Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


“ HIPERTENSI “

OLEH

EVI SEPRIANI, S.KEP (20.14901.11.11)

Dosen Pembimbing : ARIS CITRA WISUDA, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2020
A. Defenisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal
dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau
beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal (Wijaya, A, S & Putri, Y, M, 2013).
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas
normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg
(Smelttzer & Bare, 2002) dalam Ode, S, L 2012).
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg,
sedangkan tekanan darah lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah
di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (garis batas hipertensi).
Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti, W, J 2010).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastolnya antara 95-104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastolnya antara 105 dan 144 mmHg dan hipertensi berat bila tekanan
diastolnya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastol karena
dianggap lebih serius dari pengingkatan sistolik, (Padila, 2013 dalam Karina Deah, 2017).

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Jantung

Gambar 1
Anatomi Jantung

(Sumber: Simon dalam muttaqin, 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler, Hal. 100)

Secara anatomis jantung terletak di dalam rongga dada (thoraks) yaitu pada rongga

mediastinum dan di antara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut

perikardium, yang terdiri atas dua lapisan :


1. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput

paru.

2. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan yang langsung melapisi jantung, yang

juga disebut epikardium (Muttaqin, A, 2009).

Struktur dan Fungsi Jantung

Struktur Fungsi
Vena cava Sebagai reservoir dan jalan darah menuju atrium kanan.
Atrium Kanan Menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kanan.
Katup Mencegah aliran darah balik selama ventrikel melakukan
Atrioventrikular kontraksi (sistolik).
Katup
Trikuspidalis
Ventrikel kanan Memompa darah yang mengandung karbon dioksida ke
sirkulasi pulmonary
Katup semilunar Mencegah aliran darah balik selama ventrikel melakukan
Katup pulmonar relaksasi (diastolik).
Katup aorta
Arteri pulmonar Membawa darah yang mengandung karbon dioksida ke
sirkulasi pulmonar dari ventrikel kanan
Vena pulmonar Mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke atrium kiri.

Atrium kiri Menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kiri.


Melakukan kontraksi dan sebagai jalur pengisian pasif
ventrikel kiri.
Ventrikel kiri Memompa darah yang mengandung oksigen ke sirkulasi
sitematis
Aorta Mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke sirkulasi
sistemis.

(Sumber: Perry dan Potter,1983 dalam Muttaqin, A, 2009)

2. Fisiologi Jantung
Fisiologi jantung menurut Syaifuddin, (2013) yaitu:
 Fungsi jantung sebagai pompa. Tiap siklus jantung terdiri atas sistole dan diastole
secara berurutan dan teratur dengan adanya katup jantung yang terbuka dan tertutup.
 Fungsi atrium sebagai pompa. Dalam keadaan normal, darah mengalir terus menerus
dari vena-vena besar kedalam atrium. Kira-kira 70% aliran ini langsung mengalir
dari atrium ke ventrikel walaupun atrium belum berkontraksi, selanjutnya kontraksi
atrium mengadakan pengisian 30% karena atrium hanya berfungsi sebagai pompa
primer untuk meningkatkan keaktifan ventrikel.
 Fungsi ventrikel sebagai pompa :
1. Pengisian ventrikel selama sistole. Ventrikel sejumlah darah tertimbun dalam
atrium karena atrium dan ventrikel tertutup. Setelah sistole berakhir, tekanan
ventrikel turun sampai ke diastolik terendah.
2. Pengosongan ventrikel selama sistole. Bila kontraksi ventrikel mulai, tekana
ventrikel menutup, untuk proses ini diperlukan penambahan waktu 0,02-0,03
detik.
3. Periode ejeksi. Bila tekanan ventrike kiri meningkat sedikit di atas 80 mmHg,
maka tekanan ventrikel kanan meningkat sedikit di atas 8 mmHg. Tekanan
ventrikel mendorong terbukanya katup seminularis sehingga darah mulai keluar
segera dari ventrikel.
4. Proto (rangkaian) diastole. Hampir tidak ada aliran darah dari ventrikel yang
masuk ke arteri besar walaupun otot ventrikel tetap berkontraksi.
5. Periode relaksasi sistemik. Pada akhir sistole, relaksasi ventrikel dimulai dengan
tiba-tiba dan memungkinkan tekanan dalam ventrikel turun dengan cepat.
Volume akhir diastole. Selama diastole pengisian ventrikel dalam keadaan normal
yaitu meningkatkan setiap ventrikel sekitar 120-130 ml, volume ini dinamakan
volume akhir diastolik. Pada waktu ventrikel kosong selama sistole, volume
berkurang 70 ml, dan dinamakan isi kuncup, volume yang tersisa dalam tiap-tiap
ventrikel 50-60 ml dinamakan akhir sistolik.

 Fungsi katup. Katup atrioventrikular (trikuspidalis dan bikuspidalis) mencegah


pengaliran balik darah dari ventrikel ke atrium selama systole, sedangkan katup
seminularis (aorta dan pulmonalis) mencegah aliran balik dari aorta dan arteri
pulmonalis ke dalam ventrikel selama periode systole.

C. Etiologi
Menurut Menurut Long (1995), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003) dan Yayasan jantung
Indonesia (2007) dalam (Ode,S,L, 2012) menyatakan penyebab hipertensi dapat dibedakan
menurut jenis hipertensi yaitu :
1. Hipertensi primer (essensial) merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena
retensi air dan garam yang tidak normal , sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, emosi yang terganggu/stress dan merokok.
2. Hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit
kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra
kranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu misal obat kontraspsi.

Menurut Apriyanti, 2009 Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan sebagai akibat adanya penyakit
lain.
Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang lebih sering terjadi pada banyak orang.
Penyebab dasar yang mendasarinya tidak selalu diketahui, namun dapat terdiri dari
beberapa faktor antara lain :
1. Tekanan darah tidak terdeteksi (diastolik < 90 mmHg, Sistolik > 105 mmHg)
2. Peningkatan kolesterol plasma (> 240-250 mg/dl)
3. Kebiasaan merokok/ alcohol
4. Kelebihan berat badan / kegemukan / obesitas
5. Kurang olahraga
6. Penggunaan garam yang berlebihan
7. Peradangan ditandai peningkatan reactive
8. Gagal ginjal
9. Faktor genetik
Faktor ini bisa dikendalikan. jika seseorang memiliki orangtua atau saudara yang
memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi
yang lebih besar. Statistik menunjukan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih
tinggi pada kembar identik dari pada yang kembar tidak identik.
10. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah anda saat muda akan sama ketika anda bertambah
usia.

D. Tanda dan Gejala


Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (dalam Sarif La Ode,S, L, 2012)
mengemukakan bahwa manifestasi klinis yag sering tampak. Pada beberapa pasien
mengeluh sakit kepala, pusing, muntah, kelemahan otot, epistaksis bahkan ada yang
mengalami perubahan mental.
Sedangkan menurut Crown (2000) dalam (Wijaya, A, S & Putri, Y, M, 2013)
menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul yaitu :
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

E. Klasifikasi
Menurut Andra S W & Yessie (2013), hipertensi diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu:
1. Hipertensi Esensial (primer), dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara
pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti :
faktor genetic, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan
penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium).
2. Hipertensi Sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga
lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder di
antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta,
dan kelainan endokrin lainnya seperti obesitas dan lain-lain.
Berdasarkan Joint National Committee VII

No Derajat Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1. Normal <120 <80
2. Pre-hipertensi 120 – 139 80 – 89

3. Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99


4. Hipertensi derajat II ≥160 ≥100
(Sumber : JNC VII ,2013 dalam Wijaya, A, S & Putri, Y, M, 2013)

Menurut Europian Society of Cardiology:

No Derajat Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. Normal tinggi 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
5. Hipertensi derajat II 160 -179 100 – 109
6. Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110
7. Hipertensi Sistolik terisolasi ≥ 190 >90
(Sumber : ESC ,2007 dalam Wijaya, A, S & Putri, Y, M, 2013)

F. Komplikasi
Menurut Adapun Menurut Ode, S, L (2012), ada beberapa jenis penyakit lain yang bisa
ditimbulkan akibat seseorang menderita Hipertensi, yaitu :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,Transient Ischemic Attack
(TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, Infark Miocard Acut (IMA).
3. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina dan oedema pupil
G. Patofisiologi
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Udjianti,W, J (2010) yaitu :
1. Hitung darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai
viskositas dan indiktor faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah
a. BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal renal
b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi)
c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi
pembentukan plaque atheromatus
d. Kadar serum aldosteron: menilai adanya hipertirodisme primer
e. Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi.
3. Elektrolit
a. Serum potasium atau kalium
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi
4. Urine
a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan
disfungsi renal atau diabetes.
b. Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar mengindikasikan adanya
pheochromacytoma.
c. Steroid urin: peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,
pheochromacytoma atau disfungsi pituitary
5. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia

I. Tindakan Umum yang dilakukan


Menurut Padila (2013), pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas

dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi

meliputi :

1. Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan

suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

 Penurunan berat badan


 Penurunan asupan etanol

 Menghentikan merokok

 Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

c. Edukasi psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

 Teknik biofeedback adalah teknik yang dipakai untuk menunjukan pada subjek

tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subjek dianggap tidak

normal. Biasanya dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala

dan migraine, juga untuk gangguan kecemasan seperti kecemasan dan ketegangan.

 Teknik relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi

ketegangan atau kecemasan dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

d. Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)


Untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan :
1. Dosis obat pertama dinaikan
2. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3. Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diueretika,beta blocker, Ca
antagonis, Alpa Blocker, clonidine, reserphin, vasodilator.
c. Step 3 : Alternative yang bisa ditempuh
1. Obat ke-2 diganti
2. Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternative pemberian obatnya
1. Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2. Re-evaluasi dan konsultasi
Asuhan Keperawatan Teoritis
J. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada hipertensi menurut Udjianti,W, J (2010) sebagai berikut :
1. Keluhan : fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan
frekuensi denyut jantung, disritmia dan takipnea.
2. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner, atau
stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak.
Temuan fisik meliputi hal – hal berikut ini :
a. Tekanan darah tinggi (diukur secara serial)
b. Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu
c. Nadi meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis, perbedaan denyut nadi
atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia.
d. Denyut apical bergeser dan atau kuat angkat
e. Denyut jantung takikardi, disritmia
f. Bunyi jantung S2 mengeras, S3 ( gejala CHF dini )
g. Murmur dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup
h. Vascular bruit terdengar di atas karotis, femoral, atau epigastrium (arteri stenosis),
distensi vena jugularis (kongesti vena)
i. Perifer suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat ( > 2 detik),
sianosis, diaphoresis atau flushing (pheochromocytoma)
3. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis (mungkin
mengindikasikan gangguan cerebral). Perubahan fisik meliputi kegelisahan , penyempitan
lapang perhatian, menangis, otot wajah tegang terutama sekitar mata, menarik napas
panjang dan pola bicara cepat.
4. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik produksi urin <50 ml/jam
atau oliguri.
5. Riwayat mengkonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi garam, dan tinggi
kalori.
6. Neurosensori melaporkan serangan pusing atau pening, sakit kepala berdenyut di
suboksipital, episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi badan.
7. Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha claudcication ( indikasi arteriosklerosis
pada eksremitas bawah ), sakit kepala hebat di oksipital, nyeri atau teraba massa di
abdomen (pheochromocytoma)
8. Respirasi mengeluh sesak napas saat aktivitas, takipnea, orthopnea, PND, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok.
9. Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paresthesia unilateral transient episodic,
penggunaan kontrasepsi oral.
K. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
3. Kelebihan cairan berhubungan dengan edema
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
5. Ketidaefektifan koping berhubungan dengan krisis situasional / maturasional, metode
koping tidak efektif.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang minim tentang hipertensi.
7. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.
8. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan menurunnya suplai
oksigen ke otak.
9. Resiko cidera atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan kabur, rupture pembuluh
darah otak.

L. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan NANDA Nursing Intervention Clasification (NIC) Nursing

Outcome Clasification (NOC)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria hasil (NOC) Intervensi


(NIC)
1. Penurunan curah jantung NOC (Kriteria Hasil): NIC :
berhubungan dengan Perawatan Jantung
peningkatan beban kerja - Menunjukan curah jantung - Evaluasi adanya nyeri
jantung yang memuaskan dibuktikan dada (intensitas, lokasi,
dengan Efektivitas Pompa durasi)
Jantung - Catat adanya disritmia
- Menunjukan tingkat jantung
pengaliran darah yang tidak - Catat adanya tanda dan
terhambat & satu arah. gejala penurunan curah
- Tanda Vital dalam rentang jantung
normal (tekanan darah, nadi, - Monitor status
respirasi, suhu, dan nyeri) kardiovaskuler
- Tidak ada penurunan - Monitor status pernapasan
kesadaran yang menandakan gagal
jantung
- Monitor adanya perubahan
tekanan darah
- Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
- Atur periode latihan dan
istirahat utuk menghindari
kelelahan
- Monitor adanya dyspnea,
fatique & takipnea.
- Posisikan pasien semi
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung yang
sesuai (batasi asupan
kafein natrium, kolesterol
dan makanan tinggi
lemak.

Memonitor Tanda Vital


- Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
- Monitor vital sign pada
saat saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
- Monitor TD, nadi , RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.

2. Intoleransi aktivitas NOC (Kriteria Hasil): NIC :


berhubungan dengan Terapi Aktivitas
kelemahan. - Klien mampu berpartisipasi - Identifikasi defisit tingkat
dalam aktivitas fisik yang aktifitas
dibutuhkan dengan denyut - Identifikasi makna
jantung, frekuensi aktifitas rutin
pernapasan dan tekanan - Kolaborasi dengan tenaga
darah dalam batas normal rehabilitasi medic dalam
- klien mampu melakukan merencanakan program
aktivitas yang dibutuhkan terapi yang tepat
secara mandiri dengan atau - Bantu klien untuk
tanpa alat bantu. mengidentifikasi aktivitas
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang mampu dilakukan
fisik tanpa disertai - Bantu untuk memilih
peningkatan tekanan darah, aktivitas konsisten yang
nadi, dan RR sesuai dengan kemampuan
- Mampu berpindah: dengan fisik, psikologi, dan social
atau tanpa bantuan alat - Bantu untuk membuat
- Status Sirkulasi baik jadwal latihan diwaktu
luang
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, sosial dan
kognitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
3. Nyeri kepala NOC (Kriteria Hasil): NIC :
berhubungan dengan Manajemen Nyeri
peningkatan tekanan - Mampu mengenali nyeri - Lakukan pengkajian nyeri
vaskuler serebral. ( skala, intensitas, frekuensi, secara komprehensif
dan tanda nyeri). termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
- Tingkat Nyeri dapat diamati frekuensi, kualitas dan
dan dilaporkan dengan skala faktor presipitasi
nyeri 0-10 . - Observasi reaksi
nonverbal dari
- Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
(tahu penyebab nyeri , - Gunakan teknik
mampu menggunakan teknik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk untuk mengetahui
mengurangi nyeri, mencari pengalaman nyeri pasien
bantuan) - Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
- Melaporkan bahwa nyeri - Ajarkan teknik
berkurang dengan nonfarmakologi
menggunakan manajemen - Berikan analgetik untuk
nyeri mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

4. Kelebihan cairan NOC (Kriteria Hasil): NIC


berhubungan dengan Manajemen Cairan
edema - Kelebihan volume cairan - Monitor status hidrasi
dapat dikurangi yang - Pertahankan catatan intake
dibuktikan oleh dan output yang akurat.
keseimbangan cairan & - Pasang urin kateter jika
elektrolit diperlukan
- Monitor vital sign
- Terbebas dari edema, efusi - Monitor indikasi
dan anasarka retensi/kelebihan cairan
- Kaji lokasi dan luas edema
- Monitor masukkan
makanan/cairan dan
hitung intake kalori
- Berikan asupan cairan
sesuai dengan kebutuhan
- Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai instruksi

Monitor Cairan
- Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
- Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
- Monitor berat badan
- Monitor tanda dan gejala
dari oedema

5. Resiko ketidakefektifan NOC (Kriteria Hasil) NIC :


perfusi jaringan otak - Status Sirkulasi status baik Manajemen sensasi perifer
berhubungan dengan yang ditandai dengan: - Monitor adanya daerah
menurunnya suplai Tekanan sistole dan diastole tertentu yang hanya peka
oksigen ke otak. dalam rentang yang terhadap
diharapkan. panas/dingin/tajam/
tumpul.
- Mendemonstrasikan - Monitor adanya paretese
kemampuan kognitif yang - Instruksikan keluarga
ditandai dengan : untuk mengobservasi kulit
- Mampu berkomuniksi kulit jika ada isi atau
dengan jelas dan sesuai laserasi
dengan kemampuan. - Gunakan sarung tangan
- Menujukan perhatian, untuk proteksi
orientasi dan konsentrasi - Batasi gerakan pada
yang baik kepala, leher dan
- Memproses informasi. punggung
- Monitor kemapuan BAB
- Menunjukan fungsi sensori - Kolaborasi pemberian
motori kranial yang analgesic
ditunjukkan dengan tingkat - Monitor adanya
kesadaran membaik. tromboplebitis
- Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi.

6. Resiko cidera atau NOC (Kriteria Hasil) : NIC :


trauma fisik berhubungan Manajemen lingkungan
dengan pandangan kabur. - Klien mampu terbebas dari - Sediakan lingkungan
cedera aman untuk pasien
- Identifikasi kebutuhan
- Klien mampu menjelaskan keamanan pasien, sesuai
cara/metode untuk mencegah dengan kondisi fisik dan
injuri/cedera fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu
- Klien mampu menjelaskan pasien
faktor resiko dari lingkungan/ - Menghidarkan lingkungan
perilaku personal yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
- Mampu memodifikasi gaya - Menyediakan tempat tidur
hidup untuk mencegah injury yang nyaman dan bersih
- Memasang side rail
- Menggunakan fasilitas tempat tidur
kesehatan yang ada. - Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
- Mampu mengenali perubahan mudah dijangkau pasien
status kesehatan. - Membatasi pengunjung
- Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
- Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
- Jelaskan cara membuat
lingkunganrumah yang
aman
7. Ketidaefektifan koping NOC (Kriteria Hasil) : NIC :
berhubungan dengan Pengambilan Keputusan
krisis situasional, metode - Mengidentifikasi pola koping - Menginformasikan pasien
koping tidak efektif. yang efektif(Mekanisme alternatif atau solusi lain
pertahanan diri terhadap penanganan
stresor yang membebani) - Memfasilitasi pasien
untuk mengidentifikasi
- Mengungkapkan secara pasien untuk membuat
verbal tentang koping yang keputusan
efektif - Bantu pasien
mengidentifikasi
- Mengatakan penurunan stress keuntungan, kerugian dari
keadaan
- Klien mengatakan telah
menerima tentang Peningkatan Peran
keadaannya - Bantu pasien untuk
identifikasi bermacam-
- Klien telah mampu untuk macam nilai kehidupan
membuat penilaian dan - Bantu pasien
memilih diantara dua mengidentifikasi strategi
alternatif atau lebih. positif untuj mengatur
pola nilai yang dimiliki
- Klien mampu berpartisipasi Peningkatan Koping
dalam aktivitas kehidupan - Anjurkan pasien untuk
sehari-hari mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran yang realistis
- Gunakan pendekatan
tenang dan meyakinkan
- Hindari pengambilan
keputusan pada saat
pasien berada dalam stress
berat
- Berikan informasi aktual
yang terkait denga
diagnosis & terapi

8. Ansietas berhubungan NOC (Kriteria Hasil): NIC :


dengan kurang - klien mampu Penurunan kecemasan
pengetahuan tentang mengidentifikasi dan - gunakan pendekatan yang
pengelolaan hipertensi. mengungkapkan gejala menenangkan
cemas - nyatakan dengan jelas
harapan terhadap perilaku
- mengidentfikasi, pasien
mengungkapkan dan - jelaskan semua prosedur
menunjukan teknik untuk dan apa yang dirasakan
mengontrol cemas selama prosedur
- pahami prespektif pasien
- Tanda-tanda vital dalam terhadap situasi stress
batas normal - temani pasien untuk
memberikan keamanan
- ekspresi wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut
dan tingkat aktivitas - dengarkan dengan penuh
menunjukan berkurangnnya perhatian
kecemasan - identifikasi tingkat
kecemasan
- dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- instruksikan klien
menggunakan teknik
relaksasi
- berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
9. Kurang pengetahuan NOC (Kriteria Hasil): NIC :
berhubungan dengan - Pasien dan keluarga Ajarkan :Proses Penyakit
informasi yang minim menyatakan pemahaman - Berikan penilaian tentang
tentang hipertensi tentang penyakit, kondisi, tingkat pengetahuan
prognosis dan program pasien tentang proses
pengobatan penyakit yg spesifik
- Jelaskan patofisologi dari
- Pasien dan keluarga mampu penyakit dan bagaimana
menjelaskan kembali apa hal ini berhubungan
yang dijelaskan perawat/tim dengan anatomi dan
kesehatan lainnya. fisiologi dengan cara yg
tepat
- Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan
cara yg tepat.
- Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan dating
dan atau proses
pengontrolan penyakit
Sumber : Nurarif, 2013 & Wilkinson, 2013
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A, 2009, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Selemba

Medika, Jakarta

Nurarif, A, H & Kusuma, H, 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC jilid I,

Media Action Publishing, Yogyakarta

Ode, S, L, 2012, Asuhan Keperawatan Gerontik, Nuha Medika, Yogyakarta

Padila,2013, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, Nuha Medika, Yogyakarta

Udjianti,W, J, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Salemba Medika, Jakarta

Wijaya,A,S & Putri,Y, 2013, Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa), Nuha

Medika, Yogyakarta

Wilkinson, J, M, & Ahern, N, R, 2012, Diagnosis Keperawatan edisi 9, Salemba, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai