Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan diberbgai

negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang (Jurnal

UMP). Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh

seseorang yang dapat di lihat dari makanan yang di konsumsi dan

penggunaaan zat-zat gizi didalam tubuh (Jurnal UMP).Stunting

adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak

lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di

bawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva

pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh secara fisik dan

kecerdasan pada anak usia 1000 hari pertama kehidupan akibat

kekurangan gizi kronis.

Stunting pada balita merupakan kurangnya zat asupan gizi

yang cukup yang disebabkan oleh beberapa faktor yang

diantaranya adalah faktor kurangnya pengetahuan, kurangnya pola

asuh, lingkungan yang kurang bersih, terbatasnya akses terhadap

pangan dan kemiskinan dan diikuti sering sakit seperti diare

(Khoeroh H & Indryanti D, 2017).


2

Stunting merupakan isu nasional yang kompleks bagi

bangsa indonesia. Pengetahuan ibu tentang stunting sendiri adalah

langkah awal untuk pencegahan dan pengurangan angka kejadian

stunting. Pengetahuan itu mencakup pengertian, penyebab, tanda

dan gejala, dan cara mencegah stunting itu sendiri.

Organisasi Kesehatan Dunia /WHO (2017) menempatkan

indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting

tertinggi di Asia pada 2017. Angka nya yaitu mencapai 36,4%.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018) bahwa: terdapat

30,8% balita stunting yang terdiri dari 6,7% balita sangat pendek

dan 16,9% balita pendek. Angka balita stunting 30,8% ini menurun

sebanyak 23,6% dari Riskesdas 2013 yaitu balita stunting

mencapai 37,2%. Dari Riskesdas 2018 di dapatkan penurunan

angka stunting di indonesia tetapi belum berarti sudah membuat

kita tenang karena apabila merujuk pada standar WHO, batas

maksimalnya adalah 20% atau seperlima dari total jumlah anak

balita. (Riskesdas 2018).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur tahun

2017, jumlah gizi buruk yang di temukan di Provinsi Kalimantan

Timur pada tahun 2017 tertinggi pada kabupaten kutai kartanegara

sebanyak 74 kasus, jumlah ini lebih rendah dari tahun sebelumnya

yaitu 88 kasus. Kasus terbanyak selanjutnya adalah Kabupaten

Kutai Timur sebanyak 48 Kasus. Adapun status gizi yang


3

dikompositkan berdasarkan 3 indeks, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB,

maka ditemukan 18,1% balita menderita kurang gizi, dan diantara

balita kurang gizi tersebut sebanyak 26,1% balita pendek/ stunting.

Jumlah anak usia dibawah lima tahun yang stunting tergolong

tinggi, yakni 30,6 % dari total balita pada tahun 2017 (Dinas

Kesehatan Kalimantan Timur, 2017).

Hasil data Dinas Kesehatan Kota Samarinda pada tahun

2016 mencatat kejadian stunting balita pendek dan sangat pendek

(kerdil) di kota samarinda adalah prevalensi balita pendek 4,02%

dengan jumlah balita sebanyak 187, dan prevalensi sangat pendek

yaitu 1,01% dengan jumlah balita 51 yang mengalami stunting.

Data dinas kesehatan kota samarinda tahun 2017 mencatat terjadi

penurunan angka stunting dengan prevalensi balita pendek 3,17%

dengan jumlah balita 145, dan prevalensi balita sangat pendek

tercatat 0,70% dengan jumlah balita sebanyak 32 (Dinkes, 2017).

Pemerintah Kota Samarinda terus melakukan langkah-

langkah terhadap penanggulangan stunting. Diantaranya sebanyak

18 kelurahan difokuskan untuk pelatihan kader penanganan

penyakit ganngguan pertumbuhan anak atau tubuh kerdil

(samarindakota, 2019).

Hasil dari studi pendahuluan di Puskesmas Loa Bakung

dengan mewancarai 5 orang ibu-ibu. Hasilnya pengetahuan ibu-ibu

tentang stunting masih rendah atau kurang karena 2 diantaranya


4

saja yang dapat menjawab dengan benar pengertian stunting itu

apa, dan sisanya masih salah atau keliru dalam mengartikan

stunting.

Dari pembahasan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Stunting diwilayah Kerja Puskesmas Loa

Bakung Samarinda”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah “ Bagaimana Gambaran

Pengetahuan Ibu Tentang Stunting di wilayah kerja Puskesmas

Loa Bakung, Samarinda ?”.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Mendeskripsikan gambaran pengetahuan Ibu Tentang Stunting

di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Samarinda.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi

umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

2. Untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi pengetahuan ibu

mengenai stunting di wilayah kerja Puskesmas Loa

Bakung, Samarinda.
5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Bagi keperawatan penelitian ini dapat memberikan data

dasar tentang gambaran pengetahuan ibu tentang stunting

yang dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Bagi Puskesmas Loa Bakung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan

informasi atau rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan

kelangsungan program pelayanan kesehatan dalam

meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting.

3. Manfaat Bagi Responden

Sebagai bekal pengetahuan bagi ibu agar mengenal

tentang stunting dan dapat mencegah dan menanggulangi

kejadian stunting.

4. Manfaat Bagi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

tambahan refrensi bacaan untuk mengetahui gambaran

Pengetahuan ibu tentang Stunting.

5. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta

pengalaman dalam menerapkan ilmu keperawatan anak dalam

mengetahui pengetahuan ibu tentang stunting.

Anda mungkin juga menyukai