Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN FISIK


BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEBATUNG KOTABARU TAHUN 2014
Hj. Isnaniah1,Nirwana Per-angin22,Ahmad Rizani3
1,2,3
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

ABSTRAK

Di negara berkembang, angka kesakitan dan kematian pada anak balita banyak
dipengaruhi oleh keadaan gizi.Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap
kualitas generasi mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami
gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya. Dalam masa
perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi
yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian
lebih.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan
perkembangan pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Sebatung Kotabaru tahun
2014.
Rancangan penelitian ini adalah Analitikkorelasidengan pendekatan cross
sectional menggunakan teknik Total sampling, jumlah responden 41 anak. Alat ukur
yang digunakan pengukuran berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan lembar
DDTK. Data disajikan dalam distribusi frekuensi dan dianalisis dengan uji statistik
spearman rankdengan taraf signifikansi α 0.05.
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar 27 (65,9%) dengan status gizi
normal dan sebagian besar 29 (70,7%) responden dengan status perkembangan
abnormal. Uji Statistik dengan menggunakanspearman rankdengan taraf signifikansi
α = 0.05didapatkanρ-value = 0,699
Kesimpulan hasil penelitian tidak ada hubungan status gizi dengan
perkembangan balita usia 24-59 bulan. Jadi, peran orang tua sangat penting dan
dibutuhkan, agar dapat mengubah pola pemberian makanan yang tepat dan
memberikan stimulasi kepada balitanya demi kelangsungan tumbuh kembang balita
secara optimal.

Kata kunci: status gizi, perkembangan balita

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

PENDAHULUAN 2010 diketahui bahwa prevalensi gizi


Di negara berkembang, angka buruk di Kalsel adalah sebesar 2,5%.
kesakitan dan kematian pada anak Sedangkan dari hasil laporan Kejadian
balita banyak dipengaruhi oleh Luar Biasa (KLB) gizi buruk tahun
keadaan gizi, dengan demikian angka 2011 di Kalsel terdapat 6925 anak
kesakitan dan kematian dapat yang menderita gizi buruk (Depkes RI,
dijadikan informasi yang berguna 2012).
mengenai keadaan kurang gizi di Berdasarkan data dari hasil
masyarakat (Supariasa, 2001). Anak survey di Puskesmas Sebatung
balita merupakan kelompok yang Kotabaru pada tahun 2013, jumlah
menunjukkan pertumbuhan badan balita sebanyak 1772 orang, yang
yang pesat sehingga memerlukan zat- mengalami gizi kurang sebesar 8 %
zat gizi yang tinggi pada setiap kg dari seluruh balita. Hal ini
berat badannya (Hidayat Z, 2000). menunjukkan bahwa masih tingginya
Untuk itu status gizi balita perlu angka kejadian Gizi kurang di wilayah
diperhatikan dalam status gizi baik kerja Puskesmas Sebatung Kotabaru
dengan cara memberikan makanan tahun 2014.
bergizi seimbang yang sangat penting Menurut MenKesada 3 faktor
untuk pertumbuhan (Paath, 2004). utama yang saling terkait
Hasil analisis Riset Kesehatan mempengaruhi besarnya masalah gizi
Dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara dan kesehatan masyarakat. Pertama,
nasional sudah terjadi penurunan ketersediaan pangan di tingkat rumah
prevalensi kurang gizi pada balita dari tangga. Kedua, pola asuhan gizi atau
18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% makanan keluarga. Ketiga, akses
tahun 2010. Penurunan terjadi pada terhadap pelayanan kesehatan
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% (DepKes RI, 2007). DalamUndang-
pada tahun 2007 menjadi 4,9% tahun undang No. 18 tahun 2012 tentang
2010. Tidak terjadi penurunan pada Pangan, dikatakan bahwa “Pangan
prevalensi gizi kurang, yaitu tetap merupakan kebutuhan dasar manusia
13,0%. yang pemenuhannya menjadi hak asasi
Berdasarkan hasil pemantauan setiap rakyat Indonesia”. Namun,
dan laporan Kejadian Luar Biasa jumlah penduduk rawan pangan di
(KLB) Gizi Buruk di Kalimantan Indonesia masih tinggi. Menurut data
Selatan tahun 2009, diketahui bahwa BPS tahun 2009, asupan kalori kurang
penyebab gizi buruk di Provinsi ini dari 1400 Kkal per hari mencapai
adalah karena beberapa faktor, 14,47%. Aksesibilitas pangan yang
pertama pola asuh (40,7%); kedua rendah mengancam penurunan
penyakit penyerta (23,8%); ketiga konsumsi makan yang beragam,
kemiskinan (25,1%); dan faktor lain- bergizi seimbang dan aman di tingkat
lain (5,4%) (DepKes RI, 2010). rumah tangga. Hal ini akan
Menuruthasil survey menyebabkan masalah kekurangan
Pemantauan Status Gizi (PSG) gizi pada masyarakat, terutama
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) tahun kelompok rentanya itu ibu, bayi dan

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

anak. Ibu hamil yang kurang gizi akan dan gizi masyarakat dan intervensi
melahirkan bayi kurang gizi pula langsung kepada sasaran melalui
(Cynthia.A, 2011). Dengan demikian Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dapat dilihat bahwa gizi kurang dan (Almatsier, S., 2006). Untuk mengatasi
gizi buruk berdampak serius terhadap kasus kurang gizi memerlukan peranan
kualitas generasi mendatang. Anak dari keluarga khususnya para ibu harus
yang menderita gizi kurang akan memiliki kesabaran bila anaknya
mengalami Status Berat Badan/Tinggi mengalami problema makan dan lebih
Badan (BB/TB) balita yang memperhatikan asupan makanan
menggambarkan kekurangan gizi akut sehari-hari bagi anaknya.
yang terjadi dalam waktu yang singkat Dalam masa perkembangan
dan mempengaruhi keadaan status gizi anak terdapat masa kritis, dimana
seseorang. Misalnya saja terserang diperlukan rangsangan/stimulasi yang
penyakit infeksi, hal ini tentu saja akan berguna agar potensi berkembang,
berpengaruh langsung kepada status sehingga perlu mendapat perhatian.
gizi anak, atau mungkin saja karena Perkembangan psiko-sosial sangat
kekurangan asupan makanan yang bisa dipengaruhi lingkungan dan interaksi
di pengaruhi oleh status ekonomi, antara anak dengan orang tuanya/orang
pengetahuan ibu yang kurang terhadap dewasa lainnya. Perkembangan anak
masalah gizi, dan pola asuh yang akan optimal bila interaksi social
mengakibatkan baik balita yang BBLR diusahakan sesuai dengan kebutuhan
ataupun yang normal dapat menjadi anak pada berbagai tahap
balita yang berbadan kurus. Sedangkan perkembangannya, bahkan sejak bayi
TB/Umur menggambarkan keadaan masih didalam kandungan. Sedangkan
kronis balita, menunjukkan keadaan lingkungan yang tidak mendukung
yang sudah terjadi sejak lama, atau akan menghambat perkembangan
dengan kata lain merupakan outcome anak. Karena itu tingkat
kumulatif status gizi sejak lahir hingga perkembangan yang harus dicapai
sekarang. Bayi yang lahir dengan berat anak pada umur tertentu pun harus
badan rendah menandakan kurang diketahui, untuk memastikan apakah
terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada perkembangan anak tersebut terhambat
saat kehamilan atau karena sebagai atau masih dalam batas-batas normal.
akibat dari ibu yang juga menderita Jika ada kecurigaan, kita dapat
kekurangan energy kalori (KEK) melakukan tesskrining, dengan DDTK.
(Hidayat, 2010). Sehingga deteksi dini dan intervensi
Upaya penanggulangan gizi dini dapat dilakukan, agar tumbuh
kurang yang sudah dilakukan adalah kembang anak lebih optimal
peningkatan pelayanan gizi terpadu (Supariasa.dkk, 2002). Oleh karena itu
dan system rujukan dimulai dari peranan orang tua terutama ibu sangat
tingkat pos pelayanan terpadu diperlukan untuk meningkatkan status
(posyandu) hingga puskesmas dan gizi anak dan juga meningkatkan
rumah sakit, peningkatan komunikasi, perkembangannya melalui pola
informasi dan edukasi dibidang pangan asuhnya.

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

Berdasarkan fenomena tentang korelasi antara faktor resiko (status


masih tingginya angka kejadian balit gizi balita usia 24-59 bulan)
akurang gizi di Puskesmas Sebatung, dengan efek perkembangan fisik
Kotabaru tahun 2014, akan berdampak balita usia 24-59 bulan.
cukup besar terhadap proses 2. Populasi dan Sampel
pertumbuhan dan perkembangan anak a. Populasi
kedepan. Menurut peneliti hal ini Populasi dalam penelitian ini
merupakan sesuatu yang urget, dan adalah semua balita usia 24-59
belum pernah dilakukan penelitian bulan di Wilayah Kerja
sebelumnya, sehingga memenuhi Puskesmas Sebatung Kotabaru
kaidah originalitas tema penelitian. yaitu 41 anak.
Berdasarkan pertimbangan waktu, b. Sampel dan besar sampel
tenaga, biaya, kesesuaian kompetensi Sampel yang digunakan yaitu
dan ciri responden untuk pengukuran, anak balita usia 24-59 bulan di
penelitian ini memungkinkan untuk Wilyah Kerja Puskesmas
dilaksanakan. Apabila penelitian ini Sebatung Kotabaru, dengan
dilakukan juga dapat membawa jumlah sampel 41 anak.
manfaat baik bagi responden maupun
institusi. Oleh karena itu peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
tertarik untuk meneliti “Hubungan 1. Data Umum
status gizi dengan perkembangan fisik Karakteristik responden
balita di Wilayah Kerja Puskesmas berdasarkan umur
Sebatung, Kotabaru Tahun 2014”. Tabel 4.1
Distribusi frekuensi berdasarkan
METODE karakteristik umur responden
1. Rancangan Penelitan di Wilayah Kerja Puskesmas
Rancangan penelitian yang Sebatung Kotabaru
digunakan adalah berdasarkan Tahun 2014
lingkup penelitian menggunakan
rancangan inferensial, berdasarkan Umur Frekuensi Persentase
tempat penelitian termasuk jenis (%)
penelitian lapangan, berdasarkan 24-35 10 24,4
cara pengumulan data termasuk bulan
jenis penelitian survey, 36-47 19 46,3
berdasarkan waktu pengumpulan bulan
data termasuk jenis rancangan 48-59 12 29,3
penelitian cross bulan
sectional,berdasarkan tujuan Total 41 100
penelitian termasuk jenis
rancangan penelitian Analitik Tabel 4.1 menunjukan dari 41
Korelasi, berdasarkan sumber data responden dengan umur rentang usia
termasuk rancangan penelitian
primer. Penelitian ini mempelajari

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

36-47 bulan sebanyak 19 responden orang tua menengah sebanyak 21


(46,3%). responden (51%).

Karakteristik responden Karakteristik responden


berdasarkan tingkat ekonomi berdasarkan status pekerjaan orang
keluarga tua
Tabel 4.2 Tabel 4.4
Distribusi frekuensi Distribusi frekuensi
berdasarkan karakteristik tingkat berdasarkan karakteristik pekerjaan
ekonomi keluarga responden orang tua responden
di Wilayah Kerja Puskesmas Sebatung di Wilayah Kerja Puskesmas Sebatung
Kotabaru Kotabaru
Tahun 2014 Tahun 2014
Tabel 4.2 menunjukkan dari 41
Tingkat Frekuensi Persentase
responden dengan tingkat ekonomi
Ekonomi (%)
keluarga berpenghasilan 2.6 jt-3.6 jt
sebanyak 18 responden (44%). 1.5 jt-2.5 jt 9 22
2.6 jt-3.6 jt 18 44
Karakteristik responden >3.6 jt 14 34
berdasarkan tingkat pendidikan Total 41 100
orang tua
Tabel 4.3 Tabel 4.4 menunjukkan dari 41
Distribusi frekuensi responden dengan pekerjaan orang tua
berdasarkan karakteristik tingkat sebagai wiraswasta sebanyak 27
pendidikan orang tua responden responden (66%).
di Wilayah Kerja Puskesmas
SebatungKotabaru 1. Data Khusus
Tahun 2014 Distribusi Status Gizi
Tabel 4.5
Tingkat Frek Persentase (%)
Distribusi Frekuensi Status Gizi
Pendidikan uensi
Responden
Pendidikan dasar 12 29
di Wilayah Kerja Puskesmas
Pendidikan 21 51 Sebatung Kotabaru
menengah Tahun 2014
Pendidikan 8 20
Tinggi
Total 41 100 Status gizi Frekuensi Persentase %
Tabel 4.3 menunjukkan dari 41 Kurus 10 24,4
responden dengan tingkat pendidikan
Normal 27 65,9
Jenis Frekuen Persentase
Obesitas 4 9,8
Pekerjaan si (%)
Total 41 100
Tani 6 15
Wiraswasta 27 66
Pegawai 8 19
Total 41 100

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

Tabel 4.5 menunjukkan dari 41 status gizi normal yang


responden yang berstatus gizi normal perkembangannya abnormal sebanyak
sebanyak 27 balita (65,9%). 20 responden (48,8%) sedangkan dari
4 responden dengan status gizi lebih
Distribusi Perkembangan Balita (obesitas) yang perkembangannya
Tabel 4.6 abnormal sebanyak 2 responden
Distribusi Frekuensi Perkembangan (4,8%).
Balita Berdasarkan hasil analisis data
di Wilayah Kerja Puskesmas Sebatung menggunakan uji Spearman Rank
Kotabaru (Rho) dengan taraf signifikansi α =
Tahun 2014 0.05 didapatkan ρ-value= 0,699.

Tabel 4.6 menunjukkan dari 41 Persentase


Perkembangan Frekuensi
responden dengan perkembangan (%)
balita halus sebanyak 29 (70,7%) Halus 29 70,7
balita. Kasar 12 29,3
Hubungan antara Status Gizi Total 41 100
dengan Perkembangan Balita Karena ρ-value (0,699) lebih besar dari
Tabel 4.7 α=0.05, maka dapat disimpulkan
Tabulasi Silang antara Status Gizi bahwa tidak Ada Hubungan Status
dengan Perkembangan Balita Gizi dengan Perkembangan Fisik
di Wilayah Kerja Puskesmas Sebatung Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotabaru Sebatung Kotabaru, Juli 2014.
Tahun 2014 PEMBAHASAN
Status Gizi Balita
Perkemba Berdasarkan penelitian yang telah
Abnorm
ngan Normal Total dilakukan, dapat diketahui bahwa
al
status gizi balita di Wilayah Kerja
Status % % % Puskesmas Sebatung yang terbanyak
n n n
Gizi adalah status gizi normal sebanyak 27
Kurus 7 17,1 3 7,3 10 24,4 responden (65,9%) dari total
2 48,8 17,1 65,9 responden, diikuti dengan status gizi
Normal 7 27
0 kurus/kurang sebanyak 10responden
Obesitas 2 4,8 2 4,8 4 9,8 (24,4%), serta terakhir adalah status
2 70,7 29,3 100 gizi obesitas/lebih sebanyak 4
Total 12 41
9 responden (19,6%).
P-value = Menurut Hidayat (2005), tingkat
α = 0.05
0,699 ekonomi dapat menentukan kuantitas
Tabel 4.7 menunjukkan dari 10 dan juga kualitas makanan yang
responden dengan status gizi kurang dikonsumsi, dengan meningkatnya
(kurus) yang perkembangannya status ekonomi dalam suatu keluarga
abnormal sebanyak 7 responden maka akan diikuti perubahan-
(17,1%), dari 27 responden dengan

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

perubahan dalam susunan lingkungan yaitu kebiasaan-kebiasaan


makanannya. yang terjadi di dalam keluarga maupun
Hasil penelitian didapatkan bahwa lingkungan sosialnya.Ketiga faktor
sebagian besar dengan status gizi tersebut diatas tidak dapat terlepas,
normal dalam hal ini dipengaruhi oleh karena saling berhubungan untuk
tingkat pendidikan orang tua dimana mempengaruhi perkembangan balita.
sebagian besar 51% dengan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
pendidikan menengah. Semakin tinggi sebagian besar dengan status
tingkat pendidikan dari orang tua maka perkembangan abnormal. Hal ini
dengan mudah orang tua dapat mungkin disebabkan karenafaktor
menerima arahan dalam pemenuhan genetik dan faktor lingkungan yaitu
gizi dan meyakini pentingnya kebiasaan-kebiasaan yang ada di
pemenuhan gizi untuk keluarganya. dalam keluarga maupun
Selain itu faktor ekonomi turut lingkungannya.
berpengaruh dimana hampir Hubungan Status Gizi dengan
setengahnya responden 44% dengan Perkembangan Balita Usia 24-59
penghasilan 2.6jt-3.6jt/bulan. Dengan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
penghasilan diatas kiranya sudah hasil yaitu status gizi kurang (kurus)
cukup untuk memenuhi gizi anak dengan total 10 responden didapatkan
sehingga anak menjadi tumbuh perkembangan abnormal 7 responden
optimal. Selain factor ekonomi dan perkembangan normal 3
pekerjaan turut berkonstribusi terhadap responden. Status gizi normal dengan
status gizi, karena dengan status total 27 responden didapatkan
pekerjaan maka seseorang akan perkembangan yang abnormal 20
menghasilkan suatu materi bukan responden, dengan perkembangan
hanya uang tapi juga bahan-bahan normal 7 responden. Sedangkan
pokok. dengan status gizi lebih (obesitas)
Perkembangan Balita dengan total 4 reponden didapatkan
Berdasarkan penelitian yang telah perkembangan abnormal 2 responden
dilakukan, dapat diketahui dan perkembangan normal 4
perkembangan balita di Wilayah Kerja responden.Berdasarkan hasil analisis
Puskesmas Sebatung yang terbanyak data menggunakan uji Spearman Rank
adalah status perkembangan abnormal (Rho) dengan taraf signifikansi α =
sebanyak 29 responden (70,7%) dari 0,05 di dapatkan ρ-value= 0,699.
total respoden. Karena ρ-value (0,699) lebih besar dari
Menurut Soetjiningsih (2004), faktor α=0,05, maka dapat disimpulkan
yang mempengaruhi perkembangan bahwa tidak Ada Hubungan Status
dari balita adalah faktor genetik Gizi dengan Perkembangan Fisik
didapat dari potensi dasar dari anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
tersebut. Kedua, faktor gizi yaitu Sebatung, Kotabaru.
kecukupan nutrisi/gizi yang diserap Perkembangan adalah bertambahnya
tubuh anak dipengaruhi oleh konsumsi kemampuan dalam struktur dan fungsi
pangan per harinya.Ketiga, faktor tubuh yang lebih kompleks dalam pola

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

yang teratur dan dapat diramalkan, PAUD untuk diulang kembali di


sebagai hasil dari proses pematangan. rumah. Hal tersebut dapat merangsang
Disini menyangkut adanya proses daya ingat dan kecerdasan balita.
deferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan Disini dapat dilihat bahwa peran orang
tubuh, organ-organ dan sistem organ tua, keluarga, dan lingkungan sekitar,
yang berkembang sedemikian rupa terutama dalam pemberian pendidikan
sehingga masing-masing dapat pada anak akan berpengaruh besar
memenuhi fungsinya. Termasuk juga dalam mengoptimalkan perkembangan
perkembangan emosi, intelektual, balita..
tingkah laku sebagai hasil interaksi Hal ini sesuai dengan teori yang di
dari lingkungannya. paparkan oleh Soetjiningsih (2004),
(Soetjiningsih,2004). bahwa perkembangan balita
Berdasarkan hasil analisa diatas dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
didapatkan bahwa tidakada hubungan faktor genetik, faktor gizi dan faktor
Status Gizi dengan Perkembangan lingkungan dimana ketiganya saling
Fisik Balita di Wilayah Kerja berhubungan dan saling mendukung.
Puskesmas Sebatung, Kotabaru. Hal Jadi dapat disimpulkan, pada
ini disebabkan oleh faktor lingkungan Puskesmas Sebatung meskipun dengan
di lokasi penelitian, kondisi atau status gizi kurang, namun faktor
keadaan masyarakat disitu walaupun lingkungan sangat mendukung
tingkat pendidikan masyarakatnya (keluarga ataupun lingkungan sekitar)
pendidikan menengah, namun mereka akan dapat berpengaruh besar dalam
memiliki perhatian lebih untuk perkembangan balitanya
menstimulasi balitanya. Anak dengan (perkembangan balita baik). Dengan
status gizi yang kurus belum tentu status gizi yang cukup, tetapi dengan
anak tersebut masuk dalam kategori tidak adanya dukungan ataupun
perkembangan abnormal, sedangkan stimulasi dari keluarga ataupun
anak dengan status gizi normal pun lingkungan sekitar rumah, maka balita
dapat masuk dalam kategori tersebut tidak dapat berkembang
perkembangan abnormal. Faktor secara optimal.
lingkungan selain dari dukungan orang PENUTUP
tua, sebagian responden didukung Dari hasil penelitan dan analisa data
dariPendidikan Anak Usia Dini yang telah dilakukan, tentang
(PAUD).Sehingga secara otomatis “Hubungan status gizi dengan
perkembangan balitanya dapat tumbuh perkembangan fisik balita di Wilayah
secara optimal karena adanya stimulasi Kerja Puskesmas Sebatung Kotabaru
dari kurikulum yang Tahun 2014”, maka dapat disimpulkan
diberikan/diajarkan di PAUD tersebut. sebagai berikut:
Tidak hanya sekedar menyodorkan 1. Status gizi balita usia 24-59
anaknya pada Pendidikan Anak Usia bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Dini (PAUD) saja, tetapi para orang Sebatung Kotabaru, sebagian besar
tua juga mengajarkan dan mengulangi dengan status gizi normal sejumlah 27
pelajaran yang suadah diberikan di responden (65,9%).

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

2. Perkembangan fisik balita di tidak hanya status gizi saja yang


Wilayah Kerja Puskesmas Sebatung penting untuk pertumbuhan dan
Kotabaru, sebagian besar dengan perkembangan balita, tetapi faktor
status perkembangan abnormal lingkungan juga sangat berpengaruh
sebanyak 29 responden (70,7%). terhadap tumbuh kembang balita.
3. Setelah dilakukan analisis data Sehingga dapat membantu
dengan menggunakan uji korelasi masyarakat dengan memberikan
Spearman Rank (Rho) dengan taraf penyuluhan akan tumbuh kembang
signifikansi α = 0,05 diperoleh ρ-value balita.
= 0,699. Karena ρ-value lebih besar
dari taraf signifikansi α = 0,05, maka 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Tidak Ada Hubungan Status Gizi Diharapkan untuk meneliti
dengan Perkembangan Fisik Balita di perkembangan balita tidak hanya
Wilayah Kerja Puskesmas Sebatung dari satu factor saja, melainkan dari
Kotabaru Tahun 2014. dua factor yaitu faktor status gizi
SARAN dan juga factor lingkungan yang
Saran yang dapat diberikan dari hasil sangat mempengaruhinya.
penelitian ini adalah : DAFTAR PUSTAKA
1. Bagi Masyarakat Alimul.Hidayat A.A., 2010. Metode
Berdasarkan hasil penelitian, PenelitianKesehatanParadigm
diharapkan kepada masyarakat, a Kuantitatif. Jakarta: Heath
khususnya para orang tua karena Books.
peran dari orang tua sangat penting, Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar
agar dapat mengubah pola Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
pemberian makanan yang tepat dan Pustaka Utama
memberikan stimulasi kepada Arikunto, S. 2010. Prosedur
balitanya demi kelangsungan Penelitian suatu Pendekatan
tumbuh kembang balita secara Praktek.Jakarta: RinekaCipta
optimal. Cynthia, Adisty. 2012. Asuhan Gizi
2. Bagi kader Nutritional Care
Diharapkan para kader memberikan Process.Yogyakarta :
penyuluhan akan makanan sehat GrahaIlmu
kepada para orang tua, yang sesuai Fajar, Ibnu, dkk. 2009. Statistika untuk
dengan situasi dan kondisi Praktisi Kesehatan.
masyarakat. Memberikan Yogyakarta : Graha Ilmu
penyuluhan tentang bagaimana Hasan, Iqbal. 2006. Pokok-pokok
menstimulasi pada balita usia 24-59 Materi Statistik 2.Jakarta : PT.
bulan, agar tercipta generasi BumiAksara
penerus bangsa yang memiliki Hidayah, A. 2009.MetodePenelitian
kualitas diri yang baik. Keperawatan dan Teknik
3. Bagi Institusi Analisa Data.Jakarta
Diharapkan dapat digunakan :SalembaMedika
sebagai bahan pembelajaran bahwa

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015


ARTIKEL PENELITIAN

Hidayat, Zainul. 2005. Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Status
Gizi Balita di Indonesia.
Jakarta: Pascasarjana UI
Kartasapoetra, G. 2005. Ilmu Gizi.
Jakarta : PT Rineka Cipta

Kepmenkes, 2010.Riskesdas. Jakarta


Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.
Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Nyoman, Dewa. 2001. Penilaian
Status Gizi.Jakarta : EGC
Paath, E. F.,dkk. Gizi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta
: EGC
Sandjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi
Pelengkap Kesehatan
Keluarga.Jakarta : Kompas
Sediaetama, Ach. Djaeni, Prof. Dr.
2000.Ilmugiziuntukmahasiswad
anprofesi.Jakarta : Dian Rakyat
Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang
Anak.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sugiyono. 2007. Statistika untuk
Penelitan.Bandung :Alfabeta
Suhardjo.2003. Perencanaan Pangan
dan Gizi.Jakarta : Bumi Aksara
Supariasa.2002. Penilaian Status
Gizi.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Uripi, Vera. 2004. Pangan dan Gizi
untuk Kesehatan. Jakarta:
Rajagrafindo Persada

Jurnal Skala Kesehatan Volume 6 No.2 Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai