Anda di halaman 1dari 8

Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

Volume 2 No. 2 Desember 2018 Halaman 23 – 30

KONSEP LAM DALAM DUNIA KEARSIPAN DI INDONESIA

R. Suryagung SP
Arsip Nasional Republik Indonesia
agung2405@yahoo.com

Abstract

The concept of Library, Archives, Museum (LAM) has actually grown since the 1990s, in
the world. This arises when these institutions see their mission overlap, whereas their
activities are all the same, ie as sources of information. In this paper, the author tries to
examine how the concept of LAM in the world of archives in Indonesia. With the purpose
of knowing how far the concept LAM has touched the world of archives. In this study the
authors use qualitative research methods, where the authors make observations,
interviews to the literature review. From the results of the research, archival world in
Indonesia has been collaborating with the library and museum. This is seen from the
structure of institutions in areas where the merger between archive and library functions
even to the museum. Besides, in the field of preservation, preservation archivists have
been frequent guest speakers in museums, especially preservation of paper collections.
Especially now with many emerging "dioramas" built by archival institutions, diorama
notabene is part of the museum, it will be part of the museum associations in the region
and center.
Keywords: concept, LAM, archives, Indonesia

Intisari

Konsep Library, Archives, Museum (LAM) sebenarnya telah berkembang sejak tahun
1990-an, di dunia. Hal ini muncul ketika lembaga-lembaga ini melihat misi mereka
tumpang tindih, padahal, kegiatan mereka semua adalah sama, yaitu sebagai sumber
informasi. Dalam karya tulis ini, penulis mencoba mengkaji bagaimana konsep LAM
dalam dunia kearsipan di Indonesia. Dengan tujuan mengetahui sejauh mana konsep
LAM telah menyentuh dunia kearsipan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif, dimana penulis melakukan observasi, wawancara hingga
tinjauan pustaka. Dari hasil penelitian tersebut, dunia kearsipan di Indoensia selama
ini telah berkolaborasi dengan perpsutakaan maupun museum. Hal ini dilihat dari
struktur lembaga di daerah dimana adanya penggabungan antara fungsi arsip dan
perpustakaan bahkan hingga permuseuman. Selain itu di bidang preservasi, selama ini
arsiparis bidang preservasi sering menjadi narasumber di museum, terutama
preservasi koleksi kertas. Terlebih saat ini dengan banyak bermunculannya “diorama”
yang dibangun oleh lembaga kearsipan, diorama notabene adalah bagian dari museum,
maka akan menjadi bagian dari asosiasi museum di daerah maupun pusat.
Kata kunci: konsep, LAM, kearsipan, indonesia

Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018


Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

PENDAHULUAN pelestarian kekayaan budaya bangsa.


Library, Archives and Museum Masih menurut ICOM bahwa museum
(LAM) merupakan “saudara tua” yang memiliki fungsi sebagai berikut: (1)
selama ini hidup damai berdampingan Pengumpulan dan pengamanan warisan
dalam berbagai pengaturan organisasi alam dan budaya, (2) Dokumentasi dan
dan menghadapi tekanan dari para penelitian ilmiah, (3) Konservasi dan
pengguna untuk menyediakan akses. preservasi, (4) Penyebaran dan
Seperti kita ketahui, perpustakaan pemerataan ilmu untuk umum, (5)
menurut Sulistyo-Basuki adalah sebuah Pengenalan dan penghayatan kesenian,
ruangan, bagian sebuah (2) Pengenalan kebudayaan
gedung.ataupun gedung itu sendiri yang antardaerah dan antarbangsa, (7)
digunakan untuk menyimpan buku dan Visualisasi warisan alam dan budaya,
terbitan lainnya yang biasanya (8) Cermin pertumbuhan peradaban
disimpan menurut tata susunan umat manusia, dan (9) Pembangkit rasa
tertentu untuk digunakan pembaca, takwa dan bersyukur kepada Tuhan
bukan untuk dijual. Dalam pengertian Yang Maha Esa (Direktorat Museum
buku dan terbitan lainnya termasuk di Departemen Kebudayaan dan
dalamnya semua bahan cetak,buku, Pariwisata, 2008).
majalah, laporan, pamflet, prosiding, Selama ini mereka kerap kali
manuskrip (naskah), lembaran musik, dipisahkan, padahal ketiganya
berbagai karya musik, berbagai karya memungkinkan untuk bekerja sama dan
media audiovisual seperti film, slid berkolaborasi. Istilah LAM telah
(slide), kaset, piringan hitam, bentuk digunakan setidaknya sejak tahun 1990
mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan -an. Hal ini muncul ketika lembaga-
mikroburam (Basuki, 1991:31) lembaga ini melihat misi mereka saling
Sedangkan arsip menurut Undang- berhimpit, padahal mempunyai tujuan
Undang (UU) Nomor 43 Tahun 2009 yang sama, salah satunya sebagai
tentang Kearsipan, adalah rekaman penyimpan dan penyedia informasi.
kegiatan atau peristiwa dalam berbagai Banyak para pendukung
bentuk dan media sesuai dengan kolaborasi tersebut berpendapat bahwa
perkembangan teknologi informasi dan hal ini sebenarnya kembali ke masa lalu
komunikasi yang dibuat dan diterima dimana awalnya mereka sama-sama
oleh lembaga negara, pemerintahan berasal dari satu "Museum" Aleksandria
daerah, lembaga pendidikan, dengan seiring berkembangnya koleksi,
perusahaan, organisasi politik, mereka menjadi lebih terspesialisasi
organisasi kemasyarakatan, dan dan dipisahkan menurut bentuk
perseorangan dalam pelaksanaan informasi dan jenis pengguna.
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, Pemisahan cara pandang biasanya
dan bernegara dan museum menurut diawali bahwa kegiatan di museum
International Council of Museum (ICOM) hanya mengelola artefak, perpustakaan
dalam Musyawarah Umum ke-22 (22th erat dengan tata kelola buku sedangkan
General Assembly) tahun 2447 , arsip lekat dengan pengelolaan surat-
mendefinisikan museum sebagai menyurat pemerintahan.
lembaga, tempat penyimpanan, Namun, bila dilihat dari ilmu
perawatan, pengamanan, dan dokumentasi, hubungan antara
pemanfaatan benda-benda bukti museum, arsip dan perpustakaan,
materil hasil budaya manusia serta ketiganya erat dengan kegiatan
alam dan lingkungannya guna dokumentasi dalam arti luas, yakni
menunjang upaya pelindungan dan mengumpulkan, mengadakan,

Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018 24


Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

mencatat, menyimpan, merawat, seperti Smithsonian Institution,


mengolah koleksi dan menyajikan atau Universitas Yale, Universitas Princeton,
mengomunikasikannya untuk publik. Universitas Edinburgh dan Museum
Menurut penelitian yang dilakukan di Victoria dan Albert dimana mereka
Kanada dan New Zealand berjudul “From dipilih oleh proyek RLG untuk
coexistence to covergence: studying memperdalam kolaborasi perpustakaan,
partnerships and collaboration among arsip dan museum, dan mengidentifikasi
libraries, archives and museums” dari kerjasama baru. Hal ini kemudian
Information Research vol .18 No3, dindaklanjuti oleh tiga panel di American
September 2013. Pada dasarnya Association of Museums (AAM), American
perpustakaan, arsip dan museum Library Association (ALA) dan Society of
sebenarnya dapat bekerja sama American Archivists (SAA) untuk
setidaknya dalam enam aspek, yaitu: 1) mengintegrasikan LAM tersebut.
untuk melayani pengguna secara lebih Kegiatan ini disponsori oleh Comitte for
baik; 2) untuk mendukung kegiatan Archives, Library and dan Museum
ilmiah; 3) mengambil manfaat dari (CALM). Begitupula dengan Negara-
perkembangan teknologi; 4) efisiensi negara di Asia Tenggara seperti
anggaran dan administrasi; 5) adaptasi SIngapura, dimana Arsip Nasional,
terhadap objek digital; 2) pandangan Perpustakaan Nasional dan Museum
secara komprehensif terhadap koleksi. Nasional di bawah National Heritage
Penelitian di atas hanya terpaku Board, sedangkan di Malaysia, Arsip
pada kerja sama tiga institusi, namun saat Nasional membawahi Memorial para
ini kolaborasi namun juga meningkat PErdana MEnteri dari Tun Aburl Rahman
pada monumen dan situs. Bahkan hingga Mahathir Muhammad, dimana
International Federation of Library dalam memorial tersebut selain arsip,
Associations and Institutions (IFLA) juga buku dan artefak tinggalannya
menempatkan kelimanya dalam posisi berupa rumah, kendaraan, hingga topi.
setara yang dikenal dengan istilah: Kemudian bagaimana dengan di
Libraries, Archives, Museums, Indonesia, terutama kita di dunia
Monuments and Sites (LAMMS) seperti kearsipan.
tertera pada link http://www.ifla.org/ Berangkat dari berbagai
lamms. Bahkan saat ini ditambah galeri, perkembangan tersebut, maka penulis
menjadi GLAMMS yaitu Gallery Libraries, mengambil tema konsep LAM dalam
Archives, Museums, Monuments and kearsipan,dalam tema tersebut penulis
Sites. mengangkat beberapa permasalahan,
Hal tersebut diikuti pula oleh yaitu sejauhmana perkembangan
berbagai penelitian-penelitian mengenai kolaborasi LAM tersebut di Indonesia,
kolaborasi tersebut, seperti Diane Zorich, terutama dalam dunia kearsipan serta
, Gunter Waibel dan Ricky Erway dalam kegiatan-kegiatan apa saja dalam rangka
Beyond the Silos of the LAMs: kolaborasi tersebut. Dengan pemahaman
Collaboration Libraries, Archives, tentang konsep LAM tersebut diharapkan
Museums, BibSI. "On the LAM: Library, dapat menjadi pengetahuan baru bagi
Archive, and Museum Collections in the komunitas kearsipan sekaligus sebagai
Creation and Maintenance of Knowledge rintisan untuk mengkolaborasikan
Communities , Deanna Marcum, "Archives, kegiatan-kegiatan perpustakaan, arsip
Libraries, Museums: Coming Back dan museum di masa mendatang
Together?" dalam Information & Culture: sehingga tujuan penelitian tersebut yaitu
A Journal of History. untuk mengetahui sejauh mana konsep
Selain itu banyak universitas dan LAM dalam dunia kearsipan di Indonesia
institusi besar lainnya memiliki minat,
Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018 25
Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

dan mengetahui kolaborasi apa saja yang memilah data tersebut terutama yang
telah terjadi dari konsep LAM dapat terkait dengan alur kunjungan, alur
terlihat. Dimana ternyata konsep LAM penyajian koleksi serta penataannya.
telah masuk ke dunia kearsipan melalui 3. Analisa data
struktur organisasi, kegiatan preservasi Analisa data dilakukan dengan cara
hingga kegiatan “diorama”. deskriptif komparatif yaitu dengan cara
mendiskripsikan konsep Lam di luar
METODE PENELITIAN negeri. Kondisi tersebut kemudian
Penelitian berjudul “Konsep LAM dibandingkan dengan kondisi-kondisi
dalam Dunia Kearsipan di Indonesia” kolaborasi LAM di Indonesia.
menggunakan metode penelitian secara
kualitatif dengan menggunakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
studi pustaka, survei lapangan sekaligus Konsep LAM yang telah
wawancara kepada pihak-pihak terkait. berkembang sejak tahun 1990-an, di
Hal yang pertama dilakukan, yaitu dunia. Sebenarnya juga sudah masuk ke
dengan pengumpulan data melalui dunia kearsipan di Indonesia. Dalam
pengamatan (observasi), wawancara beberapa mereka sudah berkolaborasi,
(interview) dan studi pustaka melalui antara lain dapat kita lihat dari berbagai
buku-buku yang terkait dengan tema hal.
penelitian.. Data yang dikumpulkan Struktur Lembaga
kemudian dideskripsikan dan dievaluasi Struktur lembaga di pemerintahan
berdasarkan suatu kriteria yang daerah, saat ini di seluruh daerah telah
diperoleh. bergabung antara fungsi Kearsipan dan
Tahapan penelitian yang dilakukan Perpustakaan, tinggal namanya saja
adalah sebagai berikut: apakah kearsipan dahulu atau
1. Pengumpulan data perpustakaan. Walaupun hal ini
a. Data dikumpulkan dengan dikarenakan berbagai hal, antara lain
cara observasi/pengamatan efisensi dan enghematan anggaran, selain
secara langsung ke obyek itu juga adalah kedekatan tugas, pokok
penelitian, yaitu dan fungsi mereka. Walaupun dahulu
perpustakaan, arsip, sebenarnya bermacama-macam namanya
museum,dan pameran dan penggabungannya, seperti:
b. Wawancara kepada 1. Ada yang bergabung dengan PDE
narasumber, yaitu arsiparis, (Pusat Data Elektronik) seperti di
kurator, dn pustakawan. Kabupaten Empat Lawang dll
Wawancara dilakukan untuk (Romadhon, 2011: 227)
menyempurnakan hasil 2. Arsip, Perpustakaan dan LPP di
observasi, terutama untuk hal- Kota Pagar Alam (Romadhon, 2011:
hal yang terkait dengan tema 250)
penelitian 3. Arsip Perpustakaan dan
c. Studi pustaka, baik melalui Dokumentasi seperti di Aceh
buku maupun internet (e-book Selatan (Romadhon, 2011: 8),
dan artikel) untuk mencari Langkat (Romadhon, 2011: 57) dll
literatur mengenai konsep 4. Arsip Perpustakaan dan Dikbudpar
LAM, perkembangan LAM di di Kabupaten Lamandau
dunia, prospeknya di (Romadhon, 2011: 59)
Indonesia. 5. Arsip perpustakaan dan
2. Deskripsi data Pengembangan Sistem Informasi di
Mengumpulkan semua data yang Kabupaten Bandung (Romadhon,
sudah didapatkan, mengurai dan
Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018 26
Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

2011: 31)
2. Diklat, Arsip dan Perpustakaan di
Kabupaten Cilacap (Romadhon,
2011:2 )
7. Di Purbalingga yaitu Perpustakaan
Umum dan Museum Prof Dr.
Soegondo Poerbawakatja (2003-
2007) di bawah Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan (Romadhon, 2011:
138)

Gambar 3. Berita Kegiatan BPAM

yaitu Geologika (fosil, batuan, mineral,


dan benda bentukan alam lainnya, seperti
andesit dan granit), Biologika (rangka
manusia, tengkorak, hewan, dan
tumbuhan baik fosil ataupun bukan),
Etnografika (hasil budaya atau identitas
suatu etnis), Arkeologika (benda koleksi
yang merupakan peninggalan budaya
sejak masa prasejarah sampai masuk
Gambar 1. Perpustakaan Umum dan Museum
penagaruh barat), Historika (benda
Prof Dr. Soegondo Poerbawakatja koleksi yang memiliki nilai sejarah dan
menjadi objek penelitian sejak masuknya
pengaruh barat hingga sekarang (negara,
tokoh, kelompok, dan sejenisnya),
Numismatika dan heraldika.
Numismatika adalah alat tukar atau mata
uang yang sah. Heraldika adalah lambang,
tanda jasa dan tanda pangkat resmi (cap
atau stempel), Filologi, benda koleksi
disiplin filologi (naskah kuno tulisan
tangan yang mendeskripsikan suatu
peristiwa), Keramonologi (benda koleksi
barang pecah belah yang terbuat dari
Gambar 2. Pusat Arsip dan Museum tanah liat yang dibakar), Seni rupa,
Universitas Surabaya (Ubaya) (benda koleksi yang mengekspresikan
pengalaman artistik manusia), dan
Bahkan ada yang mendekati ideal Teknologika (tradisional hingga modern).
yaitu dimana fungsi arsip, perpustakaan Sedangkan arsip dan perpustakaan
dan museum menjadi satu yaitu Badan terbatas hanya media kertas. Di bidang
Arsip, Perpustakaan, dan Museum Preservasi atau perawatan koleksi
(BPAM} Kota Tanjung Pinang, saat ini merupakan salah satu titik temu antara
menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Arsip dan Museum,
Perpustakaan khususnya yang memiliki koleksi
historika dan filologi. Oleh sebab itu tidak
Preservasi Koleksi dipungkiri kalau preservator ketiga
Seperti kita ketahui, museum intitusi tersebut saling berkolaborasi. Hal
memiliki berbagai media dari jenisnya
Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018 27
Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

ini terlihat dari arsiparis di bagian arsip. Saat ini Diorama Sejarah Perjalanan
perservasi yang sering menjadi Bangsa menjadi salah satu anggota
narasumber di Balai Konservasi DKI Asosiasi Museum Indoensia Daerah
Jakarta maupun di Museum seperti Jakarta Raya (AMIDA Paramita Jaya).
Museum Tanjung Pinang. Selain itu tidak
ketinggalan preservasi naskah-naskah
kuno, baik di kerajaan maupun milik
museum daerah. Selain kerjasama
tersebut, mereka (tiga instansi tersebut)
juga pernah merumuskan jabatan
fungsional konservator, namun kandas di
jalan.

Arsip Dan Diorama


Seperti kita ketahui, istilah diorama
adalah bagian dari penyajian museum,
yaitu adalah sejenis benda miniatur tiga
dimensi untuk menggambarkan suatu
pemandangan atau suatu adegan. Nama
diorama ini pertama kali digunakan oleh
Arsip Nasional RI (ANRI), saat itu ANRI di
bawah pimpinan Bapak Djoko Utomo
membangun Diorama Sejarah Perjalanan Gambar 4. Diorama Sejarah Perjalanan
Bangsa di Gedung A ANRI Jl. Ampera Raya Bangsa (atas), Pusat Konstitusi (bawah)
No. 7 Jakarta Selatan. Diorama ini
kemudian diresmikan oleh Presiden Keberhasilan pembangunan
Susilo Bambang Yudhoyono pada 29 diorama tersebut, diikuti oleh instansi
Agustus 2009. Dimana penanggungjawab lain yaitu Mahkamah Konstitusi (MK)
kontennya adalah Kedeputian Konservasi yang membangun Pusat Kajian Konstitusi
sedangkan pengelolanya adalah Bagian (Puskon). Sedangkan di tingkat
Hubungan Masyarakat. Dari Diorama pemerintahan daerah diikuti oleh
tersebut persinggungan arsip dan Kabupaten Purwakarta yang membangun
museum tidak dapat dielakkan. Dimana Diorama Purwakarta Bale Panyawangan,
arsip tertua di ANRI berkisar Tahun 1200 yang diikuti dengan pembangunan
-an. Sedangkan perjalanan bangsa Diorama Nusantara.
mengenal tulisan memasuki masa sejarah
adalah mulai abad ke 4 Masehi, ditandai
dengan ditemukannya Prasasti Yupa di
Kutai. Karena kebutuhan akan masa
tersebut di diorama akhirnya dibuatlah
prasasti yupa dan beberapa prasasti
lainnya berupa replika miniatur prasasti
di Hall A. Begitupula di Hall C, yaitu masa
Pergerakan Nasional karena keterbatasan
arsip pada masa tersebut, digunakan
sumber perpustakaan, yaitu buku dan
surat kabar. Pada masa kepemimpinan Gambar 5. Diorama Purwakarta Bale
Panyawangan
Bapak Asichin, diorama tersebut
memperoleh MURI sebagai diorama
paling banyak menggunakan sumber
Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018 28
Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

Setelah peresmian Diorama


Purwakarta tersebut, maka ada arahan
dari Menteri Pendayagunaaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan
RB), Yuddy Chrisnandi saat membuka
Rapat Koordinasi (Rakor)
Penyelenggaraan Kearsipan Nasional di
kantor Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI) pada 3 Maret 2015 di Jakarta,
yaitu "Saya berharap, kantor Arsip Gambar 6. GNI Surabaya
daerah dapat membangun diorama
sejarah perjalanan bangsa. Ini penting Museum mempunyai kekhasan koleksi
agar seluruh maasyarakat mengetahui masing-masing. Walaupun dalam
nilai-nilai luhur sejarah bangsa bebrapa hal hampir serupa, seperti Arsip
Indonesia," .Ia berharap, dengan adanya yang menyediakan koleksi arsip teks,
diorama-diorama, anak-anak Indonesia peta, kearsitekturan, foto, film
yang ada di pelosok-pelosok daerah, agar dokumenter, hingga rekaman suara.
mengetahui sejarah Indonesia. Tidak Begitupula dengan perpustakaan, yang
perlu ke Jakarta untuk melihat diorama menyediakan layanan buku, juga foto,
sejarah bangsa Indonesia. Sebab, bila peta, film cerita, serta sketsa. Sedangkan
mereka ke Jakarta ibu kota provinsinya. museum selain kekhasannya artefak, saat
Pertama, jaraknya cukup jauh. Belum ini juga memiliki koleksi foto, arsip, peta
tentu mereka bisa mengakses. Kedua dll. Alangkah baiknya apabila
butuh biaya besar. Hal inilah yang berkolaborasi dalam tema-tema tertentu.
kemudian “marak” pembangunan Seperti Pameran yang diinisiasi oleh
diorama yang diinisiasi oleh Dinas Direktorat Sejarah, Kementerian
Kearsipan dan Perpustakaan di berbagai Pendidikan dan Kebudayaan dengan
daerah, dari Sulawesi Utara, NTB, tema masa pendudukan Jepang yang
Sukabumi hingga Yogyakarta. Dengan berjudul Jagung berbunga di antara Bedil
adanya diorama tersebut, akan terjadi dan Sakura. Pameran tersebut berhasil
kolaborasi antara arsip, perpustakaan, mengkolaborasikan antara koleksi arsip
dan museum, untuk memenuhi konten
dan timeline yang ada. Lain daerah, lain
caranya, seperti yang dilakukan saat ini
oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya dengan tenaga penelusur
yang handal, mereka sudah berhasil
menjadikan tiga museum khusus itu
antara lain, rumah tinggal Hadji Oemar
Said (H.O.S) Tjokroaminoto di Jalan
Peneleh; Gedung Nasional Indonesia
(GNI) yang didirikan oleh Dr. Soetomo di
Jalan Bubutan; dan rumah wafat Wage
Rudolf (W.R.) Soepratman di Jalan
Mangga, Tambak Sari.
Begitupula dengan pemanfaatan
koleksi lainnya, bila diorama adalah
semacam pameran tetap, bergitupula
dengan pameran temporer, seperti kita
ketahui, Perpustakaan, Arsip dan
Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018 29
Wisudowati Ayu Sugito Konsep LAM Dalam Dunia Kearsipan di Indonesia

(ANRI dan Arsip Nasional Belanda), perpustakaan umum provinsi dan


Perpustakaan Nasional serta Museum kabupaten/kota se-Indonesia Wilayah 1 ,
(Kalijati, Broonbek dan Antara). 2011, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
———, Profil perpustakaan umum
KESIMPULAN provinsi dan kabupaten/kota se-
Dari hasil penelitian tersebut, dunia Indonesia Wilayah 2 , Jakarta :
kearsipan di Indoensia selama ini Perpustakaan Nasional RI, 2011
sebenarnya telah berkolaborasi dengan
perpustakaan maupun museum. Hal ini ———, Profil perpustakaan umum
dilihat dari struktur lembaga di daerah provinsi dan kabupaten/kota se-
dimana adanya penggabungan antara Indonesia Wilayah 3 , Jakarta :
fungsi arsip dan perpustakaan bahkan Perpustakaan Nasional RI, 2011
hingga permuseuman. Selain itu di bidang Sulistyorini, Dyah. menggagas-
preservasi, selama ini, salah satu titik kolaborasi-perpustakaan-arsip-dan-
temu di bidang preservasi dimana masing museum <https://
-masing institusi memiliki fungsi tersebut www.antaranews.com/berita/481903/
serta koleksi dengan media kertas. menggagas-kolaborasi-perpustakaan-
Terlebih saat ini dengan banyak arsip-dan-museum> (Di akses tanggal 10
bermunculannya “diorama” yang September 2018)
dibangun oleh lembaga kearsipan,
diorama notabene adalah bagian dari <https://www.ifla.org/lamms>(Di
museum, maka arsip akan berkolaborasi akses tanggal 10 September 2018)
dengan museum bahkan perpustakaan
untuk mengisi kontennya. Perpustakaan,
arsip dan museum sebagai lembaga yang
mengumpulkan, mengelola, dan
melayankan informasi. Meskipun jenis
media berbeda, namun diharapkan dapat
berintegrasi baik maya (online) maupun
nyata dalam menyajikan informasi
sehingga akan sangat berguna bagi
pelajar, peneliti, pengunjung hingga
masyarakat luas. Untuk menuju hal
tersebut, dibutuhkan kesiapan layanan,
infrastruktur teknologi, staf, dan keahlian
sehingga dapat meningkatkan efisensi
dan produktivitas bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang (UU) Nomor 43
Tahun 2009 tentang Kearsipan
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu
Perpustakaan.1991. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Direktorat Museum Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata. 2008.
Pedoman Museum Indonesia.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Romadon, R. Rahmat dkk, Profil
Diplomatika, Vol. 2, No. 2 Desember 2018 30

Anda mungkin juga menyukai