Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI

REVIEW

TRANSFORMASI KUALITAS SKALA BESAR

DALAM ORGANISASI PENGEMBANGAN HYBRID – STUDI KASUS

Disusun Oleh:

1. Ika Irwana (20911063)


2. Lia Nurfadhilah (20911064)
3. Luxy Ella Tessya Nova (20911065)
4. Merylin Indah Permata (20911066)

PRODI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS dan EKONOMIKA UII

2021
Jurnal : Transformasi Kualitas Skala Besar Dalam Organisasi Pengembangan

Hybrid – Studi Kasus

Volume & Halaman : Vol. IV/

Tahun : 22 September 2020

ISSN : 0164-1212

Penulis : Satya Pradhan, Venky Nanniyur

1. LATAR BELAKANG
Persaingan antar perusahaan di era globalisasi yang semakin ketat menuntut
perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah dan permintaan
yang berfluktuatif. Selain itu perusahaan harus memberikan produk atau layanan yang
memiliki kualitas yang baik dalam memenuhi permintaan pelanggan. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pasar, perusahaan harus melakukan transformasi agar produk yang
dimiliki tetap diminati oleh pasar. T
ransformasi yang dilakukan dapat dilakukan dengan menerapkan system
manajemen kualitas. Menurut Gaspersz (2001), Sistem manajemen kualitas
(QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk
manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk
(barang dan atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Dalam memperoleh
pelanggan, perusahaan tidak hanya memberikan pelayanan yang baik namun perusahaan
harus memberikan produk yang memiliki kualitas yang baik.
Dalam jurnal ini, terdapat studi kasus perusahaan Cysco system yang melakukan
transformasi kualitas skala besar dalam organisasi pengembangan Hybrid. Cysco system
merupakan perusahaan global yang menjual perangkat lunak. Dalam proses transformasi
Cysco System membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan dapat kita pelajari bahwa dalam
proses transformasi cysco terdapat keberhasilan dan kegagalan.

2. TUJUAN

Transformasi skala besar yang dilakukan perusahaan dibutuhkan dalam memenuhi


permintaan pasar dan juga salah satu cara perusahaan untuk mempertahankan pelanggannya.
Namun belum terdapat detail kerangka kerja dan implementasi transformasi suatu
perusahaan. Adanya jurnal ini memberikan pengalaman Cysco System dalam melakukan
transformasi skala besar dalam perusahaannya.

3. METODE

Organisasi pengembangan hybrid dengan peningkatan adopsi pengembangan Agile and


Continuous Integration / Continuous Delivery (CI / CD) praktik untuk produk yang lebih baru
sambil terus menggunakan metode Waterfall untuk produk yang lebih lama. Cisco memiliki
portofolio besar yang terdiri dari 100+ penawaran perangkat lunak dan perangkat keras di
bidang sakelar jaringan, router, nirkabel, IoT, keamanan, kolaborasi, dan manajemen jaringan.
Grup jaringan inti untuk perutean, pengalihan, dan produk tanpa kabel menggunakan
gabungan metodologi pengembangan Waterfall dan Agile.

a. Metode Waterfall

Metode Waterfall adalah salah satu jenis model pengembangan aplikasi dan termasuk ke
dalam classic life cycle yang berlangsung dalam urutan tetap, yang mana menekankan pada
fase yang berurutan dan sistematis. Untuk metode ini, dapat dianalogikan seperti air terjun, di
mana setiap tahap dikerjakan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah.

Kelebihan metode ini:

1) Relatif mudah dimengerti dan mudah digunakan


2) Requirement dari system bersifat stabil
3) Baik dalam manajemen control
4) Bekerja dengan baik Ketika kualitas lebih diutamakan diobandingkan dengan biaya dan
jadwal/deadline

Kekurangan metode ini:

1) Semua kebutuhan system harus diketahui di awal


2) Integrasi sekaligus di akhir system
3) Testing hanya dilakukan pada setiap akhir fase
4) Membutuhkan waktu yang cukup lama meski kadang proyeknya tidak terlalu besar
5) Perubahan equirement dapat merubah keseluruhan proses yang telah dilaksanakan

b. Metode Agile
Metode Agile adalah praktik yang mendukung pengulangan terus menerus dari
pengembangan dan pengujian dalam proses pengembangangan dan pengujian dalam proses
pengembangan perangkat lunak. Model ini melakukan aktivitas pengembangan secara
bersamaan dan mengarah ke lebih banyak komunikasi antara pelanggan.

Kelebihan metode ini:

1) Proses Iterative dan Incremental


2) Requirement dapat berubah sewaktu-waktu
3) Pelacakan requirement dengan melihat Backlog produk
4) Keterlibatan user secara aktif
5) Rilis yang lebih cepat dan berkala, fungsi dirilis setiap akhir iterasi
6) Testing dilakukan setiap saat

Kekurangan metode ini:

1) Interaksi dengan client yang kadang terlalu berlebihan


2) Agile sulit diimplementasikan dalam proyek yang berskala besar
3) Waktu perencanaan proyek yang singkat
4) Membutuhkan manajemen tim yang terlatih

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Model pengembangan perangkat lunak sangat beraneka ragam. Model pengembangan


perangkat lunak atau yang sering disebut dengan Software Development Life Cycle (SDLC)
yang diterapkan oleh perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Dalam pemenuhan
kebutuhan pasar yang berubah atau permintaan pasar yang berfluktuasi serta adanya tekanan
persaingan, perusahaan dituntut melakukan transformasi. Transformasi adalah usaha besar
yang berdampak pada semua aspek siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC),
termasuk manajemen kualitas. Keberhasilan perusahaan melakukan transformasi tergantung
bagaimana perencanan dan implementasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Cisco Systems adalah perusahaan yang memiliki portfolio besar yang memiliki
banyak penawaran perangkat lunak dan perangkat keras dbidang sakelar,router, nirkabel, lot,
kolaborasi, keamanan dan produk tanpa kabel menggunakan gabungan metodologi
pengembanga waterfall dan agile. Cisco System melakukan melakukan transformasi skala
besar dari system manajemen kualitas lama menjadi system modern. Dalam melakukan
transformasi, Cisco Systems mengalami keberhasilan dan kegagalan serta membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, butuh beberapa tahun untuk dapat menyelesaikan. Transformasi
skala besar yang dilakukan Cysco merupakan transformasi system manajemen kualitas pada
perangkat lunak.

Sistem manajemen kualitas pada perangkat lunak yang komprehensif memiliki


beberapa elemen penting antara lain:

1. Standarisasi Metrik
Dalam penerapan manajemen kualitas, perusahaan harus memiliki standar tertentu untuk
kualitas suatu produk. Perusahaan harus memiliki berbagai standar metrik kualitas sesuai
dengan metode pengembangan yang dimiliki oleh perusahaan. Tujuan adanya standarisasi
metrik agar perusahaan dapat mengukur kualitas terhadap produknya dan tidak terjadinya
kesenjangan terhadap pengukuran kualitas perusahaan satu dengan perusahaan yang lain.
2. Proses standarisasi
Penerapan manajemen kualitas di suatu perusahaan dibutuhkannya standarisasi terhadap
proses. Adanya standarisasi proses mendukung perusahaan dalam mencapai kualitas yang
diinginkan.
3. Pengukuran
Dalam penerapan system manajemen kualitas, perusahaan harus melakaukan pengukuran
terhadap kualitas produknya. Pengukuran yang akurat dan lengkap selama siklus hidup
produk merupakan elemen yang penting bagi transformasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan harus didasarkan data sesuai dengan
kenyataan atau sesuai dengan dilapangan terkait dengan kepuasan pelanggan, kinerja
system, kesesuaian standar matrik, kesesuaian standar proses dan data lainnya.
4. Pelaporan
Tujuan utama aplikasi pelaporan antara ain:
 Menyediakan satu sumber untuk semua metrik kualitas di perusahaan
 Memberikan tren dan wawasan untuk memungkinkan pelaksanaan program kualitas
yan efektif

Pelaporan terdiri dari enam kategori atau modul antara lain:

 Pandangan kepemimpinan
 Kualitas Teknik
 Kualitas Manufaktur
 Kualitas pengalaman pelanggan
 Analisis dan prediksi kualitas dan
 Kepatuhan Produk
5. Analisis Kualitas
Suatu perusahaan dalam melakukan transformasi adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar tersebut, perangkat lunak yang akan dirilis,
perusahaan harus memastikan bagaimana reaktif dilapangan terhadap kualitas perangkat
lunak. Hal tersebut dilakukan agar permasaahan kualitas perangkat lunak dapa diidentifikasi
dan diperbaiki sebelum perangkat lunak tersebut dirilis ke pelanggan. Analisis yang
dilakukan antara lain:
1. Klasifikasi kerusakan
Bagi perusahaan perangkat lunak yang menerapkan system manajemen kualitas
menyadari bahwa kerusakan pada perangkat lunak pasti akan ada sehingga perusahaan
harus bisa mengevaluasi kerusakan yang terjadi pada perangkat lunak dan melakukan
perbaikan khusunya kerusakan yang memiliki dampak besar. Dengan penerapan system
manajemen kualitas, perusahaan membuat suatu klasifikasi terhadap tingkat kerusakan
perangkat lunaknya dan juga tingkat prioritas. Sebagai contoh perusahaan Cysco
membuat klasifikasi tingkat kerusakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan.
Klasifikasi yang dibuat oleh Cysco terhadap perangkat lunaknya adalah sebagai berikut :
 Tampilan Stopper (SS)
Tampilan stoper merupakan salah satu kerusakan yang mempunyai dampak
yang parah pada lingkungan pelanggan. Kerusakan ini biasanya kurang kritis
daripada kegagalan katastropk dan dapat berdampak pada jumlah pelanggan
yang terbatas.
 Kerusakan yang berdampak operasional (OID)
Keruakan ini dapat menjadi gerbang penerapan ke beberapa pelanggan tapi
tidak kritis atau tersebar luas untuk diklasifiasikan sebagai Tampilan Stopper
 Kerusakan Regresi
Kerusakan yang menunjukan fungsionalitas yang bekerja di perangkat lunak
pada versi sebelumnya dan rusak dalam versi saat ini.
 Kerusakan yang berpotensi ditemukan oleh pelanggan
Kerusakan yang ditemukan secara internal dan jika tidak diperbaiki berpotensi
ditemukan oleh pelanggan.
2. Prediksi kerusakan
Perusahaan perangkat lunak harus bisa memprediksi kerusakan yang akan dialami
pelanggan karena memprediksi kerusakan merupakan salah satu bidang penelitian
dalam rekayasa peragkat lunak. Prediksi kerusakan sangat penting dilakukan
perusahaan dalam penerapan manajemen kualitas di suatu industry karena prediksi
kualitas pada suatu produk berguna dalam melakukan perencanaan sumberdaya dan
digukan untuk megevaluasi keefektifan pengujian selama melakukan pengembangan
perangkat lunak dan kegiatan pengujian. Selain itu dengan melakukan prediksi
kerusakan, perusahaan dapat memprediksi komponen yang rentan terhadap kerusakan
sehingga pengujian tambahan dan peningkatan kualitas untuk komponen tersebut
dapat dilakukan sebelum rilis kepada pelanggan.
6. Budaya Kepemimpinan
Dalam perusahaan yang memiliki budaya kualitas menunjukan empat elemen kunci antara
lain:
- Partisipasi proses
- Tanggung jawab
- Kredibilitas
- Pemberdayaan

Keberhasilan suatu perusahaan dalam melakukan evolusi rekayasa peragkat lunak adalah
orang – orang didalam suatu organisasi. Orang – orang yang melakukan evolusi rekayasan
perangkat lunak harus focus pada proses dan metode, melakukan komunikasi secara efektif
dan transparan.

Dalam penerapan transformasi disuatu perusahaan terdapat tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan. Tantangan yang dihadapi oleh perusaaan pada saat melakukan trasformasi antra lain:

1. Pada saat perusahaan menerapkan system lama


a) Metrik yang buruk
Perusahaan tidak memiliki standar metrik sehingga penggunaan standar metrik tidak
konsisten sehingga mempengaruhi pengalaman pelanggan.
b) Data dan system yang terfragmantasi
c) Kurangnya otomatisasi alur kerja ujung ke ujung
d) Masih terjebak dalam diagnosis.
2. Pada saat perusahaan bertransisi menggunakan system baru
a) Pengukuran
b) Tata Kelola kualitas
c) Integrasi data
d) Standardisasi

Transformasi di suatu perusahaan akan berhasil apabila terdapat keselarasan sasaran mutu dengan
sasaran strategis perusahaan. Selain itu partisipasi dan dukungan dari tim kepempinan eksekutif
untuk mempromosikan dan mendorong budaya kualitas juga sangat penting. Dalam melakukan
transformasi pada skala yang besar harus dilakukan dengan dukungan dan partisipasi aktif dari
pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai