Anda di halaman 1dari 8

PROSEDUR

TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


01 1 dari 8
Dibuat Diperiksa Disetujui No. Distribusi

Staff Manager MR

1. TUJUAN
1.1. Prosedur ini bertujuan untuk melindungi karyawan terhadap risiko penularan penyakit
TB di PT ……………
1.2. Untuk mencegah meningkatnya kematian akibat TB di lingkungan PT ………..
1.3. Sebagai bagian dari Program Nasional dalam pemberantasan penyakit TB di
PT……….
1.4. Mencegah terjadinya kekebalan terhadap obat TB di PT ……

2. RUANG LINGKUP DAN TANGGUNG JAWAB


2.1. Ruang Lingkup
2.2.1. Prosedur ini meliputi Standard Diagnosis dan Standard Pengobatan Penyakit TB.
2.2.2. Prosedur ini berlaku untuk karyawan PT ……

2.2. Tanggung Jawab


2.2.1 Manajer & Supervisor bertanggung jawab dalam memastikan dan mengawasi
prosedur program terapi untuk penderita TB dikembangkan, diterapkan, dan
dipatuhi dengan mempertimbangkan persyaratan mutu dan K3L
2.2.2 Health Officer bertanggung jawab dalam pelaksanaan, dan pengawasan program dan
prosedur TB
2.2.3 Semua karyawan bertanggung jawab dalam mematuhi persyaratan program dan
prosedur TB dengan mempertimbangkan persyaratan mutu dan K3L.
2.2.4 Dokter Klinik bertanggung jawab untuk menganalisa dan memonitoring
Program TB dan melaporkan kepada manajemen, dan instansi pemerintah terkait
(Puskesmas). Serta bertanggung jawab dalam mendiagnosa dan pengobatan TB,
dan melakukan tindak lanjut baik pencatatan, penyimpanan rekam medik yang
bersifat rahasia.
2.2.5 Personalia bertanggung jawab dalam pengawasan program terapi TB dan berhak
memberi teguran/ sanksi kepada karyawan yang tidak mengikuti prosedur

3. REFERENSI
PROSEDUR
TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


0 2 dari 8

3.1. Undang-undang Nomer 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.


3.2. Keputusan Presiden RI. Nomer 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul Karena
Hubungan Kerja.
3.3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomer Per-02/Men/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
3.4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomer Per-01/Men/1981 tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
3.5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomer Per-03/Men/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja.
3.6. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, DepKes RI cetakan 6 (WHO).
3.7. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja.
3.8. OHSAS 18001 : 2007, ISO 14001 : 2004, ISO 9001 : 2008.

4. DEFINISI
4.1. TB (Tuberculosis) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis).
4.2. BTA (Basil Tahan Asam) adalah pemeriksaan mikroskopik dari dahak penderita.
4.3. Anamnesa adalah wawancara tentang penyakit pasien yang dilakukan dokter.
4.4. ISTC (International Standard for Tuberculosis Care) adalah pedoman untuk
penanganan tuberculosis yang disusun oleh organisasi international yang peduli
terhadap tuberculosis yaitu: WHO, Dutch tuberculosis foundation (KNCV), American
Thoracic Society (ATS), International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases
(IUATLD), US Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan Stop TB
Patnership.

5. PROSEDUR
5.1 Medical Check Up
5.1.1. Dari hasil Ro Medical Check Up yang dicurigai TB, dokter perusahaan melakukan
anamnesa.
5.1.2. Dari anamnesa didapat gejala klinis TB lakukan pemeriksaan BTA (sewaktu, pagi,
sewaktu)
 Sewaktu (S), dahak dikumpulkan pada saat penderita TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang penderita membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak dihari kedua.
 Pagi (P), dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur Pot dahak diserahkan sendiri.
 Sewaktu (S), dahak dikumpulkan pada hari kedua saat menyerahkan pot dahak
pagi.
PROSEDUR
TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


0 3 dari 8

5.1.3. Apabila terdapat BTA positif, lakukan pengobatan TB selama 6 bulan.


5.1.4. Karyawan dengan BTA positif tidak diperkenankan untuk bekerja (istirahat selama 2
minggu) dan lakukan pemeriksaan ulang 2 minggu setelah terapi.
5.1.5. Apabila didapat BTA negative:
 Rontgen positif, gejala klinis mendukung lakukan pengobatan selama 6 bulan.
 Rontgen diduga TB (Suspek), tetapi anamnesia tidak didapat gejala yang
menunjang, pengobatan TB tidak diberikan (pasien di observasi bila ada gejala
batuk-batuk pasien diminta untuk cek ulang di klinik).
5.2 Kunjungan Klinik
Anamnesa karyawan dengan gejala klinis positif TB (batuk 2 -3 minggu, sesak nafas,
nyeri dada, penurunan berat badan, batuk darah) lakukan pemeriksaan Rontgen
Thoraks PA dan BTA (sewaktu, pagi, sewaktu).

5.2.1. Standard Untuk Diagnosis:


 Standard 1
Setiap orang dengan batuk produktif selama 2 - 3 minggu atau lebih, yang tidak
jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk tuberculosis (Untuk pasien anak, selain
gejala batuk, entry untuk evaluasi adalah berat badan yang sulit naik dalam waktu
kurang lebih 2 bulan terakhir atau gizi buruk).
 Standard 2
Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang dapat mengeluarkan dahak) yang
diduga menderita tuberculosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak
mikroskopik minimal 2 dan sebaiknya 3 kali. Jika mungkin paling tidak satu
spesimen harus berasal dari dahak pagi hari.
 Standard 3
Pada semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang diduga menderita
tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya
diambil untuk pemeriksaan mikroskopik dan jika tersedia fasiliti dan sumber daya,
dilakukan pemeriksaan biakan dan histopatologi. (Sebaiknya dilakukan juga
pemeriksaan foto toraxs untuk mengetahui ada tidaknya TB paru dan TB milier.
Pemeriksaan dahak juga dilakukan bila mungkin pada anak)
 Standard 4
Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberkolosis seharusnya
menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi.
 Standard 5
Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus didasarkan kriteria
berikut: minimal pemeriksaan dahak mikroskopik 3 kali negatif (termasuk minimal 1
kali dahak pagi hari), temuan foto toraks sesuai tuberkulosis dan tidak ada respon
terhadap antibiotik spektrum luas (fluorokuinolon harus dihindari karena aktif
terhadap M tuberkulosis complex sehingga menyebabkan perbaikan sesaat pada
penderita tuberkulosis). Untuk pasien ini, jika tersedia fasiliti, biakan dahak
PROSEDUR
TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


0 4 dari 8

seharusnya dilakukan. Pada pasien yang diduga terinfeksi HIV evaluasi diagnostik
harus disegerakan.
 Standard 6
Diagnosa tuberkulosis intratoraks (yakni paru, pleura, dan kelenjar getah bening
hilus atau mediastinum) pada anak dengan gejala namun sediaan apus dahak
negatif seharusnya didasarkan atas kelaian radiografi toraks sesuai tuberkulosis
dan pajanan kepada kasus tuberkulosis yang menular atau bukti infeksi
tuberkulosis (uji kulit tuberkulin positif atau interferon gamma release assay) Untuk
pasien seperti ini, bila tersedia fasiliti, bahan dahak seharusnya diambil untuk
biakan (dengan cara batuk, kumbah lambung, atau induksi dahak).
(Untuk penatalaksanaan di indonesia, diagnosis didasarkan atas pajanan kepada
kasus tuberkulosis yang menular atau bukti infeksi tuberkulosis (uji kulit tuberkulin
positif atau interferon gamma release assay) dan kelainan radiografi toraks sesuai
TB)
5.2.2. Standard Untuk Pengobatan
 Standard 7
Setiap paraktisi yang mengobati pasien tuberkulosis mengemban tanggung jawab
kesehatan masyarakat yang penting. Untuk memenuhi tanggung jawab ini praktisi
tidak hanya wajib memberikan panduan obat yang memadai tapi juga harus
mampu menilai kepatuhan pasien kepada pengobatan serta dapat menangani
ketidakpatuhan bila terjadi. Dengan melakukan hal itu, penyelenggara kesehatan
akan mampu meyakinkan kepatuhan kepada paduan sampai pengobatan selesai.
 Standard 8
Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati
harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional
menggunakan obat yang bioavailabilitinya telah diketahui. Fase awal seharusnya
terdiri dari isoniasid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
Etambutol boleh dihilangkan pada fase inisial pengobatan untuk orang dewasa
dan anak dengan sedian apus dahak negatif, tidak menderita tuberkulosis paru
yang luas atau penyakit ekstra paru yang berat, serta telah diketahui HIV negatif.
Fase lanjutan yang dianjurkan terdiri dari terdiri dari isoniazid dan rifampicin yang
diberikan selama 4 bulan. Isoniasid dan etambutol selama 6 bulan merupakan
paduan alternatif pada fase lanjutan yang dapat dipakai jika kepatuhan pasien
tidak dapat dinilai, akan tetapi hal ini beresiko tinggi untuk gagal dan kambuh,
terutama untuk pasien yang terinfeksi HIV. Dosis obat anti tuberkulosis yang
digunakan harus sesuai dengan rekomendasi international. Kombinasi dosis tetap
yang terdiri dari kombinasi 2 obat (isoniasid dan rifampisin), 3 obat (Isoniasid,
rifampisin, dan pirasinamid) dan 4 obat (Isoniasid, rifampisin, pirasinamid, dan
etambutol) sangat direkomendasikan terutama jika menelan obat tidak diawasi.
- Etambutol boleh dihilangkan pada fase inisial pengobatan untuk orang dewasa
dan anak dengan sediaan apus dahak negatif, tidak menderita tuberkulosis
paru yang luas atau penyakit ekstra paru yang berat serta telah diketahui HIV
negatif.
PROSEDUR
TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


0 5 dari 8

- Secara umum terapi TB pada anak diberikan selama 6 bulan, pada keadaan
tertentu (meningitis TB,TB tulang,TB milier dan lain-lain) terapi TB diberikan
lebih lama (9-12 bulan) dengan paduan OAT yang lebih lengkap sesuai derajat
penyakitnya.
 Standard 9
Untuk membina dan menilai kepatuhan kepada pengobatan, suatu pendekatan
pemberian obat yang berpihak kepada pasien, berdasarkan kebutuhan pasien dan
rasa saling menghormati antara pasien dan penyelenggara kesehatan, seharusnya
dikembangkan untuk semua pasien.
Pengawasan dan dukungan seharusnya sensitif terhadap jenis kelamin dan
spesifik untuk berbagai usia dan harus memanfaatkan bermacam-macam
intervensi yang direkomendasikan serta layanan pendukung yang tersedia,
termasuk konseling dan penyuluhan pasien.
Elemen utama dalam strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan
cara-cara menilai dan mengutamakan kepatuhan terhadap paduan obat dan
menangani ketidakpatuhan, bila terjadi.
Cara-cara ini seharusnya dibuat sesuai keadaan pasien dan dapat diterima oleh
kedua belah pihak, yaitu pasien dan penyelenggaran pelayanan. Cara-cara ini
dapat mencakup pengawasan langsung menelan obat (directly observed therapy)
DOT oleh pengawas menelan obat yang dapat diterima dan dipercaya oleh pasien
dan sistem kesehatan.
 Standard 10
Semua pasien harus dimonitor responnya terhadap terapi, penilaian terbaik pada
pasien tuberkulosis ialah pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (dua
spesiemen) paling tidak pada pada waktu fase awal pengobatan selesai (dua
bulan), pada lima bulan, pada akhir pengobatan, Pasien dengan sedian apus
dahak positif pada pengobatan bulan kelima harus dianggap gagal pengobatan
dan pengobatan harus dimodifikasi secara tepat (lihat standar 14 dan 15). Pada
pasien tuberkulosis ekstra paru dan pada anak, respon pengobatan terbaik dinilai
secara klinis. Pemeriksaan foto toraks umumnya tidak diperlukan dan dapat
menyesatkan.
(Respon pengobatan pada pasien TB milier dan efusi pleura atau TB paru BTA
negatif dinilai dengan foto toraks).
 Standard 11
Rekaman tertulis tentang pengobatan yang diberikan, respon bakterilogis dan efek
samping seharusnya disimpan untuk semua pasien.
 Standard 12
Di daerah dengan prevalensi HIV tinggi pada populasi umum dan daerah dengan
kemungkinan tuberkulosis dan infeksi HIV muncul bersamaan, konseling dan uji
HIV diindikasikan bagi semua pasien tuberkulosis sebagai bagian
penatalaksanaan rutin > Di daerah dengan prevalensi HIV yang lebih rendah,
konseling dan uji HIV diindikasikan bagi pasien tuberkulosis dengan gejala
PROSEDUR
TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


0 6 dari 8

dan/atau tanda kondisi yang berhubungan dengan HIV dan pada pasien
tuberkulosis yang mempunyai riwayat risiko tinggi terpajan HIV.
 Standard 13
Semua pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV seharusnya dievaluasi untuk
menentukan perlu/tidaknya pengobatan anti retroviral diberikan selama masa
pengobatan tuberkulosis. Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat anti
retroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi indikasi.
Mengingat kompleksnya penggunaaan serentak obat anti tuberkulosis dan anti
retroviral, konsultasi dengan dokter ahli dibidang ini sangat direkomendasi
sebelum mulai pengobatan serentak untuk infeksi HIV dan tuberkulosis tanpa
memperhatikan mana yang muncul lebih dahulu, Bagaimanapun juga pelaksanaan
pengobatan tuberkulosis tidak boleh ditunda. Pasien tuberkulosis dan infeksi HIV
juga seharusnya diberi kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lainnya
 Standard 14
Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat pengobatan
terdahulu, pajanan dengan sumber yang mungkin resisten obat dan prevalensi
resisten obat dalam masyarakat sehausnya dilakukan pada semua pasien.
Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik seharusnya selalu dipantau
kemungkinannya akan resisten obat. Untuk pasien dengan kemungkian resisten
obat, biakan dan uji sensitiviti obat terhadap isoniazid, rifampisin dan etambutol
seharusnya dilaksanakan segera.
 Standard 15
Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR)
seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti
tuberkulosis lini kedua. Paling tidak harus digunakan empat obat yang masih
efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan. Cara-cara yang
berpihak kepada pasien diisyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan. Konsultasi dengan penyelenggara palayanan yang
berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR TB harus dilakukan
5.2.3. Standard Untuk Tanggung Jawab Kesehatan
 Standard 16
Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien tuberkulosis seharusnya
memastikan bahwa semua orang (khususnya anak berumur dibawah 5 tahun dan
orang terinfeksi HIV) yang mempunyai kontak erat dengan pasien tuberkulosis
menular seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi
international. Anak berumur dibawah 5 tahun dan orang terinfeksi HIV yang telah
terkontak dengan kasus menular seharusnya dievaluasi untuk infeksi laten M
tuberkulosis maupun tuberkulosis aktif
 Standard 17
Semua penyelenggara pelayanan kesehatan harus melaporkan kasus tuberkulosis
baru maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke kantor Dinas
Kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijakan yang berlaku.
PROSEDUR
TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


0 7 dari 8

(Pelaksanaan pelaporan seharusnya difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Dinas


kesehatan setempat, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat).
5.3. Therapy
5.3.1. Panduan Pemberian obat TB dibagi berdasarkan 3 (tiga) kategori:
 Kategori I (2 HRZE / 4 HR)
- Penderita baru TB paru dengan hasil BTA (+) positive
- Penderita TB Extra paru berat (Effusi Pleura berat)
 Kategori II (2 HRZES / 5 HRE)
- Penderita kambuh ( Relaps)
- Penderita Gagal Therapi (Failure)
 Kategori III (2 HRZ / 4 HR)
- Penderita paru dengan BTA (-) Negative dan RO (+) Positive, dengan gejala
ringan
- Penderita extra paru ringan, seperti Lympadenopati
5.3.2 Pengambilan obat TB oleh karyawan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
5.3.3. Promosi Kesehatan
Dilakukan kepada semua karyawan sekali dalam satu tahun dalam bentuk
pemberian pamflet
5.3.4. Follow Up
 Memonitor karyawan TB tentang pemakaian obat
 Perhatikan gejala klinis
 Melakukan pemeriksaan fungsi liver (SGOT, SGPT) dan fungsi ginjal (ureum
Creatinin), pemeriksaan ini dilakukan bila dalam masa pengobatan timbul keluhan
seperti mual, muntah, lemas.
 BTA positif menjadi BTA negative

6. DOKUMENTASI
6.1. Flowchart TB Program
6.2. Log Book TB
6.3. Data pemakaian Obat TB
6.4. Laporan bulanan TB
PROSEDUR
TB PROGRAM
(TB Program) Corp.

Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman


0 8 dari 8

Flowchart TB Program
Anamnesa : Gejala Batuk 2-3 minggu, sesak
nafas, nyeri dada, penurunan berat badan, batuk
darah

Pemeriksaan Rontgen Thoraks BTA (Sewaktu,


Pagi, Sewaktu)

Hasil pemeriksaan (-) Hasil pemeriksaan (+)

RO (+) dan gejala klinis Pengobatan selama 6 Bulan


mendukung lakukan
pengobatan 6 bulan
Istirahat selama 2 Minggu

RO Suspek anamnesa tidak


dapat gejalayang menunjang, Pemeriksaan ulang setelah 2
pengobatan tidak diberikan minggu

Pasien di observasi bila ada


gejala batuk, pasien diminta
untuk check ulang diklinik

Anda mungkin juga menyukai