TIM PENULIS
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan modul praktikum biofarmasi –
farmakokinetika klinik. Modul ini menjelaskan tentang proses praktikum dari mata kuliah
patologi klinik yang ada pada Kurikulum Pendidikan Sarjana Farmasi Klinik dan Komunitas.
Modul praktikum ini merupakan pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan
proses praktikum, sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga
diharapkan konten praktikum yang dilaksanakan terstandar untuk semua dosen pada
pendidikan Sarjana Farmasi Klinik dan Komunitas.
Dengan disusunnya modul ini diharapkan pelaksanaan praktikum menjadi terarah,
mudah, dan mempunyai kesamaan dalam keluasan dan kedalaman materi, sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selesainya penyusunan modul praktikum ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya. Semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa
program studi Sarjana Farmasi Klinik dan Komunitas. Masukan yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan dan pelaksanaan modul praktikum
berikutnya.
Denpasar, Desember 2020
Tim Penulis
VISI DAN MISI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
(ITEKES Bali)
VISI
Menjadi pusat inovasi teknologi dan kesehatan yang berkarakter dan berwawasan global
MISI
1. Melaksanakan tata kelola institusi yang baik sesuai dengan sistem penjaminan mutu
2. Menyelenggarakan pendidikan di bidang teknologi dan kesehatan yang dinamis
berlandaskan kearifan lokal
3. Menyelenggarakan penelitian yang berkualitas dan berkesinambungan di bidang teknologi
dan kesehatan
4. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat di bidang teknologi dan kesehatan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
5. Mengembangkan kerjasama di tingkat regional, nasional maupun internasional
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan di bidang teknologi dan
kesehatan
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
I. Praktikum Hematologi
1. Blood sampling 1
2. Pemeriksaan kadar Hb 6
3. Penghitungan jumlah sel darah 9
4. PCV 10
5. LED 11
6. Hapusan darah tepi 13
7. Hitung jenis 15
8. Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20
II. Praktikum Perbankan Darah
1. Pemeriksaan golongan darah
Sistem ABO 25
Sistem Rhesus 27
III. Praktikum Urinalisis
1. Pemeriksaan fisis 30
2. Pemeriksaan khemis 35
Glukosa 40
Pemeriksaan sedimen 45
IV. Pemeriksaan Darah Samar 49
V. Daftar Pustaka
MODUL 1
HEMATOLOGI
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH KAPILER DAN VENA
UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Lokasi
Lokasi pengambilan yang dipilih untuk maksud ini adalah:
Ujung jari tangan (3 atau 4)
Alat-Alat
Alat yang dipakai untuk melakukan tusukan disebut blood
lancet.
Bentuknya bermacam-macam, tetapi yang terbaik tentunya
disposible lancet (lancet sekali pakai). Alat ini harus steril dan
tajam serta daya tusuknya mempunyai kedalaman tertentu (
3 mm).
Perhatikan gambar blood lancet dibawah ini.
Prosedur Kerja
1) Tempat yang akan ditusuk harus didesinfeksi dahulu
dengan alkohol 70% atau desinfektan lainnya, lalu biarkan
kering.
2) Kulit setempat ditegangkan dengan memijat antara dua jari.
3) Lakukan penusukan. Penusukan hendaknya dilakukan
dengan cepat tetapi tepat, sehingga terjadi luka yang
dalamnya sekitar 3 mm.
4) Tetesan darah pertama hapus dengan kapas kering dan
bersih, karena darah ini sangat mungkin masih bercampur
dengan alkohol.
5) Gunakanlah tetesan darah berikutnya sebagai sampel darah
untuk pemeriksaan.
Kendala
Apabila kulit disekitarnya tidak kering (basah oleh alkohol
atau keringat) maka, pengambilan sampel darah akan
menjadi sulit oleh karena darah segera akan menyebar dan
sampel darah ini tidak boleh dipakai, oleh karena sudah
tercampur bahan-bahan lain.
Apabila di tempat penusukan tidak baik atau penusukan
kurang dalam maka, darah yang keluar kurang lancar.
Usaha melancarkan keluarnya darah melalui pemijatan
tidak dibenarkan oleh karena sampel darah yang didapat
sudah bercampur dengan cairan jaringan, sehingga terjadi
pengenceran akibatnya pada pemeriksaan seperti
pengukuran kadar Hb ataupun penghitungan jumlah sel
darah akan didapat hasil yang lebih rendah.
Lokasi
Pada umumnya semua vena yang cukup besar dan lokasinya
superficial (dipermukaan) dapat digunakan untuk pengambilan
sampel darah.
Tetapi pada prakteknya yang sering digunakan adalah vena di
daerah fossa cubiti terutama vena mediana cubiti.
Pada anak-anak yang kecil atau bayi, kalau perlu maka sampel
darah dapat diambil dari vena jugularis externa, vena
femoralis, dan bahkan dari sinus sagitalis superior.
Alat-Alat
1) Syringe (semprit dan jarum)
Semprit, harus bersih, dan kering. Syarat steril tidak
mutlak kecuali, sampel darah untuk biakan. Besarnya
semprit tergantung pada jumlah sampel darah yang
dibutuhkan.
Jarum yang digunakan pada umumnya adalah jarum
NO. 2 (ukuran Eropa) atau Gage 18-21 (ukuran USA).
Pada anak-anak yang kecil dan bayi dapat digunakan
jarum yang lebih kecil (wing needle – jarum bersayap)
oleh karena kecilnya vena pada anak-anak atau bayi
tersebut.
Pada saai ini sudah banyak dijumpai disposible spuit
yang bersih, kering, dan steril yang hanya sekali pakai.
Juga ada alat yang disebut vacutainer, yaitu alat
pengambilan sampel darah yang berupa tabung dengan
tutup karet dimana ruang di dalam tabung hampa udara.
2) Torniquete (pembendung)
Torniquete dapat diganti dengan alat lain seperti slang
plastik (bekas infus), yang penting fungsinya sebagai alat
pembendung.
Prosedur Kerja
1) Torniquete dipasang pada lengan atas pasien.
2) Sekitar daerah vena yang akan ditusuk didesinfeksi
dengan alkohol 70% atau desinfektan lainnya, lalu
biarkan kering.
3) Vena difiksasi dengan menegangkan kulit pada bagian
distal dari vena tersebut dengan pertolongan ibu jari kiri.
4) Dengan lubang jarum menghadap ke atas, vena
ditusukkan pelan-pelan. Bila ujung jarum telah masuk ke
dalam vena, maka akan dirasakan tekanan yang tiba-tiba
berkurang. Vena yang besar dapat langsung, sedangkan
vena yang agak kecil lebih baik jarum dimasukkan
dahulu diantara kulit dan vena lalu baru menembus vena.
5) Bila berhasil segera akan terlihat darah memasuki
semprit dan pengambilan dilanjutkan denganmenarik
toraknya pelan-pelan sampai didapatkan jumlah darah
yang diinginkan.
6) Torniquete dilepas.
7) Sepotong kapas steril ditempelkan pada luka tempat
penusukan, lalu jarum dikeluarkan pelan-pelan.
8) Pasien diminta untuk meneruskan menekan sepotong
kapas tadi selama 1 – 2 menit sambil mengangkat
lengannya ke atas.
9) Jarum dilepaskan dari semprit lalu sampel darah
dimasukkan pelan-pelan ke dalam botol yang telah
disediakan supaya tidak timbul buih. Sebaiknya darah
dialirkan melalui dinding botol waktu menuangnya.
10) Bila menggunakan antikoagulan maka segera botol
penampung dikocok pelan-pelan supaya darah bercampur
baik dengan antikoagulan.
PRAKTIKUM I (HEMATOLOGI-1)
(Hemoglobin, Hitung Jumlah Eritrosit, PCV)
A. Prinsip
Hemoglobin (Hb) darah dengan HCl 0,1N akan berubah menjadi
asam hematin.
Kemudian kadar asam hematin ini diukur dengan
membandingkan warnanya dengan warna standar secara visual.
C. PROSEDUR KERJA
1) Tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1N sampai tanda
2 g%.
2) Sampel darah dihisap dengan pipet Sahli sampai tanda 20
cmm.
3) Bagian ujung luar pipet dibersihkan dengan kertas saring.
4) Darah segera ditiup dengan hati-hati ke dalam larutan Hcl
0,1N dalam tabung hemometer tanpa menimbulkan
gelembung udara.
5) Pipet dibilas dengan cara meniup dan menghisap HCl 0,1N
yang ada dalam tabung hemometer beberapa kali. Juga bagian
luar pipet Sahli dibilas beberapa kali dengan beberapa tetes
larutan HCl 0,1N atau aquades.
6) Tunggu 10 menit, memberi kesempatan terbentuknya asam
hematin (95%).
7) Asam hematin ini kemudian diencerkan dengan aquades tetes
demi tetes sambil diaduk sampai didapatkan warna yang
warna standard.
8) Meniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g% (g/dl).
D. NILAI RUJUKAN
♂ Laki-laki : 13,5 – 18,0 g/dl
♀ Perempuan : 12,0 – 16,0 g/dl
A. Prinsip
Darah diencerkan serta diwarna dengan larutan tertentu, lalu sel-
sel darah dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop.
C. Prosedur Kerja
1) Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan di bawah
mikrosop dan ditutup dengan glas penutup.
2) Hisap sampel darah dengan pipet pengencer Thoma tanda
0,5 (E, L, T), kemudian disusul dengan larutan pengencer,
larutan Hayem sampai dengan tanda 101 (E),
larutan Turk sampai dengan tanda 11 (L),
larutan Rees Ecker sampai dengan tanda 101 (T).
3) Kocok pipet pengencer (dengan membentuk angka 8).
4) Tiga tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi
dengan tetesan beri-kutnya secukupnya.
5) Biarkan beberapa menit agar sel mengendap.
6) Lakukan penghitungan sel dalam kamar hitung 4 persegi pada
kotak-kotak dengan kode,
ABCDE : Eritrosit
1,2,3,4 : Lekosit, : Trombosit (lihat gambar !)
D. Nilai Rujukan
A. Prinsip
Eritrosit dimampatkan dengan alat pemusing (microhematocrit
centrifuge), kemudian eritrosit yang sudah mampat dibaca pada
chart.
B. Alat-Alat & Reagen
1. Heparinized microhematocrit tube
2. Microhematocrit centrifuge
3. Seal (malam)
4. Chart
C. Prosedur Kerja
1) Tabung microHct diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3
bagian.
2) Salah satu ujung (yang tertutup darah) diseal.
3) Tempatkan tabung microHct tadi pada microHct centrifuge.
( Perhtaikan : ujung pipet kapiler yang diseal menghadap ke
luar)
4) Pusingkan selama 5 menit, dengan kecepatan 20.000 rpm.
5) Hasilnya dibaca pada chart.
D. Nilai Rujukan
♂ Laki-laki : 40 - 50%
♀ Perempuan : 38 – 47%
Gambar Chart dan Cara Pembacaan
AB = tinggi plasma
BC = tinggi sel darah yang dimampatkan
CD = tinggi seal
100 .
90
.
80
A
70 .
60 B
.
50
40 .
30 .
20
10 .
0 .
. C D
.
.
PRAKTIKUM II (HEMATOLOGI-2)
(Leukosit, LED)
A. Prinsip
Sampel darah dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung
khusus beskala dan diletakkan tegak lurus, maka eritrosit akan
mengendap.
Pengendapan ini diukur pada 1 jam dan 2 jam berikutnya.
D. Nilai Rujukan
Jam I : 0 – 2 mm
Jam II : 2 – 11 mm
PRAKTIKUM III (HEMATOLOGI-3)
(Hitung Jenis Leukosit, Hapusan Darah Tepi)
A. Prinsip
HJ atau DC adalkah mengidentifikasi dan menghitung jenis
leukosit sekurang-kurangnya 100 sel, dan dinyatakan dalam %.
C. Prosedur Kerja
1. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan (counting area).
2. Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain,
kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak
3 lapangan pandang (lihat gambar-1 !).
3. Untuk memudahkan penghitungan, maka buatlah kotak-kotak
sebagai berikut (lihat gambar-2 !).
4. Jenis leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari
kolom- 1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom-2.
5. Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan
bila ke 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 lekosit yang
diidentifikasi dan dihitung.
D. Nilai Rujukan
Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit /
Monosit
1 – 4% / 0 – 1%/ 2 – 5%/ 36 – 66% / 22 – 40% / 4 – 8%
Gambar-1
Gambar-2
KOLOM
Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml
Leuko TTL
Eos I
Baso -
Stab I
Seg IIII DS
T
Limfo II
Mono I
Jml 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
TTL
A. Prinsip
Setetes darah dipaparkan di atas sebuah glas objek, kemudian
dilakukan pewarnaan, dan selanjutnya di evaluasi.
C. Prosedur Kerja
1) Teteskan satu tetes sampel darah pada salah satu ujung objek
glas.
2) Peganglah glas penghapus sedemikian rupa sehingga sampel
darah berada pada sudut antara glas objek dan glas penghapus
(sudut 30O-45O)
3) Hapuskan glas penghapus ke arah tetesan darah sehingga
menyentuhnya dan tetesan darah tadi akan merata antara
antara ujung glas penghapus dan objek.
4) Geserlah glas penghapus sedemikian rupa ke arah yang
bertentangan dengan arah pertama. Dengan demikian tetesan
darah tadi akan merata di atas glas objek sebagai lapisan yang
tipis.
5) Hapusan ini segera dikeringkan dengan menggerak-
gerakkannya di udara atau dapat dipakai kipas angin, tetapi
jangan ditiup dengan hembusan nafas.
6) Tebalnya lapisan darah tergantung dari
Besarnya tetesan darah
Cepatnya kita menggeserkan glas penghapus
Sudut antara glas penghapus dengan glas objek
Gerakan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 30 O akan
menghasilkan lapisan darah yang tipis dan sebaliknya
penghapus yang cepat atau sudut yang lebih besar dari 30 O
akan menghasilkan lapisan darah yang tebal.
7) Lekosit-lekosit tidak boleh menggerombol dibagian akhir
(feather edge) dari hapusan. Bila ini terjadi maka distribusi
dari macam-macam lekosit tidak representatif. Gerakan yang
terlalu pelan atau glas penghapus yang kotor dapat menyebabkan
kesalahan ini.
8) Mengeringkan hapusan dengan segera penting sekali.
9) Bila tidak maka eritrosit akan mengalami kerusakan (crenation)
dan memudahkan terjadinya bentukan rouleaux (rulo).
D. Pewarnaan HDT
Pewarna yang dapat dipakai banyak macamnya. Biasanya dipakai
salah satu dari pewarna Romanosky (Giemsa, Wright).
Reagen Pewarna
Wright Stain
Pewarna ini mengandung eosin dan methylene blue dengan
pelarut methanol.
Buffer Phosphat pH 6,4
Bufer fosfat ini terdiri dari KH2PO4 dan Na2HPO4
KH2PO4..........................6,63 g
Na2HPO4........................3,20 g
Aquades ad ……………… 1 L
Prosedur Kerja Pewarnaan
1) Hapusan yang sudah kering difiksasi dengan meneteskan
pewarna Wright pada hapusan darah sehingga hapusan ini
tertutup seluruhnya.
Waktu fiksasi lebih kurang 2 menit.Penilaian Kualitas HDT
2) Pada hapusan yang baik eritrosit warnanya merah jingga
(red orange) dan leukosit berwarna biru dan intinya ungu.
3) Bila eritrosit berwarna biru, maka ini disebabkan karena
bufer yang terlalu alkalis atau pencucian kurang bersih.
4) Bila inti sel tidak berwarna ungu tetapi biru, ini disebabkan
karena pewarnaan yang kurang.
5) Bila pewarnaan dilakukan terlalu lama, kemudian dicuci
berlebihan, maka inti sel masih terlihat tetapi granula
sitoplasma tidak tampak lagi.
6) Untuk menghindari pengendapan metalic scum pada
hapusan, janganlah memiringkan glas objek untuk
membuang pewarna.
7) Pewarna tersebut harus dihanyutkan dengan menuangkan
aquades yang cukup banyak, sedangkan hapusan tetap
dalam posisi mendatar di atas rak pewarnaan.
8) Waktu fiksasi dan pewarnaan dapat diubah-ubah
tergantung dari kualitas pewarna yang dipakai.
F. Pemeriksaan HDT
Pemeriksaan HDT terdiri dari,
1) Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (Objective 10X)
Penilaian kualitas HDT
Penafsiran jumlah leukosit dan eritrosit
Penafsiran hidtung jenis leukosit
Pemeriksaan adanya sel-sel muda dan abnormal
2) Pemeriksaan dengan minyak imersi (objective 100X)
Eritrosit : apakah ada kelainan atau variasi morfologik
Leukosit : Hitung jenis
Mencari kelaianan morfologik
Trombosit : penafsiran jumlah dan morfologinya
Sel-sel abnormal : pemeriksaan morfologik.
Warnanya (chromasi)
Leukosit
Kesan jumlah leukosit
Hitung jenis leukosit
Sel-sel muda dan abnormal
Trombosit
Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT.
Jumlah normal pada tiap lapangan pandang ada
30’
Suitable viewing
Kaca peluncur
Gambar jenis leukosit
( Gambar limposit)
(Gambar eosinofil)
( Gambar basofil)
( gambar monosit)
(gambar eritrosit)
HAPUSAN DARAH TEPI NORMAL
PRAKTIKUM IV. (HEMATOLOGI -4 : faal hemostasis)
(Bleeding Time,Clotting Time,Thrombocyte Count)
1. MASA PERDARAHAN
(Bleeding Time/BT cara Duke)
A. Prinsip
Menghitung waktu dari saat perdarahan pertama tampak
sampai tidak tampak ada bekas darah pada kertas saring.
C. Prosedur Kerja
1) Desinfeksi cuping daun telinga (CDT) dengan alkohol 70%,
lalu biarkan kering.
2) Tegangkan cuping daun telinga antara ibu jari dan telunjuk
tangan kiri pemeriksa, lalu tusuk dengan blood lancet
bagian tepi bawah CDT.
3) Begitu darah tampak keluar hidupkan stopwatch.
4) Darah yang keluar hampir menetes disentuh dengan kertas
saring tiap 30 detik (hati-hati jangan sampai menyentuh
luka !).
5) Kerjakan hal ini terus sampai perdarahan berhenti (tidak
ada bintik/ bekas darah lagi pada kertas saring).
6) Catat waktunya !
D. Nilai Rujukan
1 – 3 menit
3 – 5 menit ( disebut nilai batas border line )
5 menit (memanjang )
E. catatan
Pada keadaan tusukan yang kurang dalam darah bisa tidak
keluar, pada keadaan ini CDT jangan dipijat-pijat, tetapi
ulangi saja percobaan pada telinga yang satunya lagi.
Pada keadaan dimana perdarahan tidak berhenti setelah
waktu berlang-sung 5 menit, maka perdarahan distop
secara aktif dengan cara menekan luka menggunakan kapas
kering terus diplester.
2. MASA PEMBEKUAN
(Clotting Time/CT, Modifikasi cara Lee and White)
A. Prinsip
Menghitung waktu dari saat perdarahan pertama tampak
sampai darah membeku pada tabung ke III.
C. Prosedur Kerja
1) Tentukan dahulu lokasi vena yang akan diambil darahnya
(biasanya v. mediana cubiti).
2) Lakukan pembendungan dengan baik, desinfeksi, fiksasi
vena, lalu tusuklah vena secara langsung.
3) Begitu darah tampak mulai masuk ke dalam semprit,
stopwatch dihidupkan.
4) Ambilah sampel darah secukupnya.
5) Masing-masing tabung (I, II, III) diisi dengan 1,5 ml sampel
darah tadi.
6) Biarkan 4 menit, lalu mulai dari tabung I miring-miringkan
tabung 90O tiap 30 detik, untuk melihat apakah darah
sudah beku. Bila sudah beku catat waktunya dan lanjutkan
dengan cara yang sama pada tabung II dan tabung III.
7) Hasil : nilai rata-rata dari ketiga tabung percobaan tadi.
D. Nilai Rujukan
5 - 15 menit
15 menit : memanjang
E. catatan
Bila terjadi pembekuan yang tidak berurutan maka darah pada
tabung yang lebih dahulu hasilnya diabaikan.
TUGAS :
A. Prinsip
1) Cara Langsung (cell grouping = cell typing = blood grouping)
Cell Typing adalah, penentuan antigen dengan memakai
antisera yang telah diketahui (Anti-A, Anti-B, dan Anti-AB).
Slide test
Tube test
2) Cara Tidak Langsung (reverse grouping = serum typing)
Serum Typing adalah, penentuan antibodi (aglutinin) dengan
memakai suspensi sel yang telah diketahui (sel-A, sel-B)
Disini juga disertakan penentuan serum dengan sel-O, dan
penentuan serum dengan sel darahnya sendiri (auto control).
Slide test
Tube test
D. INTERPRETASI
CELL TYPING SERUM TYPING
NO. Antisera Suspensi sel 10% Auto GOL.
Control DARAH
A B AB B A 0
1 +++ - +++ ++ - - - A
2 - +++ +++ - +++ - - B
3 +++ +++ +++ - - - - AB
4 - - - +++ +++ - - 0
Att. + - ++ ++ -/+ - - A2*
5
Att. + ++ ++ - -/+ - - A2B*
6
Att. - - - ++++/ ++++/L ++++/ - Oh se
7 L L
Att. "+" - - ++++/ ++++/L ++++/ - OAHm Se
8 L L
* Sel reaksikan vs Anti-A1 negatif
NO. 7 & 8 : periksa saliva secretor/non-secretor
E. CATATAN
Derajat Aglutinasi
C. PROSEDUR KERJA
0 0
O O
D. INTERPRETASI
+ - : Rh (+)
- - : Rh(-)
+ + : ? Periksa ulang DCT
- + : ? Periksa ulang DCT
PEMERIKSAAN FISIK
A. Bau
Urine yang baru, pada umumnya tidak begitu berbau keras.
Baunya disebut psing, disebabkan oleh asam-asam yang mudah
menguap. Bau dapat dipengaruhi oleh makanan maupun minuman.
Apabila urine dibiarkan lama maka akan berbau amonia, oleh
karena terjadi pemecahan ureum. Aceton memberi bau manis
sedangkan kuman-kuman memberi bau busuk pada urine.
B. Warna
Dalam keadaan normal urine berwarna kuning muda yang
disebabkan oleh karena adanya urochrome.
Perubahan non patologik pada umumnya disebabkan oleh bahan-
bahan atau obat-obatan yang dimakan.
(Sebutkan perubahan-perubahan warna yang dapat terjadi pada
urine, baik yang bersifat fisiologik maupun yang patologik!)
C. Buih
Bila urine dikocok akan timbul buih berwarna putih.
Buih berwarna kuning dapat disebabkan oleh,
pigmen empedu (bilirubin)
phenylazodiamino-pyridine
D. Kekeruhan
Urine yang baru dan normal pada umumnya jernih.
Kekeruhan yang timbul pada umumnya dapat disebabkan oleh
karena,
E. Volume
Pada praktikum ini pengukuran volume tidak dikerjakan.
Orang dewasa normal produksi urine per 24 jam adalah sekitar 1,5
L.
Jumlah ini sangat bervariasi yakni tergantung pada,
luas permukaan tubuh
pemakaian cairan
kelembaban udara atau penguapan
Poliuria
Volume urine meningkat.
Dijumpai pada keadaan-keadaan seperti, DM, DI, Nefritis
khronik, beberapa penyakit sayaraf, edema yang
menyembuh.
Oligouria
Volume urine berkurang
Dapat dijumpai pada keadaan-keadaan seperti, penyakit
ginjal, dehidrasi, sirosis hati.
Anuria
Tidak ada produksi urine.
Dapat terjadi pada keadaan-keadaan seperti circulatory
collaps (sistolik < 70 mmHg, acute renal Failure, keracunan
sublimat, dan lain-lain.
Residual urine (urine sisa)
Urine siasa adalah volume urine yang diperoleh dari kateterisasi
setelah sebelumnya pasien disuruh kencing sepuas-puasnya.
1. pH
2. Berat Jenis
BJ urine normal berkisar antara, 1,003 - 1,030.
Koreksi
Terhadap temperatur/suhu
Setiap urometer ditera pada suhu tertentu (lihat
urometer), dan perhatikan suhu kamar pada saat
saudara bekerja dan catat.
Setiap kenaikan suhu 3oC maka pembacaan hendaknya
di tambah-kan dengan 0,001.
Terhadap Pengenceran
Apabila dilakukan pengenceran maka dua angka terakhir
pada saat pembacaan hendaknya dikalikan dengan
angka pengenceran.
Pengenceran tidak boleh lebih dari 3 kali.
Terhadap Protein dan Glukosa
Tiap g% protein maupun glukosa yang dikandung oleh
urine maka BJ terbaca harus dikurangi dengan 0,003.
Apakah yang dimaksud dengan isosthenuria ?
Apakah keadaan ini normal ?
Apa beda oligouria karena dehidrasi dengan ARF ?
3. PEMERIKSAAN SEDIMEN
A. Prinsip
Putarlah sejumlah urine dengan kecepatan rendah, lalu periksa
endapan (sedimen) yang terbentuk di bawah mikroskop.
C. PROSEDUR KERJA
1) Tuangkan sejumlah 8 ml sampel urine ke dalam sebuah tabung
centrifuge
2) Pusingkan pada kecepatan rendah selama 5 menit
(agar tidak merusak bentukan-bentukan tertentu)
3) Kemudian buang supernatannya
(decantheer sehingga tersisa lebih kurang 0,5 ml)
4) Kocok lagi biar homogen, ambil 1 tetes dan taruh di atas glas objek,
tutup dengan glas penutup
5) Amati di bawah mikroskop dengan posisi
mendatar Pengamatan dilakukan dengan
sinar lemah,
turunkan kondensor
diafragma agak tertutup
D. INTERPRETASI
Dengan objektif 10X
Periksa seluruh lapangan pandang secara sepintas lalu
selanjutnya diperhatikan apabila ditemukan adanya kristal-
kristal dan torak.
Hitung jumlahnya perlapangan pandang kecil (/lpk).
Dengan objektif 45X
Perhatikan dan hitunglah perlapangan pandang besar
bentukan-bentukan yang lain.
Jumlah torak dilaporkan rata-ratanya perlapangan pandang
kecil (/lpk).
Jumlah rata-rata eritrosit dan lekosit dilaporkan perlapangan
pandang besar (/lpb).
Unsur-unsur sedimen yang kurang bermakna cukup
dilaporkan dengan tanda
+, ada
++, banyak
+++, banyak sekali
E. CATATAN
(Sebutkanlah bentukan-bentukan yang dapat dijumpai pada urine
asam maupun urine alkalis, dan gambarlah bentukan-bentukan
tersebut !
Kristal jenis mana saja yang mudah membentuk batu saluran
kemih ?)
Gambar.sel lekosit . .
KRISTAL ASAM URAT
TyT TyñKgiig
/y:.ñg
AMONIUM URAT
KRISTAL SULPHAZALASIN
KRISTAL SULPHONAMIDE
MODUL 3
PRAKTIKUM VII (URINALYSIS-2)
(Glukosa)
A. Prinsip
Dalam suasana alakalis glukosa mereduksi kupri menjadi
kupro, kemudian menjadi Cu2O yang mengendap dan
berwarna merah.
Intensitas warna merah ini secara kasar menunjukkan kadar
glukosa dalam urine yang diperiksa.
C. PROSEDUR KERJA
1) Ke dalam sebuah tabung reaksi isikan berturut-turut 5 ml
reagen Benedict dan 8 tetes urine (2,5 ml reagen Benedict
dengan 4 tetes urine)
2) Kocok, kemudian dipanaskan sampai mendidih di atas api
bunsen
3) Atau dapat dimasukkan ke dalam penangas air dengan air
yang telah mendidih selama 5 menit
4) Biarkan dingin, lalu dibaca hasilnya
D. INTERPRETASI
- : Tetap biru atau hijau keruh
+1 : Keruh, warna hijau agak kuning
+2 : Kuning kehijauan dengan endapan kuning
+3 : Kuning kemerahan, dengan endapan kuning merah
+4 : Merah jingga sampai merah bata
E. CATATAN
Reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita DM, oleh
karena ada bahan-bahan lain yang terdapat di dalam urine
yang bersifat reduktor.
Sebutkan bahan-bahan apa saja !
Reduksi negatif dapat terjadi pada penderita DM, oleh karena :
Kadar glukosa dalam darah (nilai ambang ginjal untuk
glukosa dalam keadaan normal 160-180 mg%)
Keadaan faal ginjal
Sebutkan keadaan-keadaan glukosuria selain pada keadaan
DM !
2. Pemeriksaan
sedimen Prosedur kerja:
1. Ambil lebih kurang 8 ml contoh urin
2. Goyangkan pada kecepatan rendah selama 5 menit
3. Kemudian buang supernakannya (decanther sehingga tersisa
lebih kurang 0,5/ml)
4. Kocok lagi supaya homogen, ambil 1 tetes dan taruh di atas gelas
objek, tutup dengan gelas penutup.
5. Amati dibawah mikroskop dengan posisi mendatar, yang perlu
diamati :
Amati dengan sinar lemah turunkan kondensor
Diafragma agak tertutup
Objektif 10x
Periksa seluruh lapangan pandang secara sepintas lalu,
selanjutnya diperhatikan apabila ditemukan adanya Kristal-
kristal dan torak.hitung jumlahnya per lapangan pandang kecil
(IPK)
- Objektif 45x
Perhatikan dan hitunglah per lapangan pandang besar
bentukan-bentukan yang lain.
Jumlah torak dilaporkan rata-ratanya perlapangan pandang kecil
(ipk).
Jumlah rata-rata eritrosit dan leukosit dilaporkan perlapangan
pandang besar (ipb).
Unsur-unsur sedimen yang kurang bermakna cukup dilaporkan
dengan tanda :
+ ada
++ banyak
+++ banyak sekali
Sebutkanlah bentukan-bentukan yang dapat dijumpai pada urin
asam maupun urine alkalin, dan gambarlah bentukan-bentukan
tersebut.
Pemeriksaan Darah Samar
Ada 3 metode:
1. Dengan benzidine basa
2. Dengan benzidine dihidrochlorida
3. Dengan guajac
Hasildinilaidengancara:
1. Negatif (-) : tidak ada perubahan warna atau warna yang
samar-samar hijau
2. Positif + : hijau
3. Positif 2 + : biru bercampur hijau
4. Positif 3 + : biru
5. Positif 4 + : birutua
6. Catatan: untuk mendapatkan hasil yang bermakna, hendaknya
pemeriksaan dilakukan lebih dari sekali.