Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL THINKING DALAM BERAGAMA

A. Konsep Tafakur

Tafakur merupakan suatu sikap perenungan, pemikiran dan


penimbangan yang dilakukan dengan penuh sesungguhan, guna untuk
mendapatkan bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya, yang pada
akhirnya akan berujung pada suatu keyakinan. Aktifitas tafakur
membuat manusia bisa memposisikan dirinya di alam semesta yang luas
dengan mengetahui keadaan bagus dan buruk hanya bermodalkan
kekuatan akal sehat dan iman yang kuat. Sehingga dengan iman dan
akal akan membantu manusia tersebut untuk bisa menerima kebaikan
yang melahirkan ketenangan qalbu dan juga menolak keburukan dan
perbuatan yang dibenci.

Tafakur dilakukan dengan merenungkan semua ciptaan Allah yang


ada di alam semesta (di langit dan dibumi) sebagai bukti
kemahakuasaaan-Nya dan kemahabesaran-Nya, serta meyakini bahwa
kehidupan akhirat itu jauh lebih baik dan utama dibandingkan
kehidupan dunia.

Term Tafakur umumnya terletak di akhir kata tatkala al-Qur’an


berbincang tentang semua ciptaan Allah, baik langit, bumi, burung, air,
umat terdahulu dan lain sebagainya. Dengan tujuan agar manusia
mentafakuri semua itu. Ayat-ayat dimaksud adalah Q.S. Saba’ : 46, al-
Baqarah :219 dan 266, al-An’am : 50, al-A’raf : 176 dan 184, al-Rum : 8
dan 21, Ali Imran :191, Yujus : 24, al-Ra’du : 3, al-Nahal : 11, 44 dan 69,
al-Zumar : 42, al-Jasiyah : 13, dan al-Hasyar : 21.

Urgensi Tafakur adalah agar manusia menjadi hamba yang bersyukur


kepada Pencipta Jagad Raya ini. Jika manusia dipenuhi dosa, maksiat
sehingga menjadikanya menjadi insan yang takabur dan kufur terhadap
nikmat Allah, maka akibatnya ia akan merasakan Adzab Allah. Dalam
Al-Qur’an sudah sangat banyak disebutkan bahwa terdapat banyak
negeri hancur lebur akibat dari perbuatan mausia atau penghuni negeri
itu yang tidak pandai menyukuri nikmat Tuhan Nya. Bisa dilihat dalam
surat al-Jasiyah ayat 12-13.

B. Bagaimana mengenal Allah?

Cara mengenal Allah adalah berfikir tentang ciptaan-Nya, mengenal


sifat-sifat-Nya serta mengenal nama-nama-Nya yang indah. Manusia
tidak sanggup untuk melihat hakikat zat Allah. Mengapa? Karena
pikiran manusia tak ada kesanggupan untuk menjangkau-Nya. Manusia
tidak diberi perangkat untuk mengetahui zat-Nya. Perangkat yang
dimiliki manusia sangat terbatas. Manusia diperintahkan untuk berpikir
tentang makhluk (ciptaan) Allah bukan berpikir tentang zat-Nya.
Perhatikanlah firman Allah dalam QS Al-A’raf (7) : 143 di bawah ini :

             

            

            

    

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada


waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
(langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap
di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-
Ku". tatkala Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun
jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata:
"Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku
orang yang pertama-tama beriman".

Sebagai nabi yang memiliki kelebihan, Allah SWT pernah berbicara


dengan Musa AS. Saat itu Musa AS bermohon kepada Tuhan melalui
perkataannya untuk menampakkan diri-Nya. Tuhan menegaskan,
bahwa Musa AS tak akan sanggup melihat Allah. Kemudian Allah
memerintahkan untuk melihat gunung, maka seketika itu gunung
hancur luluh dan Musa AS langsung pingsan. Itulah Allah
memperlihatkan keagungan dan kebesaran-Nya, itulah bukti kebesaran
Allah. Lihatlah seluruh fenomena alam, kejadian-kejadian alam ini
adalah tanda-tanda kekuasaan Allah.

Setelah mengenal Allah, maka manusia tak akan lari dari-Nya,


bahkan senantiasa ingin mendekatkan diri kepada-Nya. di sinilah
manusia akan mendapatkan ketenangan dan ketenteraman batin, dan
merasakan buah kenikmatan dan keindahan. Di sinilah manusia akan
mendapatkan kebebasan jiwanya dari belenggu orang lain. Di saat
demikian manusia memiliki rasa iman serta pengakuan adanya zat yang
menghidupkan dan yang mematikan, yang merendahkan dan yang
mengangkat manusia, yang mengabulkan dan yang menolak setiap doa.
Di sinilah manusia mendapatkan kesempurnaan jiwa. Siapapun yang
mempunyai kesempurnaan jiwa, maka tidak ada satu orangpun yang
dapat menghalanginya. Orang yang merasa tinggi kedudukannya tak
akan mampu mengangkat manusia atau menolongnya, jika Allah
menolaknya. Sebaliknya manusia tak akan mampu memberi madharat
kepada orang lain jika Allah berkehendak untuk menolongnya.

    

"Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah


adalah Sebaik-baik Pelindung". QS Ali Imran (3) : 173

Perhatikan firman Allah dalam QS Az-Zumar (39) : 38 di bawah ini :

             

             

  

Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang


kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, Apakah berhala-berhalamu itu dapat
menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak
memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan
rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada-
Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.

Jika Allah menimpakan suatu kemadharatan kepada seseorang,


maka tidak ada satupun yang dapat menghilangkan, kecuali Dia. dan
jika Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka tidak ada
satu orangpun yang dapat menolak karunia-Nya. Bahkan Nabi
Muhammad SAW yang mempunyai kedudukan dan ketinggian pangkat
tidak akan lepas dari ketentuan ini. Semua manusia sama di hadapan
Allah. Mereka berlaku hanya satu hukum, yaitu hukum Allah SWT.
Perhatikan pula QS Al-A’raf (7) : 188 berikut ini :
               

             

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi


diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku
tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah
pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-
orang yang beriman".

Dengan mengenal Allah yang lebih dekat, manusia mendapat


keteguhan iman. Di sini didapat indahnya iman. Dengan iman sesorang
akan tumbuh kecintaannya untuk berkorban dengan apapun yang
dimilikinya demi kemuliaan Islam dan kemuliaan kaum muslimin.
Dengan adanya keimanan seorang akan semakin yakin, bahwa Allah
adalah Pemberi rizki. Tak pernah ada yang menghalang-halangi jika
Allah berkehendak untuk memberi rizki kepada hamba-Nya. Seluruh
kehidupan makhluk ditanggung oleh Allah SWT. Perhatikan QS Huud
(11) : 6 berikut ini :

              

   

Dan tidak ada suatu binatang melata* pun di bumi melainkan


Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

*Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah


yang bernyawa. Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan
tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah
akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat
berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.

Perhatikan pula QS Al-Ankabut (29) : 62 di bawah ini :


              



Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di


antara hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan
baginya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Dengan iman manusia mempunyai kekuatan mental. Bahkan dapat


berhubungan langsung dengan Khaliknya. Di sini manusia memperoleh
ketinggian derajat. Manusia memancarkan cahaya keimanan dengan
kebaikan. Nilai kemuliaan dan kehormatan tercermin pada perbuatan
yang baik (amal saleh).

Kemudian dengan iman pula Allah melimpahkan rahmat kasih


sayang-Nya kepada orang yang beriman. Mereka mendapat pertolongan
dan perlindungan dari Allah SWT. Mereka juga mendapat bimbingan dan
petunjuk-Nya. Allah mengangkat orang-orang mukmin ke tingkat
kemuliaan yang hakiki. Allah juga menyelamatkan mereka jika berada
dalam kesesatan. Sebagai bukti kasih sayang-Nya, Allah memberi
mereka kehidupan yang baik di dunia. Dari amal kebaikan yang
dilakukan di dunia, mereka dijanjikan mendapat balasan yang lebih baik
di akhirat. Perhatikan QS An-Nahl (16) : 97 di bawah ini

            

      

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki


maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.

C. Bukti Wujudnya Allah

Alam semesta dan semua yang ada di langit dan bumi ini adalah
saksi adanya Tuhan Yang menciptakan. Semua materi atau benda-
benda alamiyah pasti ada yang menciptakan. Wujudnya Tuhan adalah
kenyataan alam raya termasuk kejadian bumi dan kejadian manusia itu
sendiri. Untuk mengenal Allah manusia tak perlu melakukan perjalanan
jauh, tetapi cukup melihat pada dirinya sendiri. Manusia diciptakan
sungguh luarbiasa dan sangat mengagumkan. Ciptaan Allah yang sangat
sempurna dilengkapi dengan segala perlengkapan yang sangat super.
Menjadilah manusia sebagai makhluk yang paling super di bumi.
Manusia disiapkan untuk menjadi khalifah atau pengatur bumi untuk
dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri. Allah menaruh kasih
sayang kepada manusia dan memberikan tempat yang mulia. Allah itu
sangat dekat dengan manusia, bahkan lebih dekat daripada manusia
dengan dirinya sendiri. Tuhan mendengar setiap doa manusia,
menjawab panggilannya dan merealisasikan permintaannya. Inilah
pernyataan Tuhan dalam firman-Nya dalam QS Al-Baqarah (2) : 186 :

            

      

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,


maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Dalam QS Qaaf (50) : 16, Allah berfirman :

            

  

Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan


mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya.

D. Kemuliaan Manusia

Islam menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat. Islam


adalah agama yang membawa kesamaan di antara manusia. Islam
tidak membeda-bedakan warna kulit, bangsa, bahasa atau negara. Inilah
manifestasi dari asal manusia itu sendiri, yaitu asal kejadiannya. Semua
manusia asalnya sama. Atas kekuasaan-Nya, Allah menjadikan
manusia dan ditiupkan roh, maka ia menjadi hidup. Allah
memerintahkan para malaikat untuk bersujud (menghormat) kepada
manusia. Langit dan bumi seisinya diciptakan oleh Allah dan
ditundukkan untuk manusia. Langit dan bumi diciptakan untuk
manusia. Allah memberi bekal kepada manusia berupa roh dan akal
pikiran/hati. Inilah bekal hidup manusia untuk mencapai prestasi.
Dengan akal pikiran/hatinya manusia dapat menguasai dunia.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara makhluk-


makhluk-Nya. perhatikan QS Al -Isra’ (17) : 70

          

      

Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.

E. Teknologi

Manusia dilahirkan tanpa ilmu. Tidak mengetahui suatu apapun.


Allah memberi pendengaran agar manusia memperoleh ilmu dengan
pengabaran. Allah memberi penglihatan agar manusia memperoleh ilmu
dengan melihat kenyataan / observasi. Dan Allah memberi hati/akal
agar memperoleh ilmu dengan penalaran dan pemahaman.

Manusia diberi kelebihan berupa potensi-potensi yang sngat


memungkinkan untuk memanfaatkan alam, terutama potensi akal.
Alam hanya tunduk kepada hukum alam, tak mampu untuk memilih
hukum alam yang berlaku. Itulah sebabnya manusia dapat sangat
leluasa untuk menciptakan kebutuhan hidupnya, mulai menciptakan
teknologi yang sangat sederhana sampai kepada yang paling modern
yang setiap detik mengalami perubahan dan kemajuan. Makhluk-
makhluk ciptaan Allah di alam ini tunduk kepada peraturan-Nya, yaitu
sunnatullah-hukum alam. Burung diberi kemampuan untuk terbang di
udara. Ikan hidup di laut. Binatang darat, juga manusia hidup di darat.
Hanya manusialah yang diberi kemampuan untuk memilih. Dengan
pesawat terbang Manusia dapat terbang, dengan kapal laut manusia
dapat hidup di laut. Darat, laut dan udara dapat dimanfaatkan untuk
manusia.
Dengan akalnya manusia menjadi makluk hebat. Jika Allah
menghendaki, manusia tak diberi akal, maka manusia tak akan mampu
menciptakan apapun. Dalam membuat rumah burung-burung itu tak
pernah ada perubahan atau kemajuan. Sejak dahulu hingga sekarang
sarang burung itu tak pernah ada modifikasi apapun. Karena binatang
itu tak diberi akal. Bayangkan jika manusia itu hidup tak berakal
sebagaimana binatang yang tak berakal. Allah Sang Maha Pencipta,
memberi manusia dapat menciptakan sesuatu yang dapat membawa
kemajuan hidupnya. Allah memberi akal yang dapat terus dapat
dikembangkan.

Lihatlah burung dapat terbang dengan kedua sayapnya. Lihatlah


bagaimana unta itu diciptakan. Manusia dengan akalnya yang
dikembangkan dengan penalarannya, maka dengannya manusia dapat
mencapai kemajuan. Manusia dapat menciptakan pesawat terbang,
melihat burung dapat terbang. Manusia meniru ciptaan Allah berupa
burung itu. Pesawat itu dibentuk seperti bentuk burung. Manusia
mempunyai kemampuan untuk terbang. Allah memberi kemampuan
manusia untuk membentuk logam menjadi bentuk apapun yang
diinginkan manusia. Manusia dapat membuat kapal di laut yang
meniru bentuk ikan yang diciptakan Allah itu. Sifat Khalik (Maha
Pencipta), Allah memberikan kemampuan dalam menciptakan karya
untuk kemajuan manusia. Karya ciptaan manusia itu harus ada nilai
manfaat bagi alam sekitar dan manfaat pula bagi kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai