Anda di halaman 1dari 36

KONSEVASI SUMBERDAYA AIR

 
 
MELESARIKAN SUMBER DAYA AIR
DARI ANCAMAN PEMBANGUNAN DI JAYAPURA
 
KATA  PENGANTAR
 
Puji Tuhan kami haturkan kepada Allah Yang Maha Kuasa,
atas berkat rahmat dan kasih-Nya, karya tulis yang
berjudul Melestarikan Sumber Daya Air di Jayapura dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Karya tulis ini ditulis
dengan penuh rasa tanggung jawab serta rasa kepedulian yang
tinggi terhadap lingkungan.
Lingkugan sekitar kami memerlukan pehatian ekstra, karena
telah dinomor duakan oleh pembanguan yang kini telah
berkembang di masyarakat hingga hati manusia. Maka dari itu,
semoaga tulisan kami ini mampu menambah khazana ilmu
pengetahuan juga kepedulian terhadap lingkungan.

Selama proses penulisan, Penulis banyak dibantu oleh


berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik
ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Panitian lomba Litbang yang Telah memberikan


kesempatan kepada kami untuk mencurahkan buah pikira
kami
2. Kepada Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Jayapur,
Bapak Paulus Gandeguai
3. Kepada Guru pembimbing saya yang senatiasa
membimbing saya dengan sabar mengarahkan saya untuk
menulis dengan baik. Ibu Dra Anggia Budiarti, m.Pd.
4. Kepada Narasumber yang telah meluangkan waktunya
unutk di wawancarai di kantor Bapeldalda, Penata /III C
.SAIFULHAQ, ST
5. Kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung ikut terlibat dalam penyusunan Karya Tulis ini.
Tak ada gading yang tak retak, jika ada salah kata mohon di
maafkan. Sekian dari penulis. Kami senatiasa menerima kriti
dan sara agar dapat melengakapi bagian yang ramung dari
penulisan ini. Sekian dan terimakasih

MELESARIKAN SUMBER DAYA AIR


DARI ANCAMAN PEMBANGUNAN
KABUPATEN  JAYAPURA
Penulis I: Lidwina Wakiwag Samkakai, Penulis 2 : Aprilia
Rindy Nugraeny
SMA Negeri 3 Jayapura
Jalan Merah Putih Buper Jayapura Papua
 
ABSTRAK
            Pembangunan di Jayapura sudah mencapai
perkembangan yang luar biasa. Permasalahan  yang muncul
akibat pembangunan yang di lakukan ini. tanpa di sadari
telah menggangu ekosistem di Jayapura terutama pembukaan
lahan untuk bangunan-bagunan baru hingga perkebunan yang
membutuhkan lahan yang luas. Jayapura memiliki lahan yang
di dominasi oleh tumbuhan hutan hujan dimana berfungsi
sebagai daerah penyimbanan air bagi kelangsungan makhuk
hidup di dalamnya. Pertumbuhan atau dinamika masyarakat
yang terus berpindah dan kebutuhan manusia yang semakin
banyak menuntuk ketersediaan air di berbagai aspek. kota
Jayapura dengan kepadatan pendudukan yang semakin
meningkat.
            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana konservasi terhadap sumberdaya air di Jayapura
di terapkan untuk melindungi sumber air yang bersih yang
mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Jayapura yang
menggunakan air untuk keperluan sehari-hari, mengetahui
dampak pembanguan terhadap daerah resapan air yang
berada  di sekitar area pembangunan.
            Metode penilitian yang digunakan yaitu dengan
mewawancari beberapa instansi terkait mengenai keadaan air
di Jayapura juga, mengambil sampel permasalahn yang di
ambil dari data-data BAPEDALDA. Kami juga mengambil
sampel air di Buper dalam sejk tanggal 12-14 Maret 2013.
            Kesimpulan upaya melestarikan lingkungan di
sekitar sumber mata Air yang ada di  Jayapura yaitu guna
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kapasitas Air yang
berkurang di Jayapura. Maka harsu adanya knontrol dari
pihak terkait mengenai masalah berkuranya debit air yang
ada di Jayapura.
 
 
 
Kata kunci : melestarikan sumber daya Air, pembangunan,
daerah resapan
 
MELESARIKAN SUMBER DAYA AIR
DARI ANCAMAN PEMBANGUNAN
KABUPATEN  JAYAPURA
 
Penulis I : Lidwina Wakiwag Samkakai, Penulis 2 : Aprilia
Rindy Nugraeny
SMA Negeri 3 Jayapura
Jalan Merah Putih Buper Jayapura Papua
 
RINGKASAN MAKALAH
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pertumbuhan dan perkembangan di berbagai bidang menuntut
lapangan yang luas namun pembangunan ini tanpa di sadari
telah menggangu daerah resapan air di Jayapura yang kian
lama semakin berkurang, jika terus di biarkan Jayapura
berpotensi sebagai kawasan yang kekurangan sumber daya air

 
Manfaat penelitian
Penelitian ini di buat agar bermanfaat bagi semua masyarakat
yang menginginkan kebaikan bagi terjanganya kelangsungan
sumber daya air di Jayapura

Tujuan dan sasaran


1. Tujuan
 Mengetahui gambaranya penyebab berkurangya
sumberdaya air di Jayapura.
 Mengetahui solusi menjaga kelestarian sumber daya air di
Jayapura.
1. Sasaran
Bagi masyarakat pada umumnya dan Pemerintah aa
Khususnya

METODOLOGI PENELITIAN
Peneitian ini berentuk kualitatif dengan metode deskriptis.
Teknik pengumpulan data menggunaka metode studi pustaka
dan wawancara.

 
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penyebab berkranya air di Papua karena pembukaan lahan
yang di peruntukan bagi pembangunan infrastruktur yang
memakai banyak lahan, juga pelebaran daerah perkebuanan di
sekiar daerah konservasi sumber daya air.

 
KESIMPULAN
Perlunya ada perhatian lebih dari pemerintah daam
menagguagi masalah berkurannya sumber daya air akibat
pembukaan lahan di sekitar daerah aliran sungai yang telah
menggagu daeah aliran sungai.

 
DAFTAR PUSTAKA 
Bapeldalda. 2010. Laporan Final  Penyusunan Perencanaan
Penanganan Kerusakan Sumber Air. Jayapura: Bapeldalda.
 
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI
Halaman
Judul……………………………………………………………
……………………………………. i

Kata
Pengantar………………………………………………………
………………………………………… ii

Abstrak…………………………………………………………
…………………………………………………   iii

Ringkasan
Makalah………………………………………………………
………………………………….iv
Daftar
Isi………………………………………………………………
…………………………………………..  v

BAB I PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Masalah………………………………………………………
……………………….1
 Rumusan
Masalah………………………………………………………
……………………………….. 3
 Tujuan
Penelitian……………………………………………………
…………………………………… 3
 Manfaat
Penelitian……………………………………………………
………………………………….3
BAB II LANDASAN TEORI

 Pengertian Konservasi Sumber Daya


Air……………………………………………………4
 Pengertian Sumber Daya
Air……………………………………………………………
………….4
 Fungsi Air bagi Kebutuhan Manusia
………………………………………………………….4.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

 Metode
Penelitian……………………………………………………
………………………………….. 7
 Teknik Pengumpulan
Data…………………………………………………………
………………..7
 Teknik Analisis
Data…………………………………………………………
…………………………..8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 Demografi Kabupaten
Jayapura………………………………………………………
…………..9
 Sejarah Keadaan Air di
Jayapura………………………………………………………
…………10
 Penyebab Jayapura Kekurangan
Air……………………………………………………………
11
 Penanggulangi Kekurangan Air di
Jayapura……………………………………………….13
BAB V PENUTUP

5.1
Kesimpulan……………………………………………………
…………………………………………… ……16

5.2 Saran-
Saran……………………………………………………………
………………………………………….16

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………
…………………………………. …………17

LAMPIRAN……………………………………………………
………………………………………………. ……….18

 
Conserve WATER RESOURCES 
THREAT OF DEVELOPMENT
DISTRICT JAYAPURA
1st Authors : Lidwina Wakiwag Samkakai, 2nd Writer :
Aprilia Rindy Nugraeny
SMA 3 Jayapura
Jalan Merah Putih Buper Jayapura Papua
 
ABSTRACT

 
Development in Jayapura has achieved remarkable
development. The problems that arise from this development
will be undertaken. unconsciously has disturbed ecosystems in
Jayapura especially land clearing for building new buildings to
plantations require vast land. Jayapura has a land dominated
by rainforest plants which serve as areas for survival storage
water creatures living in it. Growth or community dynamics
continue to change and people need more and more demanding
in various aspects of water availability.

Jayapura city with an increasing density of occupation.


The purpose of this study was to determine the extent of
conservation of water resources in Jayapura employ to protect
clean water sources that can meet the needs of Jayapura who
use water for daily use, knowing Development impacts on
watersheds located around the area of development.

The studies used method is by interviewing several agencies


about the water situation in Jayapura as well, taking problems
with the samples taken from data BAPEDALDA. We also
took water samples in Buper in sejk on 12-14 March 2013.
Conclusion efforts to preserve the environment around water
sources in Jayapura to meet the public demand for reduced
water capacity in Jayapura. So we must to control from
stakeholders on the issue of debit has limited water in
Jayapura.

Keywords: conserve water resources, construction,


catchment areas
BAB 1
PENDAHULUAN
 
 Latar Belakang
Air merupakan badan lingkungan yang kualitasnya mudah
dipengaruhi oleh kondisi dan aktivitas di daerah panampungan
dan pengalirannya, baik berupa danau, rawa, sungai,
bendungan, sumur dan lain sebagainya. Sedemikian
pentingnya peran dan rentannya keberadaan suatu badan air,
maka setiap kegiatan pembangunan atau kegiatan lain yang
berada dekat dengan badan air atau yang berpotensi
mencemari suatu badan air harus direncanakan secara baik.
Hal ini disadari mengingat setiap penyelenggaraan kegiatan,
khususnya kegiatan oleh manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung, akan mempengaruhi ekosistem
lingkungan badan air dan di sekitarnya. Untuk itu diperlukan
suatu upaya yang terencana dengan baik untuk memantau
kualitas suatu badan air secara berkelanjutan, guna menjaga
keberlangsungan fungsi dari badan air tersebut.
Pembangunan merupakan upaya manusia untuk memanfaatkan
sumberdaya alam dan lingkungan guna meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Agar pembangunan dapat memberikan
manfaat yang optimal, maka perlu diciptakan kelestarian
lingkungan yang seimbang dan serasi. Salah satu upaya
tersebut dilakukan melalui konsep pembangunan
berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan menjadi suatu konsep


pembangunan yang memang terus diterapkan dan menuntut
tanggung jawab kepada generasi kini dalam memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di bumi sebagai titipan untuk
dipergunakan generasi mendatang termasuk sumber-sumber
air. Hal ini dapat  terjamin bila didukung oleh upaya
pencegahan secara dini terhadap kerusakan sumber-sumber air,
melalui upaya kelangsungan dan perlindungan ekosistem
hutan dan sumber-sumber air.

Di  Kota Jayapura terdapat 3 (tiga) buah kawasan lindung yang


berbeda status yaitu Cagar Alam Pegunungan Cycloops, Hutan
Lindung Abepura dan Taman Wisata Teluk Yotefa. Perlunya
pengawasan terhadap beberapa titik pusat sumber mata air
yang lebih dari sekedar hanya kepedulian dengan menanam.
Namun juga harus dilihat wilayah yang perlu untuk tidak
didekati dengan alasan apapun, temasuk pembangunan baik
dari sektor pertanian maupun sektor industri perkotaan yang
gencar diadakan.

Seiring berjalannya waktu, kadaan ini akan sangat


meresahkan, terutama kelak pada generasi mudah yang akan
datang. Dibukanya perkebunan di sekitar daerah konservasi
yang mampu meyerap daerah resapan air, menyebabkan air
yang seharusnya turun ke penampungan, lamba laun menjadi
kurang.

Di dalam kawasan ini terdapat sumber-sumber air untuk


memenuhi kebutuhan kelompok masyarakat atau penduduk
yang bertempat tinggal di sekitar kawasan lindung. 
Kelompok-kelompok masyarakat tersebut berasal dari
berbagai lapisan sosial. Permukiman kelompok-kelompok
tersebut berada di dalam kawasan zona perlindungan (enclave)
maupun di luar kawasan tersebut seperti zona penyangga
(buffer zone), maupun zona pemanfaatan sesuai tata ruang
yang telah disepakati (baca: kawasan yang peruntukan
pemanfaatannya berdasarkan peraturan formal, seperti
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992).
Suatu kenyataan menunjukkan bahwa sebelum adanya
kelompok-kelompok masyarakat tersebut ada, maka terdapat
kelompok masyarakat pemilik ulayat yang dalam
kehidupannya terpola dengan ketradisionalanannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Nilai-nilai
ketradisional tersebut justru memiliki kearifan lingkungan
yang  masih saja tertanam dan terpola dalam kehidupan
masyarakat.

Nilai-nilai kearifan lingkungan masyarakat yang telah ada


sejak turun temurun tersebut  dijadikan modal dasar
pengembangan suatu model pemberdayaan masyarakat hak
ulayat dalam memanfaatkan sumber-sumber air. Nilai-nilai
kearifan masyarakat pemilik ulayat dikemas dalam sebuah
forum, yang pada gilirannya diharapkan dapat terus
dikembangkan. Pengembangan model forum pengamanan
sumber air  tersebut diharapkan dapat diperoleh
keuntungan (benefit) di bidang ekonomi dan bidang
konservasi itu sendiri. Keterpaduan (integrated) antara
kepentingan konservasi dan ekonomi diharapkan menjadikan
suatu keluaran (output) pemberdayaan masyarakat di bidang
ekonomi.
Untuk mencapai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi
dan konservasi tidak saja semata-mata didasarkan kepada
partisipasi, akan tetapi juga didasarkan pula pada keinginan
pemerintah (political will) untuk memberdayakan
kemampuannya sendiri. Pemberdayaan pemerintah turut
berperan menjawab berbagai tantangan dalam pengelolaan 
sumber-sumber air di Kota Jayapura.
Untuk kondisi di Kota Jayapura terutama pada kawasan
sumber-sumber air, dimana kepemilikan hak ulayat, tuan tanah
dan aspek sosial budaya lainnya masih mendominasi
keseluruhan strutur kehidupan masyarakat di kampung (rural),
memberikan suatu peluang  khusus yang dapat dimulai dari
kebutuhan masyarakat Dalam rangka partisipasi masyarakat
dalam pengamanan sumber-sumber air sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat pemilik hak ulayat maupun tuan-tuan tanah untuk
lebih berperan dalm mengamankan sumber-sumber air.
 Rumusan Masalah
          Rumusan masalah penelitian ini adalah
 Mengapa Jayapura bisa mengalami kekurangan Air ?
 Apa solusi dalam memecahkan masalah ini?
 Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Mengetahui gambaranya penyebab berkurangya
sumberdaya air di Jayapura.
 Mengetahui solusi menjaga kelestarian sumber daya air di
Jayapura.
 
 Manfaat Penelitian
1.4.1    Bagi Peneliti
Sebagai tambahan wawasan serta kesempatan penerapan ilmu
lingkungan terhadap perkembangan sebagai tambahan
wawasan serta kesempatan penerapan ilmu sosialisasi terhadap
perkembangan budaya yang terjadi di Papua.

1.4.2    Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumber informasi yang akan terus
dikembangkan dan diperhatikan dalam masalah kelestarian
sumber daya air di Jayapura.

 
 
 
 
 
 
 
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap
memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu
dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen
lingkungan untuk pemanfaatan masa depan. Di sini dinyatakan
bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian
sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam
piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan
suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang
terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan
konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai
dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan
untuk pemanfaatan lebih lanjut.

Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk


melestarikan atau melindungi alam. Konservasi adalah
pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi
berasal dari bahasa Inggris, conservation yang artinya
pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu
lingkungan, konservasi adalah:
 Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi,
transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan
konsumsi energi.
 Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati
terhadap lingkungan dan sumber daya alam
 (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil
sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik.
 Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap
lingkungan
 Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah
dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari
spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.
 Pengertian Sumber Daya Air
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
dimanfaatkan di darat.

Sumber air adalah tempat/wadah air baik yang terdapat pada,


di atas, maupun di bawah permukaan tanah. Daya air adalah
potensi yang terkandung dalam air dan atau sumber air yang
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan dan penghidupan
manusia. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air
yang terkandung didalamnya.

Konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara


keberadaan, keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi
sumberdaya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk
hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang
akan datang. Pendayagunaan sumberdaya air adalah upaya
penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan
pengusahaan sumberdaya air secara optimal, berhasilguna dan
berdayaguna.

Pengendalian dan penanggulangan daya rusak air adalah upaya


untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air yang dapat
berupa banjir, lahar dingin, ombak, gelombang pasang, dan
lain-lain. Penge-lolaan adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penye-
lenggaraan konservasi, pendayagunaan sumberdaya air, dan
pengendalian daya rusak air.

Pengembangan sumberdaya air adalah upaya peningkatan


kemanfaatan fungsi sumberdaya air tanpa merusak
keseimbangan lingkungan. Pengusahaan sumberdaya
air adalah upaya pemanfaatan sumberdaya air untuk tujuan
komersial. Peruntukan air dan daya air adalah penentuan
prioritas alokasi air dan daya air untuk masing-masing
keperluan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai. Hak guna
sumberdaya air adalah hak untuk memperoleh dan
menggunakan sumberdaya air untuk keperluan tertentu.

Daerah Aliran Sungai (DAS) atau yang disebut dengan Daerah


Pengaliran Sungai (DPS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi
oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama yang
bermuara ke danau atau laut. Wilayah sungai adalah kesatuan
wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih
Daerah Aliran Sungai dan atau satu atau lebih pulau-pulau
kecil, termasuk cekungan air tanah yang berada di bawahnya.

Tata Pengaturan Air adalah segala usaha untuk mengatur


pembinaan seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan,
penggunaan, pengusahaan dan pengawasan atas air beserta
sumber-sumbernya termasuk kekayaan alam bukan hewani
yang terkandung di-dalamnya, guna mencapai manfaat yang
sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri
kehidupan Rakyat.
Berkurangnya air dalam tanah, disebabkan oleh (1)
penebangan hutan secara liar; (2) penambangan liar, dan (3)
rusaknya vegetasi di lingkungan tersebut.

(http://id.answers.yahoo.com/question/, diunduh 04April


2013).
 
 Fungsi Air bagi Kebutuhan Manusia
2.3.1 Fungsi Air untuk Otak
Otak kita ternyata mengandung 75% air dan mengapa otak
membutuhkanair karena Otak adalah salah satu organ paling
penting dalam tubuh Anda untuk melakukan semua aktifitas
yang diakses langsung oleh otak kita. Sekitar 75 persen air dan
fungsi otak tergantung pada akses terhadap air yang
melimpah. Air memberikan otak energi listrik untuk semua
fungsi otak, termasuk proses berpikir dan memori. Sel-sel otak
membutuhkan energi dua kali lebih banyak dari sel-sel lain
dalam tubuh. Air memberikan energi ini lebih efektif daripada
zat lainnya. Air juga dibutuhkan untuk produksi otak hormon
dan neurotransmiter. Transmisi saraf membutuhkan satu
setengah dari semua energi otak. Air memberikan energi
penting untuk otak, menjaga sinyal saraf terjadi, memberikan
nutrisi ke otak, dan menghilangkan racun.
2.3.2 Fungsi Air untuk Jantung
Manfaat air mineral untuk kerja jantung dalam tubuh sangat
banyak, karena jantung adalah organ tubuh manusia yang
bekerja melancarkan drah agar dapat mengalir keseluruh
tubuh, jantung juga mengirimkan oksigen, cairan dan nutrisi
kedalam tubuh.. Air putih atau airmineral merupakan
minuman pokok bagi keseharian manusia, secara turun
temurun.
2.3.3 Fungsi air Untuk Paru-Paru
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi)
dan berhubungan dengan sistem peredaran
darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara.
Dan air akan membantu untuk melembabkan keadaan paru-
paru. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan
karbon dioksida dari darah. Prosesnya disebut “pernapasan
eksternal” atau bernapas.
 
 
BAB 3
METODE PENELITIAN
 
 
3.1 Metode Penelitian
Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan metode
deskriptif. Menurut Whintney (1960), metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian
deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat
serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja
membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga
merupakan suatu setudi komparatif . adakalanya peneliti
mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-
fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau suatu norma
tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif
ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan
metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status)
fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor
dengan factor  yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga
dinamakan studi status (satus study). http://blog.uin-
malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/ oleh Al Faidz 18:55
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan:

 Studi pustaka, yaitu dengan membaca berbagai literatur


terkait dengan sumberdaya air di Papua, dan
 Wawancara, yaitu mencari data dengan melakukan tanya
jawab ke instansi terkait mengenai perkembangan sumber
daya air di Jayapura.
Adapun yang menjadi nara sumber informasi adalah:

Nama                     : SAIFULHAQ, ST

Jenis Kelamain      : Laki-laki

Jabatan                  : Penata /III C

 
 
3.3 Analisis Penelitian
Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode
atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu
temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.
Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang
biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa
disederhanakan untuk akhirnya bisa  dipahami dengan mudah.

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat


peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah
mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran
penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut
pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian
lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh
data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian.
Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif
bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal
bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data
yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna.
Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini
diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas,
kepekaan konseptual, pengalaman danexpertise peneliti.
Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada
faktor-faktor tersebut.
Adapun analisis penelitian pada karya ilmiah ini dimulai
dengan:

 Merumuskan masalah tentang kondisi air di kota


Jayapura.
 Pengumpulan data dengan cara Wawancara kepala
BAPELDALDA pada tanggal 28 Februari 2013.
 Pengambilan gambar daerah penampang sungai di
Jayapura: Entrop, Kmfolker, juga Buper dalam pada tanggal
20 April 2013.
 Reduksi data, data yang penting di pakai dan data yang
tidak penting tidak dipakai.
 Menyimpulakan hasil penelitian.
 Bila selama data dirasa kurang, maka data akan kembali
mengumpulkan untuk melengkapi data yang sudah ada.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
 
 
4.1 Demografi Kabupaten Jayapura
Kondisi Geografis Kota Jayapura terletak dibagian Utara
Propinsi Papua pada 1028’17,26’’ – 3058’082’’ Lintang Selatan
dan 137034’10,6’’ – 14100’8,22’’ Bujur Timur dan secara
devinitif merupakan Ibukota Provinsi Papua, dimana:
 Luas wilayah kota Jayapura meliputi wilayah daratan
dengan luas kota Jayapura adalah 940 km2 atau 94.000 ha
ditambah 4 mil ke arah laut.
 Kota Jayapura memiliki 5 distrik terbagi menjadi 26
kelurahan serta 13 kampung.
Jumlah penduduk Kabupaten Jayapura berdasarkan data dari
Dinas  Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jayapura
pada tahun 2009 berjumlah 134.604 jiwa (29.812 KK) yang
terdiri dari 73.093 jiwa (54,30%) penduduk laki-laki dan
61.511 jiwa (45,70%) penduduk perempuan. Tahun 2010
berjumlah 135.148 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki
73.411 jiwa (54,32%) dan penduduk perempuan 61.734 jiwa
(45,68%).

Kepadatan penduduk rata-rata 7,72 jiwa/km2. Kepadatan


penduduk di Distrik Sentani yang merupakan pusat
pemerintahan di Kabupaten Jayapura sebesar 213,98 penduduk
per km2, Distrik Sentani Barat sebesar 36,45 penduduk per
km2. Distrik Airu dan Distrik Unurumguay yang merupakan
distrik terjauh memiliki tingkat kepadatan penduduk jauh di
bawah tingkat kepadatan Kabupaten Jayapura. Tingkat
kepadatan penduduk di Distrik Airu sebesar 0,33 penduduk
per km2, Distrik Unurumguay  dengan tingkat kepadatan
penduduk 0,69 per km2. 56,91 persen dari total penduduk
Kabupaten Jayapura atau 76.598 jiwa adalah usia produktif (17
– 56 tahun), sedangkan sisanya 43,09 persen atau sekitar
58.006 jiwa adalah usia tidak produktif (0-16 dan 57 tahun ke
atas).

Usia produktif di Jayapura didominasi kaum lelaki sekitar


53,47 persen, sedangkan penduduk perempuan sekitar 46,55
persen yang terdiri dari berbagai macam suku. Suku Asli
Kabupaten Jayapura (51,84%), Papua Luar Kabupaten
Jayapura (15,80%) dan Non Papua (32,4%). Konsentrasi
penduduk umumnya berada di daerah pusat pemerintahan dan
perekonomian di Distrik Sentani yaitu 48.339 jiwa atau 35,91
% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Jayapura.
Jumlah penduduk tertinggi kedua adalah Distrik Kaureh
14.137 jiwa dan penduduk terendah berada di Distrik Airu
yaitu 1.031 jiwa.

Pertumbuhan rata-rata penduduk Kabupaten Jayapura selama


kurun waktu 10 tahun terakhir sebesar 5,05 persen, sedangkan
pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk mencapai 0,46
persen. Pertambahan jumlah penduduk ini lebih banyak
disebabkan oleh proses masuk (inmigration)karena migran
spontan baik dari luar Provinsi Papua maupun dari kabupaten
lain di luar Jayapura. Sedangkan pertambahan alamiah kurang
berpengaruh, karena tingkat kematian (mortality rate)  dan
tingkat kelahiran (fertility rate) masih sama-sama tinggi oleh
karena kondisi kesakitan (morbidity) masyarakat relatif masih
tinggi.
Kota Jayapura berdiri berdasarkan:

 Peraturan Pemerintah RI No 20/1979 Tanggal 28 Agustus


1979 Tentang Pembentukan Kota Administrasi Jayapura;
 Undang-undang No. 6 Tahun 1993 Tentang Kota
Jayapura menjadi Kota Madya Dai II Jayapura;
 Undang-Undang No. 22 / 1999 jo. UU No. 32 / 2004
Tentang Perubahan nama Kotamadya Jayapura menjadi
Pemeritah Kota Jayapura.
Kota Jayapura  terletak dibagian Utara Propinsi Papua Secara
devinitif merupakan Ibukota Provinsi Papua

4.2 Sejarah Keadaan Air di Jayapura


Negara Indonesia memang dikenal sebagai salah satu negara
dengan sumber air bersih terbanyak di dunia, Bahkan
Indonesia merupakan 1 dari 6 negara yang memiliki 50%
cadangan air tawar dunia (Selain Brasil, Rusia, Kanada, Cina
dan Kolombia). Namun begitu, hal ini tidak boleh membuat
kita boros air, karena fakta menunjukkan bahwa semakin hari,
sumber air bersih di Indonesia ini semakin menipis. Alasanya
bermacam-macam, mulai dari menjamurnya lahan
pemukiman, pencemaran limbah sumber air bersih, makin
minimnya angka curah hujan, sampai kurangnya pelestarian
sumber air bersih.
Bayangkan, jumlah keseluruhan air di bumi ini mencapai
332.500.000 km kubik atau sekitar 326 juta mil kubik, dimana
1 mil kubik setara dengan 1.1 triliun galon. Wah, Banyak
dong? memang banyak, tapi perlu diingat, dari jumlah
sebanyak itu, 97,5%-nya adalah air laut, dan sisanya 2,5%
adalah air tawar. Dari 2,5% jumlah air tawar tersebut, 68,6%-
nya adalah air glazer dan air es, 30,1%-nya adalah air tanah
yang terpendam di dasar bumi, dan 1,3%-nya adalah air
permukaan. Lha dari 1,3% air Permukaan ini, hanya 20,5%
saja yang merupakan air danau, sungai, atau mata air (dimana
sisanya adalah air es atau salju). Hanya 0,7% air bersih yang
layak digunakan dan dikonsumsi.

4.3 Penyebab Jayapura Berkurangnya Daerah Resapan


Air Di Jayapura
Beberapa penyebab berkurangnya daerah resapan air di
Jayapura :

 Ruas penampang hulu di beberapa daerah resapan air


didominasi kegiatan ladang berpindah.
 ruas penampang tengah didominasi hutam alami dan
permukiman.
 ruas penampang hilir cenderung didominasi oleh
permukiman padat dan hutan bakau.
 Menjamurnya lahan pemukiman.
 pencemaran limbah sumber air bersih.
 Makin minimnya angka curah hujan.
 kurangnya pelestarian sumber air bersih.
Berdasarkan data yang di peroleh dari BAPELDALDA Tahun
2010 bahwa kawasan sumber air Klofkamp maupun Entrop
telah mengalami perubahan. Perubahan dimaksud berupa
terbukanya kawasan-kawasan tersebut yang disebabkan oleh
adanya aktifitas penduduk berupa perladangan dan
permukiman. Jelas secara nyata kondisi kawasan sumber air
Klofkam lebih banyak terancam oleh adanya permukiman
penduduk yang terus menerobos kawasan sumber air. Disisi
lain kawasan sumber air Entrop telah mengalami pula
perubahan dengan semakin luasnya areal perladangan yang
dilakukan oleh para pendatang.

Dalam penelitian ini pula ditemukan adanya kawasan yang


terbuka di sekitar sumber air Klofkamp seluas 32 Hektar dan
di kawasan sumber air Entrop seluas 5 Hektar. Kondisi lahan
32 Hektar di Klofkamp lebih banyak berupa lahan terbuka dan
perladangan, sedangkan lahan 5 Hektar di Kawasan sumber air
Entrop lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pendatang
untuk melakukan aktifitas perladangan.

Kondisi seperti ini menuntut kita untuk tetap melakukan


reboisasi melalui penanaman kembali lahan-lahan yang
sebelumnya telah terbuka dan dimanfaatkan bagi kepentingan
perladangan. Tidaklah mungkin rekomendasi yang dikeluarkan
berupa rekomendasi untuk menutup perladangan yang sudah
ada saat ini. Akan tetapi perladangan yang sudah ada
diupayakan dioptimalkan melalui kegiatan Agroforestry dan
untuk tidak melakukan ekspansi lebih luas lagi ke kawasan
sumber air.

Teknologi Agroforestry adalah suatu istilah yang baru


dimasyarakatkan era tahun 1970-an, namun dalam prakteknya
teknologi ini sudah lama berkembang di Papua. Hal ini
ditunjukkan dengan pola perladangan yang digunakan oleh
masyarakat yaitu dengan menanam komoditi pertanian dengan
sistem campuran seperti tanam keladi dicampur dengan pisang
serta pohon buah-buahan.

Dalam kaitannya dengan hasil penelitian ini diharapkan


melalui teknik Agroforestry pola pertanian perladangan tidak
lagi melakukan ekspansi ke kawasan sumber air, akan tetapi
mengoptimalkan lahan yang telah ada secara menetap
keluasannnya dengan pertanaman campuran (agroforestry)
yang lebih teratur dengan tanaman bernilai konservasi yang
tinggi, serta efisien dalam pemanfaatan ruang, waktu dan
biaya.

Suatu kenyataan menunjukkan bahwa sebelum adanya


kelompok-kelompok masyarakat tersebut ada, maka terdapat
kelompok masyarakat pemilik ulayat yang dalam
kehidupannya terpola dengan ketradisionalanannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Nilai-nilai
ketradisional tersebut justru memiliki kearifan lingkungan
yang  masih saja tertanam dan terpola dalam kehidupan
masyarakat.

Permasalahan saat ini adalah ercermanya beberapa sumber


daya air juga wilayah Dua sungai di Jayapura, yang
mengalami pencemaran parah Kali Acai dan Kali Entrop. Kali
Acai, tercemar sampah yang banyak mengandung melamin.
Melamin dari wadah makan dan minuman plastik bisa bereaksi
dengan panas. Ia bisa menyebabkan keracunan dan karsinogen
(penyebab kanker).

Kali Entrop memprihatinkan. “di temukan logam berat disana.


Cukup banyak tumpukan organik dalam kali.” Perlu adanya
penanaman pohon sepanjang pinggiran DAS Acai. Penanaman
pohon sangatlah penting sebab negara kita banyak dilanda
bencana alam seperti banjir, tanah longsor, krisis air
(kekeringan) dll, apalagi bencana ekologis seperti banjir sering
terjadi di sekitar lingkungan DAS ini. Dengan penanaman
pohon, dapat membantu menyelamatkan lingkungan hidup kita
dari bencana-bencana ekologis tersebut. Karena pohon
berfungsi untuk menyerap, menyimpan air dan menahan tanah
agar tidak erosi. Pohon juga dapat memperbaiki kualitas udara
kota yang penuh dengan gas karbondioksida dan Timbal yang
dapat mengancam kesehatan manusia, artinya pohon
memberikan layanan oksigen yang baik kepada
masyarakat perkotaan.

Dengan penyerapan karbondioksida dan beberapa gas


berbahaya di udara maka tumbuhan mampu
mengatasi pemanasan global yang sedang terjadi saat
ini. Maka terkesan bahwa kita telah menjaga bumi dari
ancaman kehancuran oleh pemanasan global. Artinya, kita
memberikan lingkungan yang baik dan lestari untuk dinikmati
oleh generasi berikutnya (anak cucu kita).

Curah hujan tinggi juga menyebabkan luapan air yang


berbuntut banjir di sejumlah tempat. Tanah longsor juga
terjadi saat hujan. Dosen Fakultas Teknik Universitas
Cendrawasih mengungkapkan, saat ini Badan Metrologi dan
Geofisika (BMKG) Jayapura, tak mengetahui berapa titik
hujan di kota ini. Sejak tahun 1980-an, pemerintah Belanda
membangun pos pen air hujan di sejumlah titik yang dianggap
sering hujan. Kala itu, ada 70 pos.  Kini,  hanya ada dua pos.

Pos pencatat hujan minim. Jadi, jika hendak membangun,


tidak tahu mana tempat rawan hujan dan mana tidak.
Pembangunan samarata. “Buntutnya, kerusakan lingkungan
terjadi dimana-mana akibat hujan

Nilai-nilai kearifan lingkungan masyarakat yang telah ada


sejak turun temurun tersebut  dijadikan modal dasar
pengembangan suatu model pemberdayaan masyarakat hak
ulayat dalam memanfaatkan sumber-sumber air. Nilai-nilai
kearifan masyarakat pemilik ulayat dikemas dalam sebuah
forum, yang pada gilirannya diharapkan dapat terus
dikembangkan. Pengembangan model forum pengamanan
sumber air  tersebut diharapkan dapat diperoleh keuntungan
(benefit) di bidang ekonomi dan bidang konservasi itu sendiri.
Keterpaduan (integrated) antara kepentingan konservasi dan
ekonomi diharapkan menjadikan suatu keluaran (output)
pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi.
Untuk mencapai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi
dan konservasi tidak saja semata-mata didasarkan kepada
partisipasi akan tetapi juga didasarkan pula pada keinginan
pemerintah (political will) untuk memberdayakan
kemampuannya sendiri. Pemberdayaan pemerintah turut
berperan menjawab berbagai tantangan dalam pengelolaan 
sumber-sumber air di Kota Jayapura.
4.4 Penanggulangi Kekurangan Air di Jayapura
Kerusakan lingkungan makin mengkhawatirkan pada berbagai
komponen ekosistem, seperti sungai, mangrove, hutan,
pencemaran air, sampai kerusakan padang lamun. Sekretaris
BLHD Jayapura, Betty Kailola di Jayapura, Kamis(16/8/12)
mengatakan, mayoritas pencemaran air,  terutama di daerah
padat penduduk. Kondisi ini,  tidak hanya membahayakan
kesehatan juga mengancam keberlanjutan sumber daya hayati.
“Pencemaran lingkungan terus meningkat upaya pencegahan
minim,” katanya

Di  Kota Jayapura terdapat 3 (tiga) buah Kawasan lindung


yang berbeda status yaitu Cagar Alam Pegunungan Cycloops,
Hutan Lindung Abepura dan Taman Wisata Teluk Yotefa. Di
dalam kawasan ini terdapat sumber-sumber air untuk
memenuhi kebutuhan kelompok masyarakat atau penduduk
yang bertempat tinggal di sekitar kawasan lindung. 
Kelompok-kelompok masyarakat tersebut berasal dari
berbagai lapisan sosial. Permukiman Kelompok-kelompok
tersebut berada di dalam kawasan zona perlindungan (enclave)
maupun di luar kawasan tersebut seperti zona penyangga
(buffer zone), maupun zona pemanfaatan sesuai tata ruang
yang telah disepakati (baca : kawasan yang peruntukan
pemanfaatannya berdasarkan peraturan formal, seperti
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992)
4.4.1 INTAKE KLOFKAMP DAN ENTROP
Gambaran umum tentang kawasan terbuka di Intake Klofkamp
dan Entrop serta jenis vegetasi yang ada di lokasi penelitian
secara ringkas dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kawasan terbuka di
sekitar sumber air (Intake) Klofkamp dan Entrop menunjukan
bahwa kurang lebih kawasan yang telah terbuka di sekitar
intake Klofkamp seluas 32 Hektar dari luas DAS Klofkamp
308,75 hektar, sedangkan untuk intake Entrop mencapai
kurang lebih 5 Hektar dari 247 Hektar.

Sedangkan jenis vegetasi yang ditemukan pada kawasan


sumber air Klofkamp dan sangat mendominasi yaitu
mengkudu (Morinda cetrifolia) dengan frekuensi kehadiran
pada wilayah penyebaran yaitu : 46 untuk seluruh plot yang
diamati.  Rata-rata jenis ini ditemukan pada kategori vegetasi
pancang atau di bawah diameter 35 cm.  Mengkudu (Morinda
cetriffolia) sangat ideal untuk tumbuh pada daerah intake
kloofkamp.
Disisi lain Berdasarkan hasil pengamatan di kawasan sumber
air Entrop menunjukkan  bahwa jenis vegetasi dominan yaitu :
Matoa (Pometia Sp) dengan frekuensi kehadiran lebih banyak
untuk ditemukan sebesar : 23 Pohon untuk semua areal plot
yang diamati disekitar intake tersebut.  kategori jenis yang
ditemukan yaitu berupa pohon atau berukuran diameter diatas
35 cm.   Penyebaran matoa (Pometia Sp) dianggap sangat ideal
untuk menyebar pada daerah intake entrop.
4.4.2 JENIS VEGETASI YANG DIUSULKAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka jenis tanaman yang
diusulkan untuk ditanam pada kawasan terbuka di masing-
masing kawasan sumber air adalah sebagai berikut. Dari hasil
pengamatan menunjukan bahwa Vegetasi yang diusulkan 
yaitu  mengkudu (Morinda cetrifolia) memiliki kecocokan
untuk dapat tumbuh berdampingan dengan Calophylum
Sp.  Sebab, dominansi jenis ini ada pada setiap penyebaran
dari vegetasi dominan.
Untuk Kawasan sumber air Enterop maka Matoa (Pometia Sp)
sangat tepat untuk dapat cocok dengan kondisi tempat
tumbuh.  Jenis Matoa yang dapat menghasilkan buah yaitu
(Pometia Pinata) dapat sebagai jenis tanaman inti yang dipilih
untuk kegiatan penanaman dilokasi yang akan direhabilitasi.
Matoa dan lamtoro akan dikembangkan secara berdampingan
dengan tanaman pertanian masyarakat.
Maka dibentuklah semua forum yang peduli terhadap
lingkungan sekitar terutama sumber daya air .Maksud dari
pembentukan forum peduli lingkungan dan pengawasan
sumber air adalah sebagai wadah untuk menampung aspirasi
masyarakat pemilik ulayat dan tuan-tuan tanah dalam
melindungi, mengawasi serta merencanakan aktifitas pada
sumber-sumber air. Adapun tujuan forum:

 Meningkatkan kualitas dan fungsi sumber-sumber air.


 Menurunkan aktifitas perladangan pada kawasan sumber-
sumber air.
 Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber-sumber
air bagi peningkatan dan kesejahteraan ekonomi kelompok
pemilik ulayat maupun tuan-tuan tanah.
 Meningkatkan kepedulian serta melakukan kemitraan
dengan stake holder lainnya secara aktif dalam berbagai
program.
Partisipasi masyarakat  dan pemberdayaan pemerintah
merupakan dua kunci utama dalam model forum pengamanan
sumber-sumber air. Untuk kondisi di Kota Jayapura terutama
pada kawasan sumber-sumber air, kepemilikan hak ulayat,
tuan tanah dan aspek sosial budaya lainnya masih
mendominasi keseluruhan strutur kehidupan masyarakat di
kampung (rural), memberikan suatu peluang  khusus yang
dapat dimulai dari kebutuhan masyarakat (baca : dimulai dari
kebutuhan sosial budaya masyarakat itu sendiri)
Dalam rangka partisipasi masyarakat dalam pengamanan
sumber-sumber air sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat maka pola pembentukan forum dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat pemilik hak ulayat
maupun tuan-tuan tanah untuk lebih berperan dalm
mengamankan sumber-sumber air.

BAB V
PENUTUP
 Simpulan
 Jayapura merupakan daerah yang tingkat
kependudukannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya kebetuhan akan air bersih yang sulit
dibeberapa daerah di Indonesia
 Sejarah Daerah Resapan Air dibeberapa daerah di
Jayapura menunjukkan bahwa daerah di Jayapura merupakan
daerah yang sebelumnya mempunyai potensi daearh resapan
air besar yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di
Papua
 Berdasarkan Beberapa Alasan Berkurangnnya daerah
resapan Air membuktikan bahwa dampak petumbuhan
penduduk mendukung terjadinya pelebaran daerah resapan
air sehingga debit air yang seharusnya turun ke tempat
penampungan akibat pembukaan lahan perkembunan
memicu air untuk tidak mengalir ke daerah penampungan
melainkan ke daerah perkebunan
 Cara-cara menaggulangi berkurangnya sumber daya air
bersih di Jayapura adalah sebagai berikut:
 Memperhatikan vegetasi alami yang telah
mempertahankan daerah resapan Air di sekitar daerah
konservasi yang berada meliputi daerah tempat tinggal
masyarakat
 Memilih vegetasi yang cocok unutk menaggulangi daerah
resapan yang sudah tidak mampu menyediakan sumber daya
air yang baik untuk di konsumsi Teknologi Agroforestry
 Saran
 Perlu dirancang dan dilaksanakan program kali bersih
agar kualitas badan air, yang umumnya berupa sungai, di
wilayah studi dapat terjaga kelestarian fungsinya
 Perlu adanya peraturan yang melarang pembuangan
limbah ke badan air, khususnya sungai secara langsung.
 Perlu adanya peraturan yang mewajibkan pelaku kegiatan
ekonomi (hotel, bengkel, ruko, dan lain – lain) yang ada
disekitar badan badan air untuk membuat IPAL.
 
DAFTAR  PUSTAKA
Agy Aprilianto. 2011. Pengertian Konservasi. http://agy-
aprillyanto.blogspot.com /2011/04/pengertian-konservasi.html.
Diakses tanggal 12 maret 2013.
Bapeldalda. 2010. Laporan Final  Penyusunan Perencanaan
Penanganan Kerusakan Sumber Air. Jayapura: Bapeldalda.
Bapeldalda. 2005. Final Air. Jayapura: Bapeldalda.
Civennia. 2012. Ayo Selamatkan Sungai Acai di Kota
Jayapura, Papua dari Ancaman Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Hidup. http://telagahijau-
avicennia.blogspot.com/2012/06/sungai-acai-sungai-acai-kali-
acai.html. Diakses tanggal 16 maret 2013.
GNKPA. 2010. Profil GNKPA OK. Jayapura: GNKPA.
2012. Mudjia Rahardjo. 2012. Kerangka Ilmiah. http://blog.uin-
malang.ac.id/muttaqin/ /. Diakses 4 April 2012.
Musa Abubar. 2012. Kerusakan Lingkungan Jayapura
Mengkhawatirkan. http://www.
mongabay.co.id/2012/08/20/kerusakan-lingkungan-jayapura-
mengkhawatirkan/#ixzz2Ngu 9CBAi. Diakses tanggal 16
maret 2013.
Pemerintah Papua. ….. Demografi Kabupaten
Jayapura. http://www.jayapurakab.go.id /profil/demografi/.
Diakses tanggal 12 maret 2013.
Wikipedia. —-. Konservasi – Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas. http://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi.
Diakses tanggal 12 maret 2013.
 
Winkipance. 2010. Kerangka atau Tata Cara Penulisan Karya
Ilmiah.http://www.winkplace.com/2010/10/kerangka-atau-
tata-cara-penulisan-karya.html. Diakses tanggal 2 maret 2013.
Yahoo. 2010. Perubahan Daerah Resapan
Air. http://id.answers.yahoo.com/ question/index?
qid=20121008084725AA0PSXx2010/11/28/10. Diakses. 04
April 2013.                   
 
 
 
 
 
 
 
 
Pembangunan di sekitardaerah aliran sungai di Buper Expo

akibat pembangunan yng tidak memperhatikan lingkungan


sekitar menyebabkan sumbar daya air tercemar oleh imbah
dari penggalianmeas di sekitar daerah resapan air sehingga
airmenjadi tercemar

Gambar Daerah aliran sungai yang tercemar

Akibat pembanugan yang memerlukan bahan untuk bangunan


mengakibatkan bebatuan di sekitar sungai yang berfungis
sebagai penahan daerah resapan air sedikit demi sedikit habis
seingga air semakin berkurang

Hingga kini daerah resapan air yang masih terjaga


kebersihnnya hingga kini hanya tinggal hitung jari mengingat
semua daerah di sekitar sungai telah di jadikan sebagai daerah
perkebunan.

Anda mungkin juga menyukai