Anda di halaman 1dari 17

Kehamilan Ektopik

GAMBARAN UMUM.......... ..................... 251 O Faktor Risiko


KEHAMTLAN TUBA........... ..................... 253
Riwayat kerusakan tuba, baik karena kehamilan ektopik
KEHAMTLAN ABDOMEN... .....................262 sebelumnya arau karena pembedahan tuba untuk mengaiasi
KEHAMILAN OVARIUM ....264 infertilitas atau untuk srerilisasi, merupakan risiko terringgi
KEHAMILAN SERVIKS ..,.,265
terjadinya kehamilan ektopik (Tabel 10-1). Setelah satu
kali mengalami kehamilan ektopik, kemungkinan kehamilan
KEHAMILAN DI JARING PARUT CAESAR................ 266
ektopik berikutnya adalah sekitar 10 persen (Ankum dkk.,
TEMPAT LAIN KEHAMILAN EKTOPIK.................. ..... 267 1996; Skleldesrad, dkk., 1998). inferdlitas itu sendiri, serta
pemakaian ART untuk mengatasinya, dilaporkan berkaitan
dengan peningkatan substantif risiko kehamilan ektopik
(Clayton dkk., 2006). Society for Assisted Reproductive
Technology dan American Society for Reproducrive
Medicine (2007) melaporkan hasil akhir lebih dari 10g.000
sikltrs vrrrrg ,lil,rkrrk,rn pr,h rirhtrn 2001. Angka kehamilan
ektopik adalah 4,3 persen setelah Tygote intrafaltopian rransfer
Blistokista, dalarn keadaan normal, rerrzlrlaln c.li dalarn la-
(ZIFT) tetapi hanya 1,8 persen dengan in uitro
pisan endometriurn rorrgga Llterus. Implantasi di ternpat ferriliTation
(lVF). Implanrasi "atipikal"-keharnilan kornu, abclomen,
lain dianggap sebagtri keharnilan ektopik. Kara ir.ri berasal
serviks, ovarium, dan heterotopik-lebih sering rerjadi setelah
dari birhasa Yunani eLropos-di luar ternpatnya. Menunrt
prosedtrr ART. Rirvayat infeksi tuba arau penyakit menular
American College of C)bsterricians and Gyrrecologists
(2008), 2 persen dari seluruh kehamilan rrirnesrer. perrama seksual lain juga mertrpakan faktor risiko umum. Demikian
juga rnerokok, yang mungkin merupakan penanda bagi
di Amerika Serikat adalah keharnil:rn ektopik, clan jumltrh
infeksi.ir-rfeksi cli irtas karena perilaktr risiko tinggi (Saraiya
ini menyebabkan sekitar 6 persen dnri semua kemarian
dkk., 1998). Pellekatan perituba akibat salpingiris, infeksi
terkait-keharnilar-r. Risiko kematian akibat keharnilan di
pasca.abortus atau masa nifas, aper-rdisitis, atiru endometriosis,
Iuar uterus lebih besar daripada keharnilan yang mernberi
mtu'rgkin rneningkatkan risiko keharnilan tuba. Satu kali
hasil lahir hidup atau yang dihentikirn secarn sengaja. Selair.r
seriurgan strlpingiris dapat diikuti oleh kehamilan ektopik
itu, kemungkinan unruk kembali harnil dengan baik akar.r
pada l'rampir 9 pcrsen wanita (Centers for Disease Cor-rtrol
berkurang setelah keharnilan cktopik. Namun, clengan cliag-
t'rnd Prevenrion, 2007).
nosis yar-rg lebih dir-ri, baik kelu-rgsungan hidup ibu rnatrpur.r
konservasi kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan.
Kegagalan Kontrasepsi
UINUM Pada sernua berltuk kontrasepsi, jumlirh absolur keharnilan
ektopik berkurang karena kehamilan menjacii jauh lebih
O Klasifikasi jarang. \amun, pada sebagiarr kegagalan kontrasepsi, jumlah
relatif kehamilan ektopik meningkar. Contohnya anrara lain
Hampir 95 persen keharnilan ektopik rerirnplantasi cli beberapa bentuk srer ilisirsi ruba, a Ia r korr trasepsi dalam rahim,
berbagai segmeir tuba urerina (Gbr. 10-1). Dari keharnilan- kontrirsepsi darurat esrrogen dosis-tinggi, clan rninipil yang
kehami[an ir-ri, sebagian besar terlerak di arnptrla. Sisa lranya mengandung progestin (C)ry, 198I;Sivin, 1ggl).
5 persen tertanam di ovariurn, rongga peritoneurn, atau
di dalam serviks. Kehamilan di skar caesar bartr.baru ir.ri
diiaporkan lebih serir-rg terjadi dibandingkan clahulu. I Epidemiologi
Kadang-kadang, dan biasanya, dengan pelrggunaan assisterJ Mentrrut Centers for Disease Control and prevention (lgg5),
repr oduc du e technolo 91 ( ART), terj adi kchami lan
mukij ar-r in angka kehamilan ektopik tems mer-ringkat di Ameriktr Serikat
yang berimplantasi ektopik keduanya, arau saru ektopik clan sepanjang tahun 1990an (Gbr. 10-Z). Serelah iru, karena
satullya intrauterus. semakin luasnya penerapan terapi rawat-jalan maka data

251
252 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN 3: ANTEPARTUM

Tuba 95-96%

Ampula 70%

;;ffi

;aringSn=$d'i;' e$ Fimbria 11%

GAMBAR 10-1 Tempat implantasi pada 1800 kehamilan ektopik dari suatu studi berbasis populasi selama 10 tahun (Data dari Callen
Bouyer dkk., 2003.)

pasti tentang jumlah keharnilan ektopik yang sebenarnya Serikat dan banyak negara Eropa. Sebagian dari alasan terse-
tidak lagi tersedia setelal-r tahun i990. Dengan demikian, but adalah:
angka 1,9 perscn patla tahun 1992 serupa dengan ar-rgka 2,1
1. Meningkatnya prevalensi infeksi menular seksual, teruta-
pelscn yatrg rltlrtl,..rtkittt .Ltt i Katsct le llllrrttclltr ,,f N,rrth
l)rir ) ilr)! .1i.cI.,r1.1.:,rn ,,lch (-hl.rrn.ilia rr,rih,mLrti.s (Centers
Carolina pada lebih dari 125.000 kehamilan dari tahun 1997
for Disease Control and Prevention, 2007).
sampai 2000 (Van Den Eeden dkk., 2005).
2. Identifikasi lebih dini kehamilan ektopik bila tidak akan
mengalami resorpsi spontan.
Meningkatnya AnEka Kehamilan Ektopik 3. Popularitas kontrasepsi yang mempermudah kegagalan
kehamilan menjadi kehamilan ektopik.
Sejumlah alasan dapac menjelaskan, paling tidak secara par-
sial, meningkatnya angka kehamilan ektopik di Amerika 4. Teknik sterilisasi tuba yang dengan kegagalan kontra-
sepsi akan meningkatkan kemungkinan kehamilan ek-
topik.
5. Assisred r eproducaue rcclmologl.
6. Bedah tuba, termasuk salpingotomi untuk kehamilan tuba
dan tuboplasri unruk infertilitas.

I Mortalitas
Menurut World Health Organizarion (2007), kehiimilan
ektopik adalah penyebab hampir 5 persen kematian ibu
hamil di negara maju. Namun, kematian akibat kehamilan
ektopik di Amerika Serikat kini semakin jarang terjadi setelah
tahun 1970-an. Seperti diperlihatkan di Gambar 10-2, angka
kematian,kasus dari kehamilan ektopik rurun tajirrn dari
tahun 1980 hrngga 1992. Penurunan ini kemungkinan besar
disebabkan oleh membaiknya diagnosis dan penatalaksanaan.
Namun, menurut Grimes (2006), dari tahun 1991 sampai
1999, perkiraan angka kematian untuk kehamilar-r ektopik
adaiah 32 per 100.000 pelahiran dibandingkan dengan
angka kematian ibu hamil sebesar 7 per 100.000 kelahiran
hidup. Masih terdapat kesenjangan yang nvata antrrrr wanita
kulit hitam dan kulit pudh baik dari insiden maupun angka
kematian-kasus. Sebagai contoh, Anderson dkk. (2004)
melaporkan bahwa rasio kematian terkait-kehamilan ektopik
BAB 10: KEHAMILAN EKTOPIK 253
plasenta dan membran dan dinding tuba semakin
5
q. terganggu. Jika pemisahan plasenta lengkap maka
20&f
semua produk konsepsi dapat'dikeluarkan meialui
16
!
0 ujung ber{imbria ke dalam rongga peritoneum.
o
o Pada tahap ini, perdarahan mungkin berhenti
10 o
o
dan gejala akhirnya--mereda. Perdarahan biasanya
J
_o tetap terjadi selama produk berada di tuba uterina.
l Darah secara perlahan menetes dari fimbria tuba ke
1980'1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992
0 dalam rongga peritoneum dan biasanya berkumpul
Tahun di cul-de-sac rektouterus. Jika ujung tuba yang
GAMBAB 10-2 Angka kematian-kasus dan insiden kehamilan ektopik untuk berfrmbria tersebut tersumbat, tuba uterina dapat
Amerika Serikat, 1980 - 1992 (Dari Centers for Disease Control and Prevention, secara perlahan teregang oleh darah, membentuk
1 995).
hematosalpings.

pada wanita kulit hitam di Michigan adalah 18 kali lebih


Kehamilan Abdomen
tinggi daripada wanita kulit putih. Pada abortus tuba atau ruptur intraperitoneum, keseluruhan
hasil konsepsi mungkin keluar dari tuba, atau jika lubangnya
kecil, dapat terjadi perdarahan hebat tanpa pengeluaran
hasil konsepsi. Jika hasil konsepsi stadium dini dikeluarkan
tanpa mengaiami kerusakan ke dalam rongga peritoneum,
Ovum yang telah dibuahi dapat tersangkut di bagian mana tempat perlekatan plasentanya mungkin menetap atau
saja dari tuba uterina menyebabkan kehamilan tuba ampula, mengalamr reimplantasi harnpir di mana saja dan tumbuh
ismus, dan interstisium (lihat Gbr. 10-1). Pada kasus-kasus sebagai kehamilan abdomen (Nfor1ey dkk., 2008). Hal
yang jarang, ovum yang telah dibuahi mungkin tertanam di ini jarang terjadi, dan sebagian besar dari hasil konsepsi
ujung tuba uterina yang berfimbria. Ampula adalah tempat kecil akan diresorbsi. Kadang, hasil konsepsi tetap berada
tersering, diikuti oleh ismus. Kehamilan interstisium terjadi dr cul-de-sac selama bertahun-tahun sebagai suatu massa
hanya sekitar 2 persen kasus. Dari tipe-tipe primer ini, kadang berkapsul, atau bahkan mengalami kalsi{ikasi menjadi
terjadi bentuk sekunder berupa kehamilan tubo-abdomen, Litopedion (Berman dan Katsiyianni, 2001).
tubo-ovarium, dan ligamentum latum.
Karena tuba tidak memiliki lapisan submukosa maka
Kehamilan Ligamentum Latum
ovum yang telah dibuahi segera menembus epitel, dan zigot
akhirnya berada di dekat atau di dalam otot. Trofoblas yang Pada zigot yang tertanam ke arah mesosalpings, ruptur dapat
cepat berproliferasi dapat menginvasi muskularis sekitar, terjadi di bagian tuba yang tidak langsung ditutupi oleh
tetapi separuh dari kehamilan ektopik ampula tetap berada peritoneum. Isi gestasi mungkin keluar ke dalam ruang yang
di lumen tuba dengan lapisan otot tidak terkena pada terbentuk antara lipatan-iipatan ligamentum latum dan
85 persen kasus (Senterman dkk., 1988). Mudigah atau kemudian menjadi intraligamen atau kehamilan ligamentum
janin pada kehamilan ektopik sering tidak ada atau tidak 1atum.
berkembang.

1 Ruptur Tuba
Produk konsepsi yang menginvasi dan membesar dapat
menyebabkan ruptur tuba uterina atau tempat lain (Gbr.
10-3). Sebelum tersedia metode yang tepat untuk mengukur
humart clwonic gonadotropin (hCG), banyak kasus kehamilan
tuba berakhir dengan ruptur pada trimester pertama. Sebagai
patokan, jika terjadi ruptur tuba pada beberapa minggu
pertama, kehamilan terletak di bagian ismus tuba. Jika
ovum yang telah dibuahi tertanam jauh di dalam bagian
interstisium, maka ruptur biasanya terjadi belakangan (Gbr.
10.4). Ruptur biasanya spontan, tetapi kadang terjadi setelah
koitus atau pemeriksaan bimanual. Biasanya timbul gejala,
dan sering dijumpai tanda-tanda hipovolemia.

i Abortus Tuba
Frekuensi abortus tuba sebagian bergantung pada tempat
implantasi. Abortus sering terjadi pada kehamilan ampula,
sementara ruptur merupakan hasil akhir yang biasanya terjadi GAMBAR 10-3 Ruptur kehamilan tuba ampula dini (Digunakan seizin
pada kehamilan ismus. Akibat perdarahan, hubungan antara Dr. Togas Tulandi.)
254 OBSTETRI WILLIAMS - BAGTAN 3: ANTEpARTUM

GAMBAR 10-4 Kehamilan ektopik kornu. A. Sonogram transvagina, pandangan parasagital memperlihatkan rongga uterus yang kosong (tanda
panah putih) dan sebuah massa di lateral dari fundus uterus (tanda mata panah). (Sumbingan dr. Etysia
Moscnos"f B. roto intra6perasi lewaktu
reseksi kornu pada kehamilan ektopik. Sebuah klem Pean dipasang di ligamentum rotundum, ligamentum uteroovarium,
dan tuba uterina, distal
dari kehamilan kornu (tanda panah putih). Dokter bedah menyuntikkan laiutan vasopresin encer ke dasar kornu sebelum insisi (Digunakan
seizin
Dr. Marlene Corton).

I Kehamilan lnterstisium dan Kornu dan perlu dipertimbangkan pada salah satu dari keadaan
berikut:
Meskipun sering dipertukarkan, kedua kehamilan ini o Konsepsi dicapai dengan penerapan teknologi reproduksi
memiliki tempat implantasi yang berbeda. Implanrasi kornu
(assisred r epr oductiu e techniques)
adalah kehamilan yang tertanam di rongga uterus bagian atas
rKadar hCG menetap atau meninggi setelah dilatasi dan
dan 1atera1, sementara interstisium menandakan kehamilan
kuretase untuk abortus spontan atau terinduksi.
yang tertanam di dalam bagian intramural proksimal tuba
r Fundus uteri lebih besar daripada tanggal haid
(Malinowski dan Bates, 2006). Bersama-sama, keduanya
. Jumlah korpus luteum yang lebih dari satu
membentuk 2 sampai 3 persen dari semua gestasi tuba (Gbr. o Tidak adanya perdarahan vagina meskipun terdapar gejala
10-1). Dahulu, ruprur biasanya tidak terjadi sampai 14
dan tanda kehamilan ektopik
hingga 16 minggu, sering dengan perdarahan hebat. Saat r Bukti sonografik kehamilan uterus dan ekstrauterus
ini, kehamilan interstisium dan kornu biasanya didiagnosis
sebelum ruptur (Gbr 10-4). Keduanya dapat diterapi de-
ngan reseksi kornu via iaparotomi. Selain itu, beberapa Kehamilan Tuba Multijanin
penulis rnelaporkan terapi derrgan bedah laparoskopik Kehamilan tuba kembar dengar-r kedua mudigah berada di
yang menyelamatkan urerus dan methorrexare (Eun, ZO09;
tuba yang sama arau satu di masing-masing tuba pernah di-
Soriano, 2008; Tulandi, 2004, dkk.). laporkan (Rolle dkk., 2004). Berkes dkk. (2008) melaporkan
sebuah kasus jarang dengan tiga mudigah yang tertanam se-
cara ektopis di satu tuba setelah IVF.
i Kehamilan Ektopik Multijanin

Kehamitan Ektopik Heterotopik


i Gambaran Klinis
'Wanita dengan
kehamilan ruba memperlihatkan beragam
Kata kehamil an heterotopik digunakan untuk menggantikan gejala klinis yang sebagian besar bergantung pada ada
istilah lama kehamilan kombinasi (combined. pregrumcl). Ke- tidaknya ruptur. Manifesrasi pasien yang lebih awal dan
hamilan ini adalah kehamilan uterus yang terjadi bersamaan teknologi diagnostik yang lebih baik memungkinkan
dengan kehamilan kedua dengan lokasi di
ekstrauterus. sebagian besar kasus terdereksi sebelum ruptur. Biasanya
Karena, pada hakikatnya, heterotopik sinonim dengan wanita yang bersangkutar.r tidak mencurigai kehamilan
ektopik maka pemakaiat "kehamilan ektopik heterotopik' tuba dan beranggapan bahwa kehamilannya normal, arau
bersifat tautologis. Meskipun kebanyakan keharnilan hete- beranggapan ia mengalami keguguran. Gejala dan tanda
rotopik adalah kehamilan tuba dan uterus, juga dapat terjadi kehamilan ektopik sering samar atau bahkan tidak ada.
kehamilan ovarium, serviks, dan yang lain. Tanpa diagnosis dini, perjalanan alami kasus "klasik"
Insiden alami kehamilan ruba yang disertai oleh gestasi ditandai oleh keterlambatan haid (dengan lama bervariasi)
uterus adalah sekitar 1 per 30.000 kehamilan. Namun, diikuti oleh sporring atau perdarahan ringan per vagina. Jika
akibat ART, insiden kehamilan ini meningkar menjadi 1 terjadi ruptur, pasien biasanya mengalami nyeri hebat di
dari 7.000 secara keseluruhan, dan setelah induksi ovulasi abdomen bawah dan panggul yang sering diungkapkan sebagai
dapat mencapai 0,5 sampai 1 persen (Mukul dan Teal, nyeri yang tajam, menusuk, atau merobek. Terjadi gangguan
2007 ). Kehamilan heterotopik lebih besar kemungkinannya vasomotor, berkisar dari vertigo hingga sinkop. Dijumpai
BAB 10: KEHAMILAN EKTOPIK 255

nyeri tekan pada palpasi abdomen,. dan pemeriksaan dalam immunosorbenr ass.l)s (ELISA) untuk B-hCG cukup sensitif
bimanual, terutama penggoyangan serviks, menyebabkan untuk kadar 10 sampai 20 mlU/ml dan positif pada lebih
nyeri hebat. Fomiks posterior vagina mungkin menonjol dari 99 persen kehamilan ektopik (Kalinski dan Guss, 2002).
karena darah berkumpui di cul-de-sac rektouterus, atau Namun, meskipun jarang pernah dilaporkan kasus-kasus ke-
mungkin teraba suatu massa nyeri tekan di salah satu sisi hamilan ektopik dengan pemeriksaan B-hCG serum yang
uterus. Gejala iritasi diafragma, yang ditandai oleh nyeri negatif (Grynberg dkk., 2009; Lee dan Lamaro, 2009).
di leher atau bahu, terutama ketika inspirasi, mungkin Progesteron Serum. Pengukuran progesteron serum
timbul pada sekitar separuh wanita dengan perdarahan
satr.r kali sudah dapat digunakan untuk menetapkan bahwa
intraperitoneum yang cukup besar.
kel'r:rmilan berkembang normal dengan tingkat kepercayaan
tinggi. Nilai yang melebihi 25 ng/ml menyingkirkan
Geiala dan Tanda [el'r:rmilan ektopik dengan sensitivitas 92,5 persen
Sebagian besar wanita datang untuk berobat pada awal (Lipscomb dkk., 1999a; Pisarska dkk., 1998). Sebaliknya,
perkembangan kehamilan ektopik. Pada sebagian, diagnosis nilai yang kurang dari 5 ng/ml ditemukan hanya pada 0,3
ditegakkan bahkan sebelum gejala muncul. Temuan yang persen kehamilan normal (Mol dkk., 1998). Karena itu,
umum dijumpai mencakup yang berikut: nilai <5 ng/ml menandakan kehamilan intrauterus dengan
1. Nyeri. Nyeri panggul dan abdomen dilaporkan oleh 95 janin meninggal atau suatu kehamilan ektopik. Karena
persen wanita dengan kehamilan tuba. Pada gestasi tahap pada sebagian besar kehamilan ektopik kadar progesteron
lanjut, Dorfman dkk. (1984) melaporkan bahwa sering bervariasi antara 10 dan 25 rlg/ml maka pemakaian klinis
timbul gejala saluran cerna (80 persen) dan dizziness atau pemeriksaan ini terbatas (American College of Obstetricians
kepala terasa ringan (58 persen). Pada ruptur, nyeri dapat and Gynecologists, 2008).
timbul di mana saja di abdomen. Penanda-penanda Serum Baru. Sejumlah penelitian sebe-
Z. Perdarahan abnormal. Amenorea dengan sporring atau lumnya telah dilakukan untuk mengevaluasi beberapa penanda
perdarahan per vagina dilaporkan oleh 60 sarnpai B0
baru untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Penanda-penanda
persen wanita dengan kehamilan tuba. Sekitar seperempat
ini mencakup vascuku enAathelial growthfacror (VEGF), antigen
menyangka perdarahan ini sebagai haid sejati. Meskipun kanker 125 (CALZ5), kreatin kinase, fibronektin janin, dan
perdarahan per vagina yang berlebihan menandakan proteornika berbasis spektrometri massa (Daniel, 1999; Ness,
abortus inkomplet namun hal ini kadang juga dijumpai 1998; Predanic, 2000; Shankar,2005, dkk.). Belum ada satupun
pada gestasi tuba.
yang saat ini digunakan secara klinis.
3. Nlen tekan abdomen drm pangptl. Pada kehamilan ektopik
diniyangbelum ruptur, nyeri tekan jarangdijumpai. Namun, Hemogram. Setelah perdarahan, volume darah yang ber-
dengan ruptur, nyeri tekan hebat sewaktu pemeriksaan kurang akan dipulihkan ke arah normal dengan hemodilusi
abdomen dan vagina, terutama ketika serviks digerakkan, dalam satu hari atau 1ebih. Bahkan setelah perdarahan yang
terdapat pada lebih dari riga perempat wanita. cukup banyak, hemoglobin atau hematokrit mungkin pada
4. Perubahan urerrzs. Meskipun minimal pada awalnya, awainya hanya memperiihatkan penurunan ringan. Karena
uterus kemudian dapat terdorong ke salah satu sisi oleh itu, setelah perdarahan akut, penurunan kadar hemoglobin
massa ektopik. Uterus juga mungkin membesar akibat atau hematokrit setelah beberapa jam merupakan indeks yang
rangsangan hormon. Derajat perubahan endometrium lebih bermanfaat daripada kadar awal. Pada sekitar separuh
menjadi desidua bervariasi. Temuan desidua uterus wanita dengan kehamilan ektopik terganggu (ruptur), dapat
tanpa trofoblas menandakan kehamilan ektopik, tetapi dijumpai leukositosis dengan derajat bervariasi hingga
ketiadaan jaringan desidua tidak menyingkirkannya. 30.000/pL.
5. Tctnla-anda uiral. Meskipun umumnya normal sebelum
.rptrr, respot-rs terhadap perdarahan derajat sedang dapat Sonografi
berupa tidak adanya perubahan tanda Vital, peningkatan
ringan tekanan darah, atau respons vasovagus disertai Untuk memastikan diagnosis klinis yang dicurigai mengalami
bradikardia dan hiporensi. Birkhahn dkk. (2003) men- gestasi ektopik, alat pencitraan ini tidak tergantikan. Pada
catat bahwa pada 25 wanita dengan kehamilan ektopik banyak kasus, lokasi dan ukuran kehamilan juga dapat
ruptur, sebagian besar memiliki frekuensi jantung kurang dipast ikan.
dari 100 per menit dan tekanan darah sistolik lebih besar Sonografi Transvagina (TVS-Iransvaginal Sono-
daripada 100 mm Hg pada saat datang. Tekanan darah grafi). Sonografi transvagina beresolusi tinggi menimbulkan
akan turun dan nadi meningkat hanya jika perdarahan revolusi dalam perawatan wanita yang dicurigai mengalami
berlanj ut dantripovolemianya menj adi signifi kan. kehamilan ektopik. Metode ini adalah bagian integral
dari sebagian besar algoritme yang ditujukan untuk meng-
i Diagnosis Kehamilan Ektopik idenrilikasi kehamilan ektopik serta dibahas lebih rinci
dalam konteks tersebut di hal. 256.
Pemeriksaan Laboratorium Sonografi Transabdomen. ldenti{ikasi hasil kehamilan
Human Chorionic Gonadotrop,,n (B-hCG). Penenruan tuba dengan sonografi transabdomen lebih sulit dilakukan.
kehamilan secara cepat dan akurat sangat penting dalam Jika kantong gestasi jelas dapat diidentilikasi di dalam rongga
mengevaluasi wanita dengan keluhan yang mengarah ke- uterus maka kehamilan ektopik masih perlu dipertimbangkan
pada kehamilan ektopik. Uji-uji kehamilan serum dan urine jika pasien menggunakan ART. Sebaliknya, jika secara
yang saat ini ada dan menggunakan metode enzyme-linked sonografi tidak dijumpai kehamilan uterus maka hasil
:.z;,a..
ill\i|, 1iir' i:,OBSlIElRl
l |il,ffi.:ixi;i.5.,l::iff
WlLLlAItilS,,- BAGIAN ts:
l]ir::l:iii ;ili
BAB 10: KEHAMILAN EKTOPIK 257

GAMBAR 10-5 Salah satu algoritme yang dianiurkan untuk evaluasi seorang wanita yang dicurigai mengalami kehamilan ektopik. hCG = human
chorionic gonadotropin;TVS = transvaginal sonography (sonografi transvagina). (Dimodifikasi dari Gala, 2008).

mengurangi keharusan untuk laparoskopi dan/atati kurerase seritrl dan pengulangan pemeriksaan sorrografik. Sejumlah
diagnostik untuk menegakkan diagnosis kehamilan ektopik. peneliti rnelaporkan bahwa kadar B.hCG diskriminatorik
di atas normal, tanpa disertni adanyir gambaran kehamilan
Sonografi Transvagina Non-diagnostik. Pacla banyak dalam uterus, rnertrpakan penanda kuat bahwa kehamilan
kasus, sonografi belsifat tidak diagnostik clan penaurlaksanaar-r atlalah ektopik atau janin telah meninggal. Barnharr, dkk.
selanjutnya didasarkan pada pemeriksnan kadar B.hCG serum ( 1994) melaporkzrn bahwa uterus yang kosong dengan
258 OBSTETRI WILLIAMS - BAGTAN 3: ANTEpARTUM

GAMBAR 10-6 Sonogram vagina suatu kehamilan ektopik. A. u-terus (U, tampak
dengan lapisan endometrium (ES) normal. Sejumah kecil cairan
bebas (FF) tam pak di cul'de-sac posterior. B. Kehamilan ektopik (EPi tu6a dengan yit*
gunakan seizin Dr. Michelle L. Robbin).
,r" (ys,) tampak bersama'kista korpus luteum (cL). (Di-

konsentrasi B-hCG serum >1500 mlU/ml adalah 1OO persen 48 jam sebesar 53 persen dengan peningkatan minimal
akurat dalam menyingkirkan kehamilan uterus dengan janin 24 j^m sebesar 24 persen (Tabel 10-2). Silva dkk. (2006)
hidup. Karena itu, jika kadar B.hCG awal melebihi kadar memperingatkan bahwa sepertiga wanita dengan kehamilan
diskriminasi-pada kasus ini 1500 mlU/ml, dan tidak terlihat ektopik akan memperlihatkan peningkatan 53 persen clalam
janin hidup inrraurerus dengan TVS, diagnosis dipersempit 48 jam. Mereka juga melaporkan bahwa tidak ada sarupun
menjadi kehamilan inffaurerus dengan janin meninggal pola yang khas untuk kehamilan ektopik dan bahwa sekirar
versus kehamilan ektopik. Tentu saja gestasi multijanir-r dini separuh memperlihatkan penurunan kadar -hCG sementara
B
tetap menjadi kemungkinan. Kurerase akan membedakan separuh lainnya memperlihatkan peningkatan kadar.
kehamiian ektopik dengan kehamilan uterus janin meninggal. Kegagalan untuk mempertahankan angka minimal pe-
Sebaliknya, jika reridentilikasi adanya mudigah, janin, atau ningkatan produksi B-hCG ini, bersama dengan uterus
plasenta intraurerus oleh TVS, diagnosis akan jelas. yang kosong, menunjukkan adanya kehamilan ektopik atau
Jika
tidak satupun dari hal tersebut ditemukan, mungkin yang abortus komplet. Karena itu, wanita tertentu yang dicurigai
terjadi adalah kehamilan tuba. mengalami kehamilan ektopik, tetapi kadar awal
B-hCG-nya
Jika kadar B-hCG awal di bawah kadar diskriminasi, lebih rendah daripada kadar diskriminasi, diperiksa kembali
kemungkinannya adalah kehamilan uterus dini, dan biasanya setelah Z sampai 3 hari untuk evaluasi lebih lanjut.
Jika kadar
dilakukan pemeriksaan serial B-hCG disertai evaluasi serial B-hCG meningkat tetapi kurang memadai, mendatar, atau
TVS. Kadar dan Romero (1987) melaporkan bahwa waktu melebihi kadar diskriminasi tanpa bukti-bukti kehamilan
penggandaan (doubling time) rerara untuk kadar -hCG serum intrauterus oleh TVS, kehamilan intrauterus janin hidup
B
pada kehamilan normal dini adalah sekitar 4g jam. Kadar dapat disingkirkan. Kemudian, pembedaan antara kehamilan
normal terendah untuk peningkatan ini adalah 66 persen. intrauterus janin meninggal dan kehamilan ektopik dilakukan
Barnhart dkk. (2004) melaporkan peningkatan minimal dengan kurerase. Barnhart dkk. (2003) melaporkan bahwa
biopsi endomerrium kurang sensitif dibandingkan dengan
kuretase.
Satu kali pengukuran progesreron serum dapat mengkla-
rifikasi diagnosis pada beberapa kasus (American College of
Obstetricians and Gynecologists, ZO0B; Stovall dkk., 19g9,
1992). Namun, sebagian besar kadar terletak antara kadar

GAMBAR 10-7. Sonogram transvagina Doppler berwarna dari sebuah


kehamilan ektopik. "Erng of fird' mencerminkan aliran darah transpla_
senta di sekitar perifer kehamilan. Temuan ini juga dapat dijumpai
pada kista korpus luteum (Digunakan dengan ijin dari di. Elysia Mo_
schos). Lihat hal. W-1 untuk gambar berwarna.
BAB 10: KEHAMILAN EKTOPIK 259
normal 5 hingga 20 atau 25 rylmL. Buckley dkk. (2000) me- secara hemodinamis ridak stabil. Hanya sedikit studi
laporkan kadar progesteron bersifat konklusif hanya pada prospektif yang pernah dilakukan untuk membandingkan
seperempat wanita. Satu peringatan adalah bahwa kehamilan bedah laparotomi dengan laparosk'opik. Hajenius dkk.,
yang diperoleh dengan ART mungkin berkaitan dengan kadar (2007) melakukan tinjauan terhadap basis data Cochrane
progesteron yang lebih tinggi daripada biasanya (Perkins, dan temuan mereka diringkaskan sebagai berikut:
dkk., 2000). Dengan mempertimbangkan semua kekurangan, 1. Tidak terdapat perbedaan signi{ikan dalam patensi tuba
kadar paling sedikit 25 ng/rnl dalam serum setelah konsepsi secara keseluruhan setelah salpingostomi yang dilakukan
spontan memberikan keyakinan bahwa kecil kemungkinannya pada laparosk opi second-look.
terdapat kehamilan ektopik. Mol dkk. (1998) melakukan 2. Setiap metode diikuti oleh kehamilan uterus berikutnya
meta-analisis terhadap 22 studi dan melaporkan bahwa dengan jurnlah yang sama.
kadar progesteron serum <5 ng/ml menunjukkan kehamilan 3. Kehamilan ektopik berikutnya lebih jarang terjadi pada
dengan janin sekarat dengan spesiflsitas mendekati 100 wanita yang diterapi secara laparoskopis, meskipun hal ini
persen tetapi sensitivitas hanya 60 persen. Kadar >20 ng/ml secara statistik tidak bermakna.
bersifat 95 persen spesifik untuk kehamilan normal sehar, 4. Laparoskopi memerlukan waktu operasi yang lebih sing-
tetapi denuan hanya 40 persen sensiriviras. kat, lebih sedikit menyebabkan perdarahan, memerlukan
lebih sedikit analgesik, dan mempersingkat rawat inap.
Diagnosis Laparoskopik 5. Bedah laparoskopik sedikit tetapi kurang berhasil secara
signifikan dalam mengatasi kehamilan tuba
Visualisasi langsung tuba uterina dan panggul dengan lapa-
6. Biaya laparoskopi jauh lebih rendah, meskipun sebagian
roskopi menawarkan diagnosis yang dapat diandalkan bagi
berpendapat bahwa biaya serupa dengan kasus-kasus yar-rg
hampir semua kasus yang dicurigai kehamilan ektopik.
akhirnya dilaparctomi.
Tindakan ini juga dapat diubah dengan cepar menjadi terapi
operatifdefinitif, seperti yang akan dibahas. Berdasarkan pengalaman yang telah terkumpul, kasus-
kasus yang semula ditangani dengan laparotomi-misalnya,
I Penatalaksanaan kehamilan tuba atau kehamilan interstisium yang mengalami
ruptur-dapat dengan aman diatasi dengan laparoskopi
Pada banyak kasus, diagnosis dini memungkinkan pena- (Sagiv, dkk., 2001 ).
nganan bedah atau medis definitif kehamilan ektopik yang Bedah tuba dianggap konseruotif jika tuba diselamatkan.
belum mengalami ruptur kadang bahkan sebelum gejala Contohnya adaiah salpingostomi, salpingotomi, dan eks-
timbul. Terapi sebelum ruptur rnenurunkan morbiditas presi keharnilan sktopik melalui limbria. Bedah radikal
dan mortalitas serta peningkatan prognosis kesuburan. didefinisikan sebagai salpingektomi. Bedah konservatif
'l7anita
D-negatif dengan kehamilan ektopik yang belum dapat rneningkatkan angka keberhasilan kehamilan ute-
tersensitisasi ke antigen D perlu diberi imunoglobulin anti-D rus berikutnya tetapi menyebabkan peningkatan angka
(lihat Bab 29, hat. 652). persistensi fungsi trofoblas (Bangsgaard dkk., 2003).

Salpingostomi. Tindakan ini digunakan unruk meng-


Penatalaksanaan Bedah
angkat kehamilan kecil yang panjangnya biasanya kurang
Laparoskopi adalah terapi bedah yang dianjurkan untuk dari 2 cm dan terletak di sepertiga distal tuba uterina
kehamilan ektopik, kecuali jika wanita yang bersangkutan (Gbr. 10.8). Dibuat sebuah insisi linier 10 sampai 15 mm

GAMBAR 10-8. Salpingostomi linier untuk kehamilan ektopik. A. Dilakukan insisi linier untuk mengangkat kehamilan tuba kecil di tepi antimesen-
terik tuba. B. Produk konsepsi dapat dibilas dari tuba dengan menggunakan suatu sonde irigasi. Selain itu, produk dapat diangkat dengan forseps
genggam. Setelah evakuasi tuba, perdarahan diterapi dengan koagulasi bedah listrik atau laser, dan insisi tidak dijahit. Jika insisi ditutup maka
tindakannya disebut salpingotomi (Dari Hoffman, 2008, dengan izin).
,'310,
U$g*"
i,$)i1[x
,.,, , ,,
:

kauter jiiriiim
ffi.r i,lHffi ii$iffi
;,,oesrrrm i[*i- $t[uu,
wLLlAMs arureeenr;M ti"
eee tfi'l s: uur[[ffi

unipolt di tepi antim'esenterik di aras =: wanila yang dibeii riiapi mefhdrrexare.SEfgffifr.r;60


F!(F*aS'r
reryIr#Iru;0u
;ii
-l ^A .l
,t+ffii[tiyE

per*"#.,
r i:,;i
I
,' l
#
Pefsen*]
..'
:,[61i"ami1an. Hasil"
,kdhamrlan, Hasil ki:hamilfi
kehqmilan biasanya akan menyembul ;-" dariparir
;"; SatI:dO$s. . : :!t:
ti;J;:1,,t'
dariparawanita.i.,ihtir'ry**en{bil,rkanirfft:ddil.' r.t
dari insiSir'dan mudali dikeluarkari: amu dibilas dengarr'1li, 1;,*Perdar
j,yang
rnenegun;[an iiigii{,'
' ": rnenggunqlan tilanan' tinggi
iiig;sr] tekanan, ;.*hilo"nt*.t;;'i'';iriitk
tinsgi -yurre menghila"gkan'"!.1n,' ,iriit"t tk;;
eqoi'effii Menuiut P*;ii;a-C;toii'te" du.i Ameri;

_;iagai sernbuh
{bngan secoilari"tntr.naoru,Natale dkk,
""rmeranorkan:hahwn
(2003) ttionili; aiiUisia darah; drt".pe"yal"i iukak pepiik. . . .

:::': kadar B-hcG serilin">6000 pemirihan p"Ji.n. rJrrar.5.rr,;.t


t. berkaitan dengan peningkatan ri5iko implaiitasi t
', iltJlt
perKarrarlgerrgfinperungKatanr$IKolmptallrasltumusKular$
.
:--,'r ir.: .,]. ,. r-,..... , . r ' ,., , ,,, r...-r"-"-- - r r, wa*ira. r: .. , : .. :.::4 ""*;=;il;,j
d*a"i;t; il;Jik;rrr"il;;d;*t;il' .o1tt'' adalah wauita vang asimtomatik,
asimtomatik. termotlvaqii
fd.;
dan paruh.
termotivasi...dan oaruh,,r."
,::
_ r: r ; ..: Pada terapi medis, uieg"*p" yn"g inimpr.il,t rit u" t
"r;,.
prda t',rt it amva ' sprupa. dsngarijlprosed,* *!l::::::T:' ',

;;;;iffiiii'',.*;,"il:"fi'J;'iiilj.1i;:'j"rfr!fir
i ,. i*r,,NG
.
pmnn awot r;iT'rg",rniffiffi#
terbark.lurluk k&..hasilai :liJne"l,,er.'',d$'s?t me.tiq.
r*#*,n*
s;#ffi
(isrel,
(1999), tidak il;; pe.rbldaan
;ffi ter-dapar
,;. '
n;.Ha,^" dalam
,-'-
o
J;t**;';;- il;;"*:,r:,,1
piognosis dengan
treqte dosil.tturg$;,Nrlai
uc+llc uosls llnr#{ui,r\.uar pretlryrsoK gy3,p*"t"r;S,l.Xj'
iigs"n:sdkrd:ra.p'"diktot,Flqi,,;,
itaur*pal"r.,1d::-t;1.
:I::*,*.r,:]J*.:*..-.l:,.-i;.i,
ri,=affi iluitt*ffii:.=idfr
, ""Salpinggktomi.'
#ilHili
:Rt*eksi tubali,i[it*i#
mgngkin dilakuka" u",1i',,.
' lltffifi:Hffifffi:
:r:iri$ffi iiililiiif fi.tratHBi{|*ii
;-fiiu
*irritilrl#,rotenliftk.*raip,sr"ai.{Sffi:ir"e
,ffim*,
mencaffi
i

,i,.tuk ke[rlmilan ekiopili ruptur-dan idk *pit..',,(etika-m9i r:.i,: " ,G6fi # d;;:.::,rl:. ::':;1::.i:ili:iiil;

f$90 wama yang aiei"pi dSffi me*romeiare

seperti$l luar (atau kqrlngii'$agran jnterstiijr:m iirbi. i melaporkaff"*g-k" k*"gAan l,S$rsen j,La kofuqdi
Tindakan ,yang disebut,,sebagai reseksi'Iornu ldilakukan " hCG r"rum ,awit <1000*".plU/mli'"5,6 p"rs"":jiffiffiffi
se$ggi upaya untuk mEminimallian ang-Iia kekambuhan ; .
2000mlU/ml;3,8peneniilk"ZOO0-5OOOmtU/nf,i'ffih.14,3
di p.untung tub=*;N1mu1,, bahkair dengan reseksi pe,rsen fika t rdr. *r*a fl.ffi dan r.0".Fg mlu/qk;"-''i;t,
lgp**,lT
iffi J [iig],!r!6i1$ffi $qti"H inffi i;ffi
k :
d$[f 'f i*, ii, :i}. $411111

*::r'" ,'".t'' i" ,, , , _, ilk:H'il::l


le?8):qelap
,
l;ilrffiffii":::i:ji:fi:i,,tJ,1T,,,; mgihofrexate. (

r.r::rrrr, t ii r,^^Iii',., l'i: "


BAB 10: KEHAMILAN EKTOPIK 261

tentang neutropenia yang mengancam nyawa dan demam, Iinier, kadar B.hCG setum rurun cepat dalam beberapa hari
pneumonitis imbas.obat yang transien, dan alopesia serra dan kemudian secara lebih bertahap, dengan waktu resolusi
kematian pada seorang wania dengan gagal ginjal (Buster rerata sekitar 20 hari. Sebaliknya, setelah merhorrexare do.
dan Pisarska, 1999; Kelly dkk., 2006). Yang penring, obar sis tu"rggal, kadar B.hCG serum rerata meningkat selama 4
anti.inflamasi non.steroid dapat meningkatkan toksisitas hari pertama, dan kemudian turun bertahap dengan waktu
methotrexate, sementara vitarnin yang mengandung asam resolusi rerataZT hari. Lipscomb dkk. (1998) menggunakan
folat dapat menurunkan efektivitas obat ini. Dengan methoffexate dosis tunggal untuk mengobatiZsT wania dan
menggunakan pemeriksaan hormon anti.mulleri, Oriol melaporkan bahwa waktu rerata untuk resolusi - yang diten.
dkk. (2008) menyimpulkan bahwa cadangan ovarium tidak tukan dengan kadar hCG serum <15 mlU/ml, adalah 34
terganggu oleh rerapi methoftexate dosis tunggal. hari. Yang penting, waktu paling lama adalah 109 hari.
Seperti diperlihatkan di Tabel 10-3, pemanrauan terapi
Memantau Efektivitas Terapi. Kadar B.hCG serum digu. dosis tunggal mengharuskan pemeriksaan B.hCG serum
nakan untuk memantau respons terhadap terapi medis atau pada hari ke-4 dan ke-7. Sekitar 15 sampai 20 persen wanira
bedah. Pola penurunan kadar yang dilelaskan oleh Saraj dkk. memerlukan methoffexate dosis kedua. Kirk dkk. (2007)
( 1998) diperlihatkan di Gambar 10.9. Setelah salpingostomi
baru-baru ini memastikan efektivitas "aturan 15 persen, hari
ke-4 dan ke-7". Dengan methotrexate
dosis bervariasi, kadar diukur dengan
interval 48 1am sampai kadar rersebut
turun lebihdari 15 persen. Setelah terapi
E berhasil, kadar B-hCG serum diperiksa
fL
3000 setiap minggu sampai tidak terdeteksi.
o
o
Surveilans rawat jalan lebih dianjurkan,
o
o
I 2000
tetapi jika terdapar keraguan tentang
I
c2 keamanan atau kepatuhan maka wanita
o yang bersangkutan dirawat inap. Terapi
!
o 1 000 dianggap gagal iika kadar B.hCT men,
Y
damr atau meningkat arau terjadi rup.
tur tuba. Yang penting, ruptur tuba
dapat terjadi meskipun kadar B-hCG
071421283542 menurun.
Hari setelah pengobatan
Nyeri Pemisahan. Suatu pengamat,
GAMBAR 10-9 Perbandingan skematik pola penurunan kadar B-hcG serum setelah terapi an penting adalah bahwa 65 sampai
melhotrexat dosis tunggal atau salpingostomi laparoskopik untuk kehamilan ektopik yang tidak 75 persen wanita yang pada awalnya
mengalami ruptur. Angka-angka adalah perkiraan. Daerah dengan arsiran adalah kisaran an-
diberi methoffexate akan mengalami
tara nilai rerata yang dilaporkan oleh 'saraj, dkk. (i 998) dan yang dilaporkan oleh bDilbaz dkk.
(2006). Daerah abu-abu polos mencerminkan daerah di bawah kurva untuk nilai-nilai rerata peningkatan nyeri beberapa hari serelah
setelah salpingostomi yang dilaporkan oleh .Saraj dkk. (1998). terapi. Nyen pemisahan (separaaon
262 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN 3: ANTEPARTUM

:*rttik

pain) ini umumnya ringan dan mereda dengan analgesik. lebih besar kemungkinannya terjadi jika kadar awal B.hCG
Dalam suatu penelitian terhadap 258 wanita yang rnendapat serum <1000 mlU/ml. Pada 60 wanita lain yang ditar-rgani
methotrexate oleh Lipscomb, dkk. (1996b), 20 persen secara menunggu, Shalev dkk. (1995) melaporkan resolusi
mengalami nyeri yang cukup hebat sehingga mereka perlu spontan pada hampir separuh kasus.
dievaluasi di klinik atau ruang darurar. Akhirnya, 10 dari 53 Pada penatalaksanaan ekspektansi, angka kepatenan
wanita ini menjalani eksplorasi bedah. Dengan kata lain, 20 tuba dan kehamilan intrauterus selanjutnya setara rlengan
persen wanita yang diberi methotrexare dosis tunggal akan penatalaksanaan bedah atau medis (lihat Tabel 10-4). Kon-
mengalami nyeri signilikan, dan 20 persen dari mereka akan sekuensi ruptur tuba yang dapat membahayakan, disertai
memerlukan laparoskopi. oleh keamanan terapi medis dan bedah, mengharuskan
bahwa terapi ekspektansi hanya dilakukan pada wanita
Kehamilan Ektopik Persisten. Angka kegagalan tertentu yang sudah mendapat konseling. Menurut
penatalaksanaan medis dan bedah set:rra (Tabel 10.4). American College of Obstetricians and Gynecologists
Dalam tiga uji klinis teracak, 5 sampai 14 persen wanita yang (2008), 88 persen kehamilan ektopik akan sembuh jika
semula diobati dengan methorrexare akhirnya memerlukan B-hCG <200 mlU/rnl.
pembedahan, sementara 4 sampai 20 persen dari mereka
yang menjalani reseksi laparoskopik ak1-rirnya mendapat
methotrexate atas indikasi trofoblas persisten (Fernandez,
1998; Hajenius, 1997,2007; Saraj, 1998, dkk).
Secara ketat, kehamilan abdomen adalah implantasi di.rong-
Ruptur Kehamilan Ektopik Persisten. Ini adalah bentuk ga peritoneum di luar irnplantasi tuba, ovarium, atau intrali-

terburuk dari kegagalan terapi primer dengan kejadian 5 gamentum. Meskrpun zigot dapat melewati tuba dan tertanam
sampai 10 persen pada wanita yang diterapi secara medis. secara primer cli rongga peritoneum, naffrun sebagian besar
Lipscomb dkk. ( 1998) melaporkan waktu rerata untuk ruprur keharnilan abdomen diperkirakan terjadi setelah ruptur tuba
adalah 14 hari meskipun ada seorang wanita yang mengalami atau abortus. Pada kasus-kasus kehamilan ekstrauterus tahap
ruptur tuba 32 hari setelah pemberian methotrexate dosis lanjut, tidak jarang plasenta masih melekat secara parsial ke
tunggal. uterus atalr adneksa (Gbr. 10-10). \for1ey dkk. (2008) baru-
baru ini menjelaskan pengalaman kami terhadap 10 wanita
dengan kehamilan yang memiiiki usia gestasi l8 sampai 43
Penatalaksanaan Ekspektansi minggu-1ima dari wanita ini memiliki kehamilan 26 minggu
Pada kasus-kasus tertentu, kehamilan tuba yang sangar dini atau lebih. Meskipun hanya tiga dari 10 yang memenuhi
dengan kadar B-hCG serum yang stabil atau menurun dapat kriteria ketat urtr-rk kehamilan abdomen berdasarkan lokasi
diobservasi (expectant management). Hampir sepertiga dari implantasi plasenta, tetapi pada kesepuluh kasus ini janin ter-
ini akan memperliharkan penurunan kadar
para rvanita letak intra-abdomen. Plasenta melekat di tuba yang sangar
B-hCG (Shalev dkk., 1995). Stovall dan Ling (1992) melebar dalarn tiga kehamilan pada 18, 26, dan 30 murggu;
membatasi penatalaksanaan ekspektansi ini kepada wanita dan dua lainnya melekat ke komu rudimenter pada 20 dan
dengan krireria di bawah irri: 22 minggu. Naim clkk. (2008) rnelaporkan suatu kehamilan
abdomen tahap lar-rjut yang berasal dari ruptur uterus
I. Hanya kehamilan ektopik tuha
sebelumnya. Hal ir"ri mungkin akan lebih sering rerjadi karena
2. Kadar p-hCG serial menurun
kehamilan di jaringan parur caesar seperri dibahas di hal. 266.
3. Garis tengah massa ektopik tidak >3,5 crn
Karena perbedaan-perbedaan di atas, insiden kehamilan
4. Tidak ada tanda-tanda perdarahan intra-abdomen arau
abdomen yang dilaporkan akan bervariasi bergantung pada
ruptur dengan sonografi transvagina.
delinisi yang digunakar-r. Lebih dari 20 tahun yang la1u, Cen-
Trio dkk. (1995) melaporkan resolusi sponran kehamilan ters for Disease Control and Prevention memperkirakan in-
ektopik pada 49 dari 67, atau 73 persen, wanita rertentu sidennya 1 dari 10.000 kelahiran hidup (Atrash dkk., 1987).
yang ditangani secara menunggu. Resolusi tanpa pengobatan Dalam laporan yang dikutip di atas dari Parkland Hospital,
BAB 10: KEHAMILAN EKTOPIK 263
tidak dapat mendiagnosis kehamilan abdo-
men pada separuh kasus (Costa dkk., 1991;
Worley dkk., 2008). '

Magnetic Besonance (MRf


lmaging
Plasenta Metode ini dapat digunakan unruk memas-
tikan diagnosis kehamilan abdomen setelah
kecurigaan pada pemeriksaan sonogralik
Uterus (Gbr. 10-11). Meskipun dilaporkan ber-
sifat akurat dan spesilik oleh Harris dkk.
I
i
(1988) serta Wagner dan Burchardt (1995),
i
tetapi pengalaman kami adalah bahwa cara
i.l ini tidak sepenuhnya dapat diandalkan. Di
i,it institusi kami, kehamilarr ahJomen relah
salah didiagnosis sebag:ri plasenta previa,
dan sebaliknya, kehamilan intrauterus
,l',...';
disertai fibroid degeneratif salah didiagnosis
sebagai kehamilan abdomen. Jika ter-
identiflkasi adanya keharnilan abdomen
maka pencitraan MR harus dilakukar-r
untuk memberi inforrnasi maksimal tentaflg
implantasi plasenta (Bertrand dkk., 2009).

Computed Tomography
posterior Cosra dkk. (1991) menyatakan bahwa
GAMBAR 10-10. Kehamilan abdomen aterm. Ptasenta metekat ke permukaan
uterusdanligamentumlatum.Uterusyangmembesardanmenipisterletaktepatdibawah-"",-;^^
-vagina
dinding abdomen anterior. Serviks dan tergeser ke anterior dan superior otJn computed tomogaphy lebih superior daripada
cul-de-sac.
kepala janin yang besar di pencitraan MR, tetapi pemakaian metode
ini terbatas karena kekhawatiran akan
radiasi terhadap janin. Menurut kami, pada kasus kehamilan
kehamilan abdomen tahap laniut memiliki.insiden l dari abdomen tertentu, dan tanpa adanya pencitraan MR,
25.000 kelahiran. Namun, dengan menggunakan kriteria
yang lebih ketat insidennya adalah sekitar I dari 85.000.

i Diagnosis
Pada gestasi ekstrauterus tahap lanjut diperlukan tingkat
kecurigaan yang tinggi karena kehamilan ini menimbulkan
gejala yang sering samar dan tidak spesifik. Keluhan utama
mungkin nyeri abdomen, mual dan'muntah, perdarahan
atau penurunan sampai hilangnya gerak janin. Namun,
banyak wanita yang asimtomatik. Temuan-temuan yang
menunjukkan diagnosis anrara lain adalah peningkatan
kadar alfa-fetoprotein serum ibu (Costa dkk., 1991; \Torley
dkk., 2008). Meskipun posisi janin yang abnormal dapat
dipalpasi, tetapi kemudahan meraba bagian-bagian janin
bukan merupakan tanda yang dapar diandalkan. Serviks
mungin tergeser, sebagian bergantung pada posisi janin
(Zeck dkk., 2007).

Sonografi
Temuan-temuan pada kehamilan abdomen dengan meng. GAMBAR 10-1 1 . Citra koronal pelvis T2-weighted single-shot fast-spin
gunakan sonografl umumnya tidak menghasilkan diagnosis echo (SSFSE) magnetic resonance terhadap suatu kehamilan abdo-
men 18 minggu. Kepala janin (tanda panah panlang,) tidak terkandung
yang pasti. Oligohidramnion sering dijumpai tetapi tidak di dalam rongga uterus (tanda panah pendek). Kandung kemih (bl)
spesi6k. Namun, pada sebagian kasus yang dicurigai, temuan ibu terletak di inferior struktur-struktur ini. Daerah berintensitas sinyal
sonograflk mungkin bersifat diagnostik. Sebagai contoh, ke. tinggi di superior uterus adalah sebuah kista ovarium (Dicetak ulang
pala janin mungkin rampak terletak repar di samping kan- dari American Journal of Obstetrics and Gynecology,Vol. 198. No. 3.
KC Whorley, MD Hnat, dan FG Cunningham, Advanced extrauterine
dung kemih ibu tanpa disekat oleh jaringan uterus (Kurtz pregnancy: Diagnostic and therapeutic challenges, hlm. 297 .31-297 .e7,
dkk., 1982). Namun, bahkan pada kondisi ideal sonografi Hak cipta 2008, dengan ijin dari Elsevieo.
264 oBSTETRtwtLLtAMs _ BAGIAN 3: ANTEPARTUM

pengetahuan tenrang implar-rtasi plasenta akan melebihi hidronefrosis reversibel juga pernah dilaporkan (!7eiss dan
semua risiko pada janirr. Stone, 1994). Pada banyak dari krrsus ini, plasenta akhirnya
harus diangkat secara bedah.
I Penatalaksanaan Jika plasenta dibiarkan maka involusinya dapat clipan.
tar: dengtrn menggr-rnakan sonografi dan kadar B-hCG se.
Kehamilan abdornen akan mengancam rlyawa, dan per.ran- nun (France dan Jackson, 1980; Martin dan McCaul, 1990).
ganan klinis bergantung pada usia gestasi saar diagnosis. Se- Sonografi Doppler berwarna dapar digurakan unruk menilai
bagian metlganjurkan menunggu sampai janin dapat hiclup perr.rbahan pada aliran darah. Pada sebagian kasus, dan bi-
dengan pengamaran rawat inap jikn kehamilar.r cliiliagnc> asanya bergantung pada ukurannya, fungsi plasenra cepar
sis setelah 24 rninggu (Cartu,right dkk., 1986; Hage, dkk., rrrenurun, d;rn plasenta diresorpsi. Pada sebuah kasus yang
1988). Penatalaksar-rairn ini mengandung risiko perdarahirn dilaporkan oleh Belfar, dkk. (1986), resorpsi plasenta me,
yang mendadak dar-r mengancam nyawa, dan karni berpencla- meriukan waktu lebih dari 5 tal-run. pada i0 wanita clari
pat bahwa kehamilan abdornen umurnnya diindikasikan Parkland Hospital yang dijelaskan oleh Worley, dkk. (200g),
untuk dihentikan jika diagnosis sudah ditegakkan. Jelaslah, plasenta dibiarkan terimplantnsi pada dua kasus. Keduanya
sebelum 24 minggu, terapi konservarifjarang dibenarkan. mengalami penyulit parah dengan perdarahan clan infeksi.
Jika tempat implantasi plasenra telah dipastikan maka Pemakaian merhorrexare masih diperdebatkan. Obat ini
tersedia beberapa pilihan. Embolisasi angiografik przroperasi pemah dianjurkan untuk mempercepar involusi dan pernah
pernah digunakan secara sukses pada sebagian wirnita dilaporkan mempercepat destruksi plasenta disertai akumu.
dengan kehamilan abdomen ringkat lanjur. Selain itu, clapat lasi jaringan nekrotik dan infeksi dan pembentukan abses
dilakukan penggembungan karerer yang telah di,nnst kk,,n (Rahrnan, dkk., 1982). Peran suportif pemakaiar-r suaru obat
ke dalam arreri urerina unruk mengurangi kehilangan darah irntimetabolit bagi suatu organ yang akan menyusut sulit
intraoperasi. Pada kedua cara ini, vaskularisasi implantasi dibayangkan.
plasenta ektopik mungkin strlit disurnbat. pertimbangan
;iraoperasi lain mencakup pemasangan kateter urerer, per-
siapan usus, penyediaan produkdarah dalarn jumlah mernadai,
I Hasit Akhir pada lbu dan Janin
dan ketersediaan rim bedah multiclisiplin. Jika ticlak terseclia Angka kematian ibu meningkat secara substansif seiring
sumber daya yang memadai maka wanitn dengan kehamilan dengan kemajuan kehamilan abdomen. Namun, d".rgan
eksffaurerus rahap lanjut dianjurkan dirujuk secara elektifke pefencarla?rn operasi yang matang angka kematian dapat
fasilitas perar.lia tan tersier, diturunkan dari sekitar 20 persen menjadi kurang clari 5
Tujuan urama pembedahan pada keharnilan abdomen persen (Stevens, 1993). Penyelamatar-r janin pacla kehamilan
adalah pelahiran janin dan penilaian secara cermar rempar abdomen bergirntung pada usia. Pada kasus.kasus dari
implantasi plasenta ranpa memicu perdaral-ran. pelahir.ar-r Parkland Hospiral, semua bayi yirng lahir setelah 26 minggu
janin sering dipersulit oleh kelainan anirromis dan me- dapat bertahan hidup, meskipun dengan banyak p.rryrii,
ningkatnya risiko cedera intraoperasi. Setelah pelahirirn, (\)Torley dkk., 2008). Dalam sebuah ulasan yang lebih lama,
implar-rtasi plasenta diteliti dengan cermar karena daerah Stevens (1993) rnendaparkan bahwrr kelangsungan hidup
sekitar akar"r mengandung banyak pernbuluh darah rneskipun bayi yang lahir setelah 30 rninggu adalah 63 persen. Ia
tidak mengalami invasi plasenta. juga rnelaporkan malformasi dan deformasi janin sebanyak
20 persen. Deformasi terserir.rg adalah asimetri wajah atau
Penatalaksanaan Plasenta kranium, atau keduanya, dan berbirgai kelninan sendi.
Maiformasi tersering trdalah defisiensi eksffemitas dan
Pengangkaran plasenta dapat rnemicu perdarrrhan hebar
anomali susunan saraf pusat.
karena tidak terdapat mekanisme hernostarik normal yang
dihasilkan oleh kontraksi miometrium unruk menjepir
pembuluh darah yang mengalami hipertrofi. perdarahan ' KEHAMILAN
l'1!-,
OVAHIUn{ "' ,
:.l:. j-..-..\
,::r", ,*a
dapat terjadi secara sponran atau, yang lebih mungkir.r, Kehamilan ektopik ynng terimplaritasi cli ovarium jarang rer-
ketika dokter bedah berupaya rnengetahui secara pasti ietak jadi. Faktor risiko radisional untuk kehamilan ektopik ovarium
perlekatan plasenta. Karena itu, elaplorasi organ sekitirr adalah serupa dengan urituk kehamilan tuba, tetapi pemakaian
yang tidak perlu sebaiknya jangan dilakukan.
Jika telah jelas AKDR tarnpaknya dikaitkan secara berlebihan (Gray dan
bahwa plasenta dapat dengan aman dikeluarkarl atau jika Ruffolo, 1978; Pisarska dan Carson, 1999). Meskipun ovarium
telah terjadi perdarahan dari rempat implantasinya maka dapat lebih mudtrh mengakomodasi kehamilan daripada tuba
pengangkatan harus segera dimulai.
Jika mungkin, pembuluh namun yangbiasanya terjadi adalah ruptur pada keharnilan dini.
darah yang memasok plasenra harus diligasi pertnma kali. Hal ini tarnpak-nya lebih besar kernr-rngkinannya terjadi pada
kehamilan ovarium kembar (Garg dkk., 2009). Bagaimarlapun,
Meninggalkan Plasenta ln Situ. Sebagian penulis
terdapat laporan.laporan kastrs yang menyatakan kehamilan
menyarankan plasenta dibiarkan di tempirrnya sebagai salirh
ovarium bellanjut hingga aterm, dan beberapa bayi bertahan
satu pilihan dari dua pilihar-r buruk. Hirl ini mengurangi
hidup (Williams dkk., 1982).
kemungkinan perdartrhan akut yang mengancam nyawa,
tetapi dengan pengorbanan berupa sekuele jangka-panjar.rg.
Sayangnya, jika dibiarkan di rongga lbdomen, plasenra sering I Diagnosis
terinfeksi yang diikuti oleh pembentukan abses, perlekatan,
Temuan.temuan yang diperoleh mungkin serupa dengan
obstruksi usus, dan rerlepasnya jahitan (Bergstrom clkk., temuan pacla kehamilan rubtr arau perdarahan korpus luteum.
1998; Martin dkk., 1988). Obstruksi parsial urerer disertai
Perdaral'ran serius rerjadi pada sekitar seperriga kasus. pada
BAB 10: KEHAMILAN EKTOPIK 265
pembedahan, keharnilan ovarium dini kemungkinan diang. yang membuka parsial. Di atas massa serviks mungkin teraba
gap sebagai kista korpus luteum atau perdarahan korpus luteum. fundus uterus yang sedikit membesar. Menurut Jeng dkk.
Pemakaian sonografi rransvagina menyebabkan peningkatan (2007), suatu kehamilan serviks 14 minggu adalah kasus
diagnosis keharrilan ovarium yang belum ruptur (Marcus dan paling lanjut yang pernah dilaporkan. Mereka melaporkan
Brinsden, 1993; Sidek, dkk., 1994). Diagnosis dini semacam ini pengalaman dengan 38 kasus rujukan dengan usia kehamilan
memungkinkan diterapkannya pendekatan medis. rerata B,B minggu dan kadar B-hCG berkisar dari 2800
sampai 103.000 mlU/ml. Identifikasi kehamilan serviks
1 Penatalaksanaan didasarkan pada pemeriksaan spekulum, palpasi, dan sonograli
transvagina. Temuan-temuan yang dijumpai mencakup
Penanganan klasik unruk kehamilan ovarium adalah uterus yang kosong dan gestasi yang mengisi canalis cervicis
pembedahan. Perdarahan dini dari lesi yang berukuran kecil seperti diperlihatkan di Gambar L0 -lZ. Magnetic resonance
dapat diatasi dengan reseksi baji ovarium atau sistektomi imaglng dan sonograli tiga dirnensi pernah digunakan untuk
(Schwartz dkk., 1993). Pada lesi yang lebih besar, sering memastikan diagnosis (Bader-Armstrong dkk., 1989; Sherer
dilakukan ovariekromi, dan laparoskopi telah digunakan dkk., 2008).
untuk reseksi atau ablasi laser (Goldenberg, dkk., 1994;
Herndondkk., 2008). Yangterakhir, methotrexatedilaporkan
berhasil mengobati kehamilan ovarium yang belum ruptur
I P6natalaksanaan
(Chelmow dkk., 1994;Raziel dan Golan, 1993; Shamma dan Dahulu, sering harus dilakukan histerektomi karena perdara-
Schwartz, 1992). han hebat yang menyertai upaya pengangkatan kehamilan
serviks. Dengan histerektomi, risiko cedera saluran kemih
meningkat karena serviks yang membesar dan berbentuk
tong. Untuk menghindari morbiditas pembedahan dan
Implantasi zigot di serviks jarang dijumpai, retapi insidennya sterilisasi, diterapkan pendekatan iain.
meningkat akibat ART (Ginsburg dkk., 1994; Peleg dkk.,
1994). Menurut Jeng dkk. (2007), 60 persen wanita dengan
kehamilan serviks pernah menjalani dilatasi dan kuretase
Cerclage
sebelumnya. Pada kasus tipikal, endoserviks mengalami erosi Perdarahan yang berkaitan dengan kehamilan serviks dapar
oleh trofoblas, dan kehamilan berlanjut untuk berkembang diatasi dengarr pemasangan ikatan silk yang kuat mengelilingi
di dinding serviks yang fibrosa. Semakin tinggi trofoblas serviks (Bachus, 1990; Bernstein, 1981; Fruscalzo, 2008,
tertanam di kanalis servikalis, semakin besar kemarnpuannya dkk.) Hal ini serupa dengan cerclage McDonald yang dibahas
untr-rk tumbuh dan mengalami perdarahan. Baru-baru ini Shah di Bab 9 (hal.226). Jahitan secara efektif mengikat kedua
(2009) dan Trojano dkk., (2009); melaporkan kehamilan cabang servikal desendens arreria uterina seringkat di atas
serviks heterotopik dan kehamilan serviks kembar. kehamilan untuk mengontrol perdarahan. Mashiach dkk.
Perdarahan vagina tak-nyeri dilaporkan oleh 90 persen (2002) melaporkan keberhasilan penatalaksanaan dan
wanita dengan kehamilan serviks - sepertiga dari jumlah ini resolusi empat kehamilan serviks dengan menggunakan
mengalami perdarahan hebat (Ushakov dkk., 1997). Hanya cerclage Shirodkar. Pada salah satu dari kasus.kasus ini,
seperempat mengalami nyeri perut disertai perdarahan. Se- terdapat kehamilan intrauterus secara bersamaan yang
iring dengan kemajuan kehamilan, mungkin terlihat serviks berlanjut hingga aterm dan berhasil dilahirkan seorang bayi
yang teregang dan berdinding tipis disertai ostium eksrernum sehat per vagina.

GAMBAR 10-12. A. Sonografi transvagina, pandangan sagital suatu kehamilan serviks. Temuan sonografik pada kehamilan serviks mungkin
mencakup: (1 ) bentuk uterus seperti jam-pasir dan canalis cervicis seperti balon; (2) jaringan gestasi setinggi serviks (fanda pa nah hitam\; (3) tidak
adanya jaringan gestasi intrauterus (tanda panah putih); dan (4) sebagian dari kanal endoserviks tampak terselip di antara kanal endometrium dan
gestasi. B. Pada pandangan transversal kehamilan sewiks, Doppler color ftow memperlihatkan peningkatan vaskularisasi (Digunakan dengan izin
dari Dr. Elysia Moschos). Lihat hal. W- l untuk gambar berwarna.
266 OBSTETRIWILLIAMS _ BAGIAN 3: ANTEPARTUM

Kuretase dan Tamponade waktu resolusi rerata adalah 38 hari-bgrkisar dari 21 sampai
68 hari. Song dkk. (2009) melaporkuil p"r',rtulaksanaan 50
Nolan (1989) dan Thomas (1991) dkk. menganjurkan
kasus dengan hasil serupa untuk regrdsi pada 30 kasus yang
pemasangan jahitan serviks hemostatik di arah jam 3 dan 9
diberi methoffexate. Mereka mengamati bahwa resolusi
untuk mengikat cabang servikalis desendens arteria uterina.
sonografik tertinggal jauh di belakang regresi B-hCG.
Kemudian dilakukan kuretase hisap yang segera diikuti oleh
pemasangan kateter Foiey ke dalam canalis cervicis. Balon
kateter 30 mL lalu dikembangkan dan vagina diisi dengan
kassa sampai padat demi memperkuat tamponade terhadap
Implantasi kehamilan yang sebenarnya normal ke dalam
perdarahan. Ujung kateter penghisap dapat dibiarkan di atas jaringan parut uterus bekas seksio caesar telah dilaporkan
tampon vagina untuk menjamin drainase dan memantau lebihdari 30 tahunyang laluoleh Larsen dan Solomon ( 1978).
pengeluaran darah.
Kehamilan ini memiliki ukuran beragam dan dalam banyak
hal mirip dengan plasenta inkreta dengan kecenderungan
Embolisasi Arteri mengalami perdarahan hebat (llhat Bab 35, hal. 817).

Keberhasilan embolisasi arteria uterina praoperasi selektif


dilaporkan oleh Nakao dkk. (2008 ) serta penulis-penulis lain. I lnsiden
Teknik ini, yang dirinci di Bab 35 (ha1. 838), juga dilaporkan
Dari uiasan mereka, Rotas (2006) dan Ash (2007) dkk. me-
berhasil digunakan untuk mengontrol perdarahan setelah
nyebutkan peningkatan insiden kehamiian di jaringan parut
terapi medis (Cosin dkk., 1997). Kung dkk. (2004) mene-
caesar (caesarean scar pregnancJ, CSP), yaitu sekitar 1:2000
rapkan kombir-rasi ligasi arteri uterina dengan bantuan lapa-
kehamilan. Hal ini kemungkinan akan terus meningkat
roskopi yang diikuti oleh reseksi endoserviks histeroskopik
seiring dengan peningkamn angka caesar (lihat Bab 25 dan
untuk mengobati enam kehamilan serviks.
26). Memang, kehamilan ini mungkin mencakup hingga 5
persen dari kehamiian ektopik pada wanita dengan paling
Penatalaksanaan Medis sedikit satu kali riwayat bedah caesar. Tidak diketahui bahwa
Keberhasilan methotrexate dan lerapi medis lain untuk ke- insiden meningkat seiring dengan jumlah tindakan atau
insiden dipengaruhi oleh penutupan insisi uterus satu atau dua
hamilan serviks telah dilaporkar-r. Di banyak pusat kesehatan,
"methotrexate iapisan. Paling tidak pemah dilaporkan satu kasus kehamilan
termasuk pusat kami, menjadi terapi lini
pertama pada u,anita yang stabil. Petunjuk umum untuk skardi jaringan parut berulang (Holland dan Bienstock, 2008).

pemakaian methotrexate bagi kehamilan ektopik telah dije-


laskan sebelumnya (lihat Tabel 10-3). Obat ini juga pernah O Gambaran Klinis
disuntikkan langsung ke dalam kantong gestasi dengan atau
tanpa kalium kiorida untuk memicu kematian janir-r (Kaplan,
Hal ini bervariasi bergantung pada usia gestasi, yang berkisar
1990; Marcovici, 1994; Timor-Tritsch, 1994, dkk.)
dari 5 sampai 6 minggu hingga pertengahan kehamilan.
Kehamilan berusia lebih clari 6 minggu biasanya me- Nyeri dan perdarahan adalah gejala tersering, tetapi hingga
merlukan induksi kematian janin dengan kalium klorida 40 persen wanita asimtomatik, dan diagnosis ditegakkan
atau terapi methotrexate berkepanjangan. Kung dan Chang sewaktu pemeriksaan sonografik rutin (Rotas, dkk., 2006).
(1999) mengulas 62 kasus dan melaporkan bahwa wanita Pada sebagian kasus, ruptur dini menyebabkan kehamilan
yang janinnya hidup memperlihatkan angka kegagalan yang abdomen (Teng, dkk., 2007).
lebih tinggi dengan methotrexate dosis tunggal. Verma
dan Goharkhay (2009) mengobati 24 kehamilan serviks i Diagnosis dan Penatalaksanaan
dengan protokol methotrexate intramuskular dosis tunggal
dengan dosis bervariasi antara 50 dan?5 mgimz. Bagi wanita Gambaran klinis pasien terlalu bervariasi sehingga tidak
yang aktivitas jantung janinnya terdeteksi, ditambahkan dapat dibuat rekomendasi yang ringkas untuk menegakkan
penyuntikan Z mL (Z mEq/ml) larutan kalium klorida diagnosis. Cukup dikatakan bahwa diperlukan tingkat
(KCl) ke dalam jantung janin dengan tuntunan sonografl. kecurigaan yang tinggi terhadap wanita dengan riwayat me-
lahirkan melalui bedah caesar. Moschos dkk. (2008) meng-
Jika kadar B-hCG tidak menurun lebih dari 15 persen
setelah 1 minggq maka sebagian pasien diberi dosis kedua uraikan pengalaman kami di Parkland Hospital dengan
methotrexate. Di sini kembali pengalaman Jeng dkk. (2007) diagnosis sonografik trimester pertama, dan salah satu
dengan 38 kasus rujukan bersifat instruktif. Banyak dari contohnya ditampilkan di Gambar 10-13. Penatalaksanaan
kasus ini merupakan kehamilan tahap lanjut-separuhnya bergantung pada usia gestasi dan mencakup terapi
>9 minggu dan 60 persen memperlihatkan aktivitas jantung methotrexate, kuretase, reseksi histeroskopik, reseksi dengan
janin. Para wanita ini diobati dengan 50 mg methotrexate laparotomi atau laparoskopi untuk mempertahankan uterus,
yang disuntikkan ke dalam kantong gestasi dengan jarum kombinasi tindakan.tindakan di aras, arau histerektomi
ukuran 22 melalui transducer. Jika terdapat aktivitas jantung
(Ash, 2007; Demirel, 2009; Fylstra, 2003; Halperin, 2009;
maka dilakukan penyuntikan KCl ke dalam jdntung atau Rotas, 2006; !7ang, 2006, dkk.).
rongga toraks. Tiga wanita mengalami perdarahan signifikan
disertai ruptur membran. Dilakukan pemasangan kateter
Foley intraserviks sebagai tampon selama 3 hari, dan dibe-
rikan 50 mg methotrexate sebagai dosis kedua secara Sejumlah implantasi plasenta intra-abdomen pernah dise-
intramuskular. Terapi sukses pada 38 kasus tersebut dengan butkan dalam laporan-laporan kasus. Sebagian besar adalah
BAB 10: KEHAMILAN EKTOPTK 267

GAMBAR 10'13 A. Pandangan sagital sonografi transvagina yang memperlihatkan uterus dengan kehamilan di jaringan parut
caesar (caesarean
scar pregnancy, CSP). Diagnosis ditandai oleh kriteria yang mencakup rongga uterus kosong yang tampak sebigai pita
endometrium hiperekoik
lerang (tanda panah putih paniang); canalis cervicis yang kosong (tanda panah putih pendel<); din massa intra-kavitas yang
tampak Oi Oinaing
anterior ismus ulerus lmata panah putih) (Sumbangan Dr. Elysia Moschos). B. Spesimen histeiektomi dengan kehamilan
di jaringan parut caesai
ini dipotong secara transversal setinggi ismus uterus dan menembus kantong gestasi. Korpus uterus terletik di kiri
dan serviks di kanan. Sebuah
sonde logam dimasukkan melalui kanali endoserviks untuk memperlihatkan perkembangan gestasi yang eksentrik ini. Hanya
satu lapisan tipis mio-
metrium yang menutupi kehamilan ini, yang mendorong ke anterior melalui dinding uteius (Sumbangan Dr. Sunit Balgobin,
Dr. Manisha Sharra,
dan Dr. Rebecca Stone).

variasi dari kehamilan abdomen seperri dibahas di hal. 262 B:ider-Armstrong B, Shah Y, Rubens L): Use of ultrasound and magnetic
Kehamilan llmpa pernah dilaporkan oleh Mar"rkodi dkk. resonance imaging in the diagnosis of cervical pregnancy. J Clin Ul-
(1977) serta Cormio dkk. (2003). Dalam ulasan mereka, trasouncl 17:283, 1989
Bakken IJ, Skjeldestad FE, Lydersen S, et al: Births and ectopic pregn.rn-
Shippey dkk. (2007) menemukan 14 kasus kehamilan httti.
cies in a large cohort of women rested for Chlamydia rrachomzlris. Sex
Beberapa kasus kehamila n retropeitonexlm pemah dilaporkan Transm Dis J4:i39, 200i a
(Goldberg dkk., 2007; Iwama dkk., 2008). Khalil dkk. (2006) Bakken IJ, Skjeldestad FE, Nordbo SA:Chlamldra uachomotis ir-rfectiurs
mendapatkan 16 kasus kehamilnn omentum yang dilaporkan increase thc risk for ectopic pregnancy: A population-based, nested
sejak 1903. Meskipun laparotomi dianjurkan oleh banyak c:ise-control sru.ly. Sex Transm Dis 34:166,)0a7b
orang untuk berbagai kehamilan abdomen ini namur-r Yi Bangsgaard N, Lut-rd CO, Ottesen B, et al: lmproved fertility follou'-
ing conservative surgical treatment of ectopic pregnallcy. Br J Obstet
dkk. (2008) pemah melaporkan eksisi laparoskopik suatu Cyn,tce,'l i l0:70i, 2001
kehamilan omentum. Varma dkk. (2003) melaporkan saru Barnhart K, Mennuti MT, Benjarnin I, et al: Prornpt diagnosis of ecto-
kasus bayi 35 minggu lahir hldup yang plasenranya melekar pic pregnancy in :m emergency department setting. Obstet Gynecol
secara eksklusif ke omentum. Fishman dkk. ( 1998) melaporkan 84:1010,1994
Barnhart KT, Gracia CR, Reindl B, et al: Usefulness of Pipelle endome-
satu kasus kehnmilan diafragma 6 minggu pada seorang wanira
trial biopsy in the diagnosis ofu'omen at risk for ectopic pregnancy.
dengan nyeri abclomen dan bahu, dispnea, dan hemotoraks.
Am J Obstet Gynecol 188:906, 2001
Barnhart KT, Katz I, Hummel A, et al: Presumed diagnosis of ectopic
pregnancy. Obstet Gynecol 100:505, 2002
DAFTAR PUSTAKA Barnhart KT, Samrnel MD, Gracia CR, et al: Risk factors for ectopic
pregnancy in women with symptomatic lirst-trimester pregnancies.
Ackerman TE, Levi CS, Lyons EA, et al: L)ecrdual cyst: Endor.aginal Fertil Steril 8o:1o, 200b
sonographic sign of ectopic pregnancy. Radiology lB9(3):727 , 1993 Barnhart KT, San'rmel MD, Rinaudo PF, et al: Symptomaric parienrs
Al-Sunaidi M, Tulandi T: Surgical trearrrenr of ectopic pregnancy. l.ith an early viable intrauterine pregnancy: l-rCG curves reclelined.
Sen.rin Reprod Meci 25(2):117, 2007 Obstet Gynecol 104:50, 2004
American College of Obstetricians and Gynecologists: Ultr:rsonography Batzer FR, lTeiner S, Corson SL, et al: Landrnarks during the first
in pregnancy. Practice Bulletin No. 58, Decemher 2004 forty-tu,o days of gestation demonstrated by the beta-subunit of hu-
American College of Obstetricians and Gynecologists: Medical manage- man chorionic gonarlotropin and ulrrasound. Am J Obstet Gynecol
ment ofectopic pregnancy. Practice BuIletin No. 94, June 2008 t46.o7r, laSl
Anderson FW], Hogan JG, Ansbacher R. Sudden death: Ectopic preg- Belfar HL, Kurtz AB, Wapner RJ: Long-term follow-up after removal
nancy mortality. Obstet Gynecol 101:1218, 2004 of an abdominal pregnancy: Ultrasound evaluation of the involutir.rg
Ankum WM, Mot B\(, Van der Veen F, et al: Risk factors for ectopic placenta. J Ultrasound Med 5:521, 1986
pregnancy: A meta-analysis. Fertil Steril 65:1093, 1996 Bergstrom R, Mueller G, Yankowitz J: A case illustrating the continued
Ash A, Smith A, Maxu'ell D: Caesarean scar Lrregnancy. BJOG 114:253, dilernmas in treating abdorninal pregnancy and a potential explana-
2007 tion for the high rate of postsurgical febrile morbidity. Gynecol Ob-
Atrash HK, Friede A, Hogue CJ: Abdominal pregnancy iri the United .rer Tnvc5r 40:268, I oo8
States: Frec|:ency antl maternal mortalitl,. Obstet Gynecol 69:333, Berkes E, Szenclei G, Csabay L, et al: Unilateral triplet ectupic preg-
1987 nancy after in vitro fertilization and embryo transfer. Fertil Steril
Bachus KE, Stone D, Suh B, et al: Conservative managemenr ofcervical 9O(5):2001.e17,2008
pregnancy with subsequent fertility. Am J Obstet Gvnecol 162:450, Belnan BJ, Katsiviannis WT: Images in clinicaL medicine. A medical
1 990 mystery. N Engl J Med 345:11i6, 2001

Anda mungkin juga menyukai