Anda di halaman 1dari 5

A.

Tanda dan Gejala Demensia


Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala awal, gejala
awal yang dialami demensia antara lain :
 kemunduran fungsi kognitif ringan.
 kemudian terjadi kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru
 menurunya ingatan terhadap peristiwa jangka pendek
 kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan
 sulit mengenali benda
 tidak dapat bertindak sesuai dengan berancana
 tidak bisa mengenakan pakaian sendiri
 tidak bisa memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota
tubuh.
 depresi yang dialami pada lansia

Perubahan perilaku lyang dialami lansia pada penderita demensia bisa


menimbulkan delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas,
disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi, apatis, dan
kabur dari tempat tinggal.

Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan
gejala yang dialami pada Demensia antara lain :

1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa
tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal
biasa yang diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan
pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita
demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk
menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengadalami
Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang
langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti
menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan
hobi.
3. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah
kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali
membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain.
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit
Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia
yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana
mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak
mengetahui bagaimana kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami demensia tidak dapat mengambil keputusan
yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat
cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih
maupun senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke
waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan
perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah
tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai
dengan usia, namun dengan yang dialami lansia dengan demensia dapat
mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya ketakutan, curiga
yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada
anggota keluarga.

B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang untuk penegakkan demensia
meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak, elektro ensefalografi dan
pemeriksaan genetika.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
hormon tiroid dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV dan neurosifilis pada
penderita dengan resiko tinggi. Pemeriksaan cairanotak bila terdapat indikasi.
2. Pemeriksaan pencitraan otak
Pemeriksaan ini berperan untuk menunjang diagnosis, menentukan beratnya
penyakit serta prognosis. Computed Tomography (CT) – Scan atau Metabolic
Resonance Imaging (MRI) dapat mendeteksi adanya kelainan struktural
sedangkan Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission
Tomography (SPECT) digunakan untuk mendeteksi pemeriksaan fungsional. MRI
menunjukkan kelainan struktur hipokampus secara jelas dan berguna untuk
membedakan demensia alzheimer dengan demensia vaskular pada stadium awal.
3. Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan adanya kelainan yang spesifik. Pada
stadium lanjut ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks secara
periodik.
4. Pemeriksaan Genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik
yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. Setiap allel
mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4
diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik
menjadikan genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda untuk demensia. (Asosiasi
Alzheimer Indonesia, 2003).

C. Komplikasi
Menurut Kushariyadi (2010), berikut adalah komplikasi demensia yaitu :
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh
2. Ulkus diabetikus
3. Infeksi saluran kencing
4. Pneumonia
5. Kejang
6. Kontraktur Sendi
7. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
8. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan
D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum antara lain :
a) Terapi elektrokonvulsif
b) Monitor tanda vital dan jantung
c) Support nutris dan cairan
d) Diet cair atau lunak
e) Fisioterapi, occupational terapi
2. Pengobatan
a) Antipsikotik seperti Haloperidol
b) Sedative-hypnotiv :Chloral hydrate
c) Agen Antiansietas : Lorazepam, diazepam (valium)
d) Antidepresan
e) Laksatif (Tarwoto, 2013)
3. Terapi Farmakologi
a) Anti-oksidan, vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur, margarine,
kacang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan resiko demensia
Alzheimer. Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas (misalnya sayuran,
stroberi, melon, tomat, dan brokoli).
b) Obat anti-inflamasi
c) Obat penghambat asetilkolin esterase (misalnya Exelon).
4. Terapi Non Farmakologi
a) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga
b) Program harian untuk klien
c) Istirahat yang cukup
d) Reality orientation training atau orientasi realitas
e) Rehabilitasi
f) Terapi musik
g) Terapi rekreasi
h) Brain Gym atau Senam Otak
i) Terapi Puzzle (Wahjudi, 2008)
Pieter,dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan . Jakarta

Kencana Prenada Media Group

Asrori, N., & Putri, O. O. ( 2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di

Rumah. Malang: Umm press

Assosiasi Alzheimer Indonesia (AazI), 2003. Konsensus Nasional Pengenalan

dan Penatalaksanaan Demention Lainnya, Edisi I. Demensia Alzheimer.

Jakarta : Assosiasi Alzheimer Indonesia

Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:

Salemba Medika.

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto.

Wahyudi, Nugroho. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta :

EGC, 2008: 76-7

Anda mungkin juga menyukai