Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STRUKTUR DAN BAHAN SURFAKTAN

Disusun oleh:

QURROTA A’YUNIN
NIM. 051814153004

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FARMASI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
OUTLINE

1. STRUKTUR SURFAKTAN
1.1 PENGERTIAN SURFAKTAN
1.2 SIFAT MOLEKUL SURFAKTAN
2. BAHAN SURFAKTAN
2.1 BAHAN HIDROFILIK
2.2 BAHAN HIDROFOBIK
I.

2
1. STRUKTUR SURFAKTAN
1.1 PENGERTIAN SURFAKTAN
Senyawa kimia yang mana bila dilarutkan atau didispersikan dalam sebuah
cairan, maka akan diadsorbsi pada permukaan cair-cair, cair-gas, cair padat,
dengan cara menurunkan tegangan permukaan atau tegangan antar muka.

1.2 SIFAT MOLEKUL SURFAKTAN


Surfaktan adalah senyawa yang dapat dapat mengaktifkan keseimbangan
tegangan di batas antara cairan dan zat yang tidak terlarut. Batasan atau
tegangan antar muka dapat berupa cair/cair, cair/gas atau cair/padat. Surfaktan
mengendalikan aktivitas ini karena diadsorbsi baik pada antar muka akan
mempengaruhi sifat antar muka. (Leonard, M. 1994)

Untuk dapat diabsorbsi sempurna, surfaktan harus memiliki 2 (dua) sifat yang
berbeda dalam 1 (satu) molekul. Dalam waktu bersamaan harus menarik
keduanya, yaitu cairan dimana zat larut dan pada antar muka. Surfaktan
memiliki 2 (dua) karakter karena memiliki 2 (dua) bagian yang berbeda pada
molekul. Secara sederhana, gambar yang dapat memvisualisasikan surfaktan
adalah sebagai berikut

ekor kepala
nonpolar polar
Gambar 1. Molekul surfaktan

Ekor yang nonpolar bersifat tidak suka air (hidrofobik), tetapi suka minyak
(lipofilik). Kepala yang polar bersifat suka air (hidrofilik), tetapi tidak suka
minyak (lipofobik). Kepala yang polar bisa jadi tidak memiliki muatan ion atau
bermuatan ion. Jika memiliki muatan, kepala dapat memiliki muatan positif
dan negatif. Keseimbangan antara muatan dari kedua sifat ini menjadikan
surfaktan tertentu memiliki aktifitas permukaan yang spesifik.

3
Ketika “kepala dan ekor” surfaktan ditambahkan pada cairan, maka surfaktan
tidak dapat bekerja sebagai mana mestinya. Jika cairannya air, ekor yang
hidrofobik tidak akan dapat larut. Jika cairannya minyak, kepala yang
hidrofilik tidak dapat larut. Untuk memecahkan masalah dan membuat
surfaktan dapat bekerja, molekul surfaktan berpindah ke permukaan. Di
permukaan surfaktan memposisikan diri sesuai sifat kepala dan ekornya,
dengan posisi yang sama sifatnya dengan sifat cairan. Pada antar muka
air/udara, ekor yang hidrofobik dapat menonjol ke permukaan, kesamaan
molekul ini membuat surfaktan dapat berenang bebas.

Jika antar muka diantara air dan zat padat, katakanlah dinding gelas beaker,
ekor yang hidrofobik akan menempel dengan kaca sekuat mungkin,
meminimalkan kontak ekor dengan air. Kondisi ini diilustrasikan pada gambar
2.
Molekul surfaktan diadsorbsi pada antar muka air/udara,
ekor menonjol ke udara

LARUTAN SURFAKTAN

Molekul surfaktan diadsorbsi pada antar muka air/kaca,


ekor menempel di gelas

Gambar 2. Perilaku molekul surfaktan

Antar muka yang khusus akan menjadi pilihan surfaktan dan yang akan
diadsorbsi pada antar muka ini terlebih dulu. Hanya jika tidak terdapat ruangan
pada antar muka ini, maka akan diadsorbsi pada antar muka lain. Pilihan ini

4
tergantung pada keseimbangan sifat dalam molekul surfaktan dan sifat bahan
pada antar muka.

2. BAHAN SURFAKTAN
Sebelum membahas lebih detail tentang surfaktan, akan membantu jika kita
mengenal tentang dari bahan apa surfaktan dibuat. Bahan baku utama yang
digunakan dalam pembuatan surfaktan untuk kosmetik dan perlengkapan
mandi terdapat dalam tabel 1. Surfaktan dibagi menjadi dua kategori, yaitu
kemampuan bahan yang menjadikan ekor bersifat tidak suka air (hidrofobik)
dan kepala yang suka air (hidrofil) dalam molekul surfaktan

Tabel 1. Bahan baku yang digunakan untuk membuat surfaktan


Bahan baku hidrofobik utama Bahan baku hidrofilik utama
Alkohol dari asam lemak alami Sulfat
Alkohol dari asam lemak sintetik Sulfonat
Asam lemak alami Fosfat
Alfa-Olefin Etoksilat
n-Parafin Gugus Amin
Alkil Benzena Poliol
Alkil Fenol

2.1 BAHAN BAKU HIDROFILIK


2.1.1 INORGANIK
Bahan baku hidrofilik inorganik yang penting adalah sebagai berikut : oleum
(H2SO4 + SO2 bebas), sulfur trioksida (SO3), asam klorosulfonat (ClSO2OH),
dan fosfor pentaoksida (P2O5). Keempat bahan baku ini digunakan untuk
membuat surfaktan anionik.

Tiga bahan baku yang mengandung sulfur digunakan dalam reaksi sulfasi
(sulphation) atau sulfonasi (sulphonation). Reaksi sulfasi terjadi saat gugus
SO3 ditangkap oleh molekul hidrofobik melalui atom oksigen. Reaksi sulfonasi
terjadi saat gugus SO3 ditangkap oleh molekul hidrofobik secara langsung
melalui atom karbon.
Fosfor pentaoksida digunakan untuk membuat fosfat anionik.
2.1.1 ORGANIK
Contoh penting dari bahan baku organik secara garis besar sebagai berikut

5
a. Etilen oksida
Etilen oksida adalah contoh terpenting dalam surfaktan anionik dan
nonionik. Sebagian besar surfaktan nonionik merupakan hasil kondensasi
dari etilen oksida dengan bahan hidrofob yang sesuai, menghasilkan
produk yang dikenal dengan etoksilat. Etilen oksida berfungsi sebagai
perantara produksi surfaktan anionik. Gambar 3 menunjukkan reaksi kimia
Etilen oksida.

Gambar 3. Reaksi Etilen oksida

Etoksilat ini dapat disulfasi untuk membentuk surfaktan anionik. Reaksi


kondensasi dimungkinkan karena etilen oksida akan berikatan dengan
hidrogen reaktif dengan sendirinya. Gugus hidroksil dalam alkohol lemak
dan asam lemak memiliki hidrogen reaktif. Satu mol Etilen oksida
biasanya tidak cukup untuk memproduksi surfaktan yang larut air. Reaksi
dapat dilanjutkan dengan pasti, karena penambahan etilen oksida
menghasilkan gugus hidroksil.

Penambahan lebih kurang 6 (enam) mol etilen oksida akan menghasilkan


surfaktan yang larut air. Jika etoksilat menjadi tersulfasi, hanya 2 atau 3
mol diperlukan secara normal. Hal ini karena proses sulfasi juga
meningkatkan sifat hidrofilik alami molekul.

6
Etilen oksida juga akan beraksi dengan air dari etilen glikol. Masing-
masing dari gugus yang menghasilkan hidroksil dapat digunakan untuk
reaksi selanjutnya dengan etilen oksida yang lebih banyak. Hasil dari
reaksi ini adalah pembentukan polietilen glikol. Polietilen glikol ini juga
digunakan sebagai senyawa hidrofil. Proses esterifikasi dengan asam
lemak menghasilkan surfaktan nonionik.

b. Propilen oksida
Penggunaan bahan ini sama dengan etilen oksida, tetapi tidak
diaplikasikan dalam kosmetik. Propilen oksida digunakan untuk pelumas.

c. Poliol
Poliol mengandung 2 (dua) sampai 6 (enam) gugus hidroksil yang dapat
dilakukan proses esterifikasi dengan asam lemak untuk menghasilkan
surfaktan nonionik. Contoh bahan yang termasuk poliol anatara lain :
glikol, poliglikol, gliserin, poligliserin, sorbitol (gliserin terhidroginasi)
dan karbohidrat (pati, glukosa, dll)

d. Alkanolamin
Alkanolamin adalah hasil reaksi dari ammonia dan etilen oksida.
Monoatanolamin (MEA) dan dietanolamin (DEA) keduanya dapat
dikondensasi dengan asam lemak untuk menghasilkan alkanolamin
nonionik.

2.2 BAHAN HIDROFOBIK


Bahan baku hidrofobik adalah seluruh bahan organik yang berasal dari sintetik
atau bahan alam. Dalam bahasan ini petrochemical origin dianggap sebagai
sintetik. Alami berarti dibuat secara asli dari minyak dan lemak alami, tercakup
dalam istilah oleochemicals. Minyak dan lemak alami memiliki banyak
manfaat dalam teknik dan lingkungan.

7
Tiga bahan baku hidrofobik yang paling penting adalah alkohol lemak sintetik,
alkohol lemak alami, dan asam lemak alami. Bahan tersebut digunakan dalam
pembuatan sebagian besar surfaktan untuk kosmetik dan perlengkapan mandi.
Sumber dan tahapan pembuatan dijelaskan sebagai berikut.
a. Alkohol lemak sintetik
Diagram alir berikut menunjukkan alur pembuatan alkohol lemak sintetik

Minyak mentah dan Gas


alam

Etilen n-Parafin

alfa-Olefin i-Olefin

proses Ziegler proses OXO

n-Alkanol OXO-alkohol

Gambar 4. Alur pembuatan alkohol lemak sintetik

Titik awal untuk membuat alkohol lemak sintetik adalah minyak mentah
dan gas alam. Dari sini 2 (dua) bahan baku paraffin dan etilen dapat dibagi
dengan pemecahan.

Paraffin dapat dikonversi menjadi olefin dengan ikatan ganda terminal


(alfa-olefin), atau ikatan ganda internal (internal olefin atau i-olefin). Olefin
ini kemudian dapat dikonversi menjadi alkohol lemak melalui proses OXO.

Etilen juga dapat direaksikan untuk menghasilkan olefin. Olefin ini juga
dapat dikonversi menjadi alkohol lemak melalui proses OXO. Etilen juga
dapat dikonversi secar langsung menjadi alkohol lemak linier melalui
proses Ziegler.

8
Karena semua proses ini, pembuatan alkohol lemak sintetik ini biasanya
membutuhkan lebih banyak energi intensif dibandingkan proses yang lebih
singkat dalam pembuatan alkohol lemak alami.

Berikut akan dijelaskan tentang proses OXO dan proses Ziegler.


1. Proses OXO
Proses OXO dimulai dengan reaksi hidroformilasi untuk menghasilkan
aldehid dari olefin , karbon monoksida dan hydrogen. Kemudian
aldehid dihidrogenasi untuk menghasilkan alkohol.

Gambar 5. Proses OXO


Hidroformilasi dari alfa-olefin menghasilkan aldehid linier dan aldehid
bercabang. Alkohol yang dihasilkan akan menjadi campuran alkohol
primer linier dan alkohol primer bercabang. Olefin internal tidak
digunakan untuk membuat alkohol secara normal, tetapi digunakan
dalam alkilasi benzene. Alkohol OXO mengandung campuran rantai
karbon nomor ganjil dan genap.

2. Proses Ziegler

9
Proses Ziegler melibatkan oksidasi trialkil aluminium untuk
menghasilkan aluminium alkohol. Reaksi ini diikuti hidrolisis untuk
menghasilkan alkohol primer linier dengan rantai karbon rantai genap.

Gambar 6. Proses Ziegler


Proses terjadi selama 4 tahap. Pertama adalah sintesis trietil aluminium
dalam 2 (dua) tahap sintesis. Pada tahap kedua, trialkil aluminium
direaksikan dengan etilen dalam reaksi penambahan rantai. Pada tahap
ketiga, aluminium kompleks mengalami oksidasi. Tahap ke empat
melibatkan reaksi hidrolisis untuk menghasilkan garam inorganik dan
alkohol. Alkohol memiliki tingkat percabangan paling rendah dan
semua memiliki panjang rantai karbon bernomor genap. Alkohol
sintesis ini meniru karakter alkohol alami.

Tidak seperti alkohol lemak alami, alkohol lemak sintetik dapat memiliki
lebih banyak cabang pada rantai karbonnya. Hal ini dapat mengurangi
kemampuan biodegradasi potensial dari surfaktan yang dihasilkan,
dikarenakan bakteri tidak dapat mencerna molekul yang bercabang
sebagaimana mencerna molekul linier. Perbedaan lain dari alkohol lemak
alami adalah alkohol lemak sintetik dapat dimasukkan dalam campuran
rantai karbon bernomor ganjil dan genap.

10
Semua faktor ini membuat sifat alir surfaktan yang berasal dari alkohol
sintetik berbeda dengan yang berasal dari alkohol alami. Alkohol lemak
sintetik dari proses Ziegler memiliki permasalahan sifat alir yang lebih
sedikit dan terkesan mirip dengan dengan alkohol lemak alami.

b. Alkohol lemak alami


Minyak dan lemak baik dari hewan maupun tumbuhan (oleochemical)
adalah titik awal produksi alkohol lemak alami. Rantai karbon yang
membentuk tulang punggung dari minyak dan lemak ini secara luas tidak
berubah dengan teknik pembuatan.

Minyak dan lemak adalah trigliserida – terdapat 3 (tiga) molekul asam


lemak yang terikat pada molekul gliserin. Asam lemak mengandung tulang
punggung karbon yang memiliki rentang panjang 6 sampai 22 atom karbon.
Penyebaran rantai karbon dari keempat minyak dan lemak utama
digunakan untuk membuat surfaktan seperti dalam tabel 2.

Tabel 2. Panjang rantai karbon dari minyak dan lemak penting


Penyebaran rantai C % b/b
Ikatan Rantai
Nama Kelapa Lemak
rangkap C Kelapa Kelapa sawit kernel
sawit (Tallow)
Caproat 0 6 0.5 0.5
Caprilat 0 8 8.0 4
Capric 0 12 7.0 5
Laurat 0 12 48.0 50.0 0.5
Myristat 0 14 17.0 15.0 2 3.0
Palmitat 0 16 9.0 7.0 42 25.0
Stearate 0 18 2.0 2.0 5 19.0
Arachic 0 20 1.0
Myristoleat 1 14 0.5
Palmitoleat 1 16 0.2 0.5 3.0
Oleat 1 18 7.0 15.0 41 40.0
Linoleat 2 18 1.3 1.0 10 4.0
Linolenat 3 18 1.0

Minyak kelapa dan kelapa sawit kernel menghasilkan sesuatu yang disebut
“potongan detergen”, terutama campuran fraksi C12 dan C14. Potongan ini
sangat penting dalam pembuatan surfaktan anionik, kekuatan optimum
membersihkan dan pembentukan busa diperoleh dari panjang rantai C12.

11
Lemak dan minyak sapi adalah sumber penting dari C16 dan C18, yang
digunakan dalam pembuatan surfaktan nonionik untuk emulsifikasi.
Berikut penamaan asam lemak (O’Lenick, 2014) :

Diagram alir dalam gambar 7 menunjukkan alur pembuatan alkohol lemak


alami.

Minyak & Lemak

Purifikasi
12
Hidrolisis

Esterifikasi
Gliserol Metil ester Gliserol

Hidrogenasi

Alkohol lemak

Gambar 7. Alur pembuatan alkohol lemak alami

Berikut tahap purifikasi dari minyak atau lemak, tersedia 2 petunjuk yang
data dipilih.

Alur langsung yang paling sering digunakan adalah melalui


Transesterifikasi. Transesterifikasi adalah proses dimana bagian alkohol
dalam ester digantikan oleh alkohol lain, dan dalam kasus ini, gliserin
dalam minyak dan lemak digantikan oleh methanol. Metil ester yang
dihasilkan kemudian ditambahkan hidrogen di bawah tekanan (hidrogenasi
tekanan tinggi). Hidrogen merilis methanol ketika dikombinasikan dengan
molekul asam lemak untuk menghasilkan alkohol lemak alami.

Rute kedua adalah memecah gliserin dari asam lemak dengan proses
hidrolisis. Asam lemak kemudian dapat dihidrogenasi secara langsung, atau
dapat diesterifikasi dengan metanol di permulaan reaksi.

c. Asam lemak alami


Minyak dan lemak yang sama yang digunakan dalam produksi alkohol
lemak alami juga digunakan pada tahap pembuatan asam lemak alami.

13
Seperti alkohol lemak alami, tahap pertama dalam adalah pemurnian
minyak dan lemak. Kemudian dipecah menjadi komponen konstituen,
gliserin dan asam lemak. Metode yang digunakan untuk memecah
trigliserida adalah hidrolisis tekanaan tinggi. Pada kenaikan suhu dan
tekanan, air tercampur dengan minyak atau lemak yang merupakan hasil
hidrolisis. Gliserin bebas larut pada air dan asam lemak bebas, tidak
terlarut dalam air, terpisah. Kemudian asam lemak dapat disuling secara
fraksional menjadi potongan yang luas atau sempit, atau panjang rantai
karbon individu. Untuk benar-benar memisahkan fraksi jenuh dan tidak
jenuh, proses berikutnya perlu dilaksanakan.

Minyak & lemak

Purifikasi

Hidrolisis Gliserol

Asam lemak

Gambar 8. Alur produksi asam lemak natural

Metode yang digunakan untuk pembuatan asam lemak alami adalah


pemecahan dengan tekanan tinggi. Berikut adalah reaksi kimianya.

Gambar 9. Asam lemak alami

Proses pembuatan dilakukan pada suhu dan tekanan sampai 260 oC dan 60
bar. Dibawah kondisi ini, fase air terlarut sebagian (sampai 23%) dalam
fase lemak. Hal ini menyebabkan hidrolisis. Gliserin yang bebas dari
minyak larut dalam sisa dari fase air. Hasil dari proses ini adalah asam
lemak mentah dan larutan air yang mengandung 15% gliserin.

14
Kristalisasi secara fraksional dengan bantuan larutan organik contohnya
methanol hanyalah sebuah metode. Asam lemak jenuh (contoh : asam
stearate) lebih tidak larut dalam pelarut organik dibandingkan dengan
asam lemak tidak jenuh (contoh : asam oleat).

Metode alternatif adalah hidrofilisasi. Larutan surfaktan yang digunakan


sebagai emulgator asam lemak tidak jenuh yang cair, meninggalkan asam
lemak jenuh padat yang akan disentrifugasi. Emulsi yang tersisa
distabilkan kembali dengan pemanasan, sehingga asam lemak tidak jenuh
terpecah.

DAFTAR PUSTAKA

Leonard, M., 1995. Module 7 Surfactants. Luton : Clear Communication


Associated Ltd, p 7-9, 32-37,60-64

O’Lenick, A.J. 2014. Surfactant : Strategic Personal Care Ingredients. Carol


Stream : Allured Publishing Corporation, page 29-39

15
CHECKLIST : STRUKTUR SURFAKTAN
1. Definisikan dan ilustrasikan istilah berikut :
a. Surfaktan :
Senyawa yang dapat mengaktifkan keseimbangan tegangan di batas
antara cairan dan zat yang tidak terlarut. Batasan atau tegangan antar
muka dapat berupa cair/cair, cair/gas atau cair/padat. Surfaktan
mengendalikan aktivitas ini karena diadsorbsi baik pada antar muka
akan mempengaruhi sifat antar muka, yaitu dengan cara menurunkan
tegangan permukaan atau tegangan antar muka.

ekor kepala
nonpolar polar

hidr hidr
ofob ofil

lipofi lipof
l ob
b. Hidrofilik :
Hidro = air
Filik = suka
Hidrofilik = suka air = memiliki daya tarik yang tinggi terhadap air
c. Hidrofobik
Hidro = air
Fobik = takut
Hidrofilik = takut air = memiliki daya tarik yang sangat rendah
terhadap air
Ringkasan Hidrofilik vs Hidrofobik
Molekul hidrofobik adalah Molekul hidrofilik adalah
molekul yang tidak dapat larut molekul yang dapat larut air
air
Disebut hidrofob Disebut hidrofil
Menolak molekul air Menarik molekul air
Ketika ditambahkan air, energy Ketika ditambahkan air, energy
bebas Gibbs menjadi bermuatan bebas Gibbs menjadi bermuatan

16
positif negatif
Ketika ditambahkan air, entropi Ketika ditambahkan air, entropi
menurun naik
Pelarutan molekul di air adalah Pelarutan molekul di air adalah
reaksi endotermal reaksi eksotermal

d. Lipofilik :
Lipo = minyak
Filik = suka
Lipofilik = suka minyak = memiliki daya tarik yang tinggi terhadap
minyak
e. Lipofobik :
Lipo = minyak
Fobik = takut
Lipofobik = takut minyak = memiliki daya tarik yang sangat rendah
terhadap minyak

2. Gambarkan dan jelaskan struktur molekul dasar surfaktan menggunakan


diagram!
https://www.dataphysics-instruments.com/knowledge/understanding-
Struktur : interfaces/surfactants-cmc/ diakses 4/12/2108 6.50 WIB

Klasifikasi :

https://www.ukessays.com/essays/biology/examining-the-structure-and-properties-of-surfactants-biology-essay.php
diakses 4/12/2018 6.53 WIB

Contoh :

17
https://www.artofsmart.com.au/surfact/ diakses 4/12/2018 6.57 WIB

3. Gambarkan dan jelaskan perilaku surfaktan dalam cairan dan permukan


lainnya menggunakan diagram!
 Macam struktur surfaktan dengan berbagai konsentrasi :

(https://www.particlesciences.com/news/technical-briefs/2012/phase-behavior-of-surface-active-solutes.html diakses 6/12/2018 16.55 WIB)

 Perilaku surfaktan dalam antar muka

18
A
C
B

(https://www.researchgate.net/publication/264442158_Preparation_of_multiwall_carbon_nanotubes_MWCNTs_stabilised_by_highly
_branched_hydrocarbon_surfactants_and_dispersed_in_natural_rubber_latex_nanocomposites/figures?lo=1,

diakses 6/12/2018 6.46 WIB )


 Gambar A : cair dan gas
 Gambar B : cair dan padat
 Gambar C : cair dan cair

19
CHECKLIST : BAHAN BAKU SURFAKTAN
1. Membuat daftar dan menjelaskan bahan baku utama hidrofobik dan
hidrofilik
Bahan baku hidrofobik utama Bahan baku hidrofilik utama
Alkohol dari asam lemak alami Sulfat
Alkohol dari asam lemak sintetik Sulfonat
Asam lemak alami Fosfat
Alfa-Olefin Etoksilat
n-Parafin Gugus Amin
Alkil Benzena Poliol
Alkil Fenol

Bahan baku hidrofobik adalah seluruh bahan organik yang berasal dari sintetik
atau bahan alam. Dalam bahasan ini petrochemical origin dianggap sebagai
sintetik. Alami berarti dibuat secara asli dari minyak dan lemak alami, tercakup
dalam istilah oleochemicals. Minyak dan lemak alami memiliki banyak
manfaat dalam teknik dan lingkungan.

2. Buat ringkasan sumber bahan yang siap diolah

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai