Anda di halaman 1dari 4

LEGENDA DANAU TOBA

BABAK 1
Terdapatlah seorang pemuda miskin yatim piatu bernama Tuba. Tuba tinggal
seorang diri di sebelah utara Pulau Sumatera. Ia hidup dengan bertani dan
memancing ikan.
Pada suatu hari, ketika ia memancing, ia mendapatkan ikan tangkapan yang aneh.
Tuba yang kaget , lalu berseru dengan logat bataknya yang masih kental.
Tuba : “Wah, besar kali ikan ini bah! Cantik kali.”
Tuba lalu melepas pancingnya dan memegangi ikan itu. Namun saat tersentuh
tangannya, ikan itu berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Lalu,
Tuba pun terlibat perbincangan menegangkan dengan wanita sang jelmaan ikan.
Tuba: “Kau? Kau ikan yang tadi aku pancing?
Wah… cantiknya! Tapi, kamu tak mungkin seorang manusia biasa.
Beritahu aku siapa kamu sebenarnya!”
Putri ikan: “Aku adalah seekor ikan mas yang dikutuk olah para dewa karena telah
melanggar sebuah aturan. Dan jika tubuhku tersentuh oleh tangan, maka aku akan
berubah wujud menjadi sama seperti wujud makhluk apa yang telah
menyentuhku. Kearena aku telah kau sentuh, aku berubah menjadi sama seperti
kamu, manusia.”
Tuba: “Begitu rupanya nasib kau. Cantik-cantik tapi kena kutuk. Berarti kau tak
punya tempat tinggal kan?”
Putri ikan: (mengangguk sambil tersenyum)
Tuba: “Ya, kau ikut sajalah ke gubuk milikku, kebetulan aku tinggal sendirian.”
(sambil seraya menggandeng tangan putri ikan)
Putri ikan: (berjalan mengikuti Ucok)
Sejak saat itu, wanita itu pun tinggal bersama Tuba di gubuk milik Tuba. Tuba
terlihat sangat bahagia karena sang wanita ikan itu sudah sangat membantunya
dalam berbagai pekerjaan rumah
Hingga pada suatu hari Tuba berkeinginan untuk meminang sang Putri Ikan.
Tuba: “Inang, maukah kau menjadi istriku? Aku merasa senang apabila kau ada
disini, dan aku akan lebih senang lagi bila kau mau menjadi istriku.”
Putri Ikan: (mengangguk) “Aku mau menjadi istrimu, bang. Tapi, aku mau abang
berjanji untuk tetap merahasiakan kepada siapapun bahwa aku adalah seekor
ikan.”
Tuba: “Gampang lah itu Inang. Akan aku jaga rahasiamu itu kepada siapapun.”
(tersenyum gembira)
Lalu merekapun menikah.

BABAK 2
Lima tahun berlalu sudah. Mereka dikaruniai seorang anak yang lucu dan lincah,
bernama Ucok.
Namun anak mereka selalu merasa lapar.
Walaupun sudah banyak makanan yang masuk ke dalam mulutnya, ia tak pernah
merasa kenyang.
Suatu hari, karena begitu laparnya ia menghabiskan semua maakanan yang ada di
meja,
termasuk jatah makanan kedua orang tuanya. Ayahnya pun pulang dari ladang.
Tuba: “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.”
(berharap)
Tuba: (membuka tudung saji lalu mengerenyitkan dahi)
“Ucok!!!! Kau kemanakan semua makanan masakan Inang kau?”
Ucok: “Sudah Ucok habiskan lah, Amang. Lapar kali Ucok habis main di ladang”
Tuba: “Dasar anak ikan! Rakus kali kau!” (geram)

Ucok menangis, lalu berlari pergi menemui ibunya di ladang.


Putri ikan: “Mengapa kau menangis anakku?” (bingung melihat anaknya
menangis)
Ucok: “Inang, benarkah aku ini adalah seorang anak ikan?”
Putri ikan: “Siapa yang bierkata padamu, Nak?” (terkejut)
Ucok: (diam sambil tersedu-sedu)
Putri ikan: “Jawab ibu, Nak!”
Ucok: “Amang yang berkata itu padaku, Inang. Amang bilang aku adalah seorang
anak ikan, makanya aku rakus. Benarkah itu Inang? Amang bohongkah Inang?”
Putri ikan: (diam dan mulai menitikkan air mata)
Ucok: “Jawab Ucok, Inang! Amang hanya berbohong kan, Inang?”
Putri Ikan: “Iii…ya Ucok, Amangmu itu benar sekali. Aku adalah anak ikan.
Inangmu ini adalah seekor ikan sebelum Inang menikah dengan Amang.”
Ucok yang mendengar jawaban dari ibunya, semakin menangis tersedu-sedu. Ia
tak mengira
bahwa selama ini dirinya adalah anak ikan.

BABAK 3
Jauh di rumahnya, Tuba baru tersadar bahwa ia sudah melanggar janjinya kepada
sang Putri Ikan.
Ia sangat menyesali perkataanya terhadap anaknya bahwa anaknya adalah anak
ikan.
Lalu, ia cepat-cepat bergegas pergi mencari anaknya ke ladang. Sesampainya di
ladang
Tuba: “Inang…..”
Putri Ikan: “Kau sudah melanggar janjimu kepadaku. Sekarang aku dan anakmu
akan pergi. Selamat tinggal.” (berdiri menatap ke langit)
Tuba: “Jangan Inang, maafkan aku. Aku memang salah, aku berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Namun, tolong Inang dan Ucok jangan pergi tinggalkan aku.
Aku sangat menyayangi Ucok dan Inang.”
Namun, semuanya sudah terlambat, sang Putri Ikan dan anaknya perlahan naik ke
atas langit dan
kemudian menghilang dari pandangan suaminya. Tuba pun berusaha memanggil
istri dan anaknya.
Tapi, istri dan anaknya tetap terbang menuju langit biru dan kemudian
menghilang.
Tuba: “Inang…………. Ucok………..” (berteriak)
Di tanah bekas pijakan istri dan anaknya itu, tiba-tiba ada mata air yang
menyembur.
Makin lama makin besar. Air itupun menenggelamkan Tuba yang tak peduli lagi
dengan apapun karena kehilangan istri dan anaknya. Lalu, air itu lama-lama
menjadi sebuah kumpulan air yang luas yang biasa disebut danau. Oleh rakyat
sekitar, danau ini disebut Danau Tuba yang namanya berasal dari nama laki-laki
yang tenggelam itu. Namun, karena rakyat sekitar sulit menyebut Tuba, maka
nama danau tersebut sekarang berubah menjadi Danau Toba

Anda mungkin juga menyukai