Anda di halaman 1dari 11

POLA ASUH ANAK OTORITER

S.KEB 2

Nama Kelompok 3 :

1. Dea Rahayu

2. Devita Asri Situmorang

3. Dona Elida Simare Mare

4. Jimmi Silaban

5. Joice Tiara Kasih Halawa

6. Khairunnisa

7. Linda Darling

8. Maysaroh

9. Nainaling Gulo

10. Sonya Dermawati Sihombing

11. Wilda Sirait

12. Fitri Humairah

13. Tania Andriani

14. Silvia Anggreini

15. Rizky wahyuni

16. Indah FramitasarI

Moderator: Silvia Anggreini

(Sesi 1 Tanya Jawab)


Fadilla Pratiwi

Pertanyaan:

Bagaimana tindakan kita sebagai bidan terhadap anak yang memiliki rasa takut untuk berpendapat?

Penjawab :

Silvia Anggreini

Tindakan yang dilakukan bidan terhadap anak yang memiliki rasa takut untuk berpendapat yaitu kita
sebagai bidan harus mendekati anak terlebuh dahulu setelah itu kita ajak bicara buat anak merasa
nyaman setelah itu baru kita beri pengertian agar ia tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya,
tetapi kita juga harus memeberi arahan yang benar kuta mengajarinya untuk mengajukan pendapat ke
orang tua tetapi bukan untuk melawan kedua orang tua nya.

2. Wina elviana sitepu

Pertanyaan:

Bagaimana seharusnya cara orang tua mendisiplinkan anak tanpa tekanan dan kekerasan?

Penjawab:

a. Silvia Anggreini

Mendidik anak tidak harus dengan kekerasan dan penekanan, kita bisa mendidik anak dengan lembut
tetapi bisa tetap patuh dan tidak melawan dengan orang tua nya dengan cara:

• Berikan anak berpendapat sesuai keinginan hatinya tetapi jika pendapat nya ada yanh kurang baik
berikan penjelasan dan arahan jika anaktidak mau mendengarkan nasehat kita. Tetapi jika dia sudah
merasakan akibat kesalahan nya maka dia tidak akan mengulanginya lagi
• Beri anak kebebasan untuk melakukan apa yang diingin kan tetapi tetap kita awasin jika dia melanggar
maka kita beri sanksi tetap jangan kekerasan melainkan seperti tidak memberi uang jajan, menyita
hanphone dll

b. Khairunnisa

1. Katakan Dengan Cara Halus tapi Tegas

Biasanya orang tua mudah membentak kasar atau memukul apabila anaknya tidak mau mendengar
perintah orang tuanya yang telah dikatakan berkali-kali.

Dalam situasi seperti itu, Anda bisa berlutut agar sama tinggi dengan anak, lalu pegang pundaknya, serta
tatap matanya sambil bicara secara halus namun tegas dan kalimat pendek sambil berkata, misalnya:
“Mama ingin kamu mandi sekarang juga”

2. Tenangkan Diri Anda

Apabila Anda sedang marah, seperti ingin meledak dan memukul anak, tahanlah dan tarik nafas panjang,
lalu pergilah ke ruangan lain, misalnya masuk ke kamar pribadi.

Bagi seorang muslim, ada tuntunan Nabi Muhammad SAW, ketika amarah melanda, maka segeralah
mengganti posisi berdiri menjadi duduk, atau duduk menjadi berbaring atau berwudhu untuk
mengalihkan emosi yang sedang memuncak. Selain itu, Anda juga dapat beristighfar, berzikir atau
apapun untuk menenangkan diri.

Setelah Anda tenang, coba diskusikan dengan anak Anda mengapa perbuatannya kurang berkenan atau
bahkan salah.

Jika anak Anda melakukan kesalahan, setelah berdiskusi minta anak untuk menyadari bahwa dirinya
telah melakukan kesalahan.

Jika hanya karena perilakunya kurang berkenan dengan situasi Anda saat itu, jelaskanlah dengan baik,
mengapa Anda tidak dapat menerimanya.

3. Berikan Anak Anda Konsekuensi

Apabila anak melanggar peraturan, beritahu anak bahwa perbuatannya salah. Berikan tugas tambahan
sesuai dengan usia anak dan sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya.

Misalnya, jika anak membuat kamarnya berantakan, maka minta anak untuk merapikan kamarnya
sendiri. Kalau anak bermain air di kamar mandi, maka minta anak untuk membersihkan kamar mandi.
Atau jika anak merebut mainan adiknya sampai menangis, maka minta anak untuk minta maaf kepada
adiknya, menghibur sampai adiknya tenang dan kemudian mengembalikan mainan tersebut.

Anak perlu mengetahui bahwa perbuatan yang melanggar aturan pasti ada konsekuensinya.

4. Berikan Pilihan

Berikan anak pilihan sebagai konsekuensi perbuatannya yang salah. Apabila anak terus membuat
keributan, misalnya memukul kaleng dengan sendok, padahal Anda sedang pusing, tanyakan pada anak,
”Papa sedang pusing, apakah kamu bisa berhenti memukul kaleng itu atau kamu harus keluar dan
bermain di halaman?”

Apabila anak terus memukul kaleng tersebut, maka dengan halus tapi tegas, gandenglah ia keluar
rumah. Jadi Anda tidak perlu membentak atau memukul anak.

5. Jangan Melibatkan Diri untuk Berkonflik dengan Anak

Sering terjadi orang tua mudah terpicu amarah atau ingin memukul ketika anaknya melawan atau
menjawab balik perkataan orang tuanya secara kasar.

Dalam situasi ini sebaiknya orang tua cepat pergi ke ruangan lain. Usahakan untuk tetap tenang dan
secara tenang katakan, “Kamu boleh ketuk pintu kamar mama apabila kamu sudah meminta maaf atas
kata-kata kamu yang tidak sopan terhadap mama tadi,”

Jangan dekati anak sebelum ia meminta maaf. Cara ini akan membuat anak berpikir ulang atas
perbuatannya, membuatnya merasa bersalah dan meminta maaf.

6. Beritahu Anak Sebelumnya

Seringkali orang tua menyuruh anak-anak secara tiba-tiba, padahal anak sedang asyik dengan
kegiatannya. Biasanya anak akan menolak dan merengek ketika disuruh. Hal tersebut dapat memicu
kemarahan orang tuanya. Sebaiknya orang tua memberi tenggang waktu, sehingga anak akan lebih siap
menerima perintah.

7. Ubah Cara Pandang Kita Terhadap Kelakuan Anak

Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan senang mencoba hal-hal baru. Misalnya, Budi
yang berusia 3 tahun sedang melempar semua benda yang ada di atas meja: buku, pensil, kertas, ke
lantai.

Ketika ibunya melihat, ia memarahi dan memukul tangan anaknya sambil berkata, “nakal... nakal..”

Budi kelihatan bingung, karena ia sedang gembira mendapatkan ilmu baru, bahwa ternyata benda-
benda yang ia lempar jatuhnya ke bawah.

Anak-anak yang membongkar mainan sebenarnya ingin tahu bagaimana bagian-bagian benda dapat
tersusun menjadi sebuah rangkaian mainan.
Maka, ubahlah persepsi Anda tentang ‘anak nakal’. Tetapi sebaliknya, ‘anak kreatif’ yang rasa ingin
tahunya besar.

8. Cari Waktu untuk Diri Anda Sendiri

Orang tua yang terlalu sibuk dan lelah biasanya akan lebih mudah memukul atau memarahi anaknya.

Para ibu yang habis waktunya untuk mengurus rumah tangga (mencuci, ke pasar, memasak, membenahi
rumah, dan sebagainya) sering merasa lelah fisik dan mental. Oleh karena itu, penting sekali untuk
menjaga keseimbangan diri dengan mencari waktu untuk diri sendiri, misalnya, melakukan hobi,
beribadah atau berdoa, membaca, olahraga, menonton film dan lain-lain.

3. Pita Hartati

Pertanyaan:

Apa Tujuan pola asuh anak otoriter?

Penjawab:

a. Nainaling Gulo

Tujuan pola asuh otoriter bagi orang tua ialah untuk membuat anak nya terarah dan sejalan dengan
keinginannya yang membuat dirinya untuk memaksakan kehendaknya pada anak dan merasa benar
akan apa yanh dia lakukan dan berakibat buru bagi sianak karena di paksa harus sejalan dengan
keinginan orangtuanya

b. Khairunnisa

Pola asuh otoriter merupakan gaya pengasuhan yang cenderung keras dan menuntut anak, namun
respon penghargaan terhadap anak rendah. Umumnya, orangtua menerapkan pola ini dengan tujuan
agar anak menuruti keinginan orangtua.
4. Ruisa Rahmadani

Pertanyaan:

Mengapa jumlah anak mempengaruhi jumlah asuh otoriter?

Penjawab:

Tania Andriani

Karena orang tua yang memiliki banyak anak bingung bagaimana mendidik anaknya jadi ia mengambil
jalan yang menurutnya tepat yaitu pola asuh anak otoriter,dimana pola asuh anak ini tidak di
perbolehkan berpendapat anak harus menuruti perintah dari orang tua nya, jadi kebanyakaan orang tua
yang memiliki banyak anak lebih memilih menggunakan pola asuh ini karena ia sudah terlalu banyak
beban pikiran jadi tidak mau menerima pendapat anak nya, itu sebab nya ia mengambil keputusan
sendiri untuk kebaikan anaknya tanpa menanyakan pendapat anak anaknya.

5. Nur Rahma Santika

Pertanyaan:

Jelaskan jenis pola asuh Otoriter pada anak dan Dampak nya pada anak!

Penjawab :

a. Silvia Anggreini

Keluarga terlihat aman dan tenang

Anak terlihat disiplin

Anak terlihat penurut


Anak pasif dan kurang inisiatif

Anak ragu ragu dalam mengambil keputusan

Anak suka mengjauhkan diri dari lingkungan

Anak agresif diluar rumah

b. Joice Tiara Kasih Halawa

Karakteristik otoriter, yaitu kaku, tegas, menerapkan hukuman jika tidak sesuai aturan. Orang tua
cenderung selalu benar dalam mengemukakan pendapat. Pola asuh ini akan membentuk seorang anak
dengan karakter disiplin dan patuh.

Dampak pola asuh otoriter pada anak

Karena hanya berfokus pada kontrol tanpa adanya kehangatan, pola asuh otoriter dapat memberi
berbagai tekanan pada anak. Sebagian besar penelitian pun menemukan bahwa bentuk pengasuhan
otoriter terkait dengan dampak negatif yang lebih banyak. Adapun dampak pola asuh otoriter yang
mungkin anak alami, yaitu:

Tingkat depresi anak menjadi lebih tinggi

Memiliki keterampilan sosial yang buruk

Takut berpendapat dan sulit menentukan keputusan

Tingkat harga diri anak menjadi lebih rendah

Kurang merasakan aman dan mendapat kasih sayang

Tidak merasa bahagia sehingga mengganggu kesehatan mentalnya

Munculnya masalah perilaku pada anak jika orangtua cenderung menggunakan kekerasan sebagai
hukuman

Anak akan menganggap bahwa kekerasan merupakan hal yang normal

Melampiaskan kemarahan di luar rumah bahkan dapat berperilaku agresif terhadap teman-temannya

Pola asuh ini tidak disarankan oleh psikolog anak karena mempertimbangkan tumbuh kembang anak.

Umumnya, pola asuh cenderung diturunkan dari generasi ke generasi. Jika orangtua dibesarkan dalam
gaya pengasuhan otoriter, maka ia juga mungkin akan menerapkan cara yang sama pada anaknya.
6. Nadiatul Husna

Npm 19.22.057

Pertanyaan:

Sebutkan pola asuh anak otoriter berserta contoh nya!

Penjawab:

a. Sonya Dermawati Shihombing

Orangtua dengan tipe pola asuh ini biasanya cenderung membatasi dan menghukum. Mereka secara
otoriter mendesak anak untuk mengikuti perintah dan menghormati mereka. Orangtua dengan pola ini
sangat ketat dalam memberikan Batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anak, serta komunikasi
verbal yang terjadi juga lebih satu arah. Orangtua tipe otoriter umumnya menilai anak sebagai obyek
yang harus dibentuk oleh orangtua yang merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan pola otoriter sering kali terlihat kurang bahagia, ketakutan dalam melakukan
sesuatu karena takut salah, minder, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Contoh orangtua
dengan tipe pola asuh ini, mereka melarang anak laki-laki bermain dengan anak perempuan, tanpa
memberikan penjelasan ataupun alasannya.

b. Silvia Anggreini

Bahwa pola asuh otoriter tidak bermacam,pola asuh otoriter ini adalah pola asuh terhadap anak yang
bersifat keras,mendidik anak secara keras dan harus patuh kepada orang tua, dan tidak memberiakn
kesempatan kepada anak untuk berpendapat.

Contohnya:

Orang tua melarang anak nya untuj tidak keluar malam jika anak nya tetap ingin keluar malam dan
melanggar aturan, anak tersebut anak di beri hukuman atas perbuatan yang dilanggar.
7. Zulma Eliya

Pertanyaan:

Apakah ada akibatnya jika seorang anak tidak mau mengikuti cara pola asuh orang tua nya yg otoriter?

Penjawab:

Dona Elida Simare Mare

akibatnya ada yaitu anak akan menjadi tidak disiplin dan anak tersebut akan melakukan perbuatan
sesuka hati sehingga anak kelihatan seperti tidak diajarkan oleh orang tuanya.

(Sesi 2 Tanya Jawab)

1. Yusbar rahmanita

Apakah pola asuh otoriter itu bagus diberikan kepada anak atau tidak?

Jawaban:

a. Wilda sirait

Tidak karena pola asuhan otoriter umumnya tidak memberikan kesempatan anak memilih. Tidak
hanya itu pola asuh ini juga biasanya menyertakan hukuman fisik yang bisa berdampak buruk terhadap
fisik dan mental anak. Cara didik ini biasa membuat anak berprilaku agresif, tidak percaya diri dan
pemalu.

b. Linda darling kuswita laia

Pola asuh otoriter tidak baik untuk anak karena, pada umumnya pola asuh ini tidak memberikan anak
untuk memilih. Tidak hanya itu pola fisik ini juga menyertakan hukuman fisik yang berdampak buruk
pada fisik dan mental anak.

2. Yuliani
Mengapa salah satu damoak dari pola asuh otoriter "keluarga terlihat aman dan tenang "? Sementara
arti dari pola asuh otoriter itu mendidik anak secara keras, kaku behkan bersifat kasar.

Jawaban:

a. Nainaling gulo

Dengan diterapkannya pola asuh ini dalam keluarga anak lebih banyak dituntut untuk melakukan
sesuatu hal atas dasar izin orang tua sehingga anak tidak dapat bebas berekspresi dan bahka lehih
banyak diam dan tenang karena merasa takut melakukan sesuatu hal karena selalu dianggap salah tanpa
ada alasan sehingga keluarga aman dan tenang karena semuanya berjalan sesuai dengan meinginan
orang tuanya yang membuat anak tertutuo dan takut berekspresi.

3. Muspita amelia

Di slide ke 7 dijelaskan salah satu faktor yang dapat mendorong pola asuh otoriter adalah jumlah anak
dan mepribadian. Mengapa jumlah anak dan kepribadian dapat menjadi faktor yang dapat mendorong
pola asuh ororiter

Jawaban:

a. Nainaling gulo

Jumlah anak dapat mempengaruhi orang tua untuk melakukan pola asuh otoriter karena pola asuh ini
lehih mementingkan pendapat orang tua selalu benar sehingga anak tidak perlu memberikan pendapat
lagi yang harus diladeni oleh orang tua yang jumbah anaknya banyak.

Kepribadian juga mendorong pola asuh ini terjadi kerena sifatnya yang keras kaku dan bahkan kasar.

Anda mungkin juga menyukai