maupun bilateral.
TYSONITIS

Kelenjar Tyson adalah kelenjar penghasil smegma. Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan
preputium yang panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan
ditemukannya bulir pus atau pembengkakan pada daerah fenurum yang nyeri tekan. Bila ductus
tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi yang laten.
PARAURETRITIS

Sering pada orang yang dengan oue terbuka atau hipospadia. Infeksi apda ductus ditandai
dengan bulir pus pada kedua muara parauretra
LITTRITIS

Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang- benang atau butir-butir. Bila salah
satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Diagnosis dengan bantuan pemeriksaan
uretroskopi
COWPERITIS

Bila hanya ductus yang terkena biasanya tanpa gejala, biasanya infeksi yang mengenai kelenjar
cowper, dapat terjadi abses. Keluhan dapat berupa nyeri dan benjolan pada daerah perineum
disertai rasa penuh dan panas, nyeri apda saat defekasi, dan dysuria. Bila tidak diobati abses akan
pecah melalui kulit perineum, uretra, atu rectum dan mengakibatkan proktitis.
PROSTATITIS

Prostatitis akut ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perineum dan daerah suprapubic,
malaise, demam, nyeri saat berkemih hematuria, spasme otot uretra serta dapat terjadi retensio
urin, lenesmus ani, sulit buang air besar. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika abses tidak
diobati, abses akan pecah masuk ke uretra posterior atau ke rectum dan mengakibatkan
proktitis.
Bila proktitis berlanjut menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang- kadang
menetap. Terasa tidak nyaman pada perineum bagian dalam dan bila duduk terlalu lama. Pada
pemeriksaan prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan.
VESIKULITIS

Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan ductus ejakulatorius, dapat
timbul menyertai prostatitis akut atau epididymitis akut. Gejala subjektif menyerupai gejala
prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada saat ereksi atau
ejakulasi.
Pada pemeriksaan colok dubur dapat diraba vesikula seminalis yang bengkak dan keras seperti
sosi, memanjang diatas lokasi prostat. Adakalanya sulit menemukan batas kelenjar prostat yang
membesar.
VAS DIFERENTITIS ATAU FENIKULITIS

Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah pada sisi yang sama dengan terjadinya
infeksi
EPIDIDIMITIS

Epididimitis akut biasanya unilateral, dan umumnya disertai deferentitis. Keadaan yang
mempermudah timbulnya epididymitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan
oleh tatalaksanan akibat kelalaian pasien sendiri. Epididimitis atau tali spermatika bengkak dan
teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri
sekali. Bila mengenai kedua epididymitis dapat mengakibatkan sterilitas.
TRIGONITIS

Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Trigonitis
menimbulkan gejala polyuria, dysuria terminal dan hematuria.
EPIDIDIMITIS

Epididimitis adalah kondisi klinis yang relatif umum yang muncul sebagai bentuk akut atau
kronis. Epiditis akut adalah peradangan epididimitis yang disertai rasa sakit dan pembengkakan,
sementara epididimitis kronis hanya dapat terjadi dengan rasa sakit.
EPIDEMIOLOGI

Epididimitis adalah kondisi klinis yang umum dengan tingkat kejadian berkisar antara 25 sampai
65 per 10.000 orang-tahun. Nickel dkk melaporkan bahwa lebih dari 80% dari semua kasus
bersifat kronis (didefinisikan sebagai durasi> 3 bulan). Singkatnya, prevalensi yang dilaporkan
mencakup angka berikut: 0,29% kunjungan kantor rawat jalan pada pria <50 tahun dan <1% pria
yang datang ke klinik rawat jalan urologi.
EPIDIMITIS AKUT

Epidimitis akut adalah radang epididimis disertai rasa sakit dan pembengkakan dengan gejala
yang berlangsung <6 minggu. Gambaran klinis ini biasanya berkembang dalam beberapa hari dan
biasanya unilateral. Tanpa terapi yang memadai, penyebaran lebih lanjut ke testis terjadi dalam
beberapa hari. Inilah sebabnya mengapa beberapa penulis menggunakan istilah epididymo-
orchitis.
GEJALA DAN TANDA

Gejala yang muncul biasanya nyeri dan bengkak. Pada 96% kasus epididimitis bersifat unilateral.
Dari gejala pertama sampai konsultasi medis rata-rata 2-4 hari berlalu. Tanda fisik yang khas
termasuk pembengkakan dan kelembutan unilateral epididimis yang terlibat.
PENGOBATAN

Terapi antimikroba
Infeksi gonokokkus atau chlamydia
Ceftrianxone, 250mg IM single dose + doxycycline 100 mg oral 2x perhari selama 10 hari.
Infeksi enteric yang mungkin terjadi
Ofloxacin 300 mg oral 2x perhari selama 10 hari atau levofloxacin 500 mg oral 1x sehari
selama 10 hari.
DAFTAR PUSTAKA

Tanagho, Emil A. McAnnich, Jack W. 2010. SMITHS GENERAL UROLOGY seventeenth edition, New York : Medical.
Prof.Dr. R.S. Siregar, Sp.KK(k). 2010 .saripati penyakit kulit, Jakarta : penerbit buku kedokteran
Pilatz, Adrian. Sturdza, Laura. Ek, Mete C. 2012. journal of Acute and Chronic Epididymitis , Germany: europhean association of
urology.
Cdc guidelines. Sexually transmitted Disease Treatment Guide-line, center for diseases Control and prevention: 2010
https://www.cdc.gov/std/treatment/2010
Soepraptie, titie. Hans Lumintang, Nanda Erlia, Linda Astari. 2008. jurnal of Sindroma Prostatitis. Surabaya : Dep/SMF Kesehatan Kulit
dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo
Canadian Guidelines on Sexually Transmitted Infections. Management and Treatment of Specific Syndromes Prostatitis. Canada: 2008.
Linuwih Sri. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Cetakan pertama 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Pedoman penatalaksanaan infeksi menular seksual. Departemen kesehatan direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan. 2006

Anda mungkin juga menyukai