Anda di halaman 1dari 10

MODUL 6

PERKULIAHAN

Pancasila (National Ideology) 2 SKS


Materi :

1. Perbandingan Ideologi Pancasila


2. Perbandingan Pancasila dan Sosialisme
3. Perbandingan Pancasila dan Kapitalisme

Dosen Pengampu : Aditya Rian Ramadhan SE.,MM

ABSTRAK Tatap Muka

6
Fakultas: TEKNIK Kode Mata Kuliah : 32152E2FA
Penyajian
Program Studi: perkuliahan Pendidikan Pancasila dimimbar Perguruan
TEKNIK SIPIL tinggi
Disusun Oleh:berdasarkan peraturan
Aditya Rian RamadhanSE.,MM
perundang-undangan dan landasan hukum yang telah ada serta analisis obyektif-
IDEOLOGI PANCASILA
Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta karakteristik masing-masing sesuai
dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabat tidaklah mungkin untuk dipenuhinya
sendiri, oleh karena itu manusia sebagai makhluk social senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
Dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara.

Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang kemudian
dikristalisasikan menjadi suatu sistem nilai yang disebut Pancasila.

Baca juga, Pengertian Asal Mula Pancasila

Pancasila, yaitu suatu negara Persatuan, suatu negara Kebangsaan serta suatu negara yang bersifat Integralistik.
Hakikat serta penertian sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:

1. PAHAM NEGARA PERSATUAN


Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam unsur yang membentuknya yaitu suku bangsa,
kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan.

Hakikat negara persatuan dalam pengertian ini adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur
yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis suku bangsa, golongan, kebudayaan
serta agama. Negara persatuan adalah merupakan satu negara, satu rakyat, satu wilayah dan tidak terbagi-bagi
misalnya seperti negara serikat, satu pemerintahan, satu tertib hukum yaitu tertib hukum nasionak, satu bahasa
serta satu bangsa yaitu Indonesia.

Pengertian ‘Persatuan Indonesia’ lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam Pembukaan UUD 1945 yang termuat
dalam berita republik Indonesia Tahun II No 7, bahwa bangsa Indonesia mendirikan negara Indonesia. ‘Negara
persatuan’ yaitu negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan.

BHINEKA TUNGGAL IKA


Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara
Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang
berbeda-beda, memilki agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara
Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia

2. PAHAM NEGARA KEBANGSAAN


Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang
memiliki sifat kodrat sebagai mahkluk individu yang memiliki kebebasan dan juga sebagai mahkluk sosial yang
senantiasa membutuhkan orang lain.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
2
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Menurut Muhammad Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik
internasional, yaitu suatu bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan, berlangsung melalui
tiga fase. Fase pertama, yaitu zaman kebangsaan Sriwijaya, kedua zaman kerajaan majapahit. Kedu zaman negara
kebangsaan tersebut adalah merupakan kebangsaan lama, dan ketiga pada gilirannya masyarakat Indonesia
membentuk suatu nationale Staat, atau suatu Etat Nationale, yaitu suatu negara kebangsaan Indonesia modern
menurut susunan kekeluargaan berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa serta Kemanusiaan (sekarang negara
proklamasi 17 Agustus 1945).

HAKIKAT BANGSA
Hakikatnya adalah merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam merealisasikan harkat
dan martabat kemanusiaannya.

Manusia membentuk suatu bangsa karena untuk memenuhi hak kodratnya yaitu sebagai individu dan mahkluk
sosial, oleh karena itu deklarasi bangsa Indonesia tidak mendasarkan pada deklarasi kemerdekaan individu
sebagaimana negara liberal.

TEORI KEBANGSAAN
Dalam tumbuh berkembangnya suatu bangsa atau juga disebut sebagai ‘nation’ terdapat berbagai macam teori
besar yang merupakan bahan komparasi bagi para pendiri negara Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki sifat dan karakter tersendiri.

Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut :

1) TEORI HANS KOHN


Hans Kohn sebagai seorang ahli astrologi etnis mengemukakan teorinya tentang bangsa yaitu terbentuk karena
persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan.

2) TEORI KEBANGSAAN ERNEST RENAN


Hakikat bangsa atau ‘nation’ ditinjau secara ilmiah oleh seorang ahli dari Academmie Francaise Prancis pada
tahun 1982. menurut Renan pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah sebagai berikut :

 Bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerokhanian


 Bahwa bangsa adalah suatu solidaritas yang besar
 Bangsa adalah suatu hasil sejarah. Oleh karena sejarah berkembang terus maka kemudian menurut Renan
bahwa :
 Bangsa adalah bukan sesuatu yang abadi
 Wilayah dan ras bukanlah suatu penyebab timbulnya bangsa. Wilayah memberikan ruang di mana bangsa
hidup, sedangkan manusia membentuk jiwanya. Dalam kaitan inilah maka Renan kemudian tiba pada suatu
kesimpulan bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerokhanian.

Lebih lanjut Ernest Renan menegaskan bahwa faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa adalah sebagai berikut :

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
3
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
 Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau
 Suatu keinginan hidup bersama baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang
 Penderitaan-penderitaan bersama sehingga kesemuanya itu merupakan ‘Le capital social’ (suatu modal
sosial) bagi pembentukan dan pembinaan paham kebangsaan.

Akan tetapi yang terlebih penting lagi adalah bukan apa yang berakar di masa silam melainkan apa yang harus
diperkembangkan di masa yang akan datang.

3) TEORI GEPOLITIK OLEH FREDERICH RATZEL


Teori ini menyatakan bahwa negara adalah merupakan suatu organisme yang hidup. Dalam bahasa jerman disebut
‘Lebensraum’. Negara-negara besar menurut ratzel memiliki semangat ekspansi, militerisme serta optimisme,
teori Ratzel ini bagi negara-negara modern terutama di Jerman mendapat samputan yang cukup hangat, namun
sisi negatifnya menimbulkan semangat kebangsaan yang chauvinistis (Polak, 1960 : 71).

4) NEGARA KEBANGSAAN PANCASILA


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang, sejak zaman kerajaan-kerajaan
Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga abad.

Pancasila adalah bersifat ‘majemuk tunggal’. Adapaun unsur-unsur yang membentuk nasionalsime (bangsa)
Indonesia adalah sebagai berikut :

 Kesatuan sejarah, bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah, yaitu sejak zaman
prasejarah, zaman Sariwijaya, Majapahit kemudian datang penjajah, tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan
akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu
wilayah negara republik Indonesia.
 Kesatuan nasib, yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib yaitu penderitaan
penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan demi kemerdekaan secara bersama dan akhirnya
mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia Tuhan yang Maha Esa tentang kemerdekaan.
 Kesatuan Kebudayaan, walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman kebudayaan, namun
keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional Indonesia. Jadi kebudayaan
nasional Indonesia tumbuh dan berkembang di atas akar-akar kebudayaan daerah yang menyusunnya.
 Kesatuan Wilayah, bangsa ini hidup dan mencari penghidupan dalam wilayah Ibu Pertiwi, yaitu satu
tumpah darah Indonesia.
 Kesatuan Asas Kerokhanian, bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-cita, kesamaan
pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri yaitu
pandangan hidup Pancasila (Notonagoro, 1975 106)

3. PAHAM NEGARA INTEGRALISTIK


Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu asas
kebersamaan, assas kekeluargaan serta religius.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
4
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Dalam pengertian ini kesatuan integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu kesatuan
integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua golongan bagian-bagian yang membentuk
negara, negara tidak memihak pada suatu golongan betapapun golongan tersebut sebagai golongan besar.

Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut adalah sebagai berikut :

 Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral


 Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya
 Semua golongan, bagian dari anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis
 Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya
 Negara tidak memihak kepada suatu golongan atau perseorangan
 Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat
 Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja
 Negara menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral
 Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan (yamin, 1959).

NEGARA PANCASILA ADALAH NEGARA KEBANGSAAN YANG


BERKETUHANAN YANG MAHA ESA
Dasar ontologis negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah hakikat manusia ‘monopluralis’.
Manusia secara filosofis memiliki unsur ‘susunan kodrat’ jasmani (raga) dan rokhani (jiwa), sifat kodrat sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat sebagai mahkluk Tuhan yang Maha Esa serta
sebagai makhaluk pribadi.

Individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan maka bangsa dan negara sebagai totalitas
yang integral adalah Berketuhanan, demikian pula setiap warganya juga berketuhanan Yang maha Esa.

Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu bukan
merupakan negara sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan negara
agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu.

Kebangsaan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak, karena
langsung bersumber pada martabat manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang Maha Esa.

A. HAKIKAT KETUHANAN YANG MAHA ESA


Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Oleh karena sebagai
dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara, baik yang bersifat material maupun spiritual. Arti material antrara lain, bentuk negara tujuan negara, tertib
hukum, dan sistem negara. Adapun yang bersifat spiritual antara lain moral agama dan moral penyelenggaraan
agama.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
5
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Pancasila adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang Maha Esa dalam arti memiliki kebebasan dalam
memeluk agama sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing, Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2.

B. HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Berdasarkan kodrat manusia tersebut maka terdapat berbagai macam konsep tentang hubungan negara dengan
agama, dan hal ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis manusia masing-masing.

1) HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA MENURUT PANCASILA


Menurut Pancasila negara adalah berdasar atas ketuhanan Yang maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Hal ini termuat dalam Penjelasan Pembukaan UUD 1945 yaitu Pokok Pikiran keempat. Pancasila adalah
bukan negara sekuler yang memisahkan negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat 1,
bahwa negara adalah berdasar ketuhanan Yang Maha Esa.

Masing-masing negara kebangsaan yang Berketuhanan yang Maha Esa adalah negara yang merupakan
penjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai individu makhluk sosial dan manusia adalah sebagai pribadi dan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Bilamana dirinci maka hubungan negara dengan agama menurut negara
Pancasila adalah sebagai berikut :

 Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa


 Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa. Konsekuensinya
setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-
masing
 Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat
sebagai mahkluk Tuhan
 Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar
pemeluk agama
 Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga
 Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara
 segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai–nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral baik moral agama negara
maupun moral para penyelenggara negara
 Negara pada hakikatnya adalah merupakan “………berkat rakhamat Allah yang maha Esa. (bandingkan
dengan Notonagoro, 1975)

2) HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA MENURUT PAHAM THEOKRASI


Hubungan negara dengan agama menurut paham theokrasi bahwa antara negara dengan agama tidak dapat
dipisahkan. Dalam praktek kenegaraan terdapat dua macam pengertian negara theokrasi , yaitu Negara Theokrasi
Langsung, dan Negara Theokrasi tidak Langsung.

a) Negara Theokrasi Langsung


202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar
0
dan eLearning
6
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Dalam system Negara Theokrasi langsung, kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya Negara
di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah adalah Tuhan.

b) Negara Theokrasi tidak Langsung

Berbeda dengan system Theokrasi yang langsung, Negara Theokrasi tidak Langsung bukan Tuhan sendiri yang
memerintah dalam Negara, melainkan Kepala Negara atau Raja, yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Kepala
Negara atau raja memerintah Negara atas kehendak Tuhan, sehingga kekuasaan dalam negara merupakan suatu
karunia dari Tuhan

3) HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA MENURUT SEKULERISME


Paham sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Sekulerisme berpandangan bahwa
negara adalah masalah-masalah keduniawian hubunagan manusia dengan manusia, adapun agama adalah urusan
akherat yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan.

Negara adalah urusan hubungan horizontal antar manusia dalam mencapai tujuannya. Agama adalah menjadi
unsur umat masing-masing agama. Walaupun dalam negara sekuler membedakan antara agama dan negara,
namun lazimnya negara diberikan kebebasan dalam memeluk agama masing-masing.

NEGARA PANCASILA ADALAH NEGARA KEBANGSAAN YANG


BERKEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Filsafat Pancasila adalah merupakan suatu penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Negara adalah suatu negara kebangsaan
berketuhanan Yang Maha Esa, dan berkemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Sifat-sifat dan keadaan negara tersebut adalah meliputi (1) bentuk negara (2) tujuan negara (3) organisasi negara
(4) kekuasaan negara (5) penguasa negara (6) warga negara, masyarakat, rakyat dan bangsa (lihat Notonagoro,
1975). Negara dalam pengertian ini menempatkan manusia sebagai dasar ontologis, sehingga manusia adalah
sebagai asal mula negara dan kekuasaan negara. Manusia adalah merupakan paradigma sentral dalam setiap aspek
penyelenggara negara, terutama dalam pembangunan negara (pembangunan Nasional).

NEGARA PANCASILA ADALAH NEGARA KEBANGSAAN YANG


BERKERAKYATAN
Negara menurut filsafat Pancasila adalah dari oleh dan untuk rakyat. Rakyat adalah merupakan suatu penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Hak-hak demokrasi yang (1) disertai tanggung jawab
kepada Tuhan Yang maha Esa (2) menjunjung dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta (3)
disertai dengan tujuan untuk mewujudkan suatu keadilan sosial, yaitu kesejahteraan dalam hidup bersama.

Pokok-pokok kerakyatan yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat dirinci
sebagai berikut :

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
7
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan dan hak yang
sama
 Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan negara dan
masyarakat
 Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak dibenarkan
memaksakan kehendak pada pihak lain
 Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah
 Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah
 Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan semangat kebersamaan. (Suhadi, 1998).

NEGARA PANCASILA ADALAH NEGERA BERKEBANGSAAN YANG


BERKEADILAN SOSIAL.
Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang bearti bahwa negara sebagai
penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sifat kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan
untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidup bersama (Keadilan Sosial). Manusia pada hakikatnya adalah adil
dan beradab yang bearti manusia harus adil terhadap diri srndiri, adil terhadap Tuhannya, adil terhadap orang lain
dan masyarakat serta adil terhadap lingkungan alamnya.

Hukum harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu (1) pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi
manusia, (2) peradilan yang bebas, (3) legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya, yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2, Pasal 28, Pasal 29 ayat 2, Pasal 31 ayat 1.

Realisasinya Pembangunan Nasional adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan negara, sehingga
Pembangunan Nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai dasar operasional serta dalam
penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan negara.

IDEOLOGI LIBERAL
Akar-akar rasionalisme yaitu paham yang meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialisme
yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang
dapat ditangkap dengan indra manusia).

Istilah Hobbes disebut “homo homini lupus” sehingga manusia harus membuat suatu perlindungan bersama. Atas
dasar kepentingan bersama.

HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA MENURUT PAHAM


LIBERALISME
Negara adalah merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat ditentukan oleh
kebebasan individu.

IDEOLOGI SOSIALISME KOMUNIS


202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar
0
dan eLearning
8
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Bebagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham komunismelah sebagai paham yang
paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah sebagai bentuk reaksi atas dasar perkembangan masyarakat kapitalis
sebagai hasil dari ideologi liberal.

Manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan
bukannya idividualitas.

Etika ideologi komunisme adalah mendasarkan suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas
masyarakat secara totalitas.

HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA MENURUT PAHAM


KOMUNISME
Pada komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara dengan agama mendasarkan pada pandangan
filosofis materialisme dialektis dan materialisme historis. Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham komunisme
adalah materi. Fenomena-fenomena dasar yaitu dengan suatu keiatan-kegiatan yang paling material yaitu
fenomena-fenomena ekonomis. Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, agama
adalah keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut komunisme Marxis, agama adalah merupakan candu
masyarakat (Marx, dalam Louis leahy, 1992 97,98).

Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan menekan
kehidupan agama.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan, M.Iqbal, MM. pokok pokok Materi Pendidikan Pancasila. PT Raja Graha Persada.
Jakarta, 2002.
2. Kaelan, Drs. MS. Pendidikan Pancasila, Yuridis Kenegaraan. paradigma. Yogyakarta. 1998
3. Pendidikan Pancasila. Paradigma. Yogyakarta, 2003.
4. A. W. Dewantara, Diskursus filsafat pancasila dewasa ini, Madiun, Sekolah tinggi keguruan dan
ilmu pendidikan, STKIP Widya Yuwana Madiun, 2017.
202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar
0
dan eLearning
9
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
5. Widiastiana, V, W, Pancasila dalam konteks sejarah perjuanan bangsa, Depok, Universitas
Gunadarma, 2020.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
10
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai