Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama dan setelah selesai masa hubungan kerja, baik pada pekerjaan yang
menghasilkan barang maupun pekerjaan berupa.
Lebih lanjut, tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja yang mempunyai keahlian pada bidang tertentu atau khusus yang diperoleh dari
bidang pendidikan. Sebagai contoh: dosen, dokter, guru, pengacara, akuntan dan sebagainya.
b.Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidang tertentu atau khusus yang diperoleh dari
pengalaman dan latihan. Sebagai contoh: supir, tukang jahit, montir dan sebagainya.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja yang mengandalkan tenaga, tidak memerlukan pendidikan maupun pelatihan
terlebih dahulu. Sebagai contoh: kuli, pembantu rumah tangga, buruh kasar dan sebagainya.
Klasifikasi diatas mendorong pengaturan terkait pelatihan kerja sebagaimana diatur dalam Bab V
UU 13/2013, agar kualifikasi tenaga kerja Indonesia dapat semakin baik.
Dalam pelaksanaan ketenagakerjaan, pelaku usaha dan tenaga kerja mengikatkan diri dalam
suatu hubunga hukkum melalui ikatan atau perjanjian kerja yang sudah disepakati oleh kedua
belah pihak, bersifat tertulis atau lisan dan dilandasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Hak dan kewajiban antara pengusaha dan tenaga kerja
juga menjadi perhatian demi menciptakan keamanan dan kenyamanan saat melakukan aktivitas
pekerjaan.
Apabila timbul perselisihan antara pengusaha dan tenaga kerja, maka hukum yang mengatur
adalah Undang Undang No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Setiap bentuk perselisihan memiliki cara atau prosedur yang berlaku dan harus diikuti
oleh kedua belah pihak baik itu melalui cara berunding, mediasi, konsiliasi, arbitrase maupun
diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.
MASALAH KETENAGAKERJAAN
Masalah ketenagakerjaan dapat timbul karena beberapa faktor seperti pendidikan, kesempatan
kerja maupun pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Hal ini dialami oleh banyak negara
yang termasuk Indonesia, karena hingga saat ini masih banyak pengangguran atau lebih tepatnya
lagi orang yang tidak dapat bekerja karena minimnya lapangan pekerjaan.
1. Angkatan kerja
Angkatan kerja merupakan kelompok penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau sedang
mencari pekerjaan. Pada angkatan kerja dikenal juga sebagai kelompok usia produktif.
2. Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja merupakan penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja. Tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Kelompok tenaga kerja bukan angakatan
kerja disebut juga sebagai pengangguran
2. Keterampilan
Memiliki sejumlah keterampilan sangat diperlukan bagi tenaga kerja. Dengan mengantongi
keterampilan tertentu dapat menjadi nilai tambah para tenaga kerja dalam persaingan
mendapatkan pekerjaan.
Biasanya, faktor ekonomi turut berperan dalam menghambat para tenaga kerja mendapatkan
keterampilan tertentu lantaran keterbatasan biaya. Namun bukan berarti skill atau
keterampilan sulit didapatkan.
Saat ini sudah banyak program pelatihan, workshop, maupun sertifikasi yang bisa diakses secara
gratis guna meningkatkan daya saing.
4. PHK
Pesangon karyawan PHK seringkali tidak sesuai nominalnya, lama prosesnya, bahkan tidak
dibayarkan.
PHK karyawan bisa terjadi karena banyak hal di antaranya perusahaan pailit, peleburan,
pemisahan, pengusaha tidak bersedia menerima tenaga kerja di perusahaan.
Selain itu, kondisi pandemi corona juga membuat ekonomi lesu yang mengakibatkan banyak
perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan membuat pekerja kehilangan
pekerjaan.
Pengawas juga menemukan perusahaan membayar upah tenaga kerja lebih rendah dari ketentuan
upah minimum Kabupaten Langkat.
Perusahaan juga tidak mengikut sertakan pekerjanya dalam program jaminan sosial yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. “Hanya satu pekerja yang
sudah didaftarkan pada BPJS Ketenagakerjaan, selebihnya belum.”
Selanjutnya Hanif menyebutkan perusahaan belum melaksanakan sepenuhnya syarat-syarat
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).
Dari olah tempat kejadian perkara, diketahui sumber api berasal dari pintu belakang yang
menjadi akses keluar masuk pekerja. Sedangkan pintu depan terkunci. Sehingga saat terjadi
kebakaran para pekerja tak bisa keluar menyelamatkan diri karena tidak ada jalur evakuasi.
Perusahaan juga tidak memiliki alat pemadam kebakaran dan sirkulasi udara yang memenuhi
syarat. Pabrik tidak dilengkapi fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), tidak
tersedia alat pelindung diri (APD), serta berbagai pelanggaran lain.
Sumber:
https://www.dslalawfirm.com/pengertian-masalah-peraturan-ketenagakerjaan/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/14/130000269/ketenagakerjaan-pengertian-
kelompok-dan-klasifikasi-tenaga-kerja?page=all
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210223144414-104-609845/5-masalah-
ketenagakerjaan-di-indonesia
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/14/154500069/masalah-ketenagakerjaan-di-
indonesia?page=all
https://kabar24.bisnis.com/read/20190624/15/937237/ini-deretan-pelanggaran-ketenagakerjaan-
pabrik-korek-api-yang-tewaskan-30-orang.