Anda di halaman 1dari 6

Pemfis (Pemeriksaan Fisik)

Ada 2 metode yaitu:


1. Per system
2. Head too too
Ø KEADAAN UMUM
v KESADARAN
Adalah derajat hubungan antara hemispherium cerebri dan reticular activating system(bagian
atas batang otak)
Ada 2 macam kesadaran yaitu:
a) Keeasadaran kualitatif
1) Komposmentis: sadar baik/ sempurna
2) Apatis : Perhatian kurang/ acuh
3) Somnolens : Mudah tertidur (sedang diajak bicara)
4) Delirium : Tidak sadar/ disorientasi pada orang lain
5) Sofor : Mirip koma, reaksi pupil utuh
6) Soforkomatus : Hanya tinggal refek kornea
7) Koma : Tidak ada reflek apapun
TEKANAN DARAH
a) Hipotensi : Kurang dari 110/70 mmHg
b) Hipertensi : Lebih dari 140/90 mmHg
c) Normal : 120/80 mmHg
Pengkuran Dapat dilakukan di:
o Ekstermitas atas
I. Lengan 2cm di atas fosakubiliti
o Ekstermitas bawah
I. Femur
II. Dorsal
v DENYUT NADI
a) Bradycardi : Kurang dari 60 x/mnt
b) Normal : Antara 60-80 x/mnt 
c) Tachycardi : Lebih dari 100 x/mnt
Pengukuran denyut nadi Dapat dilakukan di:
I. Arteri Radialis
II. Arteri Brakialis
III. Arter Karots (Leher)
IV. Arteri Femoralis (paha)
V. Arteri Dorsopedis (Tungkai)
v RR (Respiration Rage) Pernafasan, Normalnya:
a) 16-24 x/mnt (Robert priharjo, 2006)
b) 14-20 x/mnt (Barbara bates, 1998)
c) 12-18 x/mnt (Asril bahar, Aryanto suwondo)
v SUHU TUBUH, Normalnya:
a) Bayi : 35,5-37,5*C
b) Dewasa : 36,5-37,6*C
c) Lansia : 36*C
Menurut letaknya pengukuran suhu tubuh Dapat dilakukan di:
o Oral : 37*C
o Axila : 36,7*C
o Recta: 37,5*C
(Patricia A. potter, 1996)
v TINGGI BADAN (TB)
a) Suruh pasien lepas alas kaki
b) Suruh pasien berdiri tegak tanpa berjinjit
c) Ukur tinggi pasien dengan alat pengukur
v BERAT BADAN (BB)
a) Lepas alas kaki atau sejenisnya
b) Ukur berat badan pasien dengan timbangan
v POSTER TUBUH
a) ASTENIKUS : Bentuk tubuh tinggi, kurus, dada rata/ cekung, otot-otot tidak bertumbuh
dengan baik.
b) ATLETIKUS : Bentuk tubuh olahragawan, kepala dan dagu terangkat keatas, dada penuh,
perut rata.
c) PICNIKUS : Bentuk tubuh bulat, penuh dengan penimbunan jaringan lemak subkutan.
d) AKROMEGALI : Kepala lebih besar dari biasanya, hidung, serta rahang ke bawah membesar.
Kelainan bentuk tulang belakang:
c) KIFOSIS : Lengkung tulang belakang ke arah belakang yang abnormal pada pasien TBC
tulang dan penyakit kaget.
d) LORDOSIS : Lengkung tulang belakang ke arah depan yang abnormal pada pasien TBC
tu;ang panggul.
e) SKOLIOSIS : Lengkung tulang belakang ke arah yang abnormal pada pasien poliomyelitis.
v AFFECT/ EMOSI
a) Marah/ tidak
b) Sedih/ gembira
c) Kaji dadri nada, intonasi saat pasien menjawab pertanyaan yang kita ajukan.
v CARA BERFIKIR
a) Berbelit-belit/ tidak.
b) Berputar-putar/ tidak.
v CARA BICARA
a) Logis/ tidak logis.
v CARA BERPAKAIAN
a) Rapi/ tidak.
b) Cara bersisir.
HEAD TOO-TOO
v RAMBUT
a) Pertumbuhan merata/ tidak.
b) Ada ketombe/ tidak.
c) Rambut utuh/ bercabang.
d) Warna rambut.
e) Rambut rontok/ tidak.
f) Kulit kepala bersisik/ tidak.
g) Tekan bagian kepala terasa nyeri/ tidak
h) Raba baguan kepala ada benjolan abnormal/ tidak
v WAJAH
a) Ekspresi wajah (Tenang, gelisah, ketakutan, menyeringai kesakitan, gembira).
b) Simetris/ tidak.
c) Ada jerawat/ tidak.
d) Ada lesi/ tidak.
e) Apakah ada benjolan abnormal/ tidak.
f) Kita tekan terasa nyeri/ tidak.
v KULIT
a) Warna kulit merata/ tidak.
b) Ada benjolan abnormal/ tidak.
c) Pertumbuhan rambut merata/ tidak.
d) Kaji kelembaban kulit, kering/ tidak.
e) Apakah ada odim/ tidak.
f) Adanya turgor/ tidak.
v MATA
A) Bola mata
I. Kaji bentuk bola mata menonjol keluar/ tertarik ke dalam.
II. Kaji gerakan bola mata (normal atau juling).
III. Amati lapang pandang.
IV. Amati Apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu mengalami deviasi.
B) Kelopak mata
I. Kaji adanya xantelasma (bercak kekuningan pada kulit keloppak mata).
II. Ada odim/ tidak(keloppak mata membengkak/ tidak).
III. Ada pendarahan/ tidak.
C) Pupil
I. Periksa bentuk dan lebarnya/
II. Isokor(kedua bentuk pupil mentuknya sama), Anisokor (bentuk kedua pupil tidak sama).
III. Miosis(pupil mengecil), Midriasis (pupil membesar).
IV. Kaji reflek pupil dengan cahaya.
D) Kojungtiva
I. Hiperemis berwarna kemerahan.
II. Normal berwarna merah muda.
III. Anemis berwarna putih.
E) Lensa
I. Katarak (lensa keruh seperti berawan pada pasien Diabetes Militus).
F) Vinus ( Dengan menggunakan snellen chart).
I. Emetrop (penglihatan sempurna).
II. Hipermetop (Rabun jauh).
III. Miopi (Rabun dekat).
IV. Presbiopi (gangguan penglihatan karena daya akomodasi sehingga bayangan jatuh di
belakan retina).
V. Buta warna (tidak bisa membedakan warna).
G. Kaji kelenjar lakrimalis dengan pasien disuruh menutup mata lalu kelopak maya kita pijat,
terus pasien disuruh membuka matanya, apabila mata berkaca-kaca maka mata pasien
dianggap normal bila tidak maka mata pasien tidak normal.
v HIDUNG
a) Simetris/ tidak.
b) Kita kaji produksi secret.
c) Ada benjolan (Polip)/ tidak.
d) Kaji adanya nyeri tekan pada sinus frontalis dan sinus maksilaris.
v MULUT
a) Sianosis, pucat, kelitis (Tanda-ttanda radang pada bibir).
b) Bentuk bibir.
c) Keadaan bibir lembab/ kering.
d) Bibir ada sariawan/ tidak (Stomatitis).
e) Ada dermatitis simplek tidak (Nyeri/ gatal karena kuman), herpes (Panas nyeri).
f) Gusi adanya pembengkakan/ tidak.
g) Gigi kajji jumlahnya, ada yang tanggal/ tidak, patah.
h) Ada karries/ tidak.
i) Ada abses/ tidak.
j) Lidah adanya papilla bengkak (Glositis).
k) Ketidaksimetrisan.
l) Adanya lesi
m) Keadaan lidah kotor/ bersih (Tonsil).
n) Langit-langit mulut, faring adanya kemerahan/ eksudat (Faringitis).
o) Ketidaksimetrisan dari langit-langit lunak saat pasien mengucapkan “AH”.
p) Bau mulut (Bisa menyebabkan berkurangnya nafsu makan).
v TELINGA
a) Amati bentuk, kebersihan, dan warna pada telinga.
b) Apakah ada peningkatan produksi serumen/ tidak.
c) Dengan menggunakan otoscop kita periksa bagian dalam telinga.
d) Palpasi telinga dengan ibu jari dan jari telunjuk.
e) Ppalpasi karilago telinga luar secara sistematia yaitu dari jaringan lunak, kemudian jaringan
keras, catat bila ada nyeri.
Dengan menggunakan garbu tala kita tes system pendengaran pasien.
a) Test rine
I. Garbu tala dibunyikan secara ringan.
II. Taruh alas alat di prosesus mastoedeus sampai pasien tidak mendengar.
III. Kemudian cepat pindah garbu tala ke liang telinga.
IV. Lalu tanakan pada pasien apakah masih mendengar getaran suara atau tidak.
b) Test weber
I. Garbu tala dibunyikan secara ringan.
II. Letakan garbu tala pada puncak kepala/ tengah-tengah dahi.
III. Kemuian tanyakan kepada pasien Dapat mendengar secara normal/ tidak.
v LEHER
a) Kita kaji keadaan leher pasien simetris/ tidak.
b) Suruh pasien melihat kesamping lalu pasien disuruh menggigit terjadi pembesaran vena
jugularis/ tidak.
c) Kaji kelenjar limfe.
d) Kaji kelenjar tiroid (Gondok).
e) Kita tekan leher pasien dengan kedua tangan kita, lalu kita suruh pasien untuk menelan, bisa/
tidak.
f) Periksa letak trakea (Terdorong/ tertarik).
v DADA
a) Kita kaji keadaan dada pasien simetris/ tidak.
b) Apakah ada bulu dada/ tidak.
c) Kaji kedalaman nafas
d) Lakukan palpasi ICS 1-2-3.
e) Lakukan perkusi pada sela tulang ICS dengan 3jari
f) Auskultasi:
I. Suara paru-paru normal broncovesikuler.
II. Suara tambahan:
1) Ronchi: Suaranya kasar seperti orang mendengkur, terdengar saat ekspirasi. suara ini hilang
saat pasien disuruh batuk.
2) Rales: Suarannya seperti gelembung air yang keluar, terdengar saat inspirasi. Suara ini tidak
hilang walaupun pasien disuruh batuk.
3) Wheezing: Suaranya seperti orang meniup, terdengar saat inspirasi. Contohnya pada pasien
bronchitis.
4) Friction rub: Suaranyaa kering/ gesekan, terdengar saat inspirasi/ ekspirasi.
v PAYUDARA
a) Inspeksi bentuk, ukuran dan kesimetrisan payudara.
b) Kaji warna, apakah ada lesi, vaskularisasi dan edema pada kulit payudara.
c) Lihat adanya rabas, ulkus, pergerakan, atau pembengkakan pada puting susu.
d) Lakukan palpasi di sekitar puting susu untuk mengetahui adanya rabas.
e) Tekankan telapak tangan/ tiga jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran samping
atas. Lakukan palpasi dinding dada dengan gerakan memutar dari tepi menuju aerola dan
searah jarum jam.
v PERUT
a) Amati bentuk perut simetris/ tidak.
b) Amati kedalaman nafas, normal/ tidak.
c) Perkusi bagian kiri atas (gaster/ lambung), normal (Timpani), kembung (hipertimpani).
d) Perkusi bagian kanan bawah (Appendiks).
e) Perkusi bagian kiri bawah (paru dan ginjal).
f) Perkusi bagian kanan atas (hepar).
g) Auskultasi bising usus normalnya 5-12 x/mnt.
v GENETALIA
1. Pria
a) Amati kebersihan genetalia.
b) Amati penyebaran bulu pubis.
c) Inspeksi kulit, ukuran dan adanya kelainan pada penis.
d) Bila pasien belum dikhitan maka, pegang penis dan buka kulup penis, amati lubang uretra dan
kepala penis untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut, benjolan, peradangan, dan rabas.
e) Inspeksi skrotum bila ada kemerahan, bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau nodular. Angkat
skrotum dan lihat area di belakangnya.
f) Palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri, benjolan dan kemungkinan adanya cairan
kental yang keluar.
g) Palpai skrotum dan testis dengan menggunakkan jempol dan tiga jari pertama, perhatikan
ukuran, konsistensi, bentuk dan kelicinannya.
h) Palpasi epididimis yang memanjang dari puncak testis sampai ke belakang.
i) Palpas saluran sperma dengan jempul dan jari tekunjuk.
j) Inspeksi dan palpasi hernia.
I. palpasi hernia inguinalis, minta pasien berdiri dengan satu kaki. Kaki pada sisi yang akan
diperiksa ditekuk.
II. Gunakan tangan kanan untuk sisi kanan pasien dan tangan kiri untuk sisi kiri pasien.
III. Masukkan jari telunjuk ke dalam kulit skrotum dan dorong ke atas annulus inguinalis
superfisialis.
IV. Bila anulus membesar, minta pasien untuk batuk biasanya hernia inguinalis teraba dengan
cara ini.
V. Palpasi hernia femorals, palpasi paha anterior pada area femoral
VI. Minta pasien untuk batuk
VII. Lihat adanya setiap pembengkakan atau nyeri pada area tersebut.
VIII. Minta pasien untuk berbaring hernia sering kali kembali ke abdomen.
2. Wanita
I. Amati pertumbuhan dan penyebaran bulu pubis merata/ tidak.
II. Amati kulit area pubis, perhatikan ada lesi, eritema, fisura, leukloppakia, dan ekskoriasi.
III. Buka labia mayora dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora, klitoris, dan meatus
uretra. Perhatikan ada pembengkakan, ulkus, rabas atau nodular.
v EKSTERMITAS ATAS
a) Kaji kekuatan otot.
b) Kaji rotasi.
c) Kaji reflek otot rekstor.
d) CRT (Capiler Refile Time), pada kuku jari.
e) Kaji reflek bisep (lengan bagian atas).
f) Kaji reflek trisep (lengan bagian bawah).
g) Kaji fleksor dan ekstensor pergelangan tangan dengan menentang tahanan.
v EKSTERMITAS BAWAH
a) Kaji setiap persendian.
b) Apakah ada odim/ tidak.
c) Bisa fleksi/ tidak.
d) Reflek patel pada patela.
e) Kaji reflek balbinski pada telapak kaki (plantar).
f) Kaji reflek tendon aksiles pada tungkai(dorsopedis).
v RECTUM/ ANUS
a) Inspeksi apakah ada hemoroid, lesi, atau kemerahan.
b) Palpasi, pakai sarung tangan yang dilumasi pada jari tulunjuk.
c) Masukkan ke dalam rectum ppalpasi pada dindingnya ada nodular, massa, atau serta nyari
tekan.
d) Setelah itu tark kembali jari amati keadaan warna feses pada sarung tangan.

Anda mungkin juga menyukai