Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Kematian ibu dan bayi paling banyak terjadi pada waktu persalinan, pasca
persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi. Hal tersebut masih menjadi hal yang
cukup banyak terjadi di Indonesia. Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan
Bayi Baru Lahir memerlukan usaha dan cara-cara yang baru, mengingat upaya tersebut
menemukan banyak sekali hambatan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi upaya
tersebut adalah target dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yaitu
menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan
angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus
dicapai. Sementara saat ini waktu yang tersisa adalah 3 tahun. Sehingga dibutuhkan
usaha dan cara yang inovatif dan agresif dalam mencapai target tersebut.
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab
langsung dari kematian ibu (hampir) 90% terjadi ketika persalinan dan segera setelah
persalinan. Risiko kematian ibu meningkat dengan adanya faktor keterlambatan. Tiga
risiko keterlambatan yang terjadi di antaranya keterlambatan mengambil keputusan
untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di
fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat, dan terlambat memperoleh pelayanan
yang memadai oleh tenaga kesehatan. Sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian
terjadi pada masa neonatal (28 hari pertama pasca-dilahirkan). Penyebab terbanyak
adalah bayi berat lahir rendah (≤ 2500 gr) dan prematuritas, serta asfiksia, dan infeksi.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan balita. Antara lain dengan penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga
dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan
fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit.
Puskesmas Panimbang memiliki profil angka kematian Ibu tahun 2013 periode
Januari hingga Oktober sebanyak 3 Ibu. Sementara angka kematian bayi juga

1
didapatkan data yang tinggi, yaitu 20 bayi. Hal tersebut dapat menjadi gambaran
bagaimana pencapaian dari target beberapa pelayanan kesehatan dasar yang meliputi
cakupan ibu hamil K-1, cakupan ibu hamil K-4, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, cakupan pelayanan nifas, kunjungan neonatus.
Berdasarkan data pencapaian yang didapatkan dari target pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan KIA tahun 2013 didapatkan pencapaian cakupan ibu hamil
K-4 didapatkan 69,1% dengan target pencapaian 71%; pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan didapatkan 71,1% dengan target 62,5%; penanganan komplikasi
kebidanan didapatkan 86,0% dengan target 83,3%; kunjungan neonatus didapatkan
70,1% dengan target 83,3%; kunjungan bayi 124,4% dengan target 83,3%; dan
penanganan kasus BBLR yang ditangani 70,1% dengan target 83,3%.
Berdasarkan data tersebut, maka pelayanan kesehatan dasar mengenai ibu hamil
belum mencapai target, yang mungkin berhubungan dengan angka kematian bayi masih
tinggi. Hal tersebut menjadi dasar kami mengangkat masalah ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak


1. Pengertian Program KIA
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
2. Tujuan Program KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan
kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu,
dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu meneteki, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

3
3. Prinsip Pengelolaan Program KIA
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
a. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
b. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
c. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
d. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

2.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


a. Pelayanan antenatal :
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Standar minimal “5 T
“ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Pemberian Imunisasi TT lengkap
4. Ukur Tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali
pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
b. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :
1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.

4
2. Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih
dari 10 tahun
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
6. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1. Hb kurang dari 8 gram %
2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih
dari 90 mmHg
3. Edema yang nyata
4. Eklampsia
5. Perdarahan pervaginam
6. Ketuban pecah dini
7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
8. Letak sungsang pada primigravida
9. Infeksi berat atau sepsis
10. Persalinan prematur
11. Kehamilan ganda

5
12. Janin yang besar
13. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
14. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
1. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
2. Bayi dengan tetanus neonatorum
3. Bayi baru lahir dengan asfiksia
4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
5. Bayi baru lahir dengan sepsis
6. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
7. Bayi preterm dan post term
8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

2.3 Metode dan Evaluasi Program


Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantaun dilaksanakan secara berkala
dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam
pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan
perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih
lama, biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh
mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Dalam mengukur
keberhasilan tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk
kepentingan perencanaan dan pengembangan program.

2.4 Indikator Program


Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM
untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :
1. Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
a. Pengertian :
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T
dengan frekuenasi kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat

6
trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III
minimal 2 kali . Standar 5 T yang dimaksud adalah :
1) Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan
2) Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah
3) Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
4) Pemberian imunisasi TT
5) Pemberian tablet besi
b. Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC
sesuai standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan
penduduk sasaran ibu hamil
c. Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC
sesuai standar K 4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Penyebut : Penduduk sasaran ibu hamil
Konstanta : 100
Rumus :

d. Sumber data :
1) Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai
standar K4 diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS
KIA.
2) Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat
Statistik atau BPS kabupaten atau propinsi.
e. Kegunaan
1) Mengukur mutu pelayanan ibu hamil

7
2) Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui
pelayanan standar dan paripurna.
3) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan
pelayanan ibu hamil

2. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang


memiliki kompetensi kebidanan
a. Pengertian :
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan
persalinan oleh petugas kesehatan, tidak termasuk pertolongan
pendampingan. Pertolongan persalinan dilakukan oleh dokter ahli, dokter,
bidan atau petugas kesehatan lainnya yang telah memperoleh pelatihan
tehnis untuk melakukan pertolongan kepada ibu bersalin. Dilakukan sesuai
dengan pedoman dan prosedur teknis yang telah ditetapkan.
b. Definisi operasional
Perbandingan jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan baik
pemerintah maupun swasta di satu wilayah kerja pada kurun tertentu
dengan penduduk sasaran ibu bersalin.
c. Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan baik
pemerintah maupun swasta di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Penyebut : Penduduk sasaran ibu bersalin
Konstanta : 100
Rumus :

8
d. Sumber data :
1) Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu diperoleh dari catatan register kohort
ibu dan laporan PWS KIA.
2) Perkiraan penduduk sasaran ibu bersalin diperoleh dari BPS
kabupaten atau Propinsi.
e. Kegunaan
1) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam pelayanan persalinan.
2) Menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam
pertolongan persalinan secara profesional.

3. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani


a. Pengertian :
1) Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi;
2) Komplikasi dalam kehamilan : a) Abortus, b) Hiperemesis Gravidarum,
c) perdarahan per vaginam, d) Hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia), e) kehamilan lewat waktu, f) ketuban pecah
dini.
Komplikasi dalam persalinan : a) Kelainan letak/presentasi janin, b)
Partus macet/ distosia, c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), d) perdarahan pasca persalinan, e) Infeksi berat/ sepsis, f)
kontraksi dini/persalinan prematur, g) kehamilan ganda.
Komplikasi dalam Nifas : a) Hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia), b) Infeksi nifas, c) perdarahan nifas.
b. Definisi operasional
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan
komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU
PONEK).

9
c. Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan
penanganan definit di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu..
Penyebut : Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.
Konstanta : 100
Rumus :

d. Sumber data :
1) Jumlah komplikasi yang ditangai yang diperoleh dari catatan register
kohort ibu dan laporan PWS KIA.
2) Jumlah perkiraan ibu hamil risiko tinggi yang ditangani dari sasaran ibu
hamil risiko tinggi yang diperoleh dari BPS kabupaten atau Propinsi.
e. Kegunaan
1) Memperkirakan besarnya masalah ibu hamil risiko tinggi yang dihadapi
oleh program KIA.
2) Melakukan upaya tindak lanjut dengan intervensi secara intensif.

4. Cakupan kunjungan Neonatus


a. Pengertian :
Kunjungan neonatus adalah kontak neonatus (0-28 hari) dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0
– 7 hari minimal 2 kali, usia 8- 28 hari minimal 1 kali (KN2) didalam atau
diluar institusi kesehatan.

10
b. Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah neonatal yang telah memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar KN2 di satu wilayah kerja pada kurun tertentu
dengan penduduk sasaran bayi.
c. Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah neonatal yang telah memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar KN2
Penyebuk : Penduduk sasaran bayi
Konstanta : 100
Rumus :

d. Sumber data :
1) Jumlah neonatal yang telah memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
standar KN2 diperoleh dari register kohort bayi.
2) Perkiraan penduduk sasaran bayi diperoleh dari BPS kabupaten atau
Propinsi.
e. Kegunaan
1) Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan neonatal.
2) Mengukur kualitas pelayanan neonatal.

5. Cakupan kunjungan bayi


a. Pengertian :
Kunjungan bayi adalah kontak pertama pemeriksaan kesehatan bayi
(termasuk neonatal) oleh petugas kesehatan baik didalam maupun diluar
institusi kesehatan.
b. Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah bayi baru di satu wilayah kerja pada kurun
tertentu dibagi dengan penduduk sasaran bayi

11
c. Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah bayi baru
Penyebut : Penduduk sasaran bayi
Konstanta : 100
Rumus :

d. Sumber data :
1) Jumlah bayi baru diperoleh dari catatan pada register kohort bayi. Dan
laporan bulanan KIA
2) Perkiraan penduduk sasaran bayi diperoleh dari BPS kabupaten atau
Propinsi.
e. Kegunaan
Mengukur jangkauan program KIA dalam pelayanan bayi.

6. Cakupan BBLR yang ditangani


a. Pengertian :
Bayi baru dengan BBLR yang ditangani oleh tenaga kesehatan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
b. Definisi operasional
Perbandingan jumlah bayi baru dengan berat badan lahir rendah yang
telah memperoleh penanganan sesuai standar oleh tenaga kesehatan
dengan jumlah seluruh bayi baru lahir dengan berat badan rendah
ditemukan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
c. Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah bayi baru berat badan lahir rendah yang telah
memperoleh penanganan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penyebut : Jumlah bayi baru lahir dengan berat badan rendah
ditemukan di satu wilayah kerja

12
Konstanta : 100
Rumus :

d. Sumber data :
1) Petugas kesehatan diperoleh dari catatan register kohort bayi dan
laporan bulanan KIA.
2) Jumlah bayi baru lahir dengan berat badan rendah di satu wilayah kerja
diperoleh dari register kohort bayi dan laporan bulanan KIA.
e. Kegunaan
1) Mengukur besarnya masalah kesehatan bayi baru lahir dengan berat
badan lahir rendah.
2) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam pelayanan penanganan
BBLR.

13
BAB III
BAHAN DAN METODE EVALUASI

3.1 Tolok Ukur


Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM
untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :
1. Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
2. Cakupan Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
3. Ibu Hamil risiko tinggi yang dirujuk
4. Cakupan kunjungan Neonatus
5. Cakupan kunjungan bayi
6. Cakupan BBLR yang ditangani

3.2 Metode Evalusi


Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak periode Januari – Desember 2011
dilakukan dengan metode Problem Solving Cycle dengan pendekatan sistem
sebagai berikut :
a. Menetapkan masalah dan prioritas masalah
b. Penyebab masalah dan prioritas penyebab masalah
1. Kontribusi penyebab masalah (contribution)
2. Beri nilai antara 1 - 5
3. Nilai yang terbanyak adalah prioritas penyebab masalah
(P=IxTxR)
c. Alternatif penyelesaian masalah dan prioritas alternatif penyelesaian masalah
Menggunakan cara ekonometrik. Kriteria yang dipakai adalah:
Magnitude (M), yakni kriteria yang menunjukkan besarnya masalah. Importance
(I), yakni ditentukan oleh jenis kelompok penduduk yang terkena masalah.
Vulnerability (V), yaitu ada tidaknya metode atau cara penanggulangan yang
efektif. Cost (C), yaitu biaya yang diperlukan untuk penanggulangan masalah

14
tersebut. Hubungan keempat kriteria dalam menentukan alternatif penyelesaian
masalah (P) adalah sebagai berikut:

P=MxIxV
C

15
BAB IV
PENYAJIAN DATA

4.1 Data Umum Wilayah Kecamatan Panimbang


a. Keadaan Geografis
Puskesmas Panimbang, di bagian barat Kabupaten Pandeglang, lumayan jauh
dari ibukota kabupaten Pandeglang. Jarak antara Puskesmas Panimbang dengan
ibukota kurang lebih 60 km. Luas wilayah kerja puskesmas Panimbang adalah
13,728 km2.
Dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Utara : Wilayah kerja puskesmas Patia
b. Selatan : Wilayah kerja puskesmas Sobang dan Cigeulis
c. Barat : Wilayah kerja puskesmas Labuan
d. Timur : Wilayah kerja puskesmas Angsana

Peta Wilayah Kabupaten Panimbang

16
Puskesmas Panimbang mempunyai 6 desa wilayah kerja, yaitu:
1. Desa Mekarjaya
2. Desa Gombong
3. Desa Panimbang
4. Desa Citeureup
5. Desa Mekarsari
6. Desa Tanjung Jaya

b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Panimbang pada tahun 2008
sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk : 47.371 jiwa
Jumlah laki-laki : 23.641 jiwa
Jumlah perempuan : 23.585 jiwa
b. Kepadatan Penduduk : 3.450 jiwa/km2

c. Gambaran Mengenai Puskesmas


Dibangingkan dengan jumlah penduduk yang ada, jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Panimbang masih dirasakan sangat kurang. Berikut adalah gambaran
Tenaga ksesehatan di Puskesmas pada tahun 2013:
Tabel 4.1. Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Panimbang Tahun 2013
Tenaga Kesehatan Jumlah PNS PTT TKK TKS
Dokter Umum 1 1 - - -
Dokter Gigi 1 1 - - -
Perawat 20 8 - 9 3
Bidan 24 6 6 - 12
Perawat Gigi 1 1 - - -
Analis 1 1 - - -
Asisten Apoteker 1 1 - - -
Ahli Gizi 2 2 - - -
Laborat 1 1 - - -
Sanitasi - - - - 1

17
BAB V
ANALISIS MASALAH

5.1 Identifikasi Masalah


Data yang diambil merupakan data tahun 2013 dari bulan Januari sampai
Oktober, sehingga target yang dipergunakan dihitung persentase dalam 10 bulan.

Tabel 5.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan Indikator Program


No Indikator Target Pencapaian Masalah
.
1. Cakupan Kunjungan ibu hamil 75% 86,2% Tercapai
K1
2. Cakupan Kunjungan ibu hamil 71% 69,1% Belum
K4 Tercapai
3. Cakupan Pertolongan persalinan 62,5% 71,1% Tercapai
oleh bidan atau tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
4. Cakupan Kunjungan Nifas KF3 75% 65% Belum
Tercapai
5. Cakupan Kunjungan Neonatus 75% 80,8% Tercapai
KN1
6. Cakupan Kunjungan Neonatus 75% 70,1% Belum
KN Lengkap Tercapai
7. Deteksi Faktor Komplikasi 62,5% 98,1% Tercapai
Maternal
8. Cakupan Komplikasi kebidanan 83% 86,0% Tercapai
yang Ditangani
9. Cakupan Komplikasi Neonatus 66,7% 74,0% Tercapai
yang Ditangani
10. Cakupan kunjungan bayi 83% 124,4% Tercapai
Terdapat
kesalahan
dalam input
data
11. Cakupan Kunjungan Balita 75% 40,9% Belum
Tercapai

18
Melihat tabel di atas, terdapat 4 indikator yang belum mencapai target.
Sehingga terdapat 4 masalah.

5.2 Penetapan Prioritas Masalah


Tabel 5.2. Tabel Penetapan Prioritas Masalah
Technical Resources
No Masalah Importance Nilai
Feasibility Avaibility

1 Cakupan Kunjungan 5 5 5 125


Neonatus KN Lengkap

2 Cakupan Kunjungan ibu 4 3 3 60


hamil K4

3 Cakupan Kunjungan Nifas 4 3 5 60


KF3
4. Cakupan Kunjungan Balita 4 4 3 48

Penetapan prioritas masalah dengan menggunakan Criteria Matrix


Technique. Teknik tersebut melihat 3 faktor: Importance (seberapa penting masalah
tersebut), Technical Feasibility (teknologi yang daopat mengatasi hal tersebut) dan
Resources Avaibility (sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut). Kami penilai cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN Lengkap)
menjadi prioritas masalah.

5.3 Berbagai Penyebab Masalah


Kami melihat dari 3 faktor: masukan (input), proses dan lingkungan. Ketiga
faktor tersebut mempengaruhi keluaran (output). Faktor masukan terdiri dari 4M:
Man, Money, Material dan Method. Faktor Proses terdiri dari: Planing, Organizing,
Actuacting dan Controling.
Penyebab masalah kami jabarkan dengan metode bagan tulang ikan. Hasil ini
kami dapatkan melalui diskusi kelompok dengan cara Brain Storming. Kami
memasukan faktor positif dan negatif yang mempengaruhi hasil output.

19
Rendahnya pencapaian Cakupan Kunjungan Neonatus

Hasil Brain Storming faktor negatif yang kami dapatkan, kami seleksi sebagai
faktor penyebab masalah. Penyebab masalah yaitu rendahnya pengetahuan ibu dan
kepercayaan terhadap mitos.

5.4 Penetapan Prioritas Penyebab Masalah


Tabel 5.3. Penetapan Prioritas Penyebab Masalah
Penentuan Prioritas Penyebab Masalah
No Penyebab Masalah Technical Total
Contribution Resource
Feasibility

1 Rendahnya pengetahuan ibu 5 5 5 125

2 Kepercayaan terhadap mitos 5 4 5 100

Rendahnya pengetahuan ibu dianggap sebagai penyebab masalah rendahnya


angka kunjungan bayi. Hal ini mungkin disebabkan rendahnya tingkat pendidikan
ibu ataupun kesibukan ibu untuk membantu ekonomi keluarga.

20
5.5 Alternatif Penyelesaian Masalah
Dari penentuan prioritas masalah maka diperoleh masalah rendahnya
kunjungan nonatus. Maka dibuatlah kerangka konsep untuk kemungkinan
penyebab dari sedikitnya cakupan kunjungan neonatus lengkap kemudian
diprioritaskan untuk dicarikan alternatif pemecahan masalah. Ternyata yang
menjadi prioritas penyebab adalah rendahnya pengetahuan ibu.

Penulis memberikan beberapa alternatif untuk menyelesaikan masalah:


1. Sosialisasi Posyandu kepada Ibu Hamil.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan ibu.
Sasaran : Ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Panimbang.
Bentuk kegiatan : Penyuluhan.
Waktu kegiatan : Setiap bulan saat Posyandu.
Dana : Puskesmas.
2. Sosialisasi Kunjungan Neonatus.
Tujuan : Meningkatkan kesadaran pentingnya kunjungan
neonatus.
Sasaran : Bidan swasta dan Dukun kemitraan.
Bentuk kegiatan : Pemberian materi tentang kunjungan neonatus.
Waktu kegiatan : Setiap 3 atau 6 bulan.
Dana : Puskesmas atau Kantor Kepala Desa.

21
5.6 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah
Tabel 5.4. Penetapan prioritas alternatif penyelesaian masalah
Efektifitas Jumlah

M I V MxIxV
No. Daftar alternatif Jalan Keluar Efisiensi

1 Sosialisasi Posyandu kepada 5 4 5 4 25


Ibu Hamil.

2 Sosialisasi Kunjungan 4 4 4 3 21
Neonatus.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi adalah Sosialisasi
Posyandu kepada ibu hamil menjadi alternatif penyelesaian masalah yang dipilih.

22
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Pencapaian cakupan K4, cakupan KF3, cakupan KN Lengkap dan cakupan
balita belum mencapai target.
2. Masalah utama adalah cakupan kunjungan KN lengkap.
3. Cakupan KN lengkap belum tercapai disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
ibu dan kepercayaan terhadap mitos.
4. Penyebab utama adalah rendahnya pengetahuan ibu.
5. Alternatif penyelesaian masalah adalah sosialisasi posyandu kepada ibu hamil
dan sosialisasi kunjungan neonatus kepada bidan swasta dan dukun kemitraan.

6.2 Saran
Berdasarkan penetapan prioritas alternatif masalah, penulis menyarankan
sosialisasi posyandu kepada ibu hamil saat kontrol kehamilan/ANC.

23
DAFTAR PUSTAKA

 Wijono,Djoko Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Airlangga


University: Press Surabaya; 1999.
 DepKes RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA.Jakarta; 1996.
 http://www.kesehatananak.depkes.go.id/
 http://www.unicef.org/indonesia/id/
 http://perpustakaan.depkes.go.id

24

Anda mungkin juga menyukai