Anda di halaman 1dari 14

MODUL 3

PERKULIAHAN

Pancasila (National Ideology) 2 SKS


Materi :

1. Dinamika aktualisasi Pancasila sebagai dasar


negara.
2. Dinamika pelaksanaan UUD1945.

Dosen Pengampu : Aditya Rian Ramadhan SE.,MM

ABSTRAK Tatap Muka

3
Fakultas: TEKNIK SIPIL Kode Mata Kuliah : 32152E2FA
Program Studi: TEKNIK SIPIL Disusun Oleh: Aditya Rian Ramadhan SE.,MM
Penyajian perkuliahan Pendidikan Pancasila dimimbar Perguruan tinggi berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan landasan hukum yang telah ada serta analisis
obyektif- ilmiah guna menemukan hakekat dan kebenaran pancasila sebagai dasar
negara kesatuan RI, Pandangan hidup bangsa Indonesia, Filsafat bangsa dan sendi
kehidupan bangsa Indonesia.

TUJUAN
1. Dinamika aktualisasi Pancasila sebagai dasar negara.
2. Dinamika pelaksanaan UUD1945.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
2
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Dinamika Aktualisasi Pancasila sebagai Dasar Negara

1.1 Pengertian Pancasila


Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia,
bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideologi- ideologi lain di dunia, namun terbentuknya
Pancasaila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kausalitas Pancasila sebelum di syahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai
adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai relegius.
o Secara Etimologi
Pancasila berasal dari bahasa India yaitu bahasa sansekerta. panca berarti
“lima” syila (dengan huruf i pendek) berarti “batu sendi”, “alas” atau “dasar”.
syiila (dengan huruf i panjang ) berarti “peraturan”,”tingkah laku yang baik atau
penting”. Syiila itu sendiri dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya
tingkah laku yang baik. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pancasila berarti lima dasar sedangkan pancasyiila berarti lima aturan tingkah
laku yang penting.
o Secara Historis
Istilah pancasila pertama kali digunakan oleh masyarakat India yang
beragama budha, dan pancasila itu sendiri berarti lima aturan atau five moral
principles. Istilah pancasila juga terdapat dalam kitab sutasoma karangan empu
tantular didalam kitab ini pancasila berarti berbatu sendi yang lima selain itu
juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima yaitu:
❖ Tidak boleh melakukan kekerasan
❖ Tidak boleh mencuri
❖ Tidak boleh berjiwa dengki
❖ Tidak boleh berbohong
202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar
0
dan eLearning
3
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
❖ Tidak boleh mabuk minuman keras
o Secara Terminologis
Dimulai sejak sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945, istilah pancasila digunakan
oleh Ir. Soekarno untuk memeberi nama pada lima dasar atau lima prinsip
Negara Indonesia merdeka.menurut beliau sendiri pancasila diperolehnya dari
temanya yang seorang ahli bahasa. Selain hal itu sebagian pakar seperti moh
yamin notonogoro, driyakarya, berpendapat pancasila adalah filsafat oleh
karena itu pancasila sebagai ratio dari pada kehidupan Negara dan bangsa itu
yang sesuai dengan akal yang merupakan sumber kekuasaan jiwa bagi
peningkatan martabat kehidupan manusia serta pandangan hidup dalam
bernegara dan ideologi Negara dalam arti cita- cita Negara yana menjadi basis
bagi sistem kenegaraan.
1.2 Pengaktualisasian Pancasila Yang Terkandung Dalam Esensi Ke Lima Sila.
Suatu dasar filsafat negara maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem
nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan.Pancasila adalah kepribadian bangsa indonesia bukan dari luar. Adapun
yang menjadi unsur-unsur pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu.
Adanya pancasila terdapat di dalam dirinya sendiri, sebab itu pancasila adalah suatu
subtansi yang mengandung esensi.
Adapun nilai- nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk tuhan yang maha esa Oleh karena itu segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
4
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi
warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan
perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya ketinggian harkat dan
martabat manusia terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi)
harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan Negara.
c. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan
yang bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang adil dan beradab serta
mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus
tercermin segala aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam era reformasi
dewasa ini.
d. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanan dalam permusyawaratan/ perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta persatuan
Indonesia dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia. Oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar
0
dan eLearning
5
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi
yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa,Kemanusiaan Yang Adil dan beradab, Persatuan Indonesia, serta
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ perwakilan.Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai
yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka di
dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama (kehidupan bersama).
1.2.1 Aktualisasi Nilai Pancasila
A. Kerangka Teoritik
Alfred North Whitehead (1864 – 1947), tokoh utama filsafat proses,
berpandangan bahwa semua realitas dalam alam mengalami proses
atau perubahan, yaitu kemajuan, kreatif dan baru. Realitas itu dinamik
dan suatu proses yang terus menerus “menjadi”, walaupun unsur
permanensi realitas dan identitas diri dalam perubahan tidak boleh
diabaikan. Sifat alamiah itu dapat pula dikenakan pada ideologi Pancasila
sebagai suatu realitas (pengada). Masalahnya, bagaimanakah nilai-
nilai Pancasila itu diaktualisasikan dalam praktik
kehidupan berbangsa dan bernegara ? dan, unsur nilai Pancasila
manakah yang mesti harus kita pertahankan tanpa mengenal
perubahan ?

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
6
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Moerdiono (1995/1996) menunjukkan adanya 3 tataran nilai
dalam ideologi Pancasila. Tiga tataran nilai itu adalah:

1. Pertama, Nilai Dasar


Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak
dan tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu.Nilai
dasar merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak, bersifat amat
umum, tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan
kebenaran yang bagaikan aksioma.Dari segi kandungan nilainya,
maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang
mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya.
Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri negara.Nilai
dasar Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa
Indonesia melawan penjajahan yang telah menyengsarakan
rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan
tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh
warga masyarakat

2. Kedua, Nilai instrumental


Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat
kontekstual. Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai
dasar tersebut, yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun
waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini
dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan
zaman. Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai
dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
7
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang
dimungkinkan oleh nilai dasar itu.Dari kandungan
nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan,
strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga
proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut.
Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental
ini adalah MPR, Presiden, dan DPR

3. Ketiga, Nilai Praksis.


Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam
kenyataan sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat
melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai
praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan nilai-
nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik
oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh
organisasi kekuatan sosial politik, oleh organisasi
kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh pimpinan
kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara perseorangan.
Dari segi kandungan nilainya, nilai praksis merupakan
gelanggang pertarungan antara idealisme dan realitas.

Untuk melihat transformasi Pancasila menjadi norma hidup


sehari-hari dalam bernegara orang harus menganalisis pasal-pasal
penuangan sila ke-4 yang berkaitan dengan negara, yang meliputi;
wilayah, warganegara, dan pemerintahan yang berdaulat. Selanjutnya,
untuk memahami transformasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa, orang

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
8
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
harus menganalisis pasal-pasal penuangan sila ke-3 yang berkaitan dengan
bangsa Indonesia, yang meliputi; faktor-faktor integratif dan upaya untuk
menciptakan persatuan Indonesia. Sedangkan untuk
memahami transformasi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, orang harus menganalisis pasal-pasal penuangan
sila ke-1, ke-2, dan ke-5 yang berkaitan dengan hidup keagamaan,
kemanusiaan dan sosial ekonomis (Suwarno, 1993: 126).
Pancasila bisa ditawarkan dan berpengaruh, serta menyokong
kepada kebudayaan atau ideologi lain. Bahkan Soerjanto
Poespowardojo (1989: 14) menjelaskan, bahwa dinamika
yang ada pada aktualisasi Pancasila memungkinkan bahwa Pancasila
juga tampil sebagai alternatif untuk melandasi tata kehidupan
internasional, baik untuk memberikan orientasi kepada negara-negara
berkembang pada khususnya, maupun mewarnai pola komunikasi antar
negara pada umumnya.
Masalah aktualisasi nilai-nilai dasar ideologi Pancasila ke dalam
kehidupan praksis kemasyarakatan dan kenegaraan bukanlah
masalah yang sederhana. Soedjati Djiwandono (1995: 2-3) mensinyalir,
bahwa masih terdapat beberapa kekeliruan yang mendasar dalam cara
orang memahami dan menghayati Negara Pancasila dalam
berbagai seginya. Kiranya tidak tepat membuat “sakral” dan taboo
berbagai konsep dan pengertian, seakan-akan sudah jelas betul dan pasti
benar, tuntas dan sempurna, sehingga tidak boleh dipersoalkan lagi.
Sikap seperti itu membuat berbagai konsep dan pengertian menjadi
statik, kaku dan tidak berkembang, dan mengandung
resiko ketinggalan zaman.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
9
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
1.3 Penghayatan Pancasila
Untuk menuju pada pengertian penghayatan, maka perlu kiranya diketauhi
pengertian menghayati dahulu. Pengertian menghayati merupakan satu (suatu)
pengertian yang didalamnya terkandung unsur-unsur pengetahuan, kesadaran,
ketaatan, kemampuan, serta pengamalan. Penghayatan adalah keadaan kemasakan
jiwa (kejiwaan), jadi bukan soal akal saja. Adapun menghayati pancasila berarti kita
telah memiliki pengetahuan tentang pancasila dengan sebaik baiknya termasuk
pembukaan undang-undang dasar 1945, juga tentang undang-undang dasar 1945.
Mengenai pengetahuan itu seharusnya berupa pengertian yang jalas tentang
kebenaranya, yang selanjutnya harus dapat diresapkan dalam pikiran, sehingga
tumbuh rasa kesadaran kita untuk menerimanya dan selalu ingat setia kepada
pancasila, termasuk pembukaan dan undang-undang dasar 1945.
Dengan didorong oleh rasa kesadaran inilah yang didasari oleh pengetahuan
atau pengertian yang sebaik-baiknya serta jelas tentang kebenaran tadi, mampulah
kita untuk mengembangkan serta mengamalkan pancasila dengan sebaik-baiknya.
Bilamana penghayatan pancasila ini dapat dikembangkan secara terus menerus, akan
lahirlah mentalitas pancasila, sehingga dapat mewujudkan kesatuan cipta, rasa, karsa ,
dan karya dalam mengemban hak dan kewajiban atas dasar nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan bermasyrakat. Hasilnya akan dapat mewujudkan manusia pancasila,
bangsa pancasila, Negara pancasila, masyarakat pancasila, sejahtera, bahagia
jasmaniah rokhaniah, sesuai dengan kepribadian manusia dan bangsa Indonesia.

1.4 Masalah Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Ideologi


202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar
0
dan eLearning
10
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Masalah aktualisasi nilai-nilai dasar ideologi Pancasila ke dalam kehidupan
praksis kemasyarakatan dan kenegaraan bukanlah masalah yang sederhana. Soedjati
Djiwandono (1995: 2-3) mensinyalir, bahwa masih terdapat beberapa kekeliruan yang
mendasar dalam cara orang memahami dan menghayati Negara Pancasila dalam
berbagai seginya. Kiranya tidak tepat membuat “sakral” dan taboo berbagai konsep
dan pengertian, seakan-akan sudah jelas betul dan pasti benar, tuntas dan sempurna,
sehingga tidak boleh dipersoalkan lagi.
Sikap seperti itu membuat berbagai konsep dan pengertian menjadi statik, kaku
dan tidak berkembang, dan mengandung resiko ketinggalan zaman, meskipun
mungkin benar bahwa beberapa prinsip dasar memang mempunyai nilai yang tetap dan
abadi. Belum teraktualisasinya nilai dasar Pancasila secara konsisten dalam tataran
praksis perlu terus menerus diadakan perubahan, baik dalam arti konseptual maupun
operasional. Banyak hal harus ditinjau kembali dan dikaji ulang. Beberapa mungkin
perlu dirubah, beberapa lagi mungkin perlu dikembangkan lebih lanjut dan dijelaskan
atau diperjelas, dan beberapa lagi mungkin perlu ditinggalkan.

2. Dinamika pelaksanaan UUD1945.


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD
1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan
tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang
diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8
orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38
anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang
Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
11
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah
Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata
"Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada
BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang- Undang Dasar Republik
Indonesia.
Pasca kemerdekaan 17 agustus 1945 banyak peristiwa yang terjadi , antara lain :
a. Belanda ingin kembali menjajah Indonesia
b. Pemberontakan terjadi dalam negeri seperti : PKI madiun(1948) DI/TII,PRRI
Permesta dll.
c. Sistem pemerintahan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
d. KNIP yang tadinya membantu presiden memegang kekuasaan legislatif dan
turut menetapkan GBHN (maklumat wapres no.X 16 oktober 1945.
e. Sistem kabinet presidensial sistem kabinet parlementer (maklumat pemerintah
tanggal 14 november 1945 dan dibentuklah partai-partai politik (3 november
1945)
f. Kekuasaan pemerintah dipegang oleh perdana menteri sebagai pemimpin
kabinet dan menteri bertanggung jaab kepada KNIP yang berfungsi sbagai
DPR
g. Pada tanggal 27 desember 1949 dibentuk negara federal negara kesatuan
republik indonesia serikat

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
12
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
h. UUD 1945 diganti dengan konstitusi RIS (27 desember 1949 – 17 agustus
1950)
i. Tanggal 17 agustus 1950 diberlakukan UUDS – juli 1959 yang juga menganut
sistem parlementer
j. Pada bulan september 1955 – desember 1955 diadakan pemilu I
k. Pada tanggal 5 juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit yang berisi :
o Menetapkan pembukaan konstituante
o Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan UUDS tidak berlaku
o Pembentukan MPR sementara

DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. H. Kaelan. M.S., “Pendidikan Pancasila” , edisi reformasi 2010, “Paradigma Offset”
Yogyakarta.
2. Moerdino. 1995/1996. “Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Menghadapi Era
Globalisasi dan Perdagangan Babas”, dalam Majalah Mimbar No.75 tahun XIII,
1995/1996. “Masalah Filsafati dan Ideologi dalam Membangun Negara Hukum
di Indonesia”, dalam Majalah Mimbar No. 74 tahun XIII.
3. Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
4. Soerjanto Poespowardojo. 1989. Filsafat Pancasila.
Jakarta: Gramedia.Sudarmanto, JB. 1987. Agama dan Ideologi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
13
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id
5. Soedjati Djiwandono, J. 1995. Setengah Abad Negara Pancasila (Tinjauan Kritis ke
Arah Pembaharuan. Jakarta: CSIS

202 Pancasila (National Ideology) PusatBahan Ajar


0
dan eLearning
14
Aditya Rian Ramadhan SE.,MM 087776074670 http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai