TUGAS MAKALAH
“AKTIVA LANCAR”
Disusun Oleh:
CIREBON
2016
“AKTIVA LANCAR”
Disusun Oleh:
CIREBON
2016
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga
merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
islam.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Kas dan Bank......................................................................................................5
2.2 Sekuritas..............................................................................................................7
2.2.1 Saham..........................................................................................................7
2.2.2 Obligasi........................................................................................................9
2.2.3 Saham pada pasangan perusahaan modal ventura, SUN, dan surat utang
lainnya.......................................................................................................................9
2.2.4 Instrumen keuangan derivative..................................................................10
2.2.5 Sekuritas yang Lain...................................................................................10
2.3 deposito..................................................................................................................11
2.4 wesel tagih.............................................................................................................12
2.5 piutang usaha....................................................................................................13
2.6 Piutang yang Lain..................................................................................................15
2.7 Persediaan..............................................................................................................16
2.8 Biaya Dibayar di Muka.........................................................................................19
BAB III PENUTUP.........................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
Aktiva Lancar atau Current Asset ialah harta perusahaan yang dapat
ditukarkan dengan uang tunai dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya ukuran
waktu yang dipakai ialah siklus usaha atau tahun buku tergantung mana yang
lebih pendek. Karena itu uang tunai termasuk kedalam aktiva lancar juga (Sophar
L. : 1996).
(PSAK No.9) Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam
satu tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih lama,
antara lain meliputi:
3|Aktiva Lancar
b. Pernyertaan dalam surat berharga atau pembayaran uang muka dengan
makud untuk menguasai atau melakukan afiliasi dengan perusahaan
lain;
c. Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatan utama
perusahaan yang tidak diharapkan pencairannya dalam jangka waktu
satu tahun, seperti uang muka pada pemegang saham atau direksi;
d. Aktiva yang dapat disusutkan maupun aktiva tetap lainnya.
1.3 TUJUAN
4|Aktiva Lancar
BAB II
PEMBAHASAN
Kas ialah uang tunai yang paling likuid, sehingga pos ini biasanya
ditempatkan pada urutan teratas dari aktiva. Yang termasuk dalam kas ialah
seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan segera seperti uang kertas, uang
logam, dan saldo rekening giro di bank. Bank ialah saldo rekening giro yang dapat
digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan usaha. Pengertian tentang dan
perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan dan akuntansi sama. Demikian
pentingnya uang kas dan bank, sehingga ketentuan perpajakan mengatur agar
dalam pembukuan setidak-tidaknya catatan kas, utang piutang, dan persediaan
harus diadakan. (Sophar L. :1996)
Istilah kas menunjuk pada alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan, sedangkan bank
menunjuk pada sisa rekening giro perusahaan di bank yang dapat dipergunakan
secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Dalam pengertian kas
dan bank tidak termasuk dana yang disishkan untuk tujuan tertentu, persediaan
prangko, cek mundur, cek kosong dari pihak ketiga, dan rekening giro pada bank
di luar negeri yang tidak dapat segera dipakai. (Gunadi : 2009)
5|Aktiva Lancar
Sesuai dengan Ketentuan Umum Perpajakan, bunga dikenakan pajak
penghasilan dengan tarif final 20% dan tidak boleh digabung dengan penghasilan
yang lain (yang dikenakan tarif umum). Oleh Karena itu untuk tujuan akuntansi
perpajakan, penghasilan itu tidak perlu dicantumkan dalam kelompok penghasilan
(kena pajak) pada akhir tahun. (Gunadi : 2009)
1. Metode Imprest (metode dana tetap dengan pencatatan transaksi dan mutasi
dana kas kecildilakukan pada saan penggantian dana) atau
2. Metode dana berfluktuasi (dengan pencatatan transaksi dan mutasi dana
setiap saat.
Pada akhir tahun buku, adanya akrualisasi biaya pada sistem kas kecil
dengan metode dana tetap dan sebagai akibat penyesuaian (biaya dan penghasilan)
karena rekonsiliasi saldo kas dengan saldo bank, dalam penyelenggaraan
pembukuan untuk keperluan perpajakan adanya biaya dan penghasilan dari
akrualisasi, itu harus disesuaikan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku
(Gunadi :2009)
6|Aktiva Lancar
2.2 SEKURITAS
Sekuritas dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi yang
mudah di jual belikan merupakan bentuk investasi sementara untuk memanfaatkan
dana yang tidak dipergunakan (secondary cash reserves). Dengan motivasi
penyisihan dana sementra itu, keuntungan karena fluktuasi harga bukan
merupakan tujuan utama dari pembelian sekuritas. Sekuritas dapat berbentuk
saham ( sekuritas ekuitas), obligasi, dan sekuritas yang lain (Gunadi :2009).
2.2.1 Saham
7|Aktiva Lancar
Untuk keperluan akuntansi perpajakan, penjelasan pasal 10 ayat (6) UU PPh
menyatakan ketentuan tentang penilaian persediaan berlaku juga untuk sekuritas.
Bahkan pada masa krisis keuangan global pertengahan tahun 2008 yang
membawa jatuhnya harga pajak final 0,1% per basis bruto berapapun harga jual
asset (impairment of asset value). Sebagaimana diatur PSAK 48, dan pengakuan
kerugian sekuritas akibat merosotnya IHSG di Bursa Efek Indonesia tidak relevan
dalam konteks Akuntansi Pajak.
8|Aktiva Lancar
perusahaan tetap harus membyar pajak penghasilan RP 950,00 (0,1% x Rp
950.000,00) tanpa mempertimbangkan adanya fakta kerugian. Hal ini semata-
mata karena alasan kesederhanaan administrasi pemajakan dan pemberian
kepastian kepada para pembayar pajak dan pelaku pasar. (Gunadi : 2009)
2.2.2 Obligasi
Berbeda dengan dividen antar badan, tiap bunga obligasi antar badan
dikenakan pajak penghasilan. Penghasilan obligasi selain bunga tetap, dapat
berupa keuntungan pelepasan (capital gains) dan realisasi disagio (selisih antara
nilai nominal dengan nilai perolehan) pada saat pelunasan obligasi. Hanya bunga
obligasi dan dividen dari saham yang diperdagangkan di bursa yang diterima
wajib pajak perseorangan yang tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena
pajak (setahun) dibebaskan dari pajak. Prinsip penilaian sekuritas saham berlaku
juga atas obligasi. Demikian juga dengan catatan pelaporan obligasi melalui bursa
efek diperlukan sama dengan saham. (Gunadi : 2009)
2.2.3 Saham pada pasangan perusahaan modal ventura, SUN, dan surat
utang lainnya
9|Aktiva Lancar
yang diperoleh dari pasanan usaha modal ventura, menurut pasal 4 (3) huruf (k)
UU PPh dikecualikan dari objek pajak. Selanjutnya apabila saham tersebut dijual
di BEI menurut Peraturan Pemerintah Nomor 4/1995 dikenakan pajak vinal
sebesar 0,1% atas nilai penjualan bruto. Wajib pajak dapat pula mempunyai SUN
dan surat-surat utang lainnya misalnya SUKUK atau sebagainya yang perlakuan
perpajakannya sama dengan obligasi baik bunga, diskon maupun keuntungan
penjualannya (neto) dikenakan pajak final 20%. (Gunadi : 2009)
10 | A k t i v a L a n c a r
e. Sertifikat deposito; dan
f. Repurchase agreement.
2.3 DEPOSITO
11 | A k t i v a L a n c a r
2.4 WESEL TAGIH
Jenis wesel dapat atas nama (tak dapat dipindahkan kepada orang lain)
atau atas unjuk. Di lain tataran, promes dapat tanpa bunga (dibayar sebesar nilai
nominal) atau dengan bunga (dibayar plus bunga). Bunga yang diterima pada saat
pelunasan merupakan pengahsilan pemegang wesel dan biaya bagi penerbit
promes. (Gunadi : 2009)
12 | A k t i v a L a n c a r
Rugi penjualan wesel 3.975 Piutang bunga 6.250
Piutang bunga 3.750 Piutang wesel 1.000.000
Piutang wesel 1.000.000 Laba penjualan wesel 3.375
Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau
penyerahan jasa dari kegiatan normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karena
penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.(Gunadi : 2009)
Kalau wajib pajak sekaligus merupakan pengusaha kena pajak, wajib pajak
(pengusaha) itu wajib memungut PPN atas penyerahan barang dan jasa kena pajak
yang dilakukannya. Secara toritis pengakuan dan pembukuan atas penjualan
dilakukan pada saat pengiriman barang yang diikuti dengan penerbitan faktur
(komersial). Untuk tujuan perpajakan (PPN), pengusaha diminta untuk penerbitan
faktur pajak selambatnya 30 hari setelah penyerahan barang (faktur standar) atau
berasama-sama pada akhir bulan (faktur gabungan). Karena ada dua faktur
(komersial dan pajak) menjadi masalah bagi pengusaha kapan penjualan barang
dan jasa harus dibukukan (diakui). Untuk tujuan pajak pengghasilan, saat
pencatatan umumnya mengikuti praktik akuntani komersial. (Gunadi : 2009)
Akan tetapi, untuk jenis usaha tertentu (bank dan asuransi), SKMK No.
80/KMK.04/1995 tanggal 6 Februari 1995 memperkenankan pembentukan
cadangan. Besarnya cadangan tiap tahun dihitung berdasarkan pendekatan neraca
(a) baik bank atau pemerintah maupun swasta 3% dari rata-rata saldo piutang awal
dan akhir; (b) perusahaan sewa guna usaha dengan hak opsi 2,50% adri rata-rata
13 | A k t i v a L a n c a r
saldo awal dan saldo akhir piutang; (c) asuransi kerugian 40% dari premi. Selain
itu, cadangan kerugian untuk asuransi kerugian sebesar klaim kerugian yang telah
ditetapkan oleh tim penyelesaian perusahaan, sedangkan cadangan premi untuk
asuransi jiwa dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria yang telah mendapat
pengesahan dari Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (Departemen Keuangan).
Sementara itu, perusahaan pertambangan diperbolehkan membentuk cadangan
dana reklamasi ke bank pemerintah. (Gunadi : 2009)
Sebagai contoh, dalam tahun 1995 piutang awal suatu bank swasta
Rp10.000.000,00, sedangkan saldo akhirnya Rp25.000.000,00. Dalam Tahun
1995 itu terdapat penghapusan piutang Rp100.00,00. Saldo akhir piutang akhir
1996 Rp5.000.000,00. Dari data itu dapat dilakukan beberapa perhitungan sebagai
berikut:
14 | A k t i v a L a n c a r
2.6 PIUTANG YANG LAIN
Piutang yang sering terjadi karena transaksi di luar aktivitas usaha pada
umumnya dikelompokkan sebagai piutang yang lain. Piutang itu dapat terjadi
karena:
15 | A k t i v a L a n c a r
2.7 PERSEDIAAN
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik barang dagangan
dalam usaha dagang maupun barang jadi untuk manufaktur;
b. Berada dalam proses produksi (barang dalam proses untuk manufaktur dan
pekerjaan dalam proses untuk kontraktor);dan
c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Barang yang tersedia selain untuk kegiatan usaha normal wajib pajak dapat
dikelompokkan sebagai persediaan lain-lain.(Gunadi : 2009)
16 | A k t i v a L a n c a r
kepada pihak ketiga badan itu menghitung margin 20%. Barang itu dijual oleh
cabang Singapura, pada bulan Maret 1997. (Gunadi : 2009)
a. Harga terendah antara harga pokok dan harga pasar (cost or market
whichever is lover);
b. Harga jual (untuk produk tertentu).
17 | A k t i v a L a n c a r
ketentuan perpajakan harga pokok produksi perlu penyesuaian seperlunya untuk
dapat diakui sebagai nilai persediaan. (Gunadi:2009)
1. Identifikasi khusus;
2. LIFO kelompok nilai dan barang;
3. Biaya-biaya pembelian terakhir;
4. Biaya standar;
5. Biaya langsung, variabel atau marginal;
6. Laba kotor;
7. Harga eceran; dan
8. Harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar.
Untuk tujuan perpajakan, karena Pasal 10 (6) UU PPh secara tegas mengatur
metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) atau rata-rata maka metode
penilaian yang lain tidak diperkenankan. Atau kalau untuk tujuan komersial telah
dipakai metode selain kedua metode itu, untuk keperluan perpajakan hasil dari
metode itu harus disesuaikan (dikoreksi). (Gunadi:2009)
18 | A k t i v a L a n c a r
nanti apabila barang yang dibeli Rp120.000,00 itu telah nyata-nyata dijual.
(Gunadi:2009)
Biaya yang dibayar di muka merupakan biaya yang telah terjadi, yang
akan dilunaskan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang (PSAK 9). Secara
tradisional, praktik akuntansi komersial mengalokasikan biaya itu pada masa yang
mendapat manfaat. Misalnya PT Andi menyewa bangunan Rp3.000.000,00 untuk
masa tiga tahun (1990-1992). Dalam perhitungan rugi-laba PT Andi akan
mengalokasikan biaya itu tiap tahun dengan jumlah Rp1.000.000,00. Untuk tujuan
perpajakan, dalam ketentuan lama, Pasal 11 (10) UU PPh menyebut biaya yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun diamortisasi dengan tarif yang
berlaku untuk aktiva golongan 1 (50%), golongan 2 (25%), golongan 3 (10%),
atau metode satuan produksi. Berdasarkan ketentuan itu, PT Andi dapat
19 | A k t i v a L a n c a r
mengamortisasi biaya sewa itu 50% tiap tahun berdasarkan saldo menurun.
Namun, sejak 1995, dengan berlakunya UU No. 10 Tahun 1994, biaya itu tidak
dibebankan melalui amortisasi lagi melainkan dialokasi menurut masa manfaatnya
sehingga perlakuan pajak menjadi transparan dengan perlakuan akuntansi
komersial. (Gunadi:2009)
20 | A k t i v a L a n c a r
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sekuritas dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi yang
mudah di jual belikan yang merupakan bentuk investasi sementara untuk
memanfaatkan dana yang tidak dipergunakan (secondary cash reserves.
Perusahaan modal ventura merupakan sarana mendorong pemerataan
pembangunan dan peran serta seluruh lapisan masyarakat dengan penyertaan
modalnya pada perusahaan pasangan usaha khususnya usaha kecil dan menengah
dengan omset paling banyak Rp 5 Milyar setahun (KMK 25/95). Bagian laba
yang diperoleh dari pasanan usaha modal ventura, menurut pasal 4 (3) huruf (k)
UU PPh dikecualikan dari objek pajak.
21 | A k t i v a L a n c a r
DAFTAR PUSTAKA
22 | A k t i v a L a n c a r