Anda di halaman 1dari 3

Pelanggaran Etika pada Berita Media Cetak

JAKARTA, KOMPAS.com -- Pemberitaan media cetak terkait isu kekerasan seksual


terhadap perempuan masih banyak yang belum memenuhi etika dan hak korban.
Dalam pemberitaanya, media cetak juga menempatkan isu perempuan pada rubrik
sekunder. Hal ini menunjukkan bahwa media sebagai agen pembawa pesan kepada
masyarakat meminggirkan isu terkait perempuan. Berdasarkan kajian Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), dari 1.210 berita terkait
perempuan di media cetak pada tahun 2011, sebanyak 64 persen dari keseluruhan
berita kekerasan telah memenuhi etika dan hak korban dalam pemberitaannya.
Sisanya, yakni 36 persen masih melanggar etika dan hak korban yang mengalami
kekerasan. "Meski demikian, dibandingkan tahun lalu, sensitivitas media cetak dalam
memberitakan isu terkait perempuan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya," kata
Komisioner Komnas Perempuan, Arimbi Heroepoetri, Selasa (6/6/2012), saat
membahas hasil kajian Komnas Perempuan terhadap media terkait pemberitaan isu
perempuan. Kajian dilakukan dengan mengamati pemberitaan di delapan media cetak
besar di Indonesia, yakni The Jakarta Globe, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia,
Pos Kota, Republika, Seputar Indonesia, dan The Jakarta Post. Periode pemberitaan
adalah bulan Maret, November, dan Desember tahun 2011, dimana pemberitaan terkait
isu perempuan sedang tinggi. Berita yang paling banyak muncul adalah kekerasan
seksual dalam bentuk perkosaan. Ketua Sub Komisi Partisipasi Masyarakat, Komnas
Perempuan, Andy Yentriyani mengatakan, pelanggaran etika yang paling banyak
dilakukan media cetak dalam pemberitaannya adalah mengungkap identitas korban,
seperti menyebut nama, alamat dan menampilkan foto korban. Selain itu, media cetak
ikut menstigma korban dengan penggunaan diksi (pilihan kata) yang bias dan tidak
berperspektif korban. Yentriyani mencontohkan bagaimana media menggunakan kata-
kata yang merendahkan dan menyakitkan untuk korban perkosaan. Dalam kalimatnya,
kata perkosaan kerap diganti dengan melampiaskan aksi bejat, merenggut kegadisan,
menyetubuhi, atau menggilir korban. Dari hasil kajian media tersebut, The Jakarta
Globe dianggap sebagai media paling baik dalam pemenuhan etika dan hak korban
dalam pemberitaan kekerasan seksual. Dari seluruh berita kekerasan seksual yang
dimuat The Jakarta Globe, Komnas Perempuan tidak menemukan satu pun
pelanggaran etika dan hak korban. Sementara Harian Kompas menempati urutan
kedua setelah The Jakarta Globe sebagai media yang memenuhi tidak terlalu banyak
melanggar etika dan hak korban kekerasan. Setelah itu berturut-turut The Jakarta Post,
Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Seputar Indonesia dan Pos Kota. Dari
jumlah berita tentang isu perempuan yang dimuat media cetak, menurut Yentriyani,
sebagian besar atau sebanyak 59 persen masih ditempatkan pada rubrik sekunder. "Ini
tantangan bagi kita semua. Kami menyadari bahwa isu kekerasan seksual sangat rumit
dan belum semua awak media memiliki pemahaman yang baik dan berperspektif
korban," kata Yentriyani. Untuk memberi pemahaman baru terhadap awak media,
Komnas Perempuan berencana berkunjung dan berdiskusi ke berbagai media cetak di
Jakarta.   Baca berikutnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pelanggaran Etika pada Berita
Media Cetak", Klik untuk
baca: https://regional.kompas.com/read/2012/06/06/2101079/pelanggaran.etika.pada.b
erita.media.cetak.
Penulis : Lusiana Indriasari

KAITAN DENGAN MATERI

Jika dilihat dari artikel di atas, dapat dipahami bahwa artikel di atas memaparkan
bagaimana cara memberitakan suatu peristiwa yang berkaitan dengan perempuan
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar melalui media cetak. Tentu hal ini
termasuk pada jenis nilai sosial yaitu nilai material dan nilai vital, dimana artikel ini
memperhatikan segala sesuatu yang berguna bagi unsur fisik manusia dan segala
sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan aktivitas. Sedangkan
berdasarkan Norma Sosial, artikel ini berisi lebih mengarah kepada Norma Formal yang
mencangkup beberapa Norma Sosial yaitu Norma Kesopanan, Norma Hukum, Norma
Kesusilaan, dan Norma Kebiasaan.
Norma Kesopanan yaitu norma yang mengatur cara berprilaku di masyarakat, pada
artikel ini menjelaskan bahwa bagaimana cara mereka memberitakan suatu berita yang
berkaitan dengan pemberitaan isu perempuan dengan menggunakan kata yang baik
dan sopan pada media cetak. Hal ini pun dijelaskan bahwa penggunaan bahasa ini
sudah sesuai Berdasarkan kajian Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan), dari 1.210 berita terkait perempuan di media cetak pada tahun
2011, sebanyak 64 persen dari keseluruhan berita kekerasan telah memenuhi etika dan
hak korban dalam pemberitaannya. Sisanya, yakni 36 persen masih melanggar etika
dan hak korban yang mengalami kekerasan. Pernyataan tersebut sudah termasuk ke
dalam Norma Hukum yaitu norma yang memilii sangksi yang mengikat dan tegas.
Norma Kesusilaan pun tercantum dalam artikel ini, dimana norma ini mengatur dan
membentuk akhlak manusia, sesuai dengan pemberitaan yang tercantum pada artikel
ini, norma ini mengatur bagaimana cara menyampaikan pemberitaan dengan baik dan
benar dalam pemilihan bahasa agar tidak menyakiti pihak yang diberitaan, sehingga hal
ini mengadung dan , menunjukkan bahwa akhlak manusia disini pun sangat
diperhatikan saat kita memaparkan suatu pristiwa tanpa dibesar-besarkan aib korban
itu sendiri. Terahir yang terkandung pada artikel ini adalah Norma Kebiasaan yaitu
mengatur dalam melakukan perbuatan yang menjadi kebiasaan atau yang lazim di
masyarakat. Artikel ini menunjukkan dan mengatur media cetak untuk membiasakan
menggunakan kata-kata yang baik dan benar dalam menyampaikan berita kepada
masyarakat sehingga harapan ke depan nya untuk semua media cetak pun bisa
memahami dan menerapkan kebiasaan baik ini.

Anda mungkin juga menyukai