Anda di halaman 1dari 3

Nama : Diny Titania Rahmadani

NIM : 2014201210048

Prodi : S1 keperawatan Alih jenis

Mata Kuliah : AIK 4

Hakikat dan Interkoneksi Dalam Memahami Ayat-Ayat Allah

1. Islam adalah agama yang syamil (ajarannya) yaitu Islam adalah ajaran yang syamil
mutakamil (sempurna dan menyeluruh). Syumuliyatul Islam artinya kesempurnaan Islam.
Ajaran Islam menyeluruh meliputi semua zaman, kehidupan, dan eksistensi manusia. Ia
mengatur mulai urusan pribadi, keluarga, masyarakat, hingga urusan negara. Islam juga
mengatur masalah sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan, bahkan
masalah lingkungan. Islam adalah agama yang mengatur urusan dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda: "Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan
ketinggiannya."
2. Ayat qauliyah dan ayat qauniyah. Ayat qauliyah adalah ayat-ayat berupa firman allah swt
yang bisa kita jumpai dalam kitab suci al-qur’an. sementara yang dimaksud dengan ayat
kauniyah adalah ayat-ayat dari allah swt yang bisa kita jumpai di alam sekitar pada kejadian,
persoalan dan dinamika hidup manusia lainnya. Ayat kauniyah ini sering juga disebut
dengan fenomena alam. secara bahasa, makna ayat qauliyah dan kauniyah sebagai berikut :
 Qauliyah berasal dari kata qoola yang maknanya adalah perkataan atau ucapan, yakni
ayat allah berupa ucapan yang difirmankan pada muhammad saw.
 Qauniyah berasal dari kata kaana yang maknanya adalah bukti. secara istilah kauniyah
maksudnya adalah ayat-ayat allah yang tidak terfirmankan atau terucapkan atau
tertuliskan namun bisa dibuktikan melalui keadaan atau pun kejadian.
3. Petunjuk – Peringatan – Perintah - Larangan
 Petunjuk : Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Secara istilah (terminologi), Hidayah
ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga
meraih kemenangan di sisi Allah. Sehingga bisa dikatakan hidayah merupakan sesuatu
yang sangat berharga. Banyak orang yang mengejarnya, tapi hanya sedikit yang bisa
mendapatkannya. Hidayah dibagi menjadi lima macam yaitu Hidayah Ilhami, Hidayah
Hawasi, Hiclayah Aqli (Akal), Hidayan Dien (Agama), dan Hidayah Taufiq.
 Peringatan : Al-Qur’an telah menceritakan berbagai musibah umat masa lalu akibat
menjauh dan mengingkari ajaran para nabinya. Dan Al-Qur’an juga mengingatkan
manusia sekarang dengan musibah yang akan menimpanya jika mereka kufur dan
bermaksiat pada Allah. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)” (QS As-Syuraa 30). Secara manhaj atau konsep, Al-Qur’an
telah menjelaskan secara tuntas pada manusia tentang Sunnatut Taghyiir (sunnah
perubahan) yang terjadi pada alam semesta khususnya manusia. Baik perubahan menuju
yang lebih baik maupun perubahan menuju yang lebih buruk. Dua ayat yang terkait
perubahan menyebutkan.
 Perintah : Perintah Allah adalah apa yang telah diperintahkan oleh-Nya melalui Firman-
firman-Nya dan para Nabi-Nya untuk membantu menjalani kehidupan di dunia yang
mana akan menuntunya pada akhirat-Nya nanti. Perintah Allah yang kita ketahui secara
umum adalah untuk sholat, puasa, zakat, dan lain-lainnya. Tetapi tahukah, bahwa perintah
Allah tebagi menjadi dua yaitu, perintah Kaunniyah (alam) dan perintah Syair’I (syariat).
 Larangan : Larangan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah. Adapun tiga larangan
yang destruktif yang Allah jelaskan dalam surat an-Nahl ini adalah: fakhsya, munkar dan
al-bagyu. Pertama, fakhsya adalah perbuatan yang menjijikan, seperti LGBT. Kedua,
munkar adalah sesuatu yang merugikan seperti judi, khamar atau minum-minuman keras,
narkoba, berdusta, khianat, korupsi dan sebagainya. Ketiga, al baghyu adalah kezaliman.
4. ‫ق ۡال َم ۡوتَ َو ۡال َح ٰیوۃَ لِیَ ۡبلُ َو ُکمۡ اَیُّ ُکمۡ اَ ۡح َسنُ َع َماًل ؕ َو ہ َُو ۡال َع ِز ۡی ُز ۡال َغفُ ۡو ُر‬
َ َ‫ۙ الَّ ِذ ۡی َخل‬.
Artinya : Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. QS : Al-Mulk (67) : 2.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Tuhan yang memegang kekuasaan kerajaan dunia dan
kerajaan akhirat serta menguasai segala sesuatunya itu, adalah Tuhan yang menciptakan
kematian dan kehidupan. Hanya Dia yang menentukan saat kematian setiap makhluk. Jika
saat kematian itu telah tiba, tidak ada suatu apa pun yang dapat mempercepat atau
memperlambatnya barang sekejap pun. Demikian pula keadaan makhluk yang akan mati,
tidak ada suatu apa pun yang dapat mengubahnya dari yang telah ditentukan-Nya.
ِ ۗ ْ‫س َذ ۤا ِٕٕىِ|قَةُ ْال َمو‬
5. َ‫ت َونَ ْبلُوْ ُك ْم بِال َّش ِّر َو ْال َخي ِْر فِ ْتنَةً ۗ َواِلَ ْينَا تُرْ َجعُوْ ن‬ ٍ ‫ ُكلُّ نَ ْف‬.
Artinya : Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.
QS : Al-Anbiyaa (21) : 35.
Dalam ayat ini Allah menyatakan lebih tegas lagi, bahwa setiap mahluk-Nya yang hidup
atau bernyawa pasti akan merasakan mati.Tidak satu pun yang kekal, kecuali Dia sendiri.
ۡ ۡ ۡ
6. َ‫ض الَّ ِذ ۡی َع ِملُ ۡوا لَ َعلَّہُمۡ یَ ۡر ِجع ُۡون‬ ِ َّ‫ظَہَ َر الفَ َسا ُد فِی البَ ِّر َو البَ ۡح ِر بِ َما َک َسبَ ۡت اَ ۡی ِدی الن‬
َ ‫اس لِیُ ِذ ۡیقَہُمۡ بَ ۡع‬
Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). QS : Ar-rum (30) ; 41
Dalam ayat ini diterangkan bahwa telah terjadi al-fasad di daratan dan lautan. Al-Fasad
adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum yang dibuat Allah, yang
diterjemahkan dengan "perusakan". Perusakan itu bisa berupa pencemaran alam sehingga
tidak layak lagi didiami, atau bahkan penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi
dimanfaatkan. Di daratan, misalnya, hancurnya flora dan fauna, dan di laut seperti rusaknya
biota laut. Juga termasuk al-fasad adalah perampokan, perompakan, pembunuhan,
pemberontakan, dan sebagainya. Perusakan itu terjadi akibat prilaku manusia, misalnya
eksploitasi alam yang berlebihan, peperangan, percobaan senjata, dan sebagainya. Prilaku itu
tidak mungkin dilakukan orang yang beriman dengan keimanan yang sesungguhnya karena
ia tahu bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan nanti di depan Allah.

Anda mungkin juga menyukai