Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH SARAPAN TERHADAP KONSENTRASI

BELAJAR SISWA KELAS XII MIPA DI SMA NEGERI


1 KOTA TANGERANG SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Bahasa
Indonesia Semester Dua yang Diampu oleh Drs. H. M. Nur
Fauzan Ahmad, M.A.
Disusun oleh :

Deviana Musyafa
(24010119130059)

PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA


DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

Judul : Pengaruh Sarapan terhadap Konsetrasi Belajar Siswa Kelas XII


MIPA di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Penyusun : Deviana Musyafa
NIM : 24010119130059

Semarang, 29 April 2021

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

NIP. _________________

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat, dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini

dengan baik.

Proposal yang berjudul “Pengaruh Sarapan terhadap Konsentrasi Belajar

Siswa SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan” ini disusun untuk memenuhi nilai

mata kuliah Bahasa Indonesia semester genap serta untuk memberikan rincian dan

penjelasan akan kegiatan yang kami teliti.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis telah berusaha semaksimal

mungkin. Akan tetapi, mengingat kemampuan penulis terbatas, maka kami

menyadari jika karya tulis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, tim penulis

menerima segala saran dan kritik terhadap proposal ini dengan harapan proposal

ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Semarang, 29 April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN.......................................ii


KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Sarapan......................................................................................................5
B. Konsentrasi Belajar.................................................................................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................27
A. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................27
B. Alat dan Bahan........................................................................................27
C. Cara Kerja................................................................................................27
BAB IV ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN...................30
A. Anggaran Biaya.......................................................................................30
B. Jadwal Kegiatan......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Sehingga tanpa belajar, sesungguhnya tidak ada pendidikan. Dengan belajar,

manusia dapat mengembangkan diri dari ketidaktahuan menjadi tahu, sesuai

dengan apa yang mereka harapkan. Selain itu, belajar juga berperan penting

dalam mempertahankan kehidupan manusia. Melalui belajar, manusia dapat

mengetahui dan memiliki sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai

hasil belajar. Dengan ini, manusia dapat menggunakan ilmu tersebut untuk

membangun benteng pertahanan yaitu kekuatan dalam mempertahankan

kehidupan manusia dari dampak negatif ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh sebab itu, setiap manusia hendaknya belajar. Belajar merupakan

kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan. Berhasil dan gagalnya

pencapaian tujuan pendidikan nasional bergantung pada proses belajar yang

dilakukan siswa.

Secara umum dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu upaya yang

dimaksudkan untuk menguasai sejumlah pengetahuan. Sementara itu,

konsentrasi diperlukan dalam proses menguasai sejumlah pengetahuan

tersebut. Konsentrasi sendiri merupakan pemusatan pikiran atau terpusatnya

1
perhatian terhadap informasi yang diperoleh seseorang selama periode

belajar.

Dalam belajar, konsentrasi memiliki peran yang sangat penting. Apabila

siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar, maka siswa tersebut sulit menyerap

materi atau informasi yang disampaikan oleh guru atau pembimbing.

Sebaliknya, apabila dalam proses belajar siswa dapat berkonsentrasi terhadap

materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa tersebut bisa menyerap ilmu

yang didapatkannya dengan maksimal. Hal tersebut sejalan dengan yang

dikatakan oleh Fadilah Suralaga, bahwa konsentrasi merupakan syarat mutlak

dalam proses belajar. Manusia tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau

ia tidak berkonsentrasi untuk mendapatkannya.

Namun, konsentrasi inilah yang sulit untuk dilakukan, karena terdapat

banyak faktor yang menyebabkan terganggunya konsentrasi tersebut, salah

satunya adalah rasa lapar. Gejala seperti ini biasanya terjadi pada siswa atau

anak yang tidak sarapan sebelum pergi ke sekolah.

Selain itu, rasa lapar juga dapat menyerang anak yang sudah sarapan.

Kemungkinan ini disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi, apakah

makanan tersebut cukup untuk pasokan energi dan mengandung nutrisi yang

seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh atau tidak. Berdasarkan penelitian

sebelumnya, sarapan yang tidak memadai memungkinkan terjadinya

hipoglekimia, yaitu rendahnya kadar gula dalam darah. Hal ini menyebabkan

tubuh lemah karena tiadanya suplai energi. Jika hal tersebut terjadi, maka

dapat menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11 jam karena makanan

2
terakhir yang masuk ke dalam tubuh adalah makan malam pukul 19.00.

Permasalahan ini tentunya akan mengganggu konsentrasi belajar siswa yang

lebih memikirkan rasa laparnya daripada fokus terhadap pelajaran.

Sebagai pencegahan agar penyakit tersebut tidak terjadi, anak hendaknya

dibiasakan mengonsumsi sarapan di pagi. Di sisi lain, makanan yang

dikonsumsi sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu, apakah makanan tersebut

cukup untuk memenuhi pasokan energi serta mengandung nutrisi yang

dibutuhkan tubuh anak atau tidak. Beberapa zat makanan yang diperlukan

oleh tubuh di pagi hari adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral atau yang biasa disebut dengan makanan empat sehat lima sempurna.

Dengan mengonsumsi makanan di pagi hari secara tepat dan benar, yaitu

makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan zat gizi, para siswa

dapat lebih fokus, menunjang proses berpikir mereka, dan menyerap materi

yang disampaikan oleh guru dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sarapan

merupakan salah satu faktor yang menjadikan siswa mampu berkonsentrasi

dalam proses belajar. Pada kesempatan ini, penulis tertarik untuk menguji

keterkaitan antara sarapan dengan konsentrasi belajar siswa. Maka dari itu,

penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sarapan terhadap

Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas”.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa di kelas XII

MIPA SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan?”

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai

pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa di kelas.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam

meningkatkan konsentrasi belajar siswa.

3. Bagi orang tua, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam memberikan makanan yang baik dan seimbang

terhadap anak-anaknya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sarapan

1. Pengertian Sarapan

Kata sarapan berasal dari kata ‘sarap’ yang diberi akhiran -an. Kata

sarap atau menyarap adalah kata kerja yang berarti makan sesuatu pada

pagi hari. Sarapan dalam bahasa Inggris disebut “breakfast”. Setelah

diberi akhiran -an menjadi kata benda, sarapan memiliki arti makanan

pada pagi hari.

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,

menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh

dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan

(Almatsier, 2004).

Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan

aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi

yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak

aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan

pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan. Sarapan

pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas

fisik pada hari itu. Sarapan sehat mengandung unsur empat sehat lima

sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk

5
menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan,

2002).

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi

diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam

pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan

menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk

melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari

di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga

untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya

(Moehji, 2009).

Sarapan pagi menjadi sangat penting, karena kadar gula dalam darah

akan menurun sekitar dua jam setelah seseorang bangun tidur. Jika anak

tidak sarapan,dia biasanya akan merasa lemas atau lesu sebelum tengah

hari karena gula darah dalam tubuh sudah menurun (Yusnalaini, 2004).

Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan pada pagi hari. Sarapan

pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak yang terbiasa sarapan

pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada anak yang

tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi bagi anak akan memacu

pertumbuhan dan memaksimalkan kemampuan di sekolah (Elizabeth,

2003).

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi

hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul

10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi

6
kerja perncernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan

yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun

dengan kadar lemak rendah. Selain itu, mengonsumsi protein dan kadar

serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang

hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat

karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang

dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak

agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan

penyerapan pelajaran (Moehji, 2009).

Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sarapan yaitu makanan yang

dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas, yang terdiri dari makanan

pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan, jumlah yang dimakan

kurang dari 1/3 dari makanan sehari. Sarapan biasanya dilakukan secara

teratur setiap hari antara pukul 06.00-09.00.

Menurut definisi yang telah dikemukakan di atas, sarapan

merupakan makanan yang dikonsumsi pagi hari. Bila dilihat dari

kebiasaan masyarakat mengucapkan kalimat tersebut, sarapan dapat

memiliki dua definisi, yaitu kata benda yakni makanan yang dikonsumsi

dan kata kerja yakni kegiatan mengonsumsi atau memakan makanan di

pagi hari. Contoh kalimat yang biasa diungkapkan masyarakat adalah

“sarapan terlebih dahulu sebelum beraktivitas”. Jadi, sarapan dapat

diartikan sebagai makanan, kegiatan, atau aktivitas.

7
2. Fungsi Sarapan

Fungsi sarapan bagi tubuh layaknya seperti fungsi makanan pada

tubuh, yaitu sebagai pemberi pasokan energi dan sumber tenaga untuk

melakukan segala kegiatan, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh,

dan mengatur proses di dalam tubuh.

Melalui buku Principles of Nutrition, Eva D. Wilson mengatakan,

“The physiological function of food may be divided into three general

categories: the need for food materials to supply energy, the need for

food materials to build and maintain the cells and tissues, and the need

for food materials to regulate body processes.”

Menurut ahli gizi dari akademi gizi Bogor, Tutu Soenardi, sarapan

pagi berfungsi ntuk menghasilkan energi.

Jadi, selain berfungsi sebagai penghasil energi, sarapan yang

dilakukan secara teratur dapat membangun dan memelihara jaringan

tubuh, serta mengatur proses kerja dalam tubuh.

3. Manfaat Sarapan

Sarapan banyak sekali mengandung manfaat, di antaranya adalah

untuk memelihara ketahanan tubuh agar dapat bekerja atau belajar

dengan baik, membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan

memudahkan penyerapan pelajaran, serta membantu mencukupi zat gizi.

8
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, ternyata

sarapan pagi berdampak besar terhadap kesehatan dan produktivitas

kerja. Bahkan, kebiasaan sarapan yang dilakukan anak-anak dapat

menambah kecerdasan akademik dan kemampuan psikosial. Hal ini juga

dikatakan oleh Drajat Marianto phD, seorang pakar gizi dari Institut

Pertanian Bogor, mengungkapkan bahwa sarapan bermanfaat besar

sebagai penyedia bahan bakar dan zat gizi untuk berpikir dan

beraktivitas. Sarapan juga dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi

belajar dan kemampuan fisik.

Dr. Leane, M,sc., seorang pakar gizi mengatakan, “Sarapan sebagai

makanan pertama yang kemudian diandalkan sebagai cadangan energi

untuk kelangsungan aktivitas anak. Selain itu, sarapan juga berperan

melindungi tubuh terhadap dampak negatif kondisi perut kosong selama

berjam-jam. Kosongnya lambung dapat membuat kadar gula darah dalam

tubuh menurun drastis. Masalah ini mengakibatkan pasokan energi

glukosa yang disalurkan ke otak terganggu sehingga kemampuan kognisi

melemah.

Psikolog Dr. Tjut Rifameutika M.A. Psi, mengungkapkan dampak

positif sarapan terhadap perilaku belajar anak, di antaranya anak menjadi

lebih bersemangat belajar, konsentrasi dan daya ingat meningkat,

keadaan emosi anak cenderung baik, dan anak menjadi lebih percaya diri.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manfaat sarapan adalah untuk

memelihara ketahanan tubuh saat beraktivitas di pagi hari, membantu

9
memusatkan pikiran untuk belajar, meningkatkan kemampuan fisik, dan

untuk menjaga kesehatan.

4. Zat Gizi yang Dibutuhkan Tubuh

Tubuh manusia terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan dalam.

Kedua bagian tubuh tersebut harus dijaga dan dipelihara dengan baik

agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya terjangkit

penyakit. Penjagaan dan pemeliharaannya adalah dengan istirahat yang

cukup, berolahraga secara teratur, dan mengonsumsi makanan sehat.

Makanan sehat adalah makanan yang mempunyai zat gizi yang

cukup, lengkap, dan seimbang, mengandung karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral, dan serat.

Zat gizi sendiri merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

Zat gizi yang menghasilkan energi adalah karbohidrat, protein, dan

lemak. Ketiga zat itu disebut dengan zat tenaga. Di sisi lain, ada juga zat

pembangun yang berperan penting dalam pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringan tubuh. Zat ini umumnya terdapat dalam protein. Kemudian,

untuk memperlancar kerja tubuh manusia, maka dibutuhkan suatu zat

yang bernama zat pengatur. Zat ini berupa lemak, vitamin, dan mineral.

Berikut adalah beberapa makanan yang mengandung zat-zat tersebut,

di antaranya:

10
a. Karbohidrat merupakan sumber tenaga utama untuk kegiatan sehari-

hari. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat adalah padi-

padian atau serelia, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan gula. Hasil

dari olahan bahan pangan tersebut adalah mie, bihun, roti, tepung-

tepungan, selai, gula, dan sebagainya.

b. Lemak juga merupakan sumber tenaga atau energi. Lemak terdapat

pada minyak, margarine, santan, kulit ayam, kulit bebek, dan lemak

hewan lainnya. Lemak yang berlebihan dapat membuat tubuh

menjadi gemuk.

c. Protein digunakan untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan tubuh

yang rusak. Protein biasan terdapat dalam produk hewani, seperti

daging, unggas, telur, produk susu. Protein juga dapat ditemukan

dalam sumber nabati, seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, dan biji-

bijian.

d. Vitamin dan mineral sangat penting untuk produk energi,

meningkatkan sistem imun, sistem saraf, dan secara praktis hampir

setiap proses tubuh. Berikut adalah vitamin dan mineral-mineral

penting beserta sumbernya:

e. Serat sangat baik untuk kesehatan karena membuat perut terasa lebih

kenyang. Di sisi lain, lemak juga berfungsi untuk membantu

membantu menurunkan lemak darah dan melancarkan buang air

besar. Serat umumnya ditemukan di dalam roti, gandum, buah dan

sayur segar, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan bekotul.

11
Selain zat-zat yang telah disebutkan, air juga memiliki peranan

penting bagi tubuh. Ia memiliki berbagai kegunaan dalam proses vital

tubuh, di antaranya sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas,

fasilitator, pertumbuhan, pengatur suhu, dan peredam benturan. Selain

sumber air yang nyata berupa air dan minuman lain, hampir semua

makanan mengandung air, seperti yang dikatakan oleh Mifta Novikasari

Sp. dari Medical Nutrition Services Department PT Nestle Indonesia,

bahwa pola makanan yang sehat adalah mengikuti pola makanan dan

seimbang, yaitu mengandung enam jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

Keenamnya adalah karbohidrat, karbohidrat kompleks atau serat, protein,

lemak, zat pengatur berupa vitamin dan mineral, serta air.

Untuk itu, sarapan yang dikonsumsi pagi hari hendaklah

mengandung zat-zat gizi yang telah disebutkan di atas. Selain itu, sarapan

pagi harus dilakukan dengan seimbang karena sarap bukan hanya sekadar

pengganjal perut.

Menurut seorang pakar gizi Dr. Leane, M.Sc., menu sarapan untuk

anak hendaknya memperhatikan keseimbangan dan kecukupan gizinya.

Salah satunya adalah karbohidrat yang berperan sebagai sumber kalori.

Asupan karbohidrat inilah yang bisa diandalkan menjadi sumber energi

cadangan dalam bentuk glikogen. Setelah karbohidrat mengalami

pengolahan di lambung, kadar gula darah akan naik. Kenaikan kadar gula

ini hanya dapat bertahan sekitar dua jam, tak heran jika anak yang sedang

belajar lekas merasa lapar. Kebutuhan karbohidrat dalam diri anak sekitar

12
45-55% dari seluruh kebutuhan kalori. Asupan karbohidrat saja tidak

cukup, sehingga harus disertai asupan protein. Sekitar 50% dari asupan

protein yang diubah menjadi gula darah akan mampu bertahan hingga

empat jam. Penambahan protein juga berfungsi untuk mempertahankan

rasa kenyang dalam waktu yang cukup lama. Lemak juga tidak boleh

dilupakan. Selain berguna sebagai pelarut vitamin tertentu dan

pembentuk struktur jaringan, lemak juga berfungsi sebagai sumber energi

yang efisien walaupun hanya sedikit saja yang diubah menjadi gula

darah. Di sisi lain, perhatikan juga vitamin dan mineral yang dikonsumsi

karena kedua hal tersebut berperan penting dalam proses kelangsungan

pertumbuhan anak.

Asupan makanan yang berlebihan berdampak tidak baik bagi

kesehatan. Salah satu dampak negatifnya adalah membuat lambung

penuh karena ini memaksa oksigen dalam tubuh tersedot k rongga perut

untuk mengurai makanan. Tidak heran jika setelah perut terisi makanan,

rasa kantuk akan segera menyergap yang membuat konsentrasi menurun

drastis.

B. Konsentrasi Belajar

1. Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi dalam bahasa Inggris disebut concentration yang berarti

pemusatan. Berdasarkan Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan yang dikarang

13
oleh Drs. H Mursal, konsentrasi merupakan pemusatan fungsi jiwa

terhadap suatu masalah atau objek.

The Liang Gie melalui bukunya yang berjudul “Cara Belajar yang

Efisien” juga menyebutkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan pikiran

terhadap suatu hal dengan mengenyampingkan masalah lainnya yang

tidak berhubungan.

Belajar sendiri sering didefinisikan sebagai perubahan secara relatif

yang berlangsung lama dan diperoleh dari pengalaman-pengalaman

sebelumnya. Terdapat sebagian orang yang beranggapan bahwa belajar

adalah semata-mata mengumpulkan materi pelajaran, dan ada pula yang

memandang belajar sebagai latihan, seperti membaca dan menulis.

Pengertian mengenai belajar di atas hanyalah yang umumnya dikenal

dalam kalangan masyarakat. Berikut ini beberapa definisi belajar yang

dikemukakan oleh para ahli:

a. James O. Whittaker, “learning may be defined as a process by which

behavior originates or is altered through training or experience.”

Belajar dapat didefinisikan sebagai proses ditimbulkan atau

diubahnya tingkah laku melalui latihan atau pengalaman.

b. Lee J. Cronbach dalam bukunya yang bertajuk Educational

Psychology berpendapat, “learning is shown by change in behavior

as a result of experience.”

14
c. Howard K. Kingsley mengemukakan definisi belajar, yaitu,

“learning is the the process by which behavior (in the broader

sense) is originated or changed through practice or training.”

d. B.F. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya

Educational Psychology: The Teaching-Learning Process,

mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Pendapat ini diungkapkan secara ringkas bahwa belajar adalah “a

process of progressive behavior adaptation.”

e. J.P. Chaplin dalam Dictionary of Psychology mengemukakan belajar

dengan 2 macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi, “acquisition

of any relatively permanent change in behavior as a result of

practice ad experience.” Belajar adalah perolehan perubahan tingkah

laku yang relatif menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Rumusan kedua bertuliskan, “process of acquiring responses as a

result of special practice.” Belajar adalah proses menangkap respon-

respon sebagai hasil dari latihan khusus.

f. Douglas L. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning

and Memory berpendapat, “learning is a change in organism due to

experience which can affect the organism’s behavior.” Belajar

merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme

manusia atau hewan yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat

memengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

15
g. Arno F. Wittig melalui bukunya Psychology of Learning

mendefiniskan belajar sebagai any relatively permanent change in

an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of

experience. Belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif menetap

dan terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu

organisme sebagai hasil pengalaman.

h. Arthur S. Reber dalam kamusnya bertajuk Dictionary of Psychology

mengungkapkan belajar dengan 2 definisi. Pertama, belajar adalah

proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar merupakan suatu

perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil

dari latihan yang diperkuat.

i. John B. Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning

mendefiniskan belajar dalam tiga rumusan, yaitu kuantitatif

(dipandang dari sudut jumlah) yang berarti belajar merupakan

kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan

fakta sebanyak-banyaknya, rumusan institusional (ditinjau dari

kelembagaan) yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai

proses validasi atau pengasahan terhadap penguasaan siswa atas

materi-materi yang telah dipelajari, dan rumusan kualitatif yang

berupa tinjauan mutu dan merupakan proses memperoleh arti-arti

dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di

sekeliling siswa.

16
Bertolak dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, secara

umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah

laku individu yang relatif menetap dan merupakan hasil pengalaman serta

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Dari beberapa definisi belajar yang sudah disebutkan, terdapat

persamaan konsep yang sering disebutkan dalam definisi tersebut, yaitu

perubahan, tingkah laku, latihan, dan pengalaman. Dapat disimpulkan

bahwa inti dari belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari

latihan dan pengalaman.

Belajar merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara-cara menafsirkan dunia

di sekelilingnya sehingga terjadi perubahan sikap pada diri individu

tersebut melalui latihan dan pengalaman.

Sedangkan menurut The Liang Gie dalam bukunya yang berjudul

Cara Belajar yang Efisien, konsentrasi dalam belajar berarti pemusatan

pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengenyampingkan hal

lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya

kualitas dan prestasi belajar seseorang, sebagian besar disebabkan oleh

lemahnya kemampuan orang tersebut untuk dapat melakukan konsentrasi

belajar (Hendra Surya, 2009:20). Konsentrasi adalah pemusatan pikiran,

atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang

siswa selama periode belajar. Konsentrasi yang baik adalah ketika

17
seorang siswa berada dalam kondisi alfa atau rileks tanpa stres ditandai

dengan terbukanya 88% pikiran bawah sadar (Femi Olivia, 2009:40).

Suatu proses pemusatan daya pikiran dan perbuatan tersebut maksudnya

adalah aktivitas berpikir dan tindakan untuk memberi tanggapan-

tanggapan yang lebih intensif terhadap fokus atau objek tertentu.

Kesulitan memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar di sekolah

membuat Anda tak mampu mencerna apa yang dijabarkan guru (Hendra

Surya, 2009:21).

2. Tipe-tipe Belajar

Dalam proses belajar, dikenal beberapa macam kegiatan yang

memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik

dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan

perubahan tingkah laku yang diharapkan, keanekaragaman jenis belajar

ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan hidup

manusia yang juga bermacam-macam, di antaranya adalah belajar

abstrak, belajar keterampilan, belajar sosial, belajar pemecahan masalah,

belajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi, dan belajar

pengetahuan.

a. Belajar abstrak, yaitu belajar yang menggunakan cara-cara berpikir

abstrak dan bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan

pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Untuk itu,

dibutuhkan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas

18
prinsip, konsep, dan generalisasi, misal belajar matematika, tauhid,

dan kimia.

b. Belajar keterampilan, yaitu belajar dengan menggunakan gerakan-

gerakan motorik dan bertujuan untuk memperoleh dan menguasai

keterampilan jasmaniah tertentu. Guna menyempurnakan perihal

tersebut, maka sangat diperlukan latihan-latihan intensif dan teratur,

seperti belajar olahraga, musik, menari, dan beribadah.

c. Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan

teknik-teknik untuk memecahkan suatu masalah dan memiliki tujuan

untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan

masalah-masalah sosial, misalnya masalah yang bersifat

kemasyarakatan. Belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur

dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi

peluang kepada orang lain guna memenuhi kebutuhannya secara

berimbang dan proporsional.

d. Belajar pemecahan masalah adalah belajar yang menggunakan

metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur,

dan teliti. Tujuannya yakni untuk memperoleh kemampuan dan

kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara rasional,

lugas, dan tuntas.

e. Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan

berpikir secara logis (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah

19
untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-

prinsip atau konsep-konsep yang ada.

f. Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan

baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Selain

menggunakan perintah suri teladan dan pengalaman khusus, belajar

kebiasaan juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya

agar siswa dapat memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan perbuatan

baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan

dan waktu (kontekstual).

g. Belajar apresiasi merupakan belajar mempertimbangkan (judgement)

arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa

memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective

skills) untuk meningkatkan kemampuan menghargai secara tepat

terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra.

h. Belajar pengetahuan adalah belajar dengan melakukan penyelidikan

mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Pembelajaran ini

bertujuan agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan

pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit

dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya

dengan memanfaatkan alat-alat laboratorium dan penelitian

lapangan.

Selain dari tipe-tipe belajar yang telah dipaparkan di atas, ada pula

yang mengatakan bahwa cara atau gaya belajar termasuk dalam tipe-tipe

20
belajar. Gaya belajar tersebut dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu

visual, auditory, dan kinestetik.

a. Visual

Seseorang yang memiliki tipe belajar visual akan cepat

mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan,

grafik, dan gambar. Orang tersebut mudah mempelajari dan

mengingat bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat

penglihatannya.

b. Auditory

Seseorang yang bertipe auditory tidak akan kesulitan mempelajari

bahan yang disajikan dalam bentuk suara. Ia mudah menangkap

bahan pelajaran dengan cara diterangkan atau didiskusikan daripada

apa yang dilihat.

c. Kinestetik

Seseorang yang bertipe kinestetik akan melakukan banyak

pergerakan pada saat belajar, tidak bisa diam di suatu tempat, dan

tidak bisa duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama. Ia

mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan dan gerakan-

gerakan.

Ketiga tipe tersebut biasanya dimiliki oleh setiap orang, hanya saja ada

salah satu dari ketiga tipe tersebut yang paling dominan pada diri

seseorang.

21
Tipe-tipe belajar di atas perlu diketahui dan diperhatikan oleh guru

maupun orang tua. Dengan mengetahui dan memperhatikan tipe-tipe

belajar anak, seorang pendidik dapat mengetahui cara bagaimana harus

memberikan tindakan belajar untuk anak.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Kemampuan konsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan.

Tanpa konsentrasi, kita tidak akan bisa mengingat dan mengerti terhadap

materi yang telah dipelajari. Konsentrasi erat hubungannya dengan

perhatian Harry Maddox dalam bukunya yang berjudul How to Study

yang memaparkan bahwa konsentrasi bukanlah sebuah kecakapan dari

pikiran atau otak, melainkan bergantung pada kontrol perhatian. Jadi,

konsentrasi dapat terjadi apabila kita memiliki perhatian besar terhadap

sesuatu.

Terdapat dua faktor yang mengganggu konsentrasi, di

antaranya:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam individu, seperti

tekad yang kurang kuat untuk belajar, sifat emosi, reaksi terhadap

lingkungan, haus, lapar, kurang sehat, target kerja yang belum

realistis, masalah pribadi, dan rasa dosa atau bersalah

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar diri individu,

seperti suara gaduh, teman atau orang-orang sekitar yang bertanya

atau mengajak berbincang, tempat belajar yang menghadap jendela

22
atau jalan, tidak tersedianya alat-alat yang diperlukan, kondisi meja

atau kursi, suhu ruangan, cara menyusun jadwal, dan urutan belajar.

Di sisi lain, faktor kelelahan juga dapat menyebabkan penurunan

konsentrasi. Kelelahan merupakan dampak setelah melakukan

aktivitas fisik dan mental. Kelelahan fisik dalam belajar jarang

ditemukan, kecuali jika belajar berjam-jam tanpa henti. Sedangkan

kelelahan mental sering terjadi dan merupakan penyebab

menurunnya konsentrasi secara umum. Gejala yang paling menonjol

dari kelelahan mental adalah rasa bosan atau jenuh.

Dalam buku karangan The Liang Gie yang berjudul Cara Belajar

yang Efisien dikemukakan beberapa sebab yang dapat mengganggu

konsentrasi, yaitu:

a. Kurangnya minat terhadap mata pelajaran yang dipelajari.

b. Gangguan keadaan sekeliling, seperti suara radio yang terlampau

keras, udara yang panas, atau bentuk meja dan kursi yang kurang

nyaman dipakai.

c. Masalah-masalah kecil atau buah-buah pikiran yang mengaduk otak

sehingga sering memecah perhatian yang tengah dipusatkan.

d. Kesenadaan suatu bahan pelajaran sampai menimbulkan kejenuhan

dalam pikiran.

e. Gangguan kesehatan dan keletihan badan.

Selain faktor-faktor di atas, adapula faktor-faktor yang dapat

memengaruhi belajar itu sendiri. Faktor-faktor tersebut secara tidak

23
langsung bisa memengaruhi konsentrasi belajar karena keduanya

memiliki kaitan yang erat.

Menurut Drs. Sumadi Suryabrata dalam bukunya yang berjudul

Psikologi Pendidikan, terdapat dua faktor yang memengaruhi belajar,

yaitu:

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri belajar yang dapat

digolongkan menjadi dua bagian, di antaranya:

1) Faktor-faktor non sosial

Kelompok faktor-faktor ini adalah keadaan udara, suhu

udara, cuaca, waktu, tempat, dan alat-alat yang dipakai untuk

belajar.

2) Faktor-faktor sosial

Faktor ini merupakan faktor manusia, baik manusia itu hadir

maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, misalnya melalui

potret atau suara nyanyian yang terdengar dari radio.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar yang dapat

dibedakan menjadi dua golongan, di antaranya:

1) Faktor fisiologis

a) Tonus (tegangan otot) dan jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya bisa dikatakan

dapat memengaruhi aktivitas belajar seseorang dan terdapat

dua hal yang yang dikemukakan. Pertama, nutrisi cukup

karena kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan

24
kurangnya tonus jasmani yang memiliki pengaruh berupa

kelesuan, lekas mengantuk, lelah, dan sebagainya. Kedua,

beberapa penyakit yang kronis, seperti pilek, influenza,

sakit gigi, dan batuk biasanya diabaikan karena dianggap

tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan

pengobatan. Namun pada kenyataannya, penyakit-penyakit

tersebut sangat mengganggu aktivitas belajar.

b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu

2) Faktor psikologis

a) Perhatian

b) Pengamatan

c) Tanggapan

d) Fantasi

e) Ingatan

f) Berpikir

g) Perasaan

h) Motif-motif

i) Intelegensi

j) Bakat

Sedangkan menurut Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul

Psikologi Pendidikan, terdapat 3 faktor yang memengaruhi aktivitas

belajar siswa, yaitu:

a. Faktor internal

25
1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dapat

memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Untuk mempertahankan tonus jasmaninya tetap

bugar, siswa dianjurkan mengonsumsi makanan dan minuman

yang bergizi. Tidak hanya itu, siswa juga dianjurkan untuk

berolahraga secara teratur serta memiliki istirahat yang cukup.

Selain kondisi umum siswa, ada pula kondisi organ-organ

khusus yang dapat memengaruhi kemampuan siswa dalam

menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti penglihatan

dan pendengaran.

2) Aspek psikologis

a) Tingkat kecerdasan siswa

b) Sikap siswa

c) Bakat siswa

d) Motivasi siswa

e) Minat siswa

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial bagi siswa terdiri dari dua macam,

yaitu lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi,

26
dan teman-teman sekelas, serta lingkungan sosial tempat tinggal

siswa seperti masyarakat, tetangga, dan teman sepermainan.

2) Faktor lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah

letak dan kondisi gedung sekolah, rumah tempat tinggal

keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu

belajar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar merupakan salah satu jenis upaya

siswa, meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk

melakukan kegiatan pembelajaran di kelas.

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Kamis, 3 Juni 2021, di SMA Negeri 1

Kota Tangerang Selatan.

B. Alat dan Bahan

1. Kertas

2. Printer

C. Cara Kerja

1. Cetak lembar kuisioner sebanyak jumlah sampel yang dibutuhkan.

Sampel yang diambil peneliti pada penelitian kali ini berjumlah tiga

puluh orang.

2. Sebarkan lembar kuisioner ke masing-masing kelas saat jam istirahat.

Karena terdapat enam kelas MIPA di SMA Negeri 1 Kota Tangerang

Selatan, maka setiap kelas memiliki bagian sebanyak lima lembar

kuisioner. Lembar kuisioner boleh diambil oleh siapa saja yang berada di

dalam kelas yang tersebut.

3. Peneliti memberikan waktu pengisian selama lima belas menit.

4. Lembar kuisioner yang sudah terisi dikembalikan kepada peneliti.

5. Peneliti melakukan penyutingan berupa pengelompokkan data sesuai

jenisnya, lalu melakukan penilaian dengan memberikan skor terhadap

jawaban dari masing-masing pertanyaan yang tersedia dalam kuisioner.

28
6. Data hasil pengelompokkan yang disajikan dalam bentuk table kemudian

dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan persentase dengan menggunakan

rumus sebagai berikut.

F
P= ×100%
N

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases (jumlah frekuensi) atau banyaknya individu

7. Untuk teknik analisis data, penulis menggunakan rumus korelasi pearson

product moment, yaitu alat uji statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis asosiatif (uji hubungan) dua variabel bila datanya berskala

interval atau rasio.

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy = 2 2
¿¿
√{N ∑ X −( ∑ X ) ¿}¿ ¿ ¿

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” pearson product moment

N = Number of cases (jumlah frekuensi) atau banyaknya individu

X = Variabel bebas (sarapan)

Y = Variabel terikat (konsentrasi belajar)

ΣX = Jumlah skor X

ΣY = Jumlah skor Y

ΣXY = Jumlah hasil perkalian skor X dan skor Y

29
8. Langkah selanjutnya, peneliti memberikan interpretasi secara kasar atau

sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” pearson product moment

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Besar “r” product moment (rxy) adalah 0,00-0,20. Jika nilai rxy berada

dalam rentang interval tersebut, maka antara variabel X dan variabel

Y terdapat korelasi. Tetapi, korelasi tersebut sangat lemah atau

sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada

korelasi antara variabel X dan variabel Y)

b. Besar “r” product moment (rxy) adalah 0,21-0,40. Jika nilai rxy berada

dalam rentang interval tersebut, maka antara variabel X dan variabel

Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

c. Besar “r” product moment (rxy) adalah 0,41-0,60. Jika nilai rxy berada

dalam rentang interval tersebut, maka antara variabel X dan variabel

Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

d. Besar “r” product moment (rxy) adalah 0,61-0,80. Jika nilai rxy berada

dalam rentang interval tersebut, maka antara variabel X dan variabel

Y terdapat korelasi yang tinggi atau kuat.

e. Besar “r” product moment (rxy) adalah 0,81-1,00. Jika nilai rxy berada

dalam rentang interval tersebut, maka antara variabel X dan variabel

Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

30
BAB IV
ANGGARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN

A. Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1 Print dan fotocopy 80.000,00
2 Konsumsi untuk responden 50.000,00
Total 130.000,00

B. Jadwal Kegiatan

Bulan
No Jenis Kegiatan
4 5 6
1 Mencari referensi
2 Mencari tempat penelitian
3 Mencari responden
6 Pencarian peralatan
7 Penelitian

31
DAFTAR PUSTAKA

D. Wilson, Eva, dkk. 1967. Principles of Nutrition. New York: John Wiley &
Sons, Inc.
Gie, The Liang. 1977. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Istianah. 2008. “Pengaruh Sarapan terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas VIII
Sekolah Menegah Pertama Negeri 20 Bekasi”, (Online),
(https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7293/1/ISTIA
NAH%202-FITK, diakses 28 April 2021)
Listiani, Lia. 2015. “Artikel Pentingnya Pemberian Sarapan Pagi Pada Anak Usia
Sekolah”, (Online), (http://kliniklialistiani.blogspot.com/2015/12/artikel-
pentingnya-pemberian-sarapan.html, diakses 28 April 2021)
Maddox, Harry. 1963. How to Study. London: Pan Books.
Mason, R.D & Douglas A. Lind. 1996. Teknik Statistik Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Ramlah. 2015. “Pengaruh Kemampuan Mengingat terhadap Hasil Belajar IPA
Peserta Didik Kelas VI MI An-Nashar Makassar”, (Online),
(http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2587/1/Ramlah.pdf, diakses 28 April
2021)
Riana. 2017. “Segudang Manfaat Sarapan Menurut Para Ahli”, (Online),
(https://m.jitunews.com/read/53054/segudang-manfaat-sarapan-menurut-
para-ahli, 28 April 2021)
Sadriadi. 2011. “Korelasi Product Moment (Product Moment Correlation)”,
(Online),
(https://www.academia.edu/11455353/Korelasi_Product_Moment_Product
_Moment_Correlation_Oleh_Sadriadi_10911005042, diakses 28 April
2021)
Usman, H. dan R. Purnomo Setiady Akbar. 2000. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara.

32

Anda mungkin juga menyukai