Anda di halaman 1dari 3

#Inspiratif

GITA SAVITRI: Vlogger Cantik yang Kuliah di Jerman dan Proyek Rahasianya Untuk Indonesia!

Nama saya Gita Savitri Devi, dari kecil sampai umur 18 tahun saya berdomisili di Jakarta, tapi saya orang
Sumatera Selatan. Sekarang ini saya adalah mahasiswa Kimia murni semester akhir di Freie Universität
Berlin. Saya menginjakan kaki pertama kali di Jerman, tepatnya di Berlin, tanggal 30 Oktober 2010.
Alasan saya memilih Jerman sebagai negara untuk kuliah adalah karena saya sudah cukup familiar
dengan negara ini dikarenakan orang tua saya yang sempat tinggal di sini selama 3 tahun. Orang tua saya
juga berpikir kualitas pendidikan di Jerman sangat bagus dan kondisi di sini yang dinilai kondusif untuk
belajar.

Memilih jurusan kuliah sendiri saya perlu waktu. Ada cerita di balik perjalanan saya bisa kuliah jurusan
kimia. Sebenarnya ketika saya di semester akhir Studienkolleg saya masih belum tau mau kuliah jurusan
apa. Orang tua menyarankan saya untuk ambil teknik, tapi saya tidak suka fisika. Kala itu saya masih
belum mendapatkan izin untuk kuliah di jurusan yang sebenarnya saya idam-idamkan dari dulu, yaitu
desain komunikasi visual.

Berdasarkan hasil tes minat dan bakat yang sempat saya ikuti di SMA kelas 3 dulu saya orangnya cukup
fleksibel di semua area dan kalau tidak ambil seni saya disarankan untuk kuliah di jurusan ilmu murni.
Akhirnya saya menetapkan pilihan pada Kimia.

Kalau untuk pemilihan kampus saya melihat berdasarkan ranking kampus tersebut. Freie Universität
Berlin adalah salah satu elite university di Eropa. Research dan publikasinya di bidang Kimia pun sangat
banyak.

Sebenarnya saya bukan tipe orang yang memilih sesuatu karena possibility untuk mendapatkan pekerjaan
atau uang yang banyak. Saya percaya kalau kita usaha rezeki akan datang dengan sendirinya. Jadi ketika
saya memilih jurusan pun saya tidak muluk-muluk harus yang prospeknya cerah. Karena dunia ini selalu
berubah-ubah. Di jaman angkatan saya dulu Teknik Perminyakan sangat digandrungi karena jurusan ini
menjanjikan masa depan yang cerah. Siapa yang tau kalau 6-7 tahun kemudian banyak lulusan Teknik
Perminyakan yang harus kena PHK dikarenakan harga minyak yang makin anjlok. Ketika saya memilih
kampus dan jurusan saya memilih yang paling banyak berkahnya buat saya dan yang kiranya paling bisa
membuat saya tumbuh ke arah yang lebih baik sebagai individu.

Kalau kita ngomongin tentang beasiswa untuk S1 itu jarang banget, hampir semua mahasiswa S1 di
Jerman membiayai kuliahnya sendiri, termasuk saya. Kuliah di Jerman sudah disubsidi oleh pemerintah,
jadi tidak banyak disediakan beasiswa. Secara umum biaya kampus dan kuliahnya gratis, tinggal bayar
semster ticket aja, semacam biaya transport tiap semester.

Di sini saya tidak bisa menjabarkan step-by-step untuk kuliah di Jerman, karena akan sagat panjang sekali
ceritanya. Saran saya tahap pertama jika ingin kuliah di sini adalah datang ke konsulat Jerman di kedutaan
dan bertanya-tanya di sana. Mereka yang lebih tau mengenai update terbaru studi di Jerman karena
peraturannya selalu berubah setiap tahun. Atau kalau tidak mau ribet bisa datangi agen-agen studi di
Jerman, tapi resikonya kita harus membayar uang yang sangat banyak.

Dengan bertanya kepada Konsultan Jerman di kedutaan, itu juga bisa nambah pengalman kamu biar
bener-bener siap pas datang ke Jerman, soalnya kalau kamu nggak siap, bisa-bisa ngrasain culture shock
yang lumayan bikin stres.
Kalau buat aku sendiri, Culture shock pasti ada tapi tidak datang dari orang Jermannya. Karena kebetulan
lingkungan saya ketika di Indonesia dulu adalah yang biasa-biasa saja, jadi saya tidak terbiasa dengan
lifestyle yang aneh-aneh. Ketika sampai di sini mahasiswa Indonesianya memiliki lifestyle yang berbeda
dari saya. Karena waktu sampai di sini juga ibaratnya masih bocah saya agak kaget dan takut melihat
yang seperti itu. Makanya di awal-awal saya di Jerman saya lebih banyak mendekatkan diri dengan
temannya Ibu saya, instead main dengan yang seumuran dengan saya.

Menurut pengalaman saya paling penting untuk mencari teman yang baik di sini. Karena kita di sini
tinggal sendiri dan kita bisa memilih mau jadi apa saja. Jadi alim bisa, jadi nakal juga bisa. Dan itu semua
dimulai dengan lingkaran pergaulan kita.

Ketika kamu kuliah ke luar negeri, kamu bakalan dihadapkan dengan banyak hal-hal baru, termasuk
teman-teman yang ada di sekelilingmu kelak. Untuk saya, karena kampus saya itu kampusnya para nerd
kebanyakan orangnya bukan orang yang senang bergaul, yang dijadikan bahan obrolan di manapun
adalah kimia, kimia, dan kimia. Tapi overall orang-orangnya friendly. Karena saya bukan tipe orang yang
suka ngobrolin kimia melulu, selama 4,5 tahun kuliah saya hanya memiliki dua teman dekat yang bisa
saya ajak ngobrol bukan tentang pelajaran saja, yang lain cuma teman sekedar ngobrol small talk.

Tipsnya adalah tidak usah menarik diri. Tipikal orang Asia banget yang selalu malu-malu dan cuma
berdiri di pojokan sambil jadi penonton. Santai aja nggak perlu malu-malu. Mereka juga nggak peduli-
peduli amat kalau bahasa Jerman kita amburadul. Selama mereka mengerti apa yang kita maksud,
komunikasi akan terus berjalan.

Kalau barusan kita membicarakan tentang hal-hal baru selama di luar negeri, sekarang bakalan saya
jelaskan sedikit mengenai seberapa besar biaya hidup di Jerman, dan ini cukup penting buat kalian tahu.

Besarnya biaya hidup di Jerman itu tergantung kota tinggal. Kalau di Berlin kebutuhan-kebutuhan pokok
lumayan murah. Saya setiap bulan bayar uang sewa apartemen 270 Euro dan kamar saya besar banget.
Saya tinggal sendiri, di dalamnya sudah ada dapur dan kamar mandi. Di kota lain belum tentu dapet
segitu. Semesterticket harganya kurang lebih 300 Euro dan kita sudah bisa pakai transportasi apapun di
Berlin dan Brandenburg.

Usahakan untuk punya penghasilan selain uang kiriman dari orang tua. Di sini saya dan teman-teman
mahasiswa lain juga selalu berusaha untuk kerja. Tapi karena jadwal kuliah saya yang selalu padat dan
saya juga kurang suka kerja disuruh-suruh orang, jadi saya memanfaatkan internet sebagai mata
pencaharian. Entah saya nge-YouTube, menulis untuk majalah dan koran di Indonesia, endorsement di
Instagram, dan project-project lainnya. Intinya satu, kerja. Ah, satu lagi. Jangan makan di luar!

Bisa kuliah ke luar negeri selalu memberikan warna tersendiri untuk setiap individu yang menjalaninya.
Untuk saya, Jerman mengubah saya banget. Saya sampai di sini ketika masih 18 tahun, masih remaja. It's
safe to say kalau saya itu tumbuh di sini. Jadi saya pun menjadikan Jerman dan mentalitasnya sebagai
bagian dari karakter saya. Yang jelas saya jadi makin kritis dan makin tegas memandang semua hal.
Naturally saya tipe yang lebih mendengarkan otak daripada hati, tapi makin ke Jerman saya jadi makin
suka mikir dan berpikir itu kunci dari segalanya. Dari hasil saya mikir saya jadi makin kenal diri saya,
jadi makin tau tujuan dan kemauan saya, jadi makin tau apa sebenarnya tanggung jawab saya terhadap
diri saya sendiri, keluarga, umat, negara, dan agama. Terlebih sekarang saya lagi senang-senangnya untuk
bertemu orang baru dari kultur yang berbeda. Saya jadi makin dapat banyak referensi untuk memikirkan
hidup saya, dan yang ada di sekeliling. Hal yang sudah saya tekankan dalam diri saya untuk Indonesia,
bahwa saya udah paling anti buang sampah sembarangan, hahahaha.
Tentang Pengalaman yang Paling Berkesan

Wah, semuanya berkesan. Selama ini saya tidak sadar bagaimana pengalaman di Jerman ini benar-benar
berharga buat saya sampai akhirnya saya bisa merasakan perubahan-perubahan dalam diri saya. Padahal
dulu saya orangnya selalu kesal kalau hal tidak sesuai dengan apa yang saya mau, tapi sekarang saya lupa
lho caranya mengeluh. Susahnya kuliah Kimia pakai bahasa Jerman dan senangnya dapat kesempatan
untuk dapat mental training di Jerman, semuanya berkesan dan saya syukuri.

Harapan dan Rencana Kontribusi Untuk Indonesia

Harapannya semoga makin banyak anak muda yang aware dengan keadaan dan posisi Indonesia sekarang
dan punya sense of giving back to community. Seperti yang selalu saya bilang, kebanyakan dari
masyarakat, mau tua ataupun muda, tinggal di Indonesia hanya untuk memperkaya diri. Bukan untuk
memajukan bangsanya. Terbukti dengan kita yang selalu menyalahkan pemerintah atas apapun yang
terjadi. Indonesia banjir, yang disalahkan pemerintah. Masalah macet tidak pernah kelar, yang disalahkan
pemerintah. Seakan-akan yang punya tanggung jawab terhadap negeri ini hanya pemerintah. Padahal kita
juga punya.

Tips & Trik Untuk Teman-teman yang Mau Kuliah ke Jerman!

Kuliah di luar negeri tidak cukup hanya dengan niat dan minat. Situasinya jauh berbeda dengan di
Indonesia, cobaan-cobaan yang akan dihadapi jauh berbeda dengan yang pernah kita lalui. Jangan pernah
kuliah di luar negeri dengan alasan "keren", "bisa foto-foto sama salju", atau "bisa jalan-jalan keliling
Eropa". Luruskan niatnya, siapkan mentalnya. Last but not least, good luck! [Berkuliah]

+++++
Add Official Line @Campuspedia https://line.me/R/ti/p/@campuspedia
Follow Instagram Campuspedia https://www.instagram.com/campuspedia

Subscribe : http://bit.ly/campuspediayoutube

#Campuspedia - Indonesia Student Platform

Anda mungkin juga menyukai