Anda di halaman 1dari 8

Bab 1

Caranza Ardana bersiul kecil sembari melihat kearah kanan dan kiri sebelum
berlari kecil menyebrangi jalan ke arah salah satu bangunan bertingkat enam yang
berjejer diseberang jalan, ya gedung berwarna coklat tua yang tidak asing baginya dan
sangat pantas untuk disebut sebagai kantor yang berada di tengah kota Palembang.
Langit kota Palembang hari ini memang terlihat cerah, secerah hati Caranza hari ini,
bukankah hari yang indah akan membuat hati setiap orang gembira?
Yah, hari ini memang hari yang cerah ditambah aroma halus bunga mawar yang
diterpa angin menjadikan betapa berharganya hari ini untuk dilewatkan, sebenarnya
tidak untuk sebagian orang. Tidak semua orang merasakan kebahagian itu, bahkan
mereka tidak menyadari bunga mawar yang semula terkuncup sudah mulai membuka
kelopaknya secara perlahan.
Dan seseorang itu tidak lain adalah kekasihnya sendiri Alex Rivando.
Caranza yakin Alex bahkan tidak menyadari bahwa dirinya telah berada tepat
dibelakangnya. Ia terlalu sibuk untuk menyadari apapun yang ada disekelilingnya
akhir-akhir ini. Ia baru saja menyelesaikan proyek besar dengan perusahan asing yang
membuat isi otaknya terkuras habis. Dan seperti biasa, kalau Alex sudah sibuk dia
akan sangat sulit untuk diajak bercanda atau berbincang santai, aku tau sapaanku tidak
akan di saut oleh sang kekasih hati, inisiatif untuk mengacuhkannya menjadi hal yang
baik menurutku..
“Hey kau melewatiku begitu saja” ucap Alex dengan nada bingung sembari
menatapku dengan kesal.
Terlihat jelas kerutan samar yang ada dikeningnya menunjukkan bahwa dia tidak
senang dengan perlakuan kekasihnya.
“Aku fikir kau takkan membalas sapaanku”celotehku sembari kudorong pintu kaca
berbentuk bundar dengan warna senada dengan cat tembok gedung bertingkat itu.
“Haruskah ku temani kau untuk memeriksa matamu” sautnya kembali
Ya aku tau Alex memiliki badan yang atletis untuk seorang direktur perusahaan
penyiaran televisi swasta yang tidak mungkin untuk dilewatkan oleh mata para
wanita.
“Tidak perlu. Mataku masih awas untuk memandang sekeliling” jawabku sembari
kutinggalkan dia sendiri diluar gedung besar itu.
Kubuka pintu kayu yang bertuliskan namaku didepannya. Terlihat jendela kaca
yang terbuka dan secangkir kopi hangat serta berkas yang harus aku kerjakan hari ini
sudah menumpuk dan tersusun rapi diatas meja coklat kokoh itu. Kuletakkan tasku
dan mulai menyeruput kopi hangat itu berharap akan menjadi hari yang
menyenangkan untuk otot dan otakku yang manis ini bekerja dengan baik. Berharap
hari ini akan benar benar menjadi hari yang menyenangkan sebelum kulihat tulisan
nama Alex dilayar ponselku.
“Halo” terdengar suara berat yang aku kenal menyapa.
“Ya” sautku berusaha untuk tetap bergairah mengerjakan tugasku.
“kutunggu kau diruanganku” dengan nada ketusnya, dan menjadi kalimat
terakhirnya sebelum aku berjalan membuka pintu ruanganku untuk pergi ketempat
kerjanya. Aku tau ini akan menjadi masalah yang besar baginya.
“Masuk dan katakan padaku mengapa kau mengacuhkanku”
Tak sekali dua kali aku menganggapnya sebagai dukun, karena selalu mengetahui
kapan aku datang dan kapan aku berinisiatif untuk kabur darinya.
“Aku tak ada niatan mengacuhkanmu” sautku sembari membuka pintu ruang
kerjanya.
“Seharusnya kau tau caranya menyapaku dengan baik. Bukan begitu tindakan
seorang kekasih?” jawabnya ketus yang membuat suasana menjadi semakin tak ku
sukai.
“Maaf aku tak menyapamu, ku fikir kau memang sedang sibuk dengan
pekerjaanmu…” belum sempat kuselesaikan kalimatku, terdengar deringan ponselnya
berbunyi dengan suara yang keras.
Belum rampung kalimat yang aku lontarkan, diayunkannya tangannya pertanda
menyuruhku untuk keluar ruangan dan bekerja seperti biasa. Kuputar badanku dan
kubuka pintu kayu itu hendak kembali keruanganku sebelum kulihat samar samar
bayangan wanita berbaju rapih berwarna abu abu dengan rok pendek selutut masuk
keruangan Alex. Tak pernah kulihat wanita itu sebelumnya dikantor ini, fikiranku
terhenti memikirkan sosok wanita seusiaku masuk dengan senyum termanisnya yang
kupastikan ditujukan kepada Alex
BAB 2

“Hei Alex. Bagaimana kabarmu” sapa seorang wanita berambut pendek yang
menggunakan baju abu abu dan rok selutut itu.
Mataku melebar saat mendengan suara khas yang aku kenal, sembari kututup
telfon yang sedarai tadi menerorku.
“Hai Bella, bagaimana kau tau aku ada disini”
Bela Fricilia merupakan wanita yang sudah kusuka sejak aku masih duduk
dibangku seragam abu-abu, cinta pertamaku bahkan sampai sekarang aku masih
menyukai senyuman hangatnya itu.
“mau minum kopi sebentar. Aku baru saja sampai dikantormu yang sesak ini dan
banyak sekali orang-orang yang tidak tau sopan santun” tuturnya serawa merangkul
tanganku dan memasang wajah yang menurutku itu menggemaskan.
“pekerjaanku cukup banyak hari ini. Siang nanti aku jemput dirumah untuk
makan siang bersama” jawabku dengan lembut kepadanya.
Aku tau aku masih sangat sayang dengan Bela yang menurutku selalu menjadi
malaikat dimanapun aku butuh dirinya. Aku selalu menemaninya berbelanja, bahkan
makan siang ditempat yang ia sukai, tentu saja tanpa sepengetahuan Caranza.
“Hei siapa wanita yang baru saja mengobrol denganmu?” timpalnya saat aku
masih memikirkan hal-hal gila bersama Bela.
“Entahlah. Aku malas memikirkannya”
Tak ada rasa bersalah dariku untuk selalu menyakiti Caranza, dia cantik, parasnya
yang manis akan memikat hati siapa saja yang menatapnya. Tapi tidak denganku, dia
hanyalah pelampiasanku saat dulu Bela lebih memilih laki-laki kaya bergelar Dr
dibandingkan aku. Ya sakit memang, tapi tidak untuk sekarang. Rasanya semua sesak
itu terlepaskan segala galanya, karena aku tahu Bela kembali lagi padaku.
“akan kutunggu kau menjemputku puluk 11.00 tepat” kalimat yang terlontar dari
suara Bela yang hendak izin pergi meniggalkanku seraya memelukku hangat.
Ku lontarkan senyuman bahagiaku kepadanya. Menandakan aku akan
menjemputnya tapat waktu
“I Love You” kata lirih ditelinganya yang membuatnya tersenyum manis sembari
meninggalkanku diruangan itu.
Bab 3

“Caranza kau meninggalkan ponsel mu” terdengar suara seorang wanita diujung
koridor memanggil namaku dengan nafas yang terputus putus.
“Ya Tuhan, terimakasih ova. Hampir saja aku meninggalkan separu
kehidupanku” ucapku seraya mengambil ponsel yang ada digeggamannya.
Sekarang wanita paruh baya yang ditaksir berusia 30 tahun itu berkacak pinggang
dihadapanku.
“kau tidak ada masalah dengan bos kita yang sedikit gila itu kan” kalimat yang
keluar terbata bata dari mulutnya yang menandakan perjuangannya memang begitu
keras untuk mengejarku.
“haha, aku tau dia gila tapi tidak untuk hari ini” jawabku sekenanya
“ku lihat ada wanita yang masuk keruangan bos tadi pagi, ku rasa dia bukan
pegawai di perusahaan ini”
Sempat terlupakan dari ingatanku sosok wanita yang kutemui didepan kantor
Alex tadi pagi.
“ku rasa utusan dari perusahaan asing yang sedang bekerja sama dengan
perusahaan kita”
Jawaban yang terlontar dari mulutku tak serta merta membuat hatiku tenang, ya
hanya tak ingin menjelekkan Alex didepan sahabat terbaikku ini. Aku tahu, aku baru
1 tahun menjalin hubungan ini dengan Alex yang tak kutahu bagaimana ia bisa
menoleh ke arahku. Hingga aku menerimanya sebagai kekasih.
“Za” suara Nova kembali terdengar ditelingaku, membuatku terkaget dari
lamunanku.
“Kau tak mendengar aku berbicara?” kembali suara dengan nada yang sedikit
agak tinggi keluar dari mulut mungilnya.
“Hey aku akan pergi makan siang di restoran baru itu, kau mau ikut?”
Begitulah usaha yang selalu aku lakukan untuk meredakan emosinya, memang
sudah 2 hari toko itu diresmikan dan belum aku singgahi untuk sekedar mencicipi
kopi Americano kesukaanku.
“ah ingin sekali aku cicipi camilan disana, tetapi aku sudah ada janji dengan WO
untuk pernikahanku nanti” timpalnya
Senyuman manisku yang membuat kelopak mataku mengecil terlontar
kepadanya, ya aku tau sahabat baik ku ini akan segera menjadi istri orang lain.
“ah sayang sekali, untuk hari ini aku sial. Makan siang sendirian”
Kami berdua hanya tertawa bersama seraya pergi ke arah masing-masing.
Fikiranku tentang wanita yang tadi aku temui tak hilang dari ingatanku, tak
pernah Alex tersenyum sehangat itu pada wanita, bahkan padaku. Fikiran aneh mulai
memasuki otakku perlahan lahan, tapi kuusir fikiran itu dengan cepat. Dan bergegas
menuju restoran de labella.
Kupesan kopi Americano kesukaanku itu sembari memilih sofa mana yang cocok
untuk menikmati secangkir kopi dan roti bakar keju yang menawan dimataku itu, dan
bola mataku terhenti ke arah sofa yang berada di samping taman yang cantik
terhalangi oleh kaca bening yang besar, kulihat itu Alex, tetapi siapa wanita yang ada
dihadapannya? Pertanyaan yang memenuhi kelapaku. Baru kali itu kulihat Alex bisa
tertawa lepas dengan sosok wanita berambut pendek dibalut dengan dress hitam yang
ia kenakan.
Ya, lagi dan lagi aku tidak boleh memikirkan hal yang akan merusak hubunganku
dengannya, ku arahkan mataku dan mulai berjalan menuju sofa yang berada bahkan
sangat jauh dari mereka berdua. Tak ingin aku mengecewakan Alex yang sudah mau
percaya dan sayang kepadaku

BAB 4
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 sudah saatnya aku menjemput Bela untuk
makan siang direstauran baru disekitar area kantor. Kubangkitkan tubuh ku dan mulai
beranjak keluar ruang kerjaku. Tak sengaja terlihat di ujung koridor seorang wanita
yang kukenal sedang berjalan beranjak keluar, tak kuperdulikan sedikitpun dia.
Bahkan semakin kupercepat langkahku menuju mobil BMW yang aku parkirkan tidak
jauh dari pintu masuk gedung besar itu. Kuraih kunci mobil dan mulai menghidupkan
mesin mobil sembari mengambil ponsel yang sedari tadi kugenggam erat, tentu saja
sudah tidak sabar untuk bertemu beda untuk berbincang dengannya.
“halo” terdengar suara wanita cantik itu menjawab telepon ku.
“15 menit lagi aku akan sampai didepan rumah mu princess” sambung ku untuk
memastikan aku akan sampai tepat waktu.
“aku akan bersiap, mungkin warna hitam akan cocok untuk hari secerah ini”
Membayangkan untuk bertemu dengannya saja sudah membuat ku sayang
bahagia, dan sekarang dia selalu bersamaku.
“kau cantik menggunakan warna dan baju apa saja Bela”
Kalimat yang terlontar dengan mulus dan lancar tanpa hambatan dan tanpa perlu
aku fikirkan secara matang.
Mulai ku injak gas mobil menuju rumah Bela. Tak butuh waktu lama untuk
samapi di depan rumah milik keluarganya. Aku tau Bela memang anak yang sangat
dimanja oleh orang tuanya, sehingga diumurnya yang sudah menginjak 25 tahun, dia
masih berpangku tangan dengan orang tuanya. Tapi tentu itu tidak jadi masalah untuk
ku.
Sedikit bergeser gerbang tinggi berwarna hitam itu dan menampakkan Bela yang
sedang merapikan rambutnya dan berjalan menuju mobil ku.
“bagaimana penampilan ku?”
“kau selalu sempurna setiap saat Bela” ucapku tulus
“kau selalu seperti itu sejak kita sekolah dulu” timpalnya mencairkan suasana
“ aku sudah menyiapkan tempat untuk kita makan siang hari ini, aku yakin kau
akan suka dengan tempat itu” sergah ku sembari kulihat Bela hanya menggangukkan
kepalanya dan merangkul tanganku.
Ya aku teringat dengan Caranza, wanita yang aku kencani 1 tahun ini. Memang
cantik, anak yang sangat mandiri apalagi dia pekerja keras dan selalu berhati hati.
Tapi Bela kembali lagi padaku disaat saat yang tidak terduga. Sedikit rasa bersalah
mulai sedikit menghampiriku, tapi selalu ku tutupi dengan menghampiri Bela.
De Labell adalah restoran yang aku pilih untuk Bela dan sudah ku siapkan meja
khusus yang ada ditaman untuknya, membuatnya semakin terlihat cantik dibalut
pakaian hitam.
“kau memesan semua ini” senyum tipis Bela terlontar membuatnya makin terlihat
cantik dihadapan ku.
“tentu aku hanya memikirkan hal apa yang selalu kau sukai Bela”
“haha kau membuatku tersanjung” timpalnya menyanggah omonganku.
Memesan makanan dan mulai mengobrol selalu membuat kami semakin dekat,
dan membuatku selalu jatuh cinta lagi padanya.
“kau tau aku butuh baju dan jam baru untuk pergi ke acara pernikahan keluargaku
Alex” digengamnya tanganku sembari menatapku tajam
“hari ini kau pilih barang yang kau mau Bela”
Focus ku terpecah setelah ku lihat wanita yang aku kenal berjilbab rapi sedang
menunjuk deretan menu yang ada didepannya. Caranza, aku yakin itu dia, ku ajak
Bela untuk segera pergi dari de labell untuk membelikan barang yang dia inginkan.
Berharap Caranza tak mengenaliku sedikitpun.

BAB 5
YAKIN
Sudah 20 menit aku duduk di resto ini memandang sekeliling tanpa ku sadari
Alex sudah tidak dikursinya lagi. Pemandangan yang menyakitkan, tapi tak
seharusnya aku seperti itu karena aku tau, memang resiko bekerja akan selalu
bersikap manis dan hangat kepada klien. Tanpa kusadari pesan masuk di ponselku
menandakan Nova sedang mencariku
Za you lagi dimana, I udah clear urusan weadding nih
Segurat senyum tipis terbentuk dibibir ku, yah nova selalu seperti ini kalau selesai
bertemu calon suaminya yang kerutunan belanda itu.
Hehe aku on the way yah ketempat mu, kepalaku rasa pecah setelah berdepat
dengan mertuaku
Kubaca pesan singkat itu dan kukirimkan sticker berbentuk beruang memeluk
hati, pertanda aku masih ada di de labell.
Tak perlu waktu lama aku menunggu sesosok wanita paru baya itu tiba tiba sudah
berada tepat di cassier dan memilih menu kesukaannya, dan berputar arah berjalan
kearah ku.
“kok gak ajak pak bos sih?” sahutnya sembari meletakkan box berwarna pink dan
tas hitamnya yang sangat kecil itu.
“lagi ada meating mungkin” sebenarnya aku memang selalu tak ingin ikut campur
dan membuatnya risih saat aku harus bertanya kabarnya setiap saat, aku hanya perlu
saling yakin untuk membangun hubungan yang baik.
“yah namanya juga pak bos, sabar sabar deh ya” sembari menyodorkan box
berwarna pink
“Jadi nikah juga akhirnya” sergahku bercanda
“ya masa gak jadi za, tau kan dia gimana. Kalo gak di pepet, diambil orang”
Candaan yang selalu bisa membuatku menyipitkan kelopak mataku tentang hal
aneh yang kami berdua alami. Cukup membuatku merasa bisa untuk melupakan
fikiran tentang Alex. Tak lama dari itu seorang peria tinggi, dengan wajah yang bersih
dengan apron yang masih terpasang dibadannya membuatnya sangat manis untuk
dipandang.
“pesananya ka” kalimat yang terlontar dengan suara yang berat persis seperti
penyanyi idolaku. Yap ariel noah.
Diletakkannya nasi goreng disandingkan dengan bakwa udang itu dihadapan
Nova. Ditatanya sedok dan garpu disamping piring hidangan. Dan tanpa sadar aku
sedang memperhatikannya, tatkala pandangan kami saling bertemu. Kurasakan dia
tersenyum dengan manis kearahku, dan berjalan kemabali ke arah dapur. Akupun tau
wajahku saat itu merah padam. Betapa malunya aku tertangkap basah sedang menatap
seorang laki-laki yang tidak aku kenali dengan amat sangat dalam.
“ganteng ya” suara Nova memecah fikiranku yang

083190998981 kk indah
081381830584 mm mas nuca
081367753574 drg maya

Anda mungkin juga menyukai