Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat


fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya
dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Menurut Santoso
(2004:11) Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan sebagai dasar untuk
menentukan terbentuknya kepribadian anak dan seluruh aspek yang terdapat pada
anak. Setiap anak mengalami proses perkembangan. Suyadi (2010 : 65-122)
menjelaskan setidaknya terdapat lima aspek perkembangan anak usia dini meliputi
perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa,
perkembangan sosial emosional, dan perkembangan moral. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Masnipal (2013:146) menyebutkan bahwa lima aspek dasar anak
sejak lahir yang meliputi moral, fisik-motorik, kognitif atau intelektual, bahasa atau
komunikasi, emosi, dan sosial yang keseluruhannya mengalami perkembangan
secara bertahap. Pada dasarnya perkembangan yang terjadi dalam diri anak tidak
terjadi secara terpisah-pisah antar bagiannya. Namun kecenderungan untuk
mempelajari dan menjelaskan aspek perkembangan tersebut secara terpisah
dilakukan agar terdapat keterangan yang jelas berkaitan dengan karakteristik
masing-masing aspek. Sujiono (2006) menyatakan pengembangan kognitif
merupakan salah satu aspek pengembangan anak. Pengembangan kognitif ialah
perkembangan dari pikiran sedangkan Pikiran adalah bagian berfikir dari otak,
bagian yang digunakan, yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan dan
pengertian.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 146
tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini (PAUD Jateng
(Standar PAUD, 2015)) , program pengembangan kognitif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya
kematangan proses berfikir dalam konteks bermain. Pengembangan kognitif
tersebut meliputi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna dan pola,
konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf. Pengembangan kognitif khususnya
1
2

pemahaman konsep bilangan sangat penting diajarkan kepada anak usia dini dengan
tujuan agar anak dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep
bilangan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa mempersiapkan untuk
memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

Indikator pencapaian perkembangan anak usia dini yang diadopsi dari


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 146 tahun 2014 tentang
kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini (Standar PAUD, 2015) yang terdiri dari
empat indikator tentang konsep bilangan sebagai berikut: (1) Melakukan kegiatan
yang menunjukkan anak mampu mengenal benda berdasarkan lima seriasi atau
lebih, bentuk, ukuran, warna, atau jumlah melalui kegiatan mengurutkan benda; (2)
Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal konsep besar-kecil,
banyak-sedikit, panjang-pendek, berat-ringan, tinggi-rendah dengan mengukur
menggunakan alat ukur tidak baku; (3) Menyebutkan angka bila diperlihatkan
lambang bilangan; (4) Menyebutkan jumlah benda cara menghitung.

Hasil observasi di RA Al Hidayah 1 Sari menunjukkan adanya permasalahan


yang merujuk pada ketidakmampuan anak dalam pemahaman konsep bilangan.
Berdasarkan beberapa indikator tentang konsep bilangan yang diadopsi dari
PERMENDIKBUD No. 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak
usia dini (Standar PAUD, 2015) terdapat indikator pencapaian perkembangan anak
yang belum tuntas, diantaranya: (1) Menyebutkan angka bila diperlihatkan lambang
bilangan; (2) Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal
konsep banyak-sedikit; dan (3) Menyebutkan jumlah benda dengan cara
menghitung. Pernyataan tersebut dibuktikan berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 21 Januari 2019 menunjukkan hasil belajar yang belum
sesuai dengan harapan guru. Terbukti pada saat guru menunjuk lambang bilangan
1 sampai 20 di papan tulis ada 11 anak yang belum tepat dalam menyebutkan
bilangannya, kebanyakan anak hanya hafal dengan urutan bilangan 1 sampai 20
tetapi belum memahami lambang bilangannya. Kemudian saat membandingkan
bilangan mana yang lebih banyak atau lebih sedikit terdapat 13 anak yang anak
yang masih salah dalam menentukan mana jumlah yang lebih besar dan yang sedikit
3

sehingga dalam memberikan tanda lebih besar (>) atau lebih kecil (<) masiih sering
terballik. Selanjutnya ketika anak mengerjakan LKA menjumlah benda, masih ada
15 anak yang belum tepat dalam menentukan jumlahnya.

Hasil pratindakan menunjukkan persentase ketuntasan secara klasikal hanya


25% atau 5 dari 20 anak yang mampu mencapai target ketuntasan yang ditentukan
oleh sekolah. Sedangkan persentase ketuntasan tiap indikator adalah 45% atau 9
dari 20 anak dapat menyebutkan bilangan saat ditunjukkan lambang bilangan oleh
guru. Selanjutnya pada indikator membedakan konsep banyak-sedikit terdapat 7
dari 20 anak atau 35% sudah dapat menentukan mana jumlah yang lebih besar dan
yang lebih sedikit. Kemudian pada indikator menyebutkan jumlah benda dengan
cara menghitung terdapat 5 dari 20 anak atau 25% sudah mampu menghitung hasil
penjumlahan serta menuliskan hasilnya di LKA dengan tepat. Pemahaman konsep
bilangan anak kelompok B RA Al Hidayah 1 Sari, guru masih menggunakan media
jari dan metode ceramah sehingga anak mengalami kesulitan dalam memahami apa
yang disampaikan oleh guru. Seharusnya guru merancang kegiatan pembelajaran
dengan media atau metode yang tepat bagi anak karena kegiatan pembelajaran yang
dirancang dengan inovatif dan variatif akan membantu anak dalam menyelesaikan
tugas perkembangannya (Beaty, 2013).

Penyelesaian permasalahan di atas, terdapat banyak pembelajran yang dapat


diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan pemahaman konsep bilangan
pada anak kelompok B di RA tersebut. Maursund (2016) menyatakan bahwa
kemampuan untuk memecahkan masalah matematika khususnya konsep bilangan
dapat menggunakan media permainan. Permainan dapat diterapkan karena
permainan menyediakan reinforcement dan latihan, dapat memotivasi, membantu
pengembangan konsep matematika serta dapat membantu anak untuk
mengembangkan strategi dalam memecehkan masalah (Ernest dalam Maulana,
2012). Salah satu permainan yang dapat digunakan adalah permainan mancala.
Arjun (2014) menyebutkan jika permainan mancala merupakan permainan papan
yang terdiri dari dua sampai empat baris terdiri dari 5 sampai 10 lubang dengan
penghitung bisa berupa biji asam, kacang, kerikil kecil, dll. Permainan ini
4

melibatkan suatu perhitungan dengan menggunakan strategi abstrak dan dimainkan


oleh dua pemain. Hasil penelitian Mercer & Mercer (1998) menyampaikan
permainan mancala dapat menjadi salah satu strategi guru dalam mengajarkan
matematika. Hal tersebut terbukti bahwa permainan mancala dapat digunakan
untuk meningkatkan konsep matematika dasar seperti menambah/menjumlah,
mengurangi, menghitung, memperkirakan, serta dapat menguatkan ingatan dan
konsentrasi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka


peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep Bilangan Melalui Permainan Mancala
Pada Anak Kelompok B RA Al Hidayah 1 Sari, Pringanom, Masaran Tahun
Ajaran 2018/2019”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka


permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimana permainan mancala
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep bilangan pada anak
kelompok B RA Al Hidayah 1 Sari, pringanom, Masaran tahun ajaran 2018/2019?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep bilangan melalui permainan
mancala pada anak kelompok B RA Al Hidayah 1 Sari, Pringanom, Masaran tahun
ajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat


penelitian dari tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penerapan permainan mancala yang digunakan peneliti diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep bilangan.
5

2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain:
a. Bagi anak
Dapat memberikan suasana pembelajaran yang menarik bagi anak
sehingga bisa meningkatkan kemampuan pemahaman konsep bilangan anak.

b. Bagi guru
Dapat menerapkan pembelajaran yang lebih inovatif dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep bilangan pada anak.
c. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan mutu sekolah karena guru memiliki media
pembelajaran alternatif dalam meningkatkan hasil belajar anak tentang
konsep bilangan melalui permainan mancala di RA Al Hidayah 1 Sari,
Pringanom, Masaran tahun ajaran 2018/2019.

Anda mungkin juga menyukai