Anda di halaman 1dari 10

PRESERVASI MANUSKRIP DI UPT MUSEUM SONOBUDOYO SEBAGAI

USAHA MENJAGA EKSISTENSI BUDAYA DI YOGYAKARTA


Fiqrie Restia Agusti*), Joko Wasisto
Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Preservasi Manuskrip di UPT Museum Sonobudoyo Sebagai


Usaha Menjaga Eksistensi Budaya di Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisa dan mendeskripsikan kegiatan preservasi manuskrip di UPT Museum
Sonobudoyo sebagai usaha menjaga eksistensi budaya di Yogyakarta. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini ialah pegawai
konservasi di UPT Museum Sonobudoyo sedangkan objek dalam penelitian ini ialah
preservasi manuskrip. Informan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive
sampling. Metode pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam
dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa preservasi manuskrip berperan
dalam usaha menjaga eksistensi budaya di Yogyakarta, karena preservasi memiliki tujuan
memperpanjang usia suatu objek dalam hal ini ialah manuskrip. Kegiatan preservasi
tersebut meliputi kegiatan pemeriksaan/observasi, pemeliharaan dan perbaikan/restorasi.
Kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini ialah jumlah SDM yang terbatas dan latar
belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan bidangnya.

Kata kunci: preservasi; manuskrip; eksistensi budaya; UPT Museum Sonobudoyo

Yogyakarta.

Abstract

[Title: Manuscript Preservation at UPT Sonobudoyo Museum in order to Preserve


Cultural Existence in Yogyakarta]. The purpose of this study is to analyze and describe
the manuscript preservation activities at UPT Sonobudoyo Museum as an effort to
maintain cultural existence in Yogyakarta. This research is descriptive qualitative
research. The subject of this research is conservation officer at UPT Sonobudoyo
Museum while object in this research is manuscript preservation. Informant in this
research is obtained by purposive sampling method. Methods of data collection were
obtained through observation, in-depth interviews and documentation. The results show
that preservation of manuscripts play a role in maintaining the existence of culture in
Yogyakarta, because preservation has the purpose of extending the age of an object in
this case is the manuscript. The preservation activities include inspection / observation,
maintenance and repair / restoration activities. Constraints in the implementation of this
activity is the number of limited human resources and educational background that is not
in accordance with the field.

Keywords: preservation; manuscript; cultural existence; UPT Museum Sonobudoyo


Yogyakarta.

*)
Penulis Korespondensi
E-mail: fiqrierestia@gmail.com
1. Pendahuluan Kata kebudayaan berasal dari sansekerta
Arsip sebagai rekaman informasi atau pusat ingatan buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang
kegiatan, memiliki nilai guna sejarah yang perlu berarti “budi” atau “akal”. Demikian, ke-budaya-an
dilestarikan dan dijaga keberlangsungan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan
informasinya. Nilai guna sejarah atau nilai guna budi dan akal”. Konsep kebudayaan ialah berarti
historis ialah nilai dokumen yang disimpan bukan keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus
karena kepentingan bisnis, melainkan karena dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan
kepentingan historis yang merekam sebuah peristiwa dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat,
yang bertautan dengan suatu kegiatan (Sukoco, 2007: 1985: 9).
81). Dalam hal kebudayaan, arsip pun berperan serta Manuskrip tersebut memiliki tiga aspek dari
dalam menjaga suatu eksistensi budaya tetap ada di tiga wujud kebudayaan berupa wujud ideal, wujud
suatu wilayah. sistem sosial dan wujud fisik. Wujud ideal bersifat
Dalam ruang lingkup ilmu kearsipan, abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Wujud yang
pelestarian (preservasi) merupakan suatu aktivitas kedua ialah wujud sistem sosial mengenai kelakuan
untuk memperpanjang usia guna arsip, termasuk berpola dari manusia itu sendiri. Terdiri dari
kegiatan pemeliharaan dan perawatan arsip sehingga aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi,
dapat mencegah hilangnya isi informasi yang berhubungan, serta bergaul satu dengan lain, yang
dikandungannya (Maziah dkk, 2005: 25). Preservasi dari detik ke detik, hari ke hari dan tahun ke tahun,
manuskrip ini bersifat preventif, kuratif serta selalu mengikuti pola-pola tertentu yang berdasarkan
mempermasalahkan faktor-faktor yang adat tata-kelakuan. Sedangkan wujud fisik ialah
mempengaruhi pelestarian fisik arsip tersebut. Dalam seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan,
preservasi manuskrip ada beberapa kegiatan yang dan karya semua manusia dalam masyarakat maka
membedakan penangannya dengan arsip pada sifatnya konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal
umumnya. Dilihat dari wujud medianya manuskrip yang dapat diraba, dilihat, dan difoto
tersebut sudah sangat rapuh dan mudah hancur. Maka (Koentjaraningrat, 1985: 5).
dari itu perlu penanganan khusus untuk perawatan Manuskrip atau naskah kuno yang berada di
manuskrip tersebut, jika tidak ditangani secara tepat UPT Museum Sonobudoyo disamping manfaatnya
manuskrip tersebut akan habis dan nilai yang sebagai benda warisan budaya, naskah kuno ini pun
terkandung didalamnya akan hilang. Dengan turut berperan dalam proses eksistensi budaya di
terjaganya manuskrip tersebut dari kerusakan, maka Yogyakarta. Proses eksistensi budaya yang dilakukan
diharapkan kedepannya dapat menjadi suatu wujud oleh UPT Museum Sonobudoyo yang melibatkan
usaha yang dilakukan bidang ilmu kearsipan untuk naskah kuno disebut “Mocopatan”, ialah suatu
berkontribusi dalam menjaga kebudayaan kegiatan yang di adakan pada minggu ke dua setiap
Yogyakarta. bulan yang mana kegiatan itu berisi ulasan naskah-
Manuskrip memiliki berbagai macam nilai naskah kuno hasil dari preservasi tersebut yang diulas
yang seharusnya menjadi suatu benda yang patut oleh ahli bersama masyarakat luar.
dilestarikan dan dirawat. Salah satu nilai yang Jumlah manuskrip di UPT Sonobudoyo
terkandung didalam sebuah manuskrip ialah nilai berjumlah 1350 Manuskrip, Terdiri dari naskah daun
sejarah/histori. Artinya menurut Sukoco (2007: 81) lontar sebanyak 300 buah. Manuskrip yang berjumlah
Manuskrip tersebut merekam nilai sebuah peristiwa 1350 tersebut memiliki jenis naskah berupa Sejarah,
yang bertautan dengan masa lalu. Hal serupa juga Silsilah, Hukum dan Peraturan, Wayang, Sastra
dikemukakan Sedyawati (2012:217) bahwa Wayang, Sastra, Piwulang dan Suluk (Ajaran dan
manuskrip memiliki kandungan informasi mengenai Agama), Adat Istiadat, Agama Islam, Primbon dan
berbagai segi dan kondisi kehidupan masa lalu. Pawukon, Bahasa, Surat Keputusan dan lain
Adapun nilai lainnya yang terkandung sebagainya. Oleh karena nilai yang terkandung
didalam manuskrip ialah nilai budaya yang didalam sebuah manuskrip yang sangat penting dan
merupakan konsep abstrak mengenai masalah besar dibutuhkan penanganan khusus untuk melakukan
dan bersifat umum yang sangat penting serta bernilai sebuah kegiatan perawatan dan pelestarian dari
bagi kehidupan masyarakat. Nilai budaya itu manuskrip tersebut maka dari itu penulis mengambil
menjadi acuan tingkah laku sebagian besar anggota judul tersebut.
masyarakat yang bersangkutan berada dalam alam
pikiran mereka dan sulit untuk diterangkan secara 1.1 Konsep Preservasi Manuskrip
rasional (Setiadi, 2007: 40). Nilai budaya yang Manuskrip ialah naskah tulisan tangan yang menjadi
terkandung pada manuskrip berupa adat tata- kajian filologi yang masih tersimpan di museum dan
kelakukan, norma-norma, sistem hukum dan aturan- belum pernah diselidiki. Baik tulisan tangan dengan
aturan khusus lainnya. Hal tersebut sangat penting pena, pensil maupun ketikan bukan cetakan (KBBI
untuk dijaga, salah satu cara untuk menjaga nilai- Pusat Bahasa, 2008 : 887). Naskah-naskah kuno atau
nilai kebudayaan yang terkandung di dalam manuskrip tersebut merupakan salah satu sumber
manuskrip tersebut ialah dengan melakukan kegiatan data dan informasi kebudayaan suatu daerah. Dalam
preservasi. pengertian lain Manuskrip merupakan naskah-naskah
tulisan tangan yang sudah berusia lima puluh tahun sastra Jawa berisi ajaran tentang kesempurnaan batin
lebih (Suradi, 1992: 1). menuju penyatuan diri dengan kekuasaan Yang Maha
Tulisan tangan yang menyimpan berbagai Tinggi dalam alam raya. Diantara karya sastra yang
ungkapan rasa dan pikiran hasil budaya masa lampau lain, suluk termasuk kawruh tentang manunggaling
yang mengandung nilai histori merupakan salah satu kawula gusti yang berarti memuat masalah keagaman
pengertian lainnya dari naskah kuno atau manuskrip dan falsafah, membicarakan ketuhanan, hakikat
(Pudjiastuti, 2006: 9). Naskah kuno pun terdiri dari manusia, hubungan dengan manusia, hubungan
berbagai aksara dan bahasa daerah yang ditulis pada manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya
daun tal atau lontar, bambu, rotan, daun nipah, (Hermawati dkk, 2006: 154).
tanduk, kulit kayu, tulang, kulit binatang, luwang, Sastra suluk pada umumnya berbentuk puisi
kertas Eropa, kain dan lain sebagainya (Suprihati, (tembang macapat). Selain dalam bentuk tembang
2004: 4). suluk juga ditulis dalam bentuk gancar (prosa) atau
Jenis macam manuskrip yang sering biasa disebut wirid (Hermawati dkk, 2006: 155).
dijumpai di lingkungan masyarakat Indonesia ialah Contoh dari suluk yang berada di Indonesia ialah
berupa Babad, Serat dan Suluk (Soekmono, 1973: Suluk Luwang, Suluk Munasi’at, Suluk Mukaranah,
59). Babad merupakan sebuah lirik dan dapat Suluk Nitik Usul Kadim, Suluk Sirul Ustad dan lain
dipandang juga sebagai historiografi. Isinya terdiri sebagainya (Florida, 2000: 570).
atas silsilah para bupati berupa sekelompok data Dalam pengertian ilmu arsip manuscript
mengenai nama-nama serta kaitannya satu dengan merupakan salah satu jenis arsip bermedia kertas
yang lain sebagai kerabat. Memiliki fungsi sebagai yang memiliki pengertian berupa bentuk tulisan
sumber identitas geneologis, merupakan dokumen tangan asli, misalnya buku, catatan, surat dan
legalistik yang sebenarnya. Disamping itu pula ada sebagainya. Informasi yang terkandung didalamnya
juga bentuk-bentuk babad yang tidak bersifat naratif tidak diterbitkan dan media yang digunakan adalah
(cerita). Bagi yang berkepentingan hal itu tak ternilai kertas (Mazyah dkk, 2005: 13). Naskah kuno atau
harganya biasanya bersifat keramat dan rahasia. manuskrip adalah darah kehidupan sejarah yang
Jenis-jenis babad yang ditemui di Indonesia ialah berarti bahwa naskah kuno merupakan salah satu
Babad Semarang, Babad Pasuruan, Babad Gersik, warisan budaya bangsa di antara berbagai pemikiran,
Babad Tanah Jawi, Babad Mataram dan lain pengetahuan, adat istiadat, serta perilaku masyarakat
sebagainya (Kartodirjo dkk, 1987: 74). masa lalu (Sudarsono, 2009: 13). Sesuai dengan arsip
Untuk jenis manuskrip lainnya ialah serat, yang memiliki nilai guna sekunder atau sejarah
serat merupakan sebuah karya-karya sastra yang manuskrip memiliki informasi mengenai kehidupan
berisi tentang ajaran-ajaran dari leluhur untuk sebuah sejarah masa lalu yang menjadi acuan tingkah laku
kebaikan. Biasanya berbentuk tembang dan memiliki dan perilaku masyarakat di masa sekarang.
kandungan moral. Contoh serat yang ditemui di Dalam rangka pembinaan dan
Indonesia ialah Serat Piwulang yang mengajarkan pengembangan kebudayaan nasional, diperlukan data
tentang sifat rendah diri sebagai dasar pergaulan dan informasi kebudayaan daerah sebagai alternative
manusia lalu Serat Piwulang Tjablaka yang pilihan dan salah satu sumber data informasi
merumuskan tentang sifat baik seorang satriya dan kebudayaan ialah naskah kuno (Astuti dkk, 1997: 1).
lain sebagainya (Kartodirjo dkk, 1987: 74). Contoh Oleh karena nilai yang terkandung didalam
serat lain yang ditemui di Indonesia ialah Serat manuksrip dan dalam rangka pembinaan,
Trilaksita ialah menceritakan pengalaman hidup pengembangan kebudayaan nasional maka manuskrip
Raden Hardaka, Jaka Madyana serta Jaka Mulyana. tersebut perlu tetap ada. Salah satu cara untuk
Diceritakan pada serat tersebut ketika mereka sedang menjaganya ialah dengan melakukan kegiatan
menuntut ilmu bersama-sama dalam suatu peguruan, preservasi.
lalu mereka beranjak dewasa nasib mereka berbeda- Preservasi adalah semua aktivitas untuk
beda ada yang menjadi jahat, ada yang cukup saja memperpanjang usia guna arsip, termasuk kegiataan
(sederhana) serta ada yang mulia dalam hidupnya. pemeliharaan dan perawatan arsip. Memiliki tujuan
Serat Trilaksita memiliki arti ialah berupa tiga dan fungsi mencegah hilangnya nilai informasi dalam
pengalaman hidup yakni jahat, sederhana, sedang arsip, oleh karena itu diperlukan aktivitas-aktivitas
serta mulia cerita tersebut ditujukan bagi generasi yang meliputi pemberian suatu lingkungan yang
muda sebagai bekal hidup yang akan mencari stabil bagi semua jenis media arsip, menggunakan
kebaikan dan dapat mengetahui lika-liku hidup metode-metode penanganan dan penyimpanan yang
maupun pengalaman hidup di dunia (Abdurrahman aman, menduplikasi bahan-bahan yang tidak stabil
dkk, 1991/1992: 128). (misalnya nitrate film,thermofax) ke suatu media
Adapun jenis manuskrip lainnya ialah suluk, yang stabil, mengkopi bahan-bahan yang potensial
suluk dipahami sebagai usaha upaya atau ikhtiar mengalami kerentanan ke suatu format yang stabil
seseorang untuk mendapatkan sesuatu atau suatu (misalnya di mikrofilmkan atau digitalisasikan),
metode atau cara seseorang untuk menyelesaikan menyimpan arsip dalam tempat-tempat penyimpanan
sebuah masalah (Nurul Ibad, 2007: 5). Dalam yang terbuat dari bahan stabil (misalnya, boks
pengertian lain Suluk (Salaka) merupakan karya dokumen yang terbuat dari kertas karton “bebas
asam”), memperbaiki dokumen-dokumen untuk kebudayaan merupakan suatu hasil karya, cipta, dan
melestarikan format rencana pemulihan bencana yang rasa manusia yang harus selalu ada sesuai dengan
mencangkup rencana-rencana untuk kesiapan serta pengertian kebudayaan menurut Koentjaraningrat
respon terhadap terjadinya bencana (Mazyah dkk, (1985: 9) “Berasal dari sansekerta buddhayah, ialah
2005: 25-26). bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau
Pengertian lain tentang preservasi adalah “akal”. Demikian, ke-budaya-an dapat diartikan “hal-
keseluruhan proses dan kerja dalam rangka hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Konsep
perlindungan arsip terhadap kerusakan arsip atau kebudayaan ialah berarti keseluruhan gagasan dan
unsur perusak dan restorasi/ perbaikan bagian arsip karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan
yang rusak (PERKA ANRI NO. 23, 2011: 3). belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
Preservasi tersebut mencangkup kegiatan perawatan karyanya itu”. Dalam buku filsafat kebudayaan
dan pemeliharaan yang merupakan usaha penjagaan definisi kebudayaan dapat diartikan juga sebagai
arsip agar kondisi fisiknya tidak rusak selama masih keseluruhan pengetahuan manusia yang
memiliki nilai guna. Kegiatan perawatan juga digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi
termasuk pada kegiatan preservasi yang berarti usaha lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi
penjagaan agar benda arsip yang telah mengalami pedoman bagi tingkah lakunya.
kerusakan tidak bertambah parah. (Sugiarto, Agus, Kebudayaan merupakan milik bersama anggota
2005 : 86). suatu masyarakat atau golongan sosial tertentu yang
Dalam ilmu perpustakan maupun kearsipan penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan
preservasi tersebut memiliki bidang dan bagian pewarisnya kepada generasi berikutnya dilakukan
penting yang mana dalam bagian tersebut usia bahan melalui proses belajar dan dengan menggunakan
pustaka maupun arsip ditentukan dari bagaimana simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang
seorang arsiparis maupun pustakawan merawat dan terucapkan ataupun tidak (termasuk berbagai
memelihara bahan pustaka/ arsip tersebut yang dapat peralatan yang dibuat oleh manusia).
dimanfaatkan sehingga tidak mengurangi nilai yang Dalam hal ini konsep Eksistensi Kebudayaaan
terkandung di dalamnya. Secara umum preservasi di ialah hal “ada” ataupun keberadaan baik benda
bidang ilmu perpustakaan maupun kearsipan maupun manusia, dalam penelitian ini ialah
cenderung sama. Namun dalam pemanfaatan dan kebudayaan yang mana kebudayaan merupakan
tujuan preservasi antara bahan pustaka dan arsip keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
sangat jelas berbeda. Dalam buku metode preservasi dibiasakannya dengan belajar. Keseluruhan dari hasil
dan konservasi arsip, Manuskrip merupakan salah budi dan karyanya dimiliki oleh anggota suatu
satu jenis arsip media kertas. Maka dalam masyarakat atau golongan sosial tertentu
pelaksanaan preservasi yang dimaksud peneliti lebih digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi
mengarah pada tata cara preservasi arsip. lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi
pedoman bagi tingkah lakunya.
1.2 Konsep Eksistensi Kebudayaan Dengan pengertian dari eksistensi kebudayaan
Pengertian eksistensi ialah “hal berada; keberadaan:” diatas manuskrip yang merupakan sebuah wujud
(KBBI Pusat Bahasa, 2008: 357) serupa dengan kebudayaan tersebut memiliki sebuah makna
pengertian KBBI kata existenz digunakan untuk keberadaan dan diakui “ada” ditengah
eksistensi manusia sedangkan untuk benda ialah kemodernisasian zaman global ini. Keberadaannya
menggunakan istilah existensial. Berasal dari bahasa dirasakan oleh manusia/ masyarakat daerah
latin, existere yang berarti mengambil jarak atau Yogyakarta yang berupa manuskrip tersebut memiliki
dapat diartikan manusialah satu-satunya yang dapat makna yang sangat dalam dan disakralkan. Sebagai
mengambil jarak dari keberadaannya dan pedoman hidup dan ajaran yang diwariskan dari
mempersoalkannya (Zaprulkhan, 2012: 149). Dalam dahulu kala diwujudkan dalam segi kehidupan
kutipan tersebut dijelaskan bahwa eksistensi memiliki bermasyarakat warga Yogyakarta. Dari segi
makna keberadaan untuk benda maupun manusia Pemerintahan, segi adat istiadat, kesenian, ajaran, dan
yang dengan cara mengambil jarak untuk lain sebagainya.
mendapatkan makna dari “ada” atau keberadaan itu Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
sendiri. Pengertian eksistensi lainnya menurut berikut:
(Dagun, 1990: 12) ialah berasal dari kata latin 1. Menganalisis dan mendeskripsikan
existere dan ex : keluar dan sitere : membuat berdiri, kegiataan preservasi manuskrip yang dilakukan di
Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas UPT Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta.
dan apa saja yang dialami. Konsep ini menekankan 2. Mendeskripsikan sarana dan prasarana apa
bahwa sesuatu itu ada. saja yang dibutuhkan untuk menunjang proses dari
Dalam konsep eksistensi satu-satunya faktor yang kegiatan Preservasi tersebut.
membedakan setiap hal yang ada dari tiada ialah 3. Menganalisis dan mendeskripsikan sejauh
fakta. Setiap hal yang ada itu memiliki eksistensi dan manakah peran dari preservasi di UPT Museum
eksistensi selalu menyangkut tentang manusia. Negeri Sonobudoyo Yogyakarta dalam menjaga
Karena manusia selalu terkait dengan eksistensi maka eksistensi budaya di Yogyakarta.
2. Metode Penelitian UPT Museum Sonobudoyo (Tohirin, 2012:
Desain dalam penelitian ini ialah desain 63).
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan Dalam melakukan wawancara
suatu penelitian yang bermaksud memahami dalam penelitian ini ada beberapa pola yang
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek dari dapat digunakan oleh peneliti, yang pertama
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, ialah peneliti menggunakan percakapan
tindakan dan lain-lain secara holistic dengan cara informal yang dilakukan secara spontanitas,
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada santai, tanpa pola atau arah yang ditentukan
suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan sebelumnya kepada informan pegawai
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Tohirin, bagian preservasi yang berada di UPT
2012: 3). Museum Sonobudoyo.
Data primer dalam penelitian ini ialah Dapat juga berupa menggunakan
berupa sumber-sumber dasar yang menjadi bukti atau lembaran berisi garis besar pokok-pokok
saksi utama dari sebuah kejadian/kegiatan yang topik atau masalah berupa preservasi
berkaitan dengan preservasi manuskrip. Data tersebut manuskrip di UPT Museum Sonobudoyo
diperoleh langsung dari sumbernya, diamati serta dijadikan sebagai pegangan dalam
dicatat untuk pertama kalinya oleh peneliti (Nazir, melakukan wawancara. Pola yang terakhir
2005: 50). Merupakan data yang diperoleh melalui menggunakan daftar pertanyaan (pedoman
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peneliti wawancara) yang lebih terperinci, tetapi
dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi bersifat terbuka dipersiapkan terlebih dahulu
di UPT Museum Sonobudoyo (Iskandar, 2003:77). berdasarkan permasalahan pokok dan
Adapun data sekunder dalam penelitian ini bahasan lainnya tentang preservasi
ialah data yang diperoleh melalui pengumpulan atau manuskrip diajukan menurut urutan
pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi pertanyaan yang telah dibuat (Nasution,
berupa penelaah terhadap dokumen pribadi, resmi 1996: 74)
kelembagaan, referensi-referensi atau peraturan 3. Dokumentasi
(literatur laporan), dan tulisan di UPT Museum Dokumentasi adalah data pendukung yang
Sonobudoyo yang memiliki relevansi atau hubungan dikumpulkan sebagai penguatan data
dengan pokok penelitian yaitu preservasi manuskrip observasi dan wawancara. Jenis-jenis data
(Iskandar, 2003: 78). dokumentasi tersebut dapat disesuaikan oleh
Subjek dalam penelitian ini ialah para kebutuhan peneliti, bisa berupa gambar-
pegawai bidang konservasi manuskrip di UPT gambar, grafik, data angka, sejarah dan
Museum Sonobudoyo. sedangkan objek penelitian dokumen-dokumen penting yang ada
adalah persoalan pokok yang menjadi fokus dalam tentang kegiatan preservasi manuskrip dan
penelitian yaitu preservasi manuskrip. Dalam situasi sosial di UPT Museum Sonobudoyo
penelitian kualitatif ada beberapa cara yang dapat (Mukhtar, 2013: 119).
membantu dalam mengumpulkan data di lapangan Dokumentasi dalam penelitian ini
ialah sebagai berikut. merupakan sumber yang terintegrasi,
1. Observasi (Pengamatan) bersinergi saling menjelaskan, merekatkan
Teknik pengamatan ini dapat dan menguatkan secara empiris dan
memungkinkan peneliti melihat dan akademis (Mukhtar, 2013: 118). Jenis data
mengamati sendiri hasil dari penemuan di dalam penelitian ini bisa berupa gambar
lapangan kemudian peneliti dapat mencatat yang didapatkan ketika proses preservasi
perilaku dan kejadian preservasi manuskrip manuskrip, lalu sejarah ataupun dokumen
yang terjadi sebenarnya (Tohirin, 2012: 62). yang berkaitan tentang kegiatan proses
Pada penelitian ini peneliti menggunakan preservasi manuskrip di UPT Museum
observasi non partisipan yang berarti peneliti Sonobudoyo.
tidak terlibat secara aktif, namun peneliti Analisis atau penafsiran dara
melihat dan menyaksikan kegiatan merupakan proses mencari dan menyusun
preservasi manuskrip yang dilakukan oleh atur secara sistematis catatan temuan
pegawai di UPT Museum Negeri penelitian melalui pengamatan dan
Sonobudoyo. wawancara dan lainnya untuk meningkatkan
2. Wawancara Mendalam pemahaman peneliti tentang fokus yang
Dalam penelitian ini, wawancara mendalam dikaji dan menjadikannya sebagai temuan
(indept interview) dilakukan secara tidak untuk orang lain, mengedit, mengklasifikasi,
berstruktur. Data yang dikumpulkan melalui mereduksi, dan menyajikannya (Tohirin,
wawancara pada umumnya adalah data 2012: 141). Ada tiga macam kegiatan dalam
verbal yang diperoleh melalui percakapan analisis data kualitatif, yaitu:
atau tanya jawab yang ditujukan kepada 1. Reduksi Data
informan bagian preservasi manuskrip di
Reduksi data adalah suatu bentuk dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Kegiatan ini
analisis yang mempertajam, memilih, rutin dilakukan baik manuskrip yang lama maupun
memfokuskan, membuang, dan manuskrip yang baru atau dihibahkan.
menyusun data dalam suatu cara di Preservasi itu suatu tindakan yang dilakukan
mana kesimpulan akhir dapat untuk memperpanjang usia objek, di gambarkan
digambarkan dan diverifikasi. Atau melalui bentuk piramida. Memiliki susunan yang
pada tahapan ini data di proses pada paling besar itu porsinya preservasi preventif, lalu
kegiatan pemilihan, pemfokusan, dilanjutkan konservasi aktif dan paling atas itu
penyederhanaan, abstraksi, dan restorasi. Preservasi juga memiliki peran sebagai
pentrasformasian “data mentah” yang tindakan penyelamatan benda-benda koleksi museum
didapatkan dari catatan-catatan di UPT dari kerusakan. khususnya manuskrip yang memiliki
Museum Sonobudoyo tentang kegiatan fisik rentan rusak sehingga memerlukan penanganan
preservasi manuskrip. khusus dalam perawatannya dan pemeliharaannya.
2. Model Data (Penyajian Data) Preservasi dipahami di museum Sonobudoyo
Langkah kedua dalam kegiatan analisis sebagai sebuah kegiatan merawat, membersihkan
data adalah model data/ penyajian data benda museum yang sudah rapuh termasuk
atau dapat didefinisikan sebagai diantaranya ialah manuskrip yang perlu penanganan
“model” yang berupa suatu kumpulan khusus dalam perawatan dan pemeliharaannya, Agar
informasi yang tersusun yang fisiknya dapat kuat dan tidak mudah rusak. Memiliki
membolehkan pendeskripsian tentang susunan seperti piramida, porsi yang paling besar
kegiatan preservasi manuskrip dan ialah preservasi preventif, lalu konservasi aktif dan
penarikan kesimpulan serta paling atas ialah restorasi.
pengambilan tindakan tentang kegiatan
manuskrip di UPT Museum 3.2 Tahapan Kegiatan Preservasi Manuskrip di
Sonobudoyo. UPT Museum Sonobudoyo
3. Penarikan/ Verifikasi Kesimpulan. Menurut National Conservation Advisory Council
Pada tahapan ini ialah proses penarikan (NCAC) dalam Maziyah dkk (2005: 46).
kesimpulan dari kegiatan preservasi “Mendefinisikan sifat konservasi benda-benda
manuskrip. Berdasarkan tahapan budaya sebagai tiga hal yang fungsi-fungsi
kegiatan analisis sebelumnya yaitu
ekspilisitnya mencangkup pemeriksaan
reduksi dan penyajian data sehingga di
peroleh tahapan akhir berupa verifikasi/ (examination), pemeliharaan (preservation) dan
penarikan kesimpulan dalam penelitian perbaikan (restoration)”. Dalam kegiatan tersebut
(Emzir, 2012 : 129-133). memiliki fungsi dan tujuan masing-masing.
Data lapangan yang telah terkumpul dengan Kegiatan pertama dalam tahap preservasi ialah
melalui teknik wawancara selanjutnya akan menemukan apa yang menyebabkan kerusakan dan
ditinjau kembali kredibilitasnya dengan menghindari kerusakan tersebut. Lalu dilanjutkan
melakukan kegiatan dokumentasi dan
dengan tindakan, tindakan yang dilakukan ketika
observasi. Dalam penelitian ini untuk
mendapatkan keabsahan/validitas data sudah melakukan observasi ialah dengan mencegah
penelitian, peneliti menggunakan metode kerusakan dengan cara manuskrip atau naskah
triangulasi. tersebut dimasukkan kedalam box kaca yang
Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh bertujuan untuk membuat iklim didalam box tersebut
peneliti dalam melakukan triangulasi, yaitu lebih baik. Jika didalam naskah tersebut masih
triangulasi dengan sumber yang sama tetapi ditemukan telur serangga maupun yang sudah
dengan cara atau metode yang berbeda, dan
menetas tindakan selanjutnya dilakukan kegiatan
triangulasi dengan cara atau metode yang sama
tetapi dengan sumber data yang berbeda. Dalam freezing.
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi Dalam tahap freezing naskah akan dibungkus
dengan sumber yang sama tetapi dengan cara oleh plastik agar melindungi naskah dari bunga es
atau metode yang berbeda hingga data yang yang dihasilkan ketika proses freezing tersebut, untuk
diperoleh peneliti menjadi kuat. menghindari proses kondensasi dalam proses freezing
udara yang berada didalam naskah tersebut
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pemahaman Tahap Preservasi Manuskrip di dikeluarkan menggunakan alat yang bernama vacuum
UPT Museum Negeri Sonobudoyo. sealer. Lalu proses selanjutnya setelah freezing ialah
Kegiatan preservasi manuskrip ialah semua aktivitas proses pembersihan menggunakan kuas, setelah
untuk memperpanjang usia guna manuskrip, tahapan-tahapan tesebut dilakukan dan masih ditemui
termasuk kegiataan pemeliharaan dan perawatan kerusakan dari naskah tersebut jahitannya sudah
manuskrip agar dapat bertahan lama dan dapat rusak, bukunya sudah robek dan struktur kertasnya
sudah rapuh maka dilakukan tahapan kegiatan Lalu dilakukan juga untuk menghindari proses
restorasi. kondensasi di dalam kantong yang membungkus
manuskrip tersebut sehingga jika masih ada oksigen
3.2.1 Tahap Pemeriksaan (Examination) didalam kantong tersebut uap akan menjadi air atau
Kegiatan pemeriksaan ialah prosedur pertama yang menjadi embun dan membasahi naskah tersebut.
dilakukan dalam tahapan konservasi untuk Langkah selanjutnya dalam kegiatan
menentukan struktur asli dan materi-materi yang pemeliharaan ialah freezing ialah proses pembekuan
terdiri dari suatu manuskrip. Bertujuan untuk kertas yang basah dimasukkan ke dalam ruangan yang
menemukan sejumlah kerusakan, perubahan, dan bersuhu di bawah titik beku, dan dibiarkan membeku
kehilangan yang terdapat pada suatu manuskrip. beberapa lama. informan proses freezing ialah proses
Pemeriksaan ialah cara untuk mengetahui pembekuan naskah dibawah suhu titik normal selama
apa yang menyebabkan kerusakan dan cara yang 15-20 hari agar serangga beserta telur dan larva yang
dilakukan untuk menghindari kerusakan. Tahapan berada di dalam naskah tersebut mati.
pertama dalam melakukan preservasi ialah Pada suhu di bawah titik beku, jamur tidak
pemeriksaan (examination) berupa pengamatan dan akan tumbuh, sedangkan materi manuskrip tetap beku.
pemeriksaan kondisi fisik manuskrip dilihat dari Dengan mematikan serangga, telur bahkan larva yang
temperature udara, intensitas cahaya, dan ruang berada di manuskrip tersebut maka manuskrip tersebut
penyimpanannya sehingga ditemukan beberapa terjaga dari kerusakan bahkan dapat memperlambat
permasalahan yang berkaitan dengan kerusakan yang kerusakan yang disebabkan dari insect tersebut.
terjadi. Pada tahapan selanjutnya setelah proses
Kegiatan ini pun dilakukan oleh tenaga ahli freezing dilakukan kegiatan pengeringan bantuan
yang dipandang mengerti dalam rangka observasi, udara. Pengeringan udara hanya boleh dilakukan
pengamatan hingga pemeriksaan temperatur udara, dalam lingkungan yang stabil untuk mencegah
intensitas cahaya dan ruang penyimpanannya lalu pertumbuhan lumut. Pengeringan udara dilakukan
penentuan tindakan selanjutnya juga diputuskan oleh secara alami maupun menggunakan bantuan alat
individu yang dipandang mampu dan kompeten dalam bertujuan agar mencegah pertumbuhan lumut pada
bidang manuskrip tersebut sehingga paham untuk materi kertas. Pengeringan dilakukan setelah naskah
kegiatan pelestarian seperti apa yang baik dan tanpa berada di dalam kulkas selama 20 hari dan setelah
merusak fisik manuskrip. bunga es yang membungkusnya hilang lalu
dikeluarkan dikeringan melalui bantuan udara selama
3.2.2 Tahap Pemeliharaan (Preservasi)
satu hari satu malam. Lalu di lap menggunakan lap
Pemeliharaan/ preservasi merupakan suatu kegiatan
kering sehingga air nya hilang lalu dibuka kantong
untuk memperlambat dan menjaga perubahan atau
yang membungkus naskah tersebut.
kerusakan pada sifat-sifat kultural suatu materi yang
Langkah yang terakhir dalam proses
diakibatkan oleh kondisi lingkungan dan perlakuan
pemeliharaan ini ialah dusting atau membersihkan
terhadap struktur tersebut agar pemeliharaannya
debu yang berada di dalam naskah. Proses ini
sedekat mungkin dengan kondisi seharusnya. Kondisi
diperlukan kesabaran dan ketekunan karena proses ini
lingkungan yang mempengaruhi perubahan atau
akan memakan waktu cukup lama. Langkah terakhir
kerusakan pada suatu materi berupa dari faktor alam,
ini dilakukan agar memastikan naskah yang setelah
faktor kimiawi/fisika, dan faktor biologi.
dilakukan pemeliharaan bersih dan dapat disimpan
Kegiatan pemeliharaan diantaranya ialah
didalam rak maupun box kaca dengan aman.
vacuum sealer, freezing, pengeringan, membersihkan
debu. Vacuum sealer adalah sebentuk mesin
3.2.3 Tahap Perbaikan (Restorasi)
packaging yang mempunyai dua fungsi untuk
Restorasi/perbaikan ialah suatu usaha untuk
dijalankannya, yaitu fungsi untuk menyedot oksigen
mengembalikan materi dari kondisi yang memburuk
dari dalam kantong kemasan dan sekaligus fungsi
atau kerusakan sedekat mungkin dengan bentuk
untuk menyegel kantong kemasan itu sendiri. kegiatan
semula, desain semula, warna asli, dan fungsi semula
vacuum sealer tersebut dilakukan untuk menyedot
dengan sesedikit mungkin mengorbankan faktor
oksigen dari dalam kantong yang membungkus
estetika dan integritas sejarah.
manuskrip sekaligus untuk menyegel kantong
Tahapan terakhir restorasi tersebut sudah
kemasan agar rapat dan memastikan tidak ada udara
dilakukan, namun dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak
atau bunga es yang masuk kedalam kantong tersebut
ketiga ini diantaranya penyedia jasa maupun sukarela,
agar fisik manuskrip terjaga pada saat proses freezing.
yaitu pusat konservasi di Australia. Dalam melibatkan
pusat konservasi di Australia UPT Museum preservasi akan dirasakan ketika hasil dari kegiatan
Sonobudoyo mengirim naskah-naskah mereka ke tersebut memiliki manfaat bagi masyarakat secara
pusat konservasi Australia tersebut yang sekiranya umum, peneliti, bahkan UPT Museum Sonobudoyo
perlu di perbaiki. Lalu setelah selesai naskah-naskah sendiri.
tersebut dikirim kembali ke Indonesia. Kegiatan preservasi manuskrip memiliki
Selain itu, untuk pihak ketiga yang bersifat peran dalam usaha menjaga eksistensi budaya
sukarela berasal dari German, yang mana pihak Yogyakarta. Karena manuskrip sebagai bukti
tersebut membantu proses perbaikan (restorasi) di kebudayaan banyak memiliki jejak-jejak kebudayaan
UPT Museum Sonobudoyo. Mereka datang langsung dan sejarah yang berhubungan dengan Daerah
ke UPT Museum Sonobudoyo untuk merestorasi Istimewa Yogyakarta bukan hanya DIY bahkan
naskah-naskah yang perlu diperbaiki. Langkah- Indonesia maka kegiatan tersebut wajib dilakukan
langkahnya diantaranya ialah menambal kertas, agar manuskrip tersebut tidak akan hilang bahkan
menstabilkan kertas dengan laminasi, membongkar musnah sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi
jaitan, menjait kembali, dan mengganti cover. sekarang maupun generasi mendatang.
Untuk sarana dan prasana maupun materi
untuk melakukan restorasi ini sudah ada namun hanya 3.5 Pemanfaatan Manuskrip di UPT Museum
kendala pada SDM yang kurang kompeten Sonobudoyo Sebagai Wujud Eksistensi
dibidangnya. Masih dibutuhkan kepercayaan diri dan Kebudayaan di Yogyakarta.
skill untuk melakukan kegiatan restorasi tersebut Pemafaatan manuskrip di UPT Museum Sonobudoyo
karena resiko yang besar ketika terjadi sedikit dimanfaatkan oleh museum dan masyarakat umum.
kesalahan akan merubah struktur/bentuk objek Dengan kegiatan yang dilakukan oleh museum ialah
tersebut. Maka dari itu untuk tindakan restorasi masih berupa pelestarian filologi, dokumentasi kebudayaan,
menggunakan pihak ketiga atau orang luar yang syiar budaya lalu untuk masyarakat (pengguna)
memiliki keahlian/ pengetahuan dibidangnya. dimanfaatkan untuk keilmuan, bahan ajar, bahan
referensi dan penelitian yang kedua pemanfaatan
3.3 Sarana dan Prasarana Kegiatan Preservasi tersebut memilki dampak dalam usaha menjaga
Manuskrip di UPT Museum Sonobudoyo. eksistensi kebudayaan di Yogyakarta.
Sarana dan prasana yang digunakan dalam
4. Simpulan
melakukan preservasi diantaranya ialah lemari kaca
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang
atau box kaca yang ditempatkan di lantai dua ruang
telah dikemukakan, maka dapat di ambil kesimpulan
koleksi naskah, lalu ada termohidrograf dan
sebagai berikut:
termohigrometer ialah alat untuk mengukur suhu dan
1. Preservasi manuskrip yang dilakukan UPT
kelembapan pada ruangan tempat penyimpanan
Museum Sonobudoyo meliputi kegiatan
koleksi manuskrip. Lalu ada kuas lembut yang
persiapan/observasi lalu dilanjutkan kegiatan
digunakan untuk membersihkan debu yang terdapat
pemeliharaan yang bersifat preventif maupun
di manuskrip, ada tisu jepang digunakan untuk
kuratif, dan kegiatan yang terakhir ialah
menambal fisik manuskrip yang bolong, lalu ada
restorasi/ perbaikan.
plastik khusus yang digunakan untuk proses vacuum
2. Tahap kegiatan persiapan atau pemeriksaan ialah
sealer yang berfungsi untuk menghampakan udara
melingkupi kegiatan observasi, pengamatan dan
ketika manuskrip terbungkus plastik. Digunakan juga
pemeriksaan temperatur udara, intensitas cahaya
kulkas daging untuk proses pembekuan naskah
di ruang penyimpanan.
(freezing), lalu ada fume heud alat untuk menyedot
3. Tahap kegiatan pemeliharaan/preservasi tersebut
debu. Lalu ada alat scan untuk buku khusus atau alat
meliputi kegiatan vacuum sealer, freezing,
digitalisasi yang terdapat di ruang penyimpanan
pengeringan dan membersihkan debu.
naskah. Lalu ada ruangan khusus naskah sebagai
4. Tahap kegiatan restorasi/perbaikan sudah
tempat penyimpanan dan juga ada ruang baca naskah
dilakukan, namun pada kegiatannya ditemukan
ditempatkan secara terpisah dengan ruangan
kendala berupa kegiatan tersebut dilakukan oleh
penyimpanan. Lalu ada laboratorium sebagai tempat
pihak ketiga dikarenakan kurang kompetennya
melaksanakan preservasi.
SDM yang ada di UPT Museum Sonobudoyo
dan kuantitas SDM yang minim. Pihak ketiga ini
3.4 Pemahaman Peran Kegiatan Preservasi diantaranya penyedia jasa maupun sukarela.
Manuskrip di UPT Museum Sonobudoyo dalam Untuk penyedia jasa yaitu pusat konservasi
Menjaga Eksistensi Budaya di Yogyakarta. Australia untuk pihak ketiga yang bersifat
Dari kegiatan preservasi yang telah dilakukan akan sukarela berasal dari German. Langkah-
didapatkan beberapa manfaat dan juga peran dari langkahnya diantaranya ialah menambal
kegiatan preservasi tersebut. Peran dari kegiatan kertas,menstabilkan kertas dengan laminasi,
membongkar jaitan, menjait kembali, dan Pelestarian Warisan Budaya Lokal. Skripsi,
mengganti cover. Universitas Diponegoro.
5. Sarana dan prasana yang digunakan dalam
melakukan preservasi diantaranya ialah lemari Hamidi, 2010. Metode Penelitian Kualitatif
kaca atau box kaca, termohidrograf dan Pendekatan Praktis Penulisan Proposal
termohigrometer, kuas lembut, tissue jepang, dan Laporan Penelitian. Malang: UMM
plastik khusus, vacuum sealer, kulkas, fume Press.
heud, alat scan, ruangan khusus naskah sebagai
tempat penyimpanan dan juga ada ruang baca Hp, Suradi. 1992. Babad Nitik.Jakarta: Departemen
naskah ditempatkan secara terpisah dengan Pendidikan dan Kebudayaan.
ruangan penyimpanan dan yang terakhir
laboratorium sebagai tempat melaksanakan Hermawati, dkk. 2006. Peninggalan Masa Islam di
preservasi namun kendalanya ialah sarana dan Jawa Tengah Abad XV-XVIIM. Semarang:
prasana yang ada belum dioptimalkan karena Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.
kurangnya pengetahuan penggunaan sarana dan Jawa Tengah, Museum Jawa Tengah
prasana. Ronggowarsito.
6. Kegiatan preservasi manuskrip memiliki peran
dalam usaha menjaga eksistensi budaya Iskandar, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan
Yogyakarta, karena kegiatan preservasi ini dan Sosial. Jakarta: Referensi.
memiliki manfaat yang besar dalam usaha
memperpanjang usia suatu objek dalam hal ini Koentjaraningrat. 1981. Kebudayaan Mentalitas dan
ialah manuskrip. Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia.
7. Pemanfaatan manuskrip sebagai wujud eksistensi
budaya dimanfaatkan oleh museum dan Kartodirjo, Sartono dkk. 1987. Perkembangan
masyarakat umum kegiatan yang dilakukan oleh Peradaban Priyayi. Yogyakarta: Gadjah
museum ialah berupa pelestarian filologi,
Mada University Press.
dokumentasi kebudayaan, syiar budaya lalu
untuk masyarakat (pengguna) dimanfaatkan
untuk keilmuan, bahan ajar, bahan referensi dan Florida, N.K., 2000. Javanese Literature in Surakarta
penelitian yang kedua pemanfaatan tersebut Manuscripts: Manuscripts of the
memilki dampak dalam usaha menjaga eksistensi Mangkunagaran Palace (Vol. 2). SEAP
kebudayaan di Yogyakarta. Publications.

Daftar Pustaka Mazyah,Siti dkk. 2005. Metode Preservasi dan


Astuti, Retna Sri dkk. 1996/1997. Unsur-Unsur Nilai Konservasi Arsip. Semarang: Program DIII
Budaya Dalam Serat Witaradya. Jakarta: Kearsipan.
CV. Putra Sejati Raya.
Mukhtar, 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif
Alfan, Muhammad. 2013. Fisafat Kebudayaan. Kualitatif. Jakarta: (GP Press Group).
Bandung: CV Pustaka setia.
Moleong, J. lexy, 2004. Metodelogi Penelitian
Bahar, Hijrana & Mathar, Taufiq. 2015. Upaya Kualitatif. Bandung : Remaja Roesdakarya.
Pelestarian Naskah Kuno di Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Nana Supriatna dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial
Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Terpadu. Bandung: Gravindo Media Tama.
Informasi dan Kearsipan Khazanah Al-
Hikmah, 3 (1),______________ Nurul Ibad, Muhammad. 2007. Suluk Jalan Terabas
Gus Miek. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2015. Pedoman Preservasi Arisp
Statis.Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Emzir, 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Pelatihan Kearsipan ANRI.
Analisis Data. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada. Purwahyuningtyas, Larasati. 2012. Pelestarian
Manuskrip Berdasarkan Kearifan Lokal di
Fernanda, Annisa Kartika. 2016. Analisis KHP Widya Budaya Jogjakarta. Skripsi,
Pengelolaan Manuskrip di Pura Universitas Indonesia.
Mangkunegara Surakarta Sebagai Upaya
Pudjiastuti, Titik. 2006. Naskah dan studi naskah:
sebuah antologi Seri kajian filologi. Bogor:
Akademia.

Sukoco, Badri Munir. 2007. Manajemen


Administrasi Perkantoran Modern. Tempat:
Erlangga.

Sugiarto, Agus & Wahyono, Teguh. 2005.


Manajemen Kearsipan Modern.
Yogyakarta: Gava Media.

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan


Indonesia. Yogyakarta: Kanisius (Anggota
IKAPI).

Suprihati, 2004. Koleksi Naskah Kuno di


Perpustakaan Nasional RI. Jakarta:
Perpustakaan Nasional.

Sudarsono, Blasius. 2009. Pustakawan Cinta dan


Teknologi. Jakarta: ISIPII.

Tohirin, 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam


Pendidikan Dan Bimbingan Konseling.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.Sedyawati,
Edi. 2008. Budaya Indonesia: kajian
arkeologi, seni dan sejarah . Tempat,:
rajawali press.

Sevilla, Consuelo G, dkk. 2006. Pengantar Metode


Penelitian. Jakarta: UI-PRESS.

Zaprulkhan. 2013. Filsafat Umum Sebuah


Pendekatan Tematik. Jakarta: Rajawali
Press.

Anda mungkin juga menyukai