Kelompok 4
Aditya Candra Eka Kurnia P
A’izza Umma T
Gissela Isabella S
Mawalia Zakiyati
TANGGAL PENILAIAN
19 Juni 2019
Sehubungan dengan instruksi yang Bapak berikan untuk melakukan penilaian bisnis,
dengan ini kami sampaikan laporan hasil penilaian objek penilaian yaitu PT Trisula Textile
Industry dengan tujuan menentukan indikasi Nilai Pasar Wajar (Fair Market Value). Laporan
Penilaian dengan keseluruhan isi beserta lampirannya menjelaskan rincian pendekatan dan
metode penilaian serta data pendukung yang digunakan dalam analisis penilaian dimaksud
sesuai dengan penelitian yang telah kami lakukan.
Setelah mempertimbangkan data dan informasi yang objektif, kami mengambil
simpulan bahwa Nilai Pasar Wajar PT Trisula Textile Industry yang berlokasi pada tanggal 19 Juni
2019 adalah sebesar:
Rp 314.329.400.000,00
Kami menyatakan bahwa di dalam penilaian ini, kami tidak mempunyai kepentingan
apapun terhadap objek penilaian tersebut, baik saat ini maupun masa yang akan datang dan
setiap yang membatasi dinyatakan dalam laporan penilaian ini.
Hormat kami,
Laporan Penilaian ini dibuat dengan syarat batasan umum sebagai berikut:
1. Nilai yang digunakan adalah dalam mata uang rupiah.
2. Laporan ini bersifat rahasia dan tidak dapat disebarluaskan baik secara keseluruhan
maupun sebagian tanpa izin dari Penilai dan pemberi tugas.
3. Penilaian ini hanya digunakan untuk tujuan sebagaimana disebutkan dalam laporan ini, dan
Penilai tidak bertanggung jawab terhadap penggunaan untuk tujuan lainnya.
4. Penilai menandatangani simpulan nilai dan bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil
laporan penilaian ini.
RINGKASAN NILAI
Kesimpulan indikasi Nilai Pasar Wajar (Fair Market Value) atas objek penilaian berdasarkan
hasil penilaian adalah sebesar:
Rp 314.329.400.000
I. LINGKUP PELAKSANAAN PENILAIAN
A. DASAR PENUGASAN
Dasar Penugasan adalah untuk memunuhi tugas pada Mata Kuliah Pengantar Penilaian
Bisnis.
B. TUJUAN PENILAIAN
Tujuan penilaian adalah untuk menentukan Nilai Pasar Wajar (Fair Market Value) atas
objek penilaian yaitu PT Trisula Textile Industrycyang beralamat di Jl. Mahar
MartanegaraNo. 170, Cimahi, dengan menggunakan Pendekatan Pendapatan dan
Pendekatan Pasar (Income Approach).
C. TANGGAL PENILAIAN
Tanggal penilaian atas PT Trisula Textile Industry adalah tanggal 19 Juni 2019.
E. PENDEKATAN PENILAIAN
Untuk memperoleh indikasi Nilai Pasar Wajar atas objek penilaian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan pendapatan (Income Approach) dan Pendekatan Biaya (Cost
Approach). Detail mengenai pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Pendekatan Pendapatan adalah penilaian atas suatu objek yang dilakukan dengan
memperkirakan arus kas pendapatan yang akan diterima atas pemanfaatan ruang properti
dimasa datang (proyeksi). Ada empat metodologi yang lazim digunakan dalam pendekatan
pendapatan, diantaranya ialah Gross Income Multiplier (GIM), Direct Capitalization,
Discounted Cash Flow (DCF) dan Residual Technique.
Jika pendapatan bersih pertahun dianggap stabil selama masa operasional dan bersifat
tak terhingga atau terus menerus, maka pendapatan bersih yang dihasilkan pada tahun
tertentu oleh suatu properti dapat dikapitalisasi langsung menjadi nilai dari properti
bersangkutan selama tingkat kapitalisasi yang digunakan adalah tingkat kapitalisasi (yield)
yang berlaku umum di pasar properti bersangkutan dan metode ini disebut kapitalisasi
langsung.
Apabila pendapatan dari properti yang dinilai tidak dapat dianggap tetap, maka
penilaian dapat menggunakan Metode Arus Kas yang didiskontokan atau lebih dikenal
dengan istilah Discounted Cash Flow (DCF). Dengan pendekatan ini nilai pasar dari suatu
properti adalah sejumlah nilai kini dari Net Operational Income yang akan diperoleh dari
hasil operasional properti.
Hasil penilaian dengan Pendekatan Pendapatan merupakan nilai dari keseluruhan
bagian aset yang mempunyai kontribusi langsung delam operasional seperti tanah, gedung,
sarana pelengkap, mesinmesin dan peralatan, dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
F. SUMBER INFORMASI
Dalam menyusun laporan penilaian ini, kami menggunakan data dan informasi yang
diperoleh dari beberapa website terkait serta dari website resmi PT Trisula Textile
Industry.
GAMBARAN UMUM PERSEROAN
Pendirian Perseroan
PT Trisula Textile Industries Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris No.
39 tanggal 11 Januari 1971 dari Notaris Kurniati, S.H.Akta pendirian Perusahaan tersebut telah
memperoleh pengesahan oleh Menteri Hukum dan HakAsasi Manusia Republik
Indonesiasesuai Surat keputusan No. Y.A.5/65/17 tanggal 26 Februari 1974 dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 427/1974, Tambahan No.68tanggal
23 Agustus 1974
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan
Akta No. 163 tanggal 30 Oktober 2017 dibuat dihadapan Notaris Hasbullah Abdul Rasyid, S.H.,
M.Kn., bertindak sebagai pengganti dari Notaris Fenny Jun Aruan, S.H., sehubungan dengan
perubahan modal dasar, modal ditempatkan dan di setor penuh Perusahaan. Akta perubahan
tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No. AHU-AH.01.03-0187502 Tahun 2017 tanggal 3 November 2017, dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No.19, tambahan No. 691/L.
Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Jl. Mahar MartanegaraNo. 170, Cimahi.
Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1973.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkupkegiatan usaha utama
Perusahaan yaitu bergerakdalam bidangindustri tekstildan perdagangan tekstil.
Entitas Induk langsung dan utama atas Perusahaan adalah PT Inti Nusa Damai, yang didirikan
dan berdomisili di Indonesia.
Penawaran umum saham perusahaan
Pada tanggal 25 September 2017, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan surat No. S-417/D.04/2017 untuk melakukan penawaran
umum perdana atas 300.000.000 sahamnya dengan nilainominal Rp 100 per saham kepada
masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran perdana sebesar Rp 150
per saham. Pada tanggal 29 September 2017, seluruh saham ini telah dicatatkan di Bursa Efek
Indonesia.
erdasarkan Akta No. 163 tanggal 30 Oktober 2017 dari Notaris Hasbullah Abdul Rasyid, S.H.,
M.Kn., sesuai dengan daftar pemegang saham tanggal 17 Oktober 2017, jumlah sahamyang
dikeluarkan oleh Perusahaan kepada masyarakat dalam penawaran saham perdana adalah
sebanyak 300.000.000 saham yang merupakan 20,69% dari jumlah saham disetor. Akta ini
telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-0139344.AH.01.11.Tahun 2017 tanggal 3
November 2017
ada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017, saham Perusahaan sebanyak1.450.000.000saham
telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
Manajemen Perseroan
Dewan Komisaris dan Direksi
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, sesuai dengan Akta No. 4 tanggal 23
April 2018 dari Notaris Elly Halida, S.H,. susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada
tanggal 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris :
Presiden Komisaris :Lim Kwang Tak
Komisaris Independen:V. Roy Sunarja
Direksi
Presiden Direktur:Karsongno Wongso Djaja
IndependenDirektur :Handi Suwarto
Direktur:R. Nurwulan Kusumawati
Komite Audit
Berdasarkan Surat Keputusan No. 002/IPO-SK/MNQ/2017 tanggal 12 Januari 2017, komposisi
Komite Audit Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017 adalah sebagai berikut :
Ketua:V. Roy Sunarja
Anggota:Yohanes Linero
Anggota:Ong Po Han
Komite Remunerasi dan Nominasi
Berdasarkan Surat Keputusan No. 009/SK.DIR-VI/2017 tanggal 6 Juni2017, komposisi Komite
Remunerasi dan Nominasi pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017 adalah sebagai berikut:
Ketua:V. Roy Sunarja
Anggota:Lim Kwang Tak
Anggota:Yaya Sunjaya
Sekretaris Perusahaan
Berdasarkan SuratKeputusan Direksi No. 007/SK.DIR-VI/2017tanggal 6 Juni 2017, Perusahaan
menunjuk R. Nurwulan Kusumawati sebagai Sekretaris Perusahaan.
Legalitas Perizinan
Akta No. 39 tanggal 11 Januari 1971 yang dibuat dihadapan Notaris Kurniati, SH, dan disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia) dengan Surat keputusan No. Y.A.5/65/17 tanggal 26 Februari 1974.
Aktivitas Usaha
PT.Trisula Textile Industries,Tbk yang beralamatkan di Jalan Mahar Martanegara No,170 Baros-
Cimahi Jawa Barat-Indonesia ,Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar, ruang lingkup bidang usaha
Perseroan adalah bergerak di bidang industri dan perdagangan tekstil. Sesuai Anggaran Dasar
tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan usaha utama dalam bidang industri tekstil, seperti
industri pemintalan benang, pertenunan, pencelupan, pemutihan dan penyempurnaan tekstil,
serta pakaian jadi dari tekstil. Selain kegiatan usaha utama, Perseroan juga menjalankan
kegiatan usaha penunjang dalam bidang perdagangan tekstil dan pakaian jadi, serta produk
terkait lainnya, yang meliputi perdagangan impor dan ekspor, antar pulau/daerah dan
interinsulair, baik untuk perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain secara komisi,
dan bertindak sebagai agen perwakilan, grosir, supplier, leveransir, dan distributor.
Aktivitas Usaha perusahaan berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember
2017 dan laporan keuangan per 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut :
Uraian 2017 2018
Penjualan Neto 446.128.910.614 561.373.657.827
Beban Pokok Penjualan 341.205.640.381 412.792.116.221
Laba Bruto 104.923.270.233 148.581.541.606
Total Beban Usaha 72.737.789.129 102.510.809.789
Laba Usaha 32.185.481.104 46.070.731.817
Total Beban Lain-lain - Neto (11.953.767.800) (15.486.873.272)
Laba Sebelum Beban Pajak
Penghasilan 20.231.713.304 30.583.858.545
Total Beban Pajak Penghasilan - Neto (5.280.753.518) (6.561.075.820)
Laba Neto Tahun Berjalan 14.950.959.786 24.022.782.725
Aset
Total Aset Lancar 333.171.769.612 342.554.523.490
Total Aset Tidak Lancar 132.793.387.133 172.407.648.283
Total Aset 465.965.156.745 514.962.171.773
Liabilitas dan Ekuitas
Total Liabilitas Jangka Pendek 187.735.291.863 218.191.271.919
Total Liabilitas Jangka Panjang 37.350.505.750 36.572.810.012
Total Liabilitas 225.085.797.613 254.764.081.931
Total Ekuitas 240.879.358.132 260.198.089.842
Total Liabilitas dan Ekuitas 465.965.155.745 514.962.171.773
Kinerja Usaha
Kinerja usaha perusahaan berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2017 dan laporan
keuangan per 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut :
Uraian 2017 2018
Penjualan Neto 446.128.910.614 561.373.657.827
Beban Pokok Penjualan 341.205.640.381 412.792.116.221
Laba Bruto 104.923.270.233 148.581.541.606
Beban Usaha
Beban umum dan administrasi 50.724.028.433 54.258.419.695
Beban penjualan dan pemasaran 22.013.760.696 48.252.390.094
Total Beban Usaha 72.737.789.129 102.510.809.789
Laba Usaha 32.185.481.104 46.070.731.817
Penghasilan (Beban) Lain-lain
Penghasilan dari penjualan sisa
produksi 632.576.579 1.186.584.895
Pendapatan keuangan 1.229.235.311 456.532.242
Pendapatan komisi 1.178.987.546 52.750.909
Laba penjualan aset tetap 166.396.777 3.000.000
Beban keuangan (14.589.629.041) (14.824.413.595)
Rugi selisih kurs - neto (199.968.456) (3.068.978.102)
Bagian rugi entitas asosiasi (46.280.804) (122.803.811)
Lain-lain - neto (325.085.712) 830.454.190
Total Beban Lain-lain - Neto (11.953.767.800) (15.486.873.272)
Laba Sebelum Beban Pajak Penghasilan 20.231.713.304 30.583.858.545
Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan
Kini (4.898.430.443) (7.379.676.623)
Tangguhan (382.323.075) 818.600.803
Total Beban Pajak Penghasilan - Neto (5.280.753.518) (6.561.075.820)
Laba Neto Tahun Berjalan 14.950.959.786 24.022.782.725
Dari sisi aset, total aset perusahaan dari 2017 ke 2018 bertambah dari Rp 465.965.156.745
menjadi Rp 514.962.171.773 atau terjadi kenaikan sebesar 10,52%.
Dari sisi liabilitas, total liabilitas perusahaan bertambah dari Rp 225.085.797.613 menjadi
Rp 254.764.081.931, atau terjadi kenaikan sebesar 13,19%. Sementara dari sisi sekuitas,
total ekuitas perusahaan bertambah dari Rp 240.879.358.132 menjadi Rp 260.198.089.842
atau terjadi kenaikan sebesar 8,02%.
Penyesuaian Data Laporan Keuangan
1. Neraca dan Laba (Rugi)
Tidak terdapat penyesuaian terhadap neraca dan laporan laba rugi historis perusahaan,
sehingga neraca dan laporan laba rugi perusahaan disajikan sesuai dengan laporan keuangan
yang diperoleh sebagai sumber data keuangan.
2. Arus Kas
Dengan tidak adanya perubahan mendasar yang dilakukan pada laporan keuangan historis
perusahaan, maka arus kas perusahaan tidak dilakukan perubahan atau penyesuaian apapun
sehingga masih menggunakan laporan arus kas sesuai laporan keuangan perusahaan.
Investasi membaik pada paruh pertama 2018, didukung oleh reformasi pajak yang
menurunkan beban pajak korporasi. Namun, investasi kembali melambat pada paruh kedua
2018 tertekan oleh kebijakan eksternal AS yang penuh ketidakpastian, peningkatan suku
bunga, dan perlambatan kinerja sektor tambang
minyak. Permintaan domestik yang membaik. di tengah
penguatan nilai tukar dolar AS mendorong akselerasi
impor. Di sisi lain, ekspor tumbuh melambat karena
pertumbuhan negara-negara mitra dagang AS termoderasi. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi AS berdampak pada peningkatan inflasi. Inflasi personal consumption expenditure
(PCE) inti pada 2018 tercatat 1,9 %, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi 2017 sebesar 1,6%.
Sementara itu, inflasi PCE pada 2018 tertahan pada level 1,75% seiring dengan koreksi harga
minyak pada akhir tahun. Peningkatan inflasi PCE inti tidak terlepas dari kebijakan fiskal AS
yang melakukan stimulus fiskal dengan skala besar ketika perekonomian mendekati
pertumbuhan ekonomi potensial. Seiring dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi AS, pasar
tenaga kerja mengetat sejak 2017 ditandai jumlah lowongan kerja yang lebih tinggi dari jumlah
pengangguran dan tingkat pengangguran yang di bawah level non-accelerating inflation rate of
unemployment (NAIRU) (Grafik 1.4). Berbeda dengan AS, pertumbuhan ekonomi di kawasan
Eropa melambat. Kawasan Eropa tumbuh 1,8%, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
2017 sebesar 2,4%. Lonjakan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua 2017 tidak berlanjut
pada 2018 karena ekspor yang melemah (Grafik 1.5). Ekspor kawasan Eropa melambat seiring
dengan moderasi pertumbuhan mitra dagang kawasan Eropa dan peningkatan ketidakpastian
dari tensi perdagangan. Saat bersamaan permintaan domestik juga melemah. Program
konsolidasi fiskal di berbagai negara kawasan Eropa ikut menekan konsumsi dan investasi.
Permintaan domestik makin tertekan seiring dengan peningkatan ketidakpastian terkait risiko
geopolitik di Jerman, Italia, dan ntaan domestik yang lemah pada gilirannya menyebabkan
perlambatan ekonom
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, 2019 akan menjadi tahun pertumbuhan
ekonomi global yang lebih lambat, melanjutkan tren yang terjadi pada 2018. Meski demikian,
IMF melihat adanya harapan kembalinya perekonomian yang lebih cerah pada akhir tahun ini
dan memasuki tahun 2020. Dalam edisi terbaru laporan Prakiraan Ekonomi Dunia yang
dikeluarkan dua kali setahun, IMF memperingatkan, sementara ada alasan keoptimisan, ada
sejumlah resiko yang menghalangi potensi pertumbuhan ekonomi global.
Laju pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan melemah. Bank Dunia pun merevisi
pertumbuhan ekonomi global di tahun 2019 ini jadi 2,9 persen dari 3 persen di 2018 lalu.
Berbagai hal yang menjadi pertimbangan Bank Dunia terkait perlambatan laju pertumbuhan
ekonomi tersebut adalah melemahnya aktivitas perdagangan dan manufaktur dunia, masih
tingginya ketegangan perdagangan, dan beberapa negara berkembang besar harus
menghadapi tekanan pasar keuangan. Pertumbuhan di negara-negara maju akan terkoreksi
menjadi 2 persen tahun ini, lantaran permintaan yang semakin melemah, biaya utang yang
semakin tinggi, serta ketidakpastian dalam berbagai kebijakan yang akan menekan outlook dari
pasar dan negara berkembang.
Dikutip dari rilis resmi Bank Dunia, Rabu (9/1/2019), laju pertumbuhan ekonomi negara
berkembang akan lebih lambat dari yang diperkirakan, yaitu 4,2 persen tahun ini. "Di awal
tahun 2018 pertumbuhan ekonomi global melaju dengan pesat, namun mulai kehilangan
lajunya seiring dengan berjalannya waktu, dan perjalanan akan semakin bergejolak setahun ke
depan," ujar CEO Global Bank Dunia Kristalina Georgiva. Georgiva menjelaskan, semakin
meningkatnya gejolak di pasar keuangan negara berkembang akan mengancam upaya dunia
dalam mengurangi kemiskinan.
Di dalam rilis tersebut juga disebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertahan pada
5,2 persen, sedangkan ekonomi China akan melambat di 6,2 persen dari 6,5 persen tahun lalu.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Thailand jga akan melambat 3,8 persen 2019 ini.
Adapun Amerika Serikat, yang saat ini tengah melakukan negosiasi dagang akibat konflik
perdagangan dengan China, akan mengalami perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dari 2,9
persen tahun lalu menjadi 2,5 persen tahun ini.
Ekonomi Makro Indonesia
Momentum pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut pada 2018. Pertumbuhan ekonomi 2018
tercatat 5,17%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar
5,07% (Grafik 2.1) dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2013. Secara umum, kinerja
tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia tetap solid, mengingat pada saat bersamaan
pertumbuhan ekonomi dunia 2018 dalam tren melambat dan ketidakpastian global sedang
meningkat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi 2018 tidak terlepas dari dampak positif bauran
kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam merespons ketidakpastian
global. Satu sisi, respons kebijakan moneter yang pre-emptive, front loading, dan ahead of the
curve untuk menjaga stabilitas perekonomian, khususnya nilai tukar, serta komitmen
pemerintah untuk menjaga prospek kesinambungan fiskal, memberikan keyakinan pelaku
ekonomi untuk melakukan ekspansi usaha. Sisi lain, arah kebijakan yang akomodatif dari
kebijakan fiskal pusat-daerah, termasuk belanja proyek infrastruktur, kebijakan pendalaman
pasar keuangan, kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, dan kebijakan
struktural memberikan stimulus bagi kegiatan ekonomi. Implementasi kebijakan tersebut pada
gilirannya mendorong berlanjutnya kegiatan berusaha dan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
meningkat pada 2018 banyak ditopang oleh
permintaan domestik. Pertumbuhan
konsumsi dan investasi meningkat didukung
pendapatan yang membaik, keberlanjutan
pembangunan proyek infrastruktur, serta
daya beli yang terjaga sejalan dengan
tekanan inflasi yang rendah. Beberapa
kegiatan lain juga memengaruhi pengeluaran
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah
(Pilkada), kegiatan berskala internasional, seperti di Asian Games dan pertemuan tahunan
International Monetary FundWorld Bank (IMF-WB) dan aktivitas persiapan pemilihan umum
(Pemilu). Sementara itu, peran ekspor neto menurun dipengaruhi kinerja ekspor yang
melambat seiring pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, di tengah impor yang tumbuh
tinggi sejalan dengan kenaikan permintaan domestik. Ekspansi perekonomian dari sisi lapangan
usaha dipengaruhi oleh sektor sekunder dan sektor tersier. Sejalan dengan konsumsi dan
aktivitas impor barang yang tumbuh kuat, kinerja lapangan usaha (LU) perdagangan besar dan
eceran tumbuh tinggi. Peningkatan belanja pemerintah termasuk belanja yang terkait anggaran
pendidikan mendorong pertumbuhan LU jasa administrasi pemerintahan dan LU jasa
pendidikan. Kinerja LU konstruksi juga tumbuh kuat sejalan dengan percepatan penyelesaian
pembangunan proyek infrastruktur yang telah memasuki tahap akhir. Sementara itu, kinerja LU
industri pengolahan sebagai sektor dengan pangsa terbesar terhadap produk domestik bruto
(PDB), tumbuh stabil pada 2018. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi menguat di hampir
seluruh wilayah. Perekonomian Jawa dan Sumatera tumbuh membaik, bahkan Maluku-Papua
(Mapua) tumbuh lebih tinggi. Permintaan domestik yang kuat menjadi mesin utama
pertumbuhan Jawa dan Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Jawa yang kuat juga ditopang oleh
membaiknya ekspor seiring dengan meningkatnya kinerja LU industri pengolahan.
Perekonomian Mapua yang tumbuh tinggi dipengaruhi peningkatan kinerja ekspor tambang
yang signifikan. Berbeda dengan kinerja ekspor di Mapua, perkembangan ekspor tambang di
Kalimantan dan Bali-Nusa Tenggara (Bali-Nusra) menurun, sehingga berdampak pada laju
pertumbuhan ekonomi yang melambat di kedua wilayah ini. Sementara itu, perlambatan
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi lebih dipengaruhi oleh melambatnya investasi.
Keberlanjutan pemulihan ekonomi berpengaruh positif pada perbaikan kualitas pertumbuhan
ekonomi. Berbagai indikator kesejahteraan masyarakat seperti tingkat pengangguran,
kemiskinan, dan ketimpangan kembali menurun pada 2018. Perkembangan positif pasar
ketenagakerjaan tercermin pada penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang disertai
dengan perbaikan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Tingkat kemiskinan pada 2018
melanjutkan tren penurunan dan bahkan berada pada level terendah semenjak krisis ekonomi
1998. Indikator ketimpangan juga menunjukkan penurunan yang dipengaruhi oleh berbagai
upaya pemerintah untuk menjaga daya beli dan pengeluaran pada masyarakat kelompok
bawah di tengah daya beli dan pengeluaran kelompok 20% teratas yang menurun.
Permintaan domestik yang kuat banyak berperan dalam memengaruhi ekspansi pertumbuhan
ekonomi Indonesia 2018. Permintaan domestik pada 2018 bertumbuh sebesar 5,62%, tertinggi
sejak 2012, didorong pengeluaran konsumsi baik rumah tangga (RT), lembaga nonprofit yang
melayani rumah tangga (LNPRT) maupun Pemerintah. Selain itu, pertumbuhan pembentukan
modal tetap bruto (PMTB) yang tinggi, ditopang investasi nonbangunan dan investasi
bangunan, juga berkontribusi pada kenaikan permintaan domestik. Pemintaan domestik yang
kuat pada gilirannya dapat memitigasi kontribusi sektor eksternal yang pada 2018 secara neto
tercatat negatif akibat kinerja ekspor yang melambat dan impor yang tinggi (Tabel 2.1).
Ekspansi perekonomian 2018 dari sisi Lapangan Usaha (LU) banyak ditopang sektor sekunder
dan sektor tersier. Sejalan dengan permintaan domestik, pertumbuhan LU perdagangan besar
dan eceran mencapai 4,97%, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian 2017 sebesar 4,46%
(Tabel 2.2).
Kementerian Perindustrian menyatakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional
menunjukkan kinerja yang positif, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Pada kuartal I 2019, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian tercatat mencapai 18,98 persen.
Jumlah tersebut naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu di angka 7,46 persen
dan juga meningkat dari perolehan selama 2018 sebesar 8,73 persen.proses produksi spinning,
knitting, weaving, dyeing, printing dan finishing, serta sektor hilir yang berupa pabrik garmen
dan produk tekstil lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)Lampaui 18 Persen, industri tekstil dan pakaian
tumbuh paling tinggi. Produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada kuartal I 2019
naik 4,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan produksi IBS tersebut,
ditopang oleh produksi sektor industri pakaian jadi yang naik hingga 29,19 persen karena
melimpahnya order, terutama dari pasar ekspor.
Berdasarkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), saat ini
Indonesia menduduki peringkat kesembilan di dunia untuk manufacturing value added.
Posisi ini sejajar dengan Brasil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara
Asean lainnya. Oleh karena itu, Kemenperin terus memacu hilirisasi industri guna
meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
ANALISIS DATA
1. ANALISIS RESIKO
A. RESIKO USAHA
1. Resiko Produksi
Resiko produksi adalah resiko yang terjadi karena ketidak telitian dari produsen yang
berakibat suatu komplain dari konsumen terhadap barang yang dihasilkan oleh produsen.
Contohnya ketika suatu perusahaan memproduksi barang alam jumlah yang besar maka akan
membutuhkan bantuan mesin. Mesin bekerja secara otomatis sehingga produk yang dihasilkan
tidak dapat diteliti satu – persatu sebelum dijual kepada konsumen. Akibatnya apabila ada
barang cacat atau rusak yang sampai di tangan konsumen, maka konsumen akan mengajukan
complain. Dan apabila konsumen tersebut membicarakannya kepada calon pembeli yang lain
maka akan menurunkan penjuakan.
2. Resiko Pemasaran
Resiko pemasaran berkaitan erat dengan proses marketing dan pemasaran produk. Masalah
yang sering dihadapi adalah perusahaan sering kesulitan untuk mengusai teknik marketing
yang baik sehingga penjualan tidak mencapai target. Cara yang dapat dilakukan antara lain
adalah lebih sering mengikuti seminar atau workshop mengenai teknik-teknik marketing,
sering membaca buku, serta belajar langsung dari mentor atau seseorang yang telah sukses.
Intinya adalah Anda harus lebih memperluas ilmu pengetahuan dan wawasan.
3. Resiko Sumber Daya Manusia
Ketika suatu bisnis telah berkembang, maka dibutuhkan karyawan untuk membantu
menjalankan usaha tersebut. Maka dapat dilakukan perekrutan untuk karyawan baru. Namun,
sering erdapat masalah pada SDM seperti sifat pekerja yang kurang baik atau pemalas. Hal ini
tentunya akan menghambat jalannya usaha tersebut. Hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi resiko sumber daya manusia ini adalah dengan melakukan tes beberapa tahap dan
juga melaukan tes psiologi.
4. Resiko Finansial
Memiliki usaha dan bisnis berarti siap dengan resiko ketidakpastian income atau pendapatan
usaha. Tidak selamanya perusahaan akan memiliki keuntungan dalam jumlah besar. Perlu
diketahui bahwa resiko kerugian juga amatlah besar.
5. Resiko Lingkungan
Resiko lingkungan berasal dari tempat dimana perusahaan berdiri. Misalnya apabila memiliki
usaha catering, maka harus memikirkan limbah pabrik yang dhasilkan dari perusahaan..
6. Resiko Teknologi
Usaha yang dijalankan biasanya selain dibantu dengan tenaga karyawan, namun juga
menggunakan bantuan mesin atau teknologi. Masalah yang sering muncul adalah waktu
pemakaian alat yang harus selalu dipantau. Jika pemakaian alat terlalu lama dan tidak
dilakukan service secara berkala, maka kemungkinan alat akan rusak dan tidak dapat
dipergunakan. Hal ini merupakan kerugian bagi perusahaan, maka dari itu perawatan alat,
mesin dan teknologi benar-benar harus diperhatikan.
7. Resiko Permintaan Pasar
Pada umumnya suatu bisnis akan bertahan ketika berada di tahap maturity dan kemudian akan
memasuki tahap decline. Agar suatu bisnis dapat bertahan di pasar, maka harus selalu
berinovasi produk yang dapat dilakukan dan mengikuti tren pasar sehingga dapat menarik
konsumen.
8. Resiko Perbaikan
Apabila ingin melakukan perbaikan atau inovasi – inovasi dalam produk yang akan dipasarkan
harus memperhatikan faktor – faktor seperti kebutuhan pasar, inovasi produk dan laian – lain.
Karena perbaikan yang dilakukan pada produk bisa berakibat positif atau negatif pasa suatu
bisnis.
9. Resiko Kerjasama
Memilih partner dalam bekerja sama harus dilakukan dengan hati – hati dan selektif. Sebaiknya
partner yang dipilih sudah dikenal dengan baik, tidak memiliki catata, yang buruk, sehingga
dapat terhindar dari resiko penipuan dan merugikan perusahaan.
10. Resiko Peraturan Pemerintah
Sebagai pelaku usaha, sebaiknya mengikuti peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah
sehingga bisa mendapatkan jaminan usaha yang baik.
11. Resiko Pengembangan Asset
Ketika ingin melakukan pengembangan usaha, harus memperhatikan dan memperhitungkan
resiko – resiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat menyiapkan langkah yang tepat untuk
menghadapinya.
2. Pendatang Baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke industri tertentu, intensitas
persaingan antarperusahaan meningkat. Akan tetapi, hambatan untuk masuk, dapat mencakup
kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan
teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan,
kuatnya preferensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang
memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan
paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah
mapan, dan potensi kejenuhan pasar.
Pada banyak industri, perusahaan bersaing dekat dengan produsen produk substitusi
dalam industri yang berbeda. Keberadaan produk substitusi menciptakan batas harga tertinggi
yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk substitusi. Tekanan kompetisi
yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari
produk substitusi dan sejalan dengan biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun,
cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau
pangsa pasar yang didapat oleh produk tersebut, juga dengan memantau rencana perusahaan
untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
Ketika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, atau membeli dalam jumlah
besar, kekuatan tawar-menawar mereka menjadi kekuatan utama yang memengaruhi
intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan pesaing mungkin menawarkan garansi
yang lebih panjang atau jasa khusus untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan ketika kekuatan
tawar-menawar konsumen (bargaining power of consumer) cukup besar. Kekuatan tawar-
menawar konsumen juga lebih tinggi ketika yang dibeli adalah produk standar atau tidak
terdiferensiasi. Ketika kondisinya seperti ini, konsumen sering kali dapat bernegosiasi tentang
harga jual, cakupan garansi dan paket aksesori hingga ke tingkat yang lebih tinggi.
Keadaan persaingan perusahaan yang sejenis dengan PT. Trisula Textile saat ini dapat
dikatakan cukup kompetitif. Persaingan perusahaan sejenis merupakan ancaman yang sangat
besar bagi PT. Trisula Textile. Banyak perusahaan telstil besar yang dapat menjadi saingan dari
perusahaan ini seperti PT. Indorama Synthetics Tbk yang mencatatkan penjualan sekitar Rp.
8,98 triliun pada tahun 2015, PT. Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih dikenal dengan Sritex yang
mampu mencapai penjualan sekitar Rp. 8,3 triliun pada tahun 2015. Ada juga PT Pan Brothers
Tbk yang mencapai penjualan sekitar Rp. 5,5 triliun pada tahun 2015.
Jenis bisnis yang dijalankan oleh PT. Trisula Textile adalah sebuah bisnis yang sangat rentan
dengan masuknya pendatang baru karena pada bisnis ini sangat mudah untuk perusahaan baru
untuk masuk ke pasar. Ancaman pendatang baru yang harus diperhatikan oleh pihak PT. Trisula
Textile adalah ancaman yang berasal dari pasar – pasar internasional khususnya negara –
negara ASEAN. Beberapa negara yang dapat menjadi pesaing berat dalam industri tekstil
adalah Vietnam, Bangladesh, dan China.
Kehadiran produk substitusi menjadi ancaman bagi setiap perusahaan yang sudah beroperasi
dalam industri. PT. Trisula Textile memiliki produk substitusi seperti kain – kain lokal yang
memiliki nilai kearifan lokal yang lebih tinggi seperti kain batik tulis.
Bahan baku yang digunakan PT. Trisula Textile untuk memproduksi kain adalah benang
filament dan benang spun yang terdiri dari 100% polyster, rayon CD, nylon, cotton, serta
kombinasi dari berbagai macam benang. Bahan baku yang digunakan sebagian besar diperoleh
dari suplier lokal maupun suplier import.
Dalam hal ini, PT. Trisula Textile memiliki lebih dari 1 supplier atau pemasok yang berarti daya
tawar pemasok menjadi lebih rendah karena PT. Trisula Textile masih dapat memiliki alternatif
lain ubtuk memasok bahan baku yang dibutuhkan.
5. Daya Tawar Menawar Konsumen/Pembeli
Karena banyaknya perusahaan tekstil yang menawarkan berbagai macam kain yang
ditawarkan kepada konsumen, maka kekuatan tawar menawar konsumen sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan perusahaan. Konsumen merupakan salah satu faktor penghasil laba
perusahaan. Selain itu, konsumen juga memiliki banyak pertimbangan terhadap sejumlah
perusahaan pesaing yang menjual kain sejenis atau kain yang berbeda jenis dengan yang
ditawarkan oleh PT. Trisula Textile, serta konsumen memiliki kontribusi yang besar terhadap
total penjualan perusahaan. Oleh karena itu, hubungan antara perusahaan dengan konsumen
harus tetap terjaga dengan baik guna meningkatkan loyalitas dan kepuasan mereka. Kain yang
dibeli dari PT. Trisula Textile pada umumnya digunakan untuk membuat seragam. PT. Trisula
Textile telah mengekspor ke 14 negara.
ANALISIS SWOT
1. Strengths
Strengths Merupakan Kekuatan Yang Dimiliki Perusahaan Berupa Segala Sumber Daya
Yang Berasal Dari Faktor Internal Perusahaan. Strengths Yang Dimiliki Oleh Bank BRI Yaitu:
1. Memiliki Mesin Yang Mencakup Pembelian 12 Mesin Weaving Untuk Menjamin
Kepuasan Konsumen
Keberhasilan Perseroan Menjalankan Strategi Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan Kualitas
Produk Melalui Program Restrukturisasi Dan Revitalisasi Mesin Produksi Yang Mencakup
Pembelian 12 Mesin Weaving,Sehingga Mampu Memproduksi Jumlah Yang Lebih Tinggi
Dengan Biaya Produksi Yang Efisien.
2. Memiliki Banyak Penghargaan Dari Rekor Muri Hingga Tingkat Kementrian Terkait
Melalui Perolehan Penghargaan Dapat Menunjukkan Kinerja Perusahaan Yang Tinggi Terhadap
Capaian Visi Dan Misi Perusahaan. Hal Ini Merupakan Faktor Fundemental Dari Keberhasilan
Suatu Perusahaan .
Sumber: Laporan Tahunan PT.Trisula
3. Merek Dagang Dari Produk Tekstil Yang Dijual Perseroan Telah Didaftarkan Kepada
Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Untuk Mendapatkan
Sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Banyak Manfaat Bagi Suatu Perusahaan Apabila Produknya Telah Memilik Merk Dagang Yang
Secara Legal Terdaftar. Merk Dagang Merupakan Aset Tak Ternilai Bagi Suatu Perusahaan ,
Merek Dagang Dapat Meningkatkan Brand Value Seiring Dengan Pertumbuhan Bisnis Anda.
Semakin Besar, Maka Nilainya Semakin Berharga. Merek Dagang Juga Dapat Dikembangkan
Secara Fleksibel. Contohnya Jika Bisnis Anda Hanya Memproduksi Baju Dan Kedepannya Ingin
Ekspansi Pilihan Kosmetik. Dengan Reputasi Yang Telah Digapai Oleh Brand Anda, Maka Produk
Baru Pun Akan Dapat Cepat Dikenal.
4. Perseroan Memiliki Fasilitas Kerja Seperti 19 Unit Mesin Texturizing, 181 Unit Mesin
Twisting, 183unit Mesin Weaving, 8 Unit Mesin Sizing, 61 Unit Mesin Dyeing, 16 Unit Mesin
Inspecting, 7 Unit Mesin Packaging, 3 Unit Mesin Dyeing Finishing, 32 Unit Mesin Penunjang,
66 Unit Mesin Utility Area, 21 Unit Mesin Laboratorium Dan 13 Unit Mesin R & D.
Bagi Suatu Perusahaan Industri Manufaktur Seperti Tekstil,Kelengkapan Fasilitas Seperti Mesin
Produksi Merupakan Hal Yang Penting ,Dengan Begitu Perusahaan Dapat Meningkatkan Hasil
Produksi Dan Menekan Biaya Produksi,Karena Fasilitas Tersebut Telah Menjadi Aset
Perusahaan,Yang Pada Akhirnya Akan Mampu Meningkatkan Pendapatan Bagi Perusahaan.
5. Merek Utama Yang Dimiliki Oleh PT Trisula Textile Industries Tbk Adalah “Bellini” Dan
“Caterina”.
Merek Ini Telah Mencapai Pasar Lokal Maupun Ekspor, Yakni Ke Wilayah Asia, Amerika,
Amerika Latin, Timur Tengah Dan Australia.
Atas Analisis Strengths Di Atas Dilakukan Pembobotan Dan Pemberian Skor
(Rating) Sebagai Berikut:
No Strengths Bobot Skor Total
1 Memiliki Mesin Yang Mencakup Pembelian 12 Mesin
Weaving Untuk Menjamin Kepuasan Konsumen 30 4 120
2. Weaknesses
Weaknesses Merupakan Kelemahan Yang Dimiliki Perusahaan Dan Berasal Dari Faktor
Internal Perusahaan. Weaknesses PT Trisula Textille Industries Yaitu:
1. Masih Sedikitnya Karyawan Atau Petugas Quality Control
Kurangnya Petugas Quality Control Dari Sisi Jumlah Merupakan Hal Yang Harus Digaris Bawahi
Dan Perlu Segera Di Evaluasi Mengingat Pangsa Pasar PT Trisula Telah Mencapai Pasar Luar
Negeri.
2. Kurang Memperhatikan Karyawan
Kenyamanan Karyawan Dalam Bekerja Juga Harus Diperhatikan. Hal Tersebut Memengaruhi
Loyalitas Seorang Karyawan. Jika Seorang Karyawan Tidak Loyal Terhadap Perusahaan,
Performa Perusahaan Dapat Terhambat.
3. Minimnya Sumber Daya Yang Dapat Memperbaiki Permasalahan Di Bidang IT
Kurangnya Sumber Daya Yang Dapat Memperbaiki Berbagai Permasalahan Di Bidang IT
Menyebabkan Terhambatnya Kinerja Perusahaan. Sebagaimana Diketahui Dalam Proses Bisnis
Perbankan Diperlukan IT Yang Mumpuni Dalam Berbagai Kegiatannya Sehingga Juga
Dibutuhkan Sumber Daya Yang Ahli Dalam Bidang Tersebut. Apalagi Dari Segi Aset Perusahaan
Di Bidang Mesin Telah Mumpuni.
4. Segmentasi Pasar Terbatas Pada Produksi Seragam
Mengingat Investasi PT Trisula Pada Mesin Begitu Baik,Pihak Manajemen Belum Mampu
Mengoptimalkan Hal Tersebut,Karena Masih Terus Berkonsentrasi Pada Produk Seragam.
Atas Analisis Weaknesses Di Atas Dilakukan Pembobotan Dan Pemberian Skor (Rating)
Sebagai Berikut:
3. Opportunities
Opportunities Merupakan Peluang Yang Dihadapi Perusahaan Dan Berasal Dari Kondisi
Eksternal Serta Bersifat Menguntungkan Bagi Perkembangan Perusahaan Tersebut. Adapun
Opportunities Yang Dihadapi Oleh PT. Trisula Ialah:
1. Kementrian Perindustrian Memfasilitasi Kepada Pengusaha Tekstil Khusunya Dalam
Kemudahan Melakukan Ekspansi
Bank Indonesia Pun Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Di Tahun 2019 Berkisar
Antara 5%-5,4% Dengan Tingkat Inflasi Sekitar 2,5%-4,5%. Tak Hanya Itu, Kementerian
Perindustrian Telah Menyatakan Kesiapannya Memfasilitasi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil
Yang Berniat Ekspansi Di Tahun Ini, Antara Lain Kemudahan Untuk Mendapatkan Mesin Dan
Barang Modal Yang Lebih Cepat, Serta Jaminan Akses Terhadap Ketersediaan Bahan Baku.
2. 2019,Merupakan Tahun Politik Yang Berdampak Positif Pada Industri Padat Karya,Seperti
Industri Tekstil
Kementerian Perindustrian (Kemperin) Mematok Pertumbuhan Industri 2019 Sebesar 5,4%,
Sedangkan Target Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Mencapai 5,3%.Kemperin Meyakini,
Industri Manufaktur Bisa Tancap Gas Tahun Ini, Seiring Digelarnya Pemilihan Presiden (Pilpres)
Dan Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) Secara Serempak April 2019. Saat Pesta Demokrasi
Digelar, Sektor-Sektor Manufaktur Andalan Diprediksi Berkibar, Karena Produk Yang Dihasilkan
Digunakan Saat Kampanye.
Atas Analisis Threats Di Atas Dilakukan Pembobotan Dan Pemberian Skor (Rating)
Sebagai Berikut:
No Threats Bobot Skor Total
1 Mahalnya Tarif Listrik Di Indonesia 15 3 45
2 Biaya Logistik Dan Sarana Infrastruktir Yang Belum
Sepenuhnya Mendukung Perkembangan Industri
30 4 120
Tekstil
Berdasarkan Hasil Analisis SWOT Di Atas Diperoleh Skor Strengths Sebesar 345,
Weaknesses Sebesar 340, Opportunities Sebesar 380, Dan Threats Sebesar 315. Untuk
Mengetahui Indikasi Strategi Yang Dijalankan PT.Trisula Textile Maka Atas Skor-Skor Tersebut
Ditentukan Selisihnya.
Dengan Demikian, Selisih Antara Strengths Dan Weaknesses Sebesar 20 (360 – 340) Dan
Selisih Antara Opportunities Dan Threats Sebesar 25 (340 – 315). Atas Perhitungan Tersebut
Dapat Diketahui Skor Jatuh Di Kuadran Pertama Sehingga Strategi Yang Akan Diambil PT.Trisula
Textie Adalah Strategi Ekspansif. Dalam Hal Ini PT.Trisula Textile Dapat Melakukan Ekspansi
Dengan Mengoptimalkan Segala Aset Produksi Yang Dimilikinya Serta Mampu Memperluas
Jenis Produksi,Misalnya Tidak Hanya Sebagai Penyedia Seragam Yang Bekerja Sama Pada
Lembaga-Lembaga Tertentu Saja,Namun Dengan Melebarkan Sayapnya Sebagai Penyedia Kain
Pada Brand-Brand Fashion Lokal Maupun Internasional,Serta Meningkatkan Kompetensi SDM
Yang Dimiliki. Akan Tetapi Untuk Mengimbanginya PT.Trisula Textile Perlu Tetap
Meminimalkan Kelemahan-Kelemahan Dan Mengantisipasi Ancaman Yang Berpotensi
Dihadapi.
2. METODE PENILAIAN
Sales
Tahun Penjualan Neto
Growth
2015 547.877.074.117
2016 416.162.129.906 -24,04%
2017 446.128.910.614 7,20%
2018 561.373.657.827 25,83%
Average 3,00%
Penilai mengsumsikan besarnya neto tahun berjalan selalu sama untuk tahun ke
depannya dengan dasarnya adalah besar proporsi laba neto tahun berjalan terhadap
penjualan neto tahun 2018
Masa Proyeksi
Penilai berasumsi bahwa masa proyeksi dilakukan selama empat tahun dan proyeksi arus
kas akan mulai stabil pada tahun proyeksi kelima
Multiple sebagai key valuation factor adalah angka pengali yang akan digunakan untuk
mengkonversi nilai buku ekuitas/BVIC dari perusahaan yang dinilai menjadi nilai pasar wajar.
Nilai yang dihasilkan didasarkan atas multiples dari harga saham publik terhadap variabel
keuangan fundamental perusahaan.
b.
d.
- Cocok jika bru saja dilakukan penilaian nilai pasar saham ( sudah disesuaikan ke nilai
pasar wajarnya)
b.
- Cocok digunakan untuk perusahaan pembanding yang nilai aset tetapnya jauh berbeda
signifikan dengan perusahaan objek penialaian ( sehingga depresiasi dan amortisasi
atas aset tidak diperhitungkan)
c.
d.
- Cocok diterapkan untuk perusahaan yang beru direvaluasi karena MV mendekati BV
nya.
3. INDIKASI NILAI
A. Metode DCF
Untuk penilaian dengan menggunakan DCF, tedapat 2 pilihan arus kas untuk didiskonto yaitu
arus kas bersih untuk ekuitas dan arus kas bersih untuk perusahaan. Dalam penilaian ini, arus
kas bersih yang akan disunakan sebagai economic income yang didikonto untuk diajdikan
indikasi nilai bisnis adalah arus kas bersih untuk perusahaan (Free Cash Floe to Firm).
Pengertian AKB berarti bahwa arus kas bersih yang diperoleh sudah bebas dari kewajiban
penyediaan peneluaran barang modal, baik untuk mempertahankan operasi perusahaan saat
ini maupun penyediaan cadangan untuk penggantian (reserve for replacement), modal kerja,
dan untuk pertumbuhan melalui penyediaaan dana tambahan pengeluaran barang modal yang
dihitung dengan cara sebagai berikut :
EAT
+ Depresiasi / amortisasi
+ Interest
- Changes in net fixed asset
Uraian 2018 1 2 3 4
Aset
Total
342.554.52 352.821.95 363.397.14 374.289.29 385.507.92
aset
3.490 9.397 2.635 7.358 4.198
lancar
Aset
Tidak
Lancar
Investas
i pada 288.168.61 296.805.92 305.702.13 314.864.99 324.302.48
Entitas 0 9 6 0 3
Asosiasi
Aset 328.030.29 337.862.39 347.989.19 358.419.52 369.162.48
tetap 8.120 7.335 5.472 5.583 5.475
Akumul
asi 166.310.81 171.295.67 176.429.94 181.718.10 187.164.76
penyusu 4.714 2.638 2.424 2.415 5.185
tan
Aset
161.719.48 166.566.72 171.559.25 176.701.42 181.997.72
tetap
3.406 4.697 3.048 3.167 0.290
bersih
Aset 9.926.193.2 10.223.712. 10.530.149. 10.845.770. 11.170.852.
pajak 67 483 285 961 811
tangguh
an -neto
Aset
tidak 473.803.00 488.004.36 502.631.39 517.696.83 533.213.83
lancar 0 5 0 3 5
lain
Total
Aset 172.407.64 177.575.24 182.897.73 188.379.75 194.026.08
Tidak 8.283 7.475 5.859 5.951 9.419
Lancar
Total 514.962.17 530.397.20 546.294.87 562.669.05 579.534.01
Aset 1.773 6.872 8.494 3.309 3.617
Liabilita
s
Total
Liabilita 218.191.27 224.731.15 231.467.04 238.404.84 245.550.58
s Jangka 1.919 0.234 9.261 4.356 6.980
Pendek
Total
Liabilita 36.572.810. 37.669.012. 38.798.070. 39.960.970. 41.158.726.
s Jangka 012 097 804 949 868
Panjang
Total
254.764.08 262.400.16 270.265.12 278.365.81 286.709.31
Liabilita
1.931 2.331 0.065 5.306 3.848
s
Total 260.198.08 267.997.04 276.029.75 284.303.23 292.824.69
Ekuitas 9.842 4.541 8.429 8.003 9.769
Total
Liabilita 514.962.17 530.397.20 546.294.87 562.669.05 579.534.01
s dan 1.773 6.872 8.494 3.309 3.617
Ekuitas
2. Menentukan Tingkat Diskonto dan Tingkat Kapitalisasi
2.1 Menentukan Expected Rate of Return pada Market Portfolio (Rm)
Tanggal Harga IHSG
20 Juni 2018 5.884,04
19 Juni 2019 6.339,26
Expected Rate of Return (Rm) 7,737%
Uraian
Tingkat diskonto 7,6%
Tingkat pertumbuhan 2,997%
Tingkat kapitalisasi 4,6%
2018 1 2 3 4 TV
Laba Neto
24.022.782.72 24.742.821.04 25.484.441.16 26.248.289.98 27.035.033.74
Tahun
5 0 7 1 4
Berjalan
+Penyusuta 12.592.629.47
4.984.857.924 5.134.269.786 5.288.159.991 5.446.662.770
n 5
-Kenaikan
52.073.005.08 10.126.798.13 10.430.330.11 10.742.959.89
Capital 9.832.099.215
5 6 1 2
Expenditure
-Kenaikan - 3.727.557.592 3.839.284.211 3.954.359.628 4.072.884.216
Working 21.073.226.17
Capital 8
+Kenaikan
Utang -
1.096.202.085 1.129.058.707 1.162.900.146 1.197.755.919
Jangka 777.695.738
Panjang
17.264.224.24 17.781.687.31 18.314.660.37 18.863.608.32
FCFE 4.837.937.555 422.343.604.130
1 3 9 4
DF 0,929388764 0,863763475 0,802772069 0,746087341 0,746087341
16.045.176.03 15.359.172.02 14.702.497.79 14.073.899.36
PV 315.105.216.443
2 4 7 9
Nilai ekuitas 375.285.961.665
4. Kesimpulan Nilai
Setelah melakukan penilaian ekuitas perusahaan dengan menggunakan
pendekatan pendapatan dengan metode DCF, maka Penilai dapat menarik
kesimpulan bahwa Nilai Pasar Wajar Ekuitas Perusahaan per tanggal penilaian
adalah sebesar Rp 375.285.961.665.
Aset Index
No Perusahaan
2015 2016 2017 2018 Rata-rata
BELL
1 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
(Objek)
2 ARGO 4,39 4,02 2,86 2,48 3,44
3 ERTX 1,78 1,82 1,72 1,76 1,77
4 ESTI 1,91 1,71 1,79 3,03 2,11
5 HDTX 11,88 12,23 8,66 1,14 8,48
6 INDR 27,10 29,32 23,26 22,66 25,59
7 MYTX 4,73 4,17 7,42 7,28 5,90
8 SRSN 1,40 1,85 1,40 1,33 1,50
9 TFCO 10,61 11,16 1,95 9,05 8,19
10 MYRX 20,20 21,68 21,48 22,57 21,48
11 SSTM 1,76 1,73 1,30 1,77 1,64
12 ADMG 14,14 13,19 10,88 7,89 11,53
Terlihat bahwa ada beberapa perusahaan pembanding yang memiliki rata-rata
aset index yang terlalu besar. Dalam hal ini, Penilai membatasi besarnya aset index
adalah maksimum 2, sehingga Penilai mengeliminasi beberapa data perusahaan
pembanding sehingga perusahaan yang tersisa adalah sebagai berikut:
No Perusahaan
1 BELL (Objek)
2 ERTX
3 SRSN
4 SSTM
No Perusahaan
1 ERTX
2 SRSN
3. Proses Penilaian
Bobo Bobot
Multiple R F Indikasi Nilai
t Tertimbang
0,4502835 561.373.657.8 252.777.346.4 84.259.115.49
P/S 1/3
91 27 88 6
8,9690967 24.022.782.72 215.462.661.2 71.820.887.09
P/E 1/3
01 5 89 6
0,7703502 260.198.089.8 200.443.663.5 66.814.554.50
P/BV 1/3
5 42 19 6
222.894.557.0
Rata-rata Tertimbang Nilai Perkiraan Ekuitas
98
4. Kesimpulan Nilai
Setelah melakukan penilaian ekuitas perusahaan dengan menggunakan
pendekatan data pasar dengan GCM, maka Penilai dapat menarik kesimpulan
bahwa Nilai Pasar Wajar Ekuitas Perusahaan per tanggal penilaian adalah sebesar
Rp 222.894.557.098.
C. Rekonsiliasi Nilai
Setelah melakukan penilaian ekuitas perusahaan dengan menggunakan pendekatan
pendapatan dengan metode DCF serta pendekatan data pasar dengan GCM, maka Penilai dapat
menarik kesimpulan bahwa Nilai Pasar Wajar Ekuitas Perusahaan adalah sesuai dengan Nilai
Pasar Wajar Ekuitas yang diperoleh menggunakan pendekatan pendapatan dengan metode DCF
dan pendekatan data pasar dengan GCM
Berdasarkan hasil perhitungan Nilai Pasar Wajar Ekuitas Perusahaan dengan
menggunakan pendekatan pendapatan dan pendekatan aset tersebut, maka hasil rekonsiliasi
Nilai Pasar Wajar Ekuitas Perusahaan untuk posisi per 19 Juni 2019 adalah sebagai berikut:
Metode Penilaian Nilai Bobot Bobot Nilai
Pendekatan Data
Pasar 222.894.557.098 40% 89.157.822.839
Pendekatan
Pendapatan 375.285.961.665 60% 225.171.576.999
Nilai Pasar Wajar 314.329.399.838
Pembulatan 314.329.400.000