Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Kejahatan Seksual Terhadap Subjek Reynhard Sinaga


Terhadap Kewaspadaan Laki-Laki
SMA NEGERI 5 BEKASI

Disusun Oleh:

1. Adinda Nariswari Herzani


2. Bagas Ghulam Maulana
3. Davin Fayzan Budicahyanto
4. Febriana Nur Aulia
5. Maritsa Rafa Adristi N.
6. Mutiara Camelia Azzahra

Jalan Gamprit Raya, RT.007/RW.014, Jatiwaringin Asri, Kec. Pondok Gede, Kota
Bekasi, Jawa Barat 17411
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring makin majunya perkembangan zaman, makin sarat pula beban sosial dan
beban kriminalitas dalam masyarakat. Perkembangan ini membawa dampak pada
kehidupan sosial dari masyarakatnya, pesatnya kemajuan yang sedang dialami, juga
membawa dampak timbulnya berbagai bentuk kejahatan. Masalah kejahatan dalam
masyarakat akhir-akhir ini merupakan fenomena yang selalu menjadi topik pembicaraan
karena senantiasa melingkupi kehidupan bermasyarakat.

Ketika berbicara tentang kejahatan, sebenarnya banyak hal yang dapat diulas. Paling
tidak dimulai dengan definisi kejahatan. Kejahatan sering diartikan sebagai perilaku
pelanggaran aturan hukum akibatnya seseorang dapat dijerat hukuman. Kejahatan terjadi
ketika seseorang melanggar hukum baik secara langsung maupun tidak langsung, atau
bentuk kelalaian yang dapat berakibat pada hukuman.

Kejahatan merupakan delik hukum, yakni peristiwa-peristiwa yang berlawanan atau


bertentangan dengan asas-asas hukum yang hidup di dalam keyakinan hidup manusia dan
terlepas dari undang-undang (G.W. Bawengan, 1974: 22). Kemudian, Departemen
Pendidikan Nasional (2008: 557) memberikan batasan pengertian kejahatan sebagai
perbuatan yang jahat yang melanggar hukum, perilaku yang bertentangan dengan nilai dan
norma yang telah disahkan oleh hukum tertulis. Selanjutnya, ketika membicarakan
kejahatan kita juga perlu mengidentifikasi pelaku dan korban. Pelaku adalah orang yang
melakukan tindakan melanggar hak dan kesejahteraan hidup seseorang, sedangkan korban
adalah orang yang terlanggar hak dan kesejahteraan hidupnya.
Bentuk kejahatan dalam hukum pidana sebagai tindak pidana merupakan suatu
perbuatan yang dilarang oleh peraturan hukum pidana dan disertai dengan adanya sanksi
pidana untuk yang melanggarnya. Perbuatan pidana selalu menuju kepada sifat perbuatan
yang dilarang oleh peraturan hukum dan pertanggungjawaban pidana menuju pada orang
yang melanggar dan dapat dijatuhi pidana, sehingga yang dilarang oleh aturan hukum
adalah perbuatannya.

Menurut Urie Brofenbenner, terdapat interaksi faktor personal (si individu itu
sendiri, termasuk di dalamnya aspek kepribadian, trauma, aspek biologis) dengan faktor
sistem sosial di sekelilingnya. Artinya perilaku kejahatan akan muncul sebagai interaksi
antara faktor personal dan faktor lingkungan yang harus dapat diidentifikasi. Contohnya:
seseorang yang memiliki gangguan kepribadian, pernah mengalami pola pengasuhan
traumatis dan saat ini hidup di lingkungan yang tidak peduli hukum dapat membuatnya
lebih mudah melakukan kejahatan.

Kejahatan secara umum dapat dibedakan dalam beberapa macam: kejahatan


personal (pelaku dan korban kejahatan adalah sama), interpersonal (ada pelaku yang
merugikan orang lain), dan kejahatan sosial masyarakat (efek kejahatan pelaku merugikan
kehidupan orang banyak di masyarakat). Dari segi pelaksanaannya kejahatan juga bisa
dibagi menjadi kejahatan terorganisir (sering disebut kejahatan “kerah putih” yang
memiliki sistem dan perencanaan serta keahlian dalam melakukan kejahatan) dan tidak
teroganisir (kejahatan yang dilakukan tanpa perencanaan dan dilakukan oleh orang yang
belum punya keahlian khusus atau amatir). Secara pidana, ada beberapa contoh perilaku
kejahatan: pembunuhan, tindak kekerasan, pemerkosaan, pencurian, perampokan,
perampasan, penipuan, penganiayaan, penyalahgunaan zat dan obat, dan masih banyak
jenis kejahatan lainnya.

Kejahatan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Bahkan perilaku kejahatan yang


sama dapat didasari oleh alasan yang berbeda. Misalkan perlaku mencuri, seorang
melakukannya untuk bertahan hidup, sedang yang lain untuk mencari uang sebanyak
mungkin agar bisa menghindari pekerjaan sesedikit mungkin. Berbagai penjelasan teori
kejahatan di atas dapat digunakan untuk memahami kasus-kasus kejahatan. Mengapa dan
bagaimana perilaku kejahatan dapat muncul dalam suatu kasus kejahatan. Kepekaan dan
keahlian dalam memilah-milah perspektif teori dalam menjelaskan kejahatan sangat
dibutuhkan dalam mencari titik terang suatu kasus kejahatan.

Kejahatan kekerasan merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam masyarakat


yang perkembangannya semakin beragam baik motif, sifat, bentuk, intensitas maupun
modus operandinya. Sebagai suatu kenyataan sosial masalah kriminalitas ini tidak dapat
dihindari dan memang selalu ada, sehingga menimbulkan keresahan karena kriminalitas
dianggap sebagai suatu gangguan terhadap kesejahteraan masyarakat serta lingkungannya.

Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual yang merupakan salah satu bentuk
kejahatan kekerasan, bukan hanya menimpa perempuan dewasa, namun juga perempuan
yang tergolong di bawah umur (anak-anak). Kejahatan kekerasan seksual ini juga tidak
hanya berlangsung dilingkungan perusahaan, perkantoran, atau ditempat-tempat tertentu
yang memberikan peluang manusia berlainan jenis dapat saling berkomunikasi, namun juga
dapat terjadi di lingkungan keluarga.

Istilah kekerasan seksual adalah perbuatan yang dapat dikategorikan hubungan dan
tingkah laku seksual yang tidak wajar, sehingga menimbulkan kerugian dan akibat yang
serius bagi para korban. Kekerasan seksual (perkosaan) membawa dampak pada fisik dan
psikis yang permanen dan berjangka panjang. Kejahatan kekerasan seksual (perkosaan)
yang tidak surut oleh perkembangan jaman, kemajuan teknologi, dan kemajuan pola pikir
manusia, menjadi salah satu kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat di tengah-
tengah perkembangan-perkembangan tersebut. Kekerasan maupun kejahatan seksual tidak
hanya tertuju pada korban yang heteroseksual, banyak tindakan kekerasan seksual yang
terjadi dimana korbannya justru adalah seorang homoseksual atau LGBT (Lesbian, Gay,
Bisexual, Transgender).

American Psychiatry Association (APA) menjelaskan bahwa LGBT adalah


kependekan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender. Huruf “LGB” dalam terminologi
ini mengacu pada orientasi seksual, yang diartikan sebagai pola yang kerap muncul baik
berupa emosi, romantic dan/atau ketertarikan seksual antara laki-laki terhadap perempuan
atau perempuan terhadap laki-laki (heteroseksual), antara perempuan terhadap perempuan
atau laki-laki terhadap laki-laki (homoseksual), atau oleh laki-laki atau perempuan terhadap
kedua jenis kelamin (biseksual).

Huruf “T” dalam LGBT berasal dari kata transgender atau gender yang non-
conforming, dan merupakan istilah payung bagi mereka yang identitas atau ekspresi
gendernya tidak mengikuti yang biasanya diasosiasikan dengan jenis kelamin yang mereka
miliki saat lahir. Beberapa tidak mengidentifikasikan dirinya sebagai laki-laki atau
perempuan, lebih memilih menggunakan istilah “genderqueer”. Orientasi seksual dan
identitas gender tidak sama, keduanya mencerminkan bentuk-bentuk pelanggaran norma
gender dan memiliki keterkaitan sejarah sosial dan politik.

Belakangan ini Indonesia begitu banyak dijadikan bahan perbincangan oleh dunia
internasional. Sayangnya bukan karena prestasi melainkan karena kasus salah seorang
warga negara Indonesia yaitu Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga atau Reynhard Sinaga
(36). Reynhard Sinaga, pria asal Indonesia berusia 36 tahun, tiba-tiba menjadi pemberitaan
media massa dunia. Pada 6 Januari 2020, setelah menjalani 4 kali persidangan, pengadilan
Manchester, Inggris menjatuhkan vonis seumur hidup, dengan menjalani minimal 30 tahun
penjara untuk bisa mengajukan pengampunan.

Pria yang tinggal di sebuah flat di Manchester itu dihukum karena terbukti bersalah
atas 159 pelanggaran, dengan rincian 136 perkosaan, delapan percobaan perkosaan, 13
kekerasan seksual, dan dua penetrasi seksual, selama rentang waktu dua setengah tahun dari
1 Januari 2015 sampai 2 Juni 2017. Yang mengejutkan, semua korban adalah pria.
Disebutkan, korban perkosaan sebanyak 48 orang. Namun, kepolisian Manchester yakin
jumlah korban mencapai 195 orang. Korbannya berusia antara 18 hingga 36 tahun.

Modus Reynhard menawarkan tumpangan kepada korban di flatnya. Reynhard


kemudian memberikan minuman keras yang sudah dicampur obat gamma-Hydroxybutyric
acid (GHB). Setelah korbannya tak sadarkan diri, Reynhard melakukan aksinya dan
merekam melalui telepon selulernya. Para korban mengalami trauma mendalam, dan
sebagian "mencoba bunuh diri" akibat tindakan "predator setan" Reynhard. Ada banyak
dampak buruk psikis saat laki-laki menjadi korban kejahatan seksual. Apalagi masih
banyak korban yang belum melapor.

Menanggapi kasus ini, aktivis gender dari Indonesian Queer Feminist Activist, Lini
Zurlia mengatakan, dalam tatanan masyarakat patriarki seperti Indonesia, pria memperkosa
pria tidak pernah terbayangkan sebagai sebuah kejahatan luar biasa. Ia menerangkan,
masyarakat Indonesia sudah terkonstruksi pemahaman bahwa perempuan biasanya sebagai
korban perkosaan.

Kasus ini membuka mata dunia bahwa tidak hanya perempuan yang dapat
diperkosa. Hal ini tentu membuat sebagian besar masyarakat khususnya laki-laki lebih
waspada. Fakta yang membuat dunia lebih terkejut adalah Reynhard ini merupakan orang
yang berpendidikan dan berkecukupan. Kalau hanya melihat dari latar belakangnya seperti
tidak mungkin ia memperkosa ratusan lelaki dengan begitu kejamnya.

Melihat begitu ramainya tanggapan warga Indonesia terhadap kasus Reynhard


Sinaga ini dan berdasarkan fakta-fakta yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
menganalisis tanggapan warga laki-laki, terutama beberapa murid laki-laki SMA Negeri 5
Bekasi, mengenai kasus pelecehan seksual yang dilakukan Reynhard Sinaga ini. Penulis
juga tertarik untuk mengetahui seberapa waspada warga laki-laki, terutama para murid laki-
laki yang masih seorang remaja, setelah mendengar kasus Reynhard ini. Oleh karena itu,
penulis memutuskan untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh
Kejahatan Seksual terhadap Subjek Reynhard Sinaga terhadap Kewaspadaan Laki-laki”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan para laki-laki setelah mendengar kasus Reynhard ini?
2. Bagaimana sikap para laki-laki terhadap lelaki yang lain setelah mendengar kasus
Reynhard ini?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan mengadakan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pendapat para lelaki terhadap kasus Reynhard ini.
2. Mengetahui tingkat kewaspadaan lelaki terhadap pergaulan maupun lingkungan
sekitar.
BAB II

DASAR TEORI

Definisi Kekerasan Seksual

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata kekerasan diartikan sebagai:
a) perihal yang bersifat, berciri keras, b) perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang
menyebabkan kerusakan fisik atau barang, c) paksaan (KBBI, 2005: 550). Sedangkan
menurut ahli, kekerasan didefinisikan sebagai wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik
yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan pada orang lain, dimana salah satu
unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya
persetujuan pihak lain yang dilukai (Wahid, dkk, 2001: 54). Dalam pengertian psikologi,
kekerasan merupakan perbuatan yang dapat menimbulkan luka fisik, pingsan maupun
kematian (Sukanto, 1980: 34). Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, penulis
menyimpulkan bahwa kekerasan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan secara paksa
oleh pelaku kepada korbannya, yang menyebabkan korban menderita baik secara fisik,
materi, mental maupun psikis.

Setelah mengetahui pengertian kekerasan, tak lupa pula pembahasan pengertian


seksual untuk dibahas di sini. Pengertian seksual menurut KBBI adalah a) berkenaan
dengan seks (jenis kelamin), b) berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan
perempuan. Dengan demikian, kekerasan seksual mempunyai makna yaitu sebuah yang
berhubungan dengan hubungan seksualitas yang dilakukan oleh pelaku kepada korbannya
dengan cara memaksa atau tanpa persetujuan, yang mengakibatkan korban menderita baik
secara fisik, materi, mental maupun psikis. Istilah kekerasan seksual sendiri dapat
menggambarkan berbagai tindakan kriminal yang bersifat seksual, dari mulai menyentuh
dan mencium yang tidak diinginkan, menggosok, meraba-raba atau memaksa korban untuk
menyentuh pelaku dengan cara seksual. Ini termasuk tindakan yang tidak dikodifikasikan
dalam hukum sebagai kriminal tetapi berbahaya dan traumatis.

Kekerasan seksual tak selamanya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan


seksualitas. Kekerasan seksual juga termasuk menggunakan janji palsu, tekanan yang
mendesak, komentar kasar atau ancaman reputasi untuk memaksa tindakan seksual. Ini
dapat mencakup tindakan non-kontak seperti lonceng dan peluit, yang dapat membuat
seseorang merasa terobjek dan menjadi korban. Ini termasuk berbagi gambar eksplisit
melalui media elektronik, paparan alat kelamin, dan diam-diam melihat orang lain telanjang
atau saat berhubungan seks. Berdasarkan paparan yang telah disampaikan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa kekerasan seksual tidak hanya sebatas hal-hal yang berhubungan
dengan keintiman yang memerlukan kontak fisik secara langsung melainkan kata-kata atau
alat yang dapat membuat seseorang merasa terlecehkan pun dapat dikategorikan dalam
kekerasan seksual. Karena pada dasarnya kekerasan seksual ini termasuk dalam istilah
pemerkosaan. Pemerkosaan jelas merupakan bentuk paling berat dari kekerasan seksual.
Pemerkosaan merupakan tindakan pemaksaan hasrat seksual yang dilakukan oleh seseorang
yang mempunyai kekuatan lebih kepada seseorang yang dianggap lemah. Pemerkosaan
jelas melanggar hukum, dan pelakunya dijerat dalam perundang-undangan.

Definisi Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah istilah yang jauh lebih luas daripada kekerasan seksual,
yang mencakup tiga kategori perilaku yang tidak diizinkan. Salah satunya adalah paksaan
seksual - secara hukum disebut "Quid Pro Quo Harassment" - mengacu pada upaya
implisit atau eksplisit untuk membuat kondisi kerja bergantung pada kerja sama seksual.
Skenario klasik "tidur dengan saya atau anda dipecat" adalah contoh sempurna dari paksaan
seksual. Ini adalah bentuk pelecehan seksual yang paling stereotipikal, tetapi juga yang
paling langka.
Bentuk pelecehan seksual yang kedua dan lebih umum adalah perhatian seksual
yang tidak diinginkan seperti sentuhan yang tidak diinginkan, pelukan, membelai,
berciuman, dan tekanan tanpa henti untuk kencan atau perilaku seksual. Untuk membentuk
pelecehan seksual yang melanggar hukum, kemajuan seksual harus tidak diterima dan tidak
menyenangkan bagi penerima. Perhatian seksual yang tidak diinginkan dapat mencakup
serangan seksual dan bahkan pemerkosaan. Jika seorang majikan dipaksa mencium dan
meraba-raba seorang resepsionis tanpa persetujuannya, ini akan menjadi contoh dari
perhatian seksual yang tidak diinginkan dan pelecehan seksual - baik pelanggaran sipil
maupun kejahatan.

Manifestasi ketiga dan paling umum ini adalah pelecehan gender: perilaku yang
merendahkan orang berdasarkan jenis kelamin, tetapi tidak mengandung minat seksual.
Pelecehan gender dapat mencakup istilah dan gambar seksual kasar, misalnya, komentar
yang merendahkan tentang tubuh atau aktivitas seksual, grafiti yang menyebut wanita
“cunts” atau laki-laki “pussies.” Lebih sering daripada tidak, meskipun, itu benar-benar
seksis, seperti komentar yang menghina tentang perempuan yang tidak cocok untuk
kepemimpinan atau laki-laki tidak memiliki tempat dalam pengasuhan anak. Tindakan
semacam itu merupakan pelecehan seksual karena memang demikian berbasis seks, bukan
karena mereka melibatkan seksualitas. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pelecehan seksual memiliki jenis-jenis diantaranya berupa perhatian
seksual yang tidak diinginkan, pelecehan gender, dan pelecehan yang melibatkan kontak
fisik di dalamnya.

Selama ini pemerkosaan selalu dipandang oleh masyarakat sebagai masalah wanita
dimana pelakunya adalah laki-laki dan korbannya wanita. Namun, sekarang ini tidak lagi
dapat diterima bahwa pemerkosaan dan kekerasan seksual hanya dilakukan oleh pria
terhadap wanita melainkan dapat juga dilakukan oleh pria terhadap pria. Gagasan bahwa
pemerkosaan adalah sesuatu yang hanya terjadi pada perempuan, membuat korban
pemerkosaan laki-laki bungkam. Sebagian besar insiden pemerkosaan dan kekerasan
seksual masih belum dilaporkan karena rasa malu dan stigma yang melekat pada korban
kekerasan seksual. Terlebih adanya budaya patriarki yang melekat di masyarakat dimana
laki-laki seharusnya menampilkan kesan maskulin. Dengan adanya stereotip seperti itu,
membuat sangat sedikit pria yang akan mengakses polisi untuk melaporkan pemerkosaan,
mereka tidak ingin merasa kurang sebagai pria, tidak ingin dianggap sebagai gay.

Penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan rata-rata 20 hingga 30 tahun bagi laki-


laki dan anak laki-laki untuk mengungkapkan pemerkosaan dan pelecehan seksual, dan
menurut pengambilan sampel oleh Kemitraan Penyintas Laki-laki, 21% memakan waktu 31
tahun. Data klien Survivors UK, berdasarkan lebih dari 600 catatan, menemukan bahwa
kurang dari 4% pria yang mengalami kekerasan seksual melaporkan pelecehan mereka
kepada polisi.

Menghubungkan dengan kasus yang akan dijadikan subjek dalam proposal


penelitian kali ini mengenai kasus Reynhard Sinaga, seorang pria asal Indonesia, dihukum
seumur hidup oleh Pengadilan Manchester, Inggris dalam 159 kasus pemerkosaan dan
serangan seksual terhadap 48 korban pria, selama rentang waktu dua setengah tahun dari 1
Januari 2015 sampai 2 Juni 2017. Di antara 159 kasus tersebut terdapat 136 perkosaan, di
mana sejumlah korban diperkosa berkali-kali. Reynhard telah memperkosa 195 lelaki di
inggris dan mendapat predikat 'The Worst Rapist In The World'. Pejabat dari unit kejahatan
khusus, Kepolisian Manchester Raya, Mabs Hussain, menyebutkan pemerkosaan berantai
ini adalah "Kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah hukum Inggris".

Reynhard Sinaga disebutkan melakukan tindak pemerkosaan ini di apartemennya di


pusat kota Manchester. Ia dengan berbagai cara mengajak korban ke tempat tinggalnya dan
membius mereka dengan obat gamma-Hydroxybutyric acid (GHB) yang dicampur
minuman beralkohol. Ketika mangsanya mulai tak sadarkan diri, Reynhard langsung
membawanya ke dalam apartemen untuk kemudian melancarkan aksi bejatnya. Bahkan, ia
mengabadikan 'momen' saat ia memperkosa korban-korbannya di dalam telepon selulernya.
Reynhard merekam dan mengoleksi adegan perkosaan hingga 3,29 terabyte atau setara 250
keping DVD.

Kurang lebih 98 persen lelaki yg diperkosa adalah lelaki normal yang menyukai
wanita. Sejak awal persidangan, Reynhard selalu mengatakan hubungan seksual itu
dilakukan atas dasar suka sama suka. Dalam sidang vonis, Jaksa Penuntut memaparkan
dampak pemerkosaan yang dialami para korban. Para korban mengalami trauma mendalam,
dan sebagian mencoba bunuh diri akibat tindakan "predator setan" Reynhard. Ada banyak
dampak buruk psikis saat laki-laki menjadi korban kejahatan seksual. Apalagi masih
banyak korban yang belum melapor.

Memiliki latar belakang sebagai orang yang berpendidikan dan berkecukupan,


membuat orang tidak menyangka Reynhard bisa melakukan hal sekeji itu . Ia merupakan
alumni dari Universitas Indonesia jurusan arsitektur dan lulus tahun 2006 dengan gelar
sarjana. Universitas ini sendiri terkenal dengan seleksinya yang ketat dan hanya orang-
orang cerdas yang bisa belajar di sana. Kemudian, ia pindah ke Britania Raya untuk
melanjutkan pendidikan di Universitas Manchester dan berhasil mendapat gelar magister
dari jurusan tata kota tahun 2009 dan sosiologi tahun 2011.  Reynhard Sinaga ini sendiri
berasal dari keluarga kaya yang tinggal di Depok, Jawa Barat. Reynhard tak pernah hidup
kekurangan di Manchester berkat kiriman uang dari orangtuanya yang merupakan
pengusaha sawit dan juga properti.

Dalam hal kasus Reynhard, menurut psikolog forensik Reza Indragiri Amriel, ia
memperkosa karena ingin “menguasai” korbannya. Ia menganggap, Reynhard menderita
sindrom inferiority complex—kondisi psikologis ketika suatu pihak merasa inferior, lemah,
atau lebih rendah dibanding pihak lain, atau ketika ia merasa tidak mencukupi suatu standar
dalam sebuah sistem. Perwujudan inferiority complex, menurut Reza, terlihat dari
dokumentasi adegan perkosaan. Tindakan Reynhard bukan bertujuan mencari kepuasan
seksual, tetapi murni kejahatan karena memuat unsur perkosaan.

Di sisi lain, psikolog seksual Zoya Dianaesthika Amirin mengungkapkan, Reynhard


bukan predator seksual, melainkan pemerkosa berantai. Predator seksual akan memuaskan
hasratnya, tanpa mempertimbangkan siapa mangsanya. Mereka, kata Zoya, bisa
melampiaskan kepada perempuan, laki-laki, hewan, atau benda-benda tertentu. Nekrofilia
merupakan perilaku seksual manusia dengan mayat. Perilaku ini juga berindikasi
rangsangan kepada seseorang dalam keadaan tak berdaya, seperti saat tidur, pingsan, atau
koma.

Akan tetapi, kata dia, Reynhard merekam dan mengoleksi adegan perkosaan.
Reynhard juga sempat memamerkan adegan seksual itu kepada teman-temannya di grup
WhatsApp. Menurut Zoya, pengidap nekrofilia hanya puas menyetubuhi seseorang yang
tak berdaya, tanpa memamerkan. Ia membeberkan, ciri kepribadian narsistik terlihat dari
kecenderungan membanggakan diri secara berlebihan. Seorang narsistik pun terkesan tidak
memiliki empati, gemar mencari pembenaran, dan suka merendahkan orang lain.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis melakukan penelitian di :

1. SMAN 5 Bekasi, 15 Januari 2020


2. Sakura Regency, 23 Januari 2020

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan


pendekatan campuran. Penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif untuk
menyelesaikan masalah penelitian (Creswell, 2012). Data yang diperoleh dalam penelitian
campuran merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan
metode penelitian metode campuran adalah untuk menemukan hasil penelitian yang lebih
baik dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu pendekatan saja, misalnya
menggunakan pendekatan kuantitatif saja atau dengan pendekatan kualitatif saja (Creswell,
2012).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah jenis survey dan
fenomenologi. Penelitian survey merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari
suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya
menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Faenkel dan Wallen, 1990). Sedangkan
penelitian fenomenologi adalah pandangan berpikir yang menekankan pada pengalaman-
pengalaman manusia dan bagaimana manusia menginterpretasikan pengalamannya (Jailani
(2013:42)).

3.3 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut
dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-
benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420). Sesuai dengan pengertian tersebut, populasi
dari penelitian ini adalah siswa SMA di Bekasi dan Jakarta.

2. Sampel
Sampel penelitian ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek
penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan dapat
mewakili seluruh populasi. Pengertian Sampel menurut Sugiyono adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Sesuai
dengan desain sampel tersebut sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa SMAN 5 Bekasi yang berpartisipasi dalam pengisian kuisioner dan beberapa
responden terpilih menjadi anggota sampel atas dasar pertimbangan penulis sendiri
untuk kami wawancara.

3.4 Teknik Pengumpulan Sampel

Proposal penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan sampel acak sederhana


dan Purposive Sample. Menurut Sugiyono (2001:57) teknik pengumpulan sampel acak
sederhana atau simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota
populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu. Dalam hal ini peneliti mengambil 37 orang sampel secara acak dari siswa/i kelas XI
SMAN 5 Bekasi. Sedangkan Purposive Sampling menurut Arikunto (2006) pengertiannya
adalah: teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata,
melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.
Dalam hal ini peneliti memilih beberapa responden yang dirasa sesuai dengan kriteria yang
telah peneliti tetapkan.

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan para
responden terpilih mengenai kasus Reynhard Sinaga. Sedangkan data kuantitatif
berupa kuisioner yang telah diisi oleh 37 responden secara acak.

2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan satu sumber data
yaitu data primer. Sumber data primer adalah data yang diperoleh penulis secara
langsung. Yang mana dalam penelitian ini data primer diperoleh dari responden
melalui wawancara dan kuisioner.

3.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan kuisioner. Menurut Koentjaraningrat, wawancara merupakan
metode yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk memperoleh informasi
dan secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi secara langsung.
Yang mana dalam penelitian ini penulis memilih 2 responden untuk di wawancara.
Sedangkan menurut Dewa Ktut Sukardi (1983), pengertian kuesioner adalah suatu
bentuk teknik alam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian
dengan tidak perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber data. Yang
dalam penelitian ini penulis melakukan kuesioner online kepada 37 orang secara
acak dalam lingkungan SMAN 5 Bekasi.

JADWAL KEGIATAN

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan


Januari Februari Maret April
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Pengajuan judul penelitian
dan proposal penelitian
2. Penyusunan proposal
3. Pengurusan izin
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan dan analisis
data
6. Penyusunan laporan
penelitian
7. Penyajian laporan

RENCANA ANGGARAN
Berikut merupakan uraian rencana anggaran yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

No Uraian Harga
.
Proposal
1. Print proposal Rp 25.000,00
2. Fotocopy perbanyak proposal Rp 50.000,00
3. Penjilidan Rp 50.000,00
Jumlah Rp125.000,00
Pengumpulan Data
1. Konsumsi Rp200.000,00
2. Transportasi Rp150.000,00
Jumlah Rp350.000,00
Jumlah Total Rp475.000,00

DAFTAR PUSTAKA
www.psikologi.unair.ac.id/en/artikel-mengapa-orang-melakukan-kejahatan/, diakses pada
tanggal 17 Januari 2020 pukul 21.43

www.media.neliti.com/media/publications/44124-ID-kejahatan-kekerasan-seksual-
perkosaan-ditinjau-dari-perspektif-kriminologi.pdf, diakses pada tanggal 17 Januari 2020
pukul 21.29

www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/48bd0-2-laporan-lgbt-mahasiswa-.pdf, diakses pada


tanggal 18 Januari 2020 pukul 07.39

www.bali.tribunnews.com/2020/01/08/di-balik-fakta-reynhard-sinaga-perkosa-136-laki-
laki-di-inggris-hanya-butuh-semenit-cari-mangsa, diakses pada tanggal 18 Januari 2020
pukul 08.27

www.voa-islam.com/read/world-analysis/2020/01/10/69183/reynhard-sinaga-dan-isu-lgbt-
di-inggris-indonesia-waspada/, diakses pada tanggal 18 Januari 2020 pukul 09.25

www.alinea.id/nasional/kasus-reynhard-sinaga-kuasa-laki-laki-kepada-laki-laki-
b1ZG29qKe, diakses pada tanggal 18 Januari 2020 pukul 09.53

https://www.gurupendidikan.co.id/metode-penelitian-gabungan/, diakses pada tanggal 18


Januari 2020 pukul 11.02

https://modulmakalah.blogspot.com/2015/11/pengertian-dan-contoh-penelitian-
survey.html, diakses pada tanggal 18 Januari 2020 pukul 22.41

https://arifinasan.blogspot.com/2016/09/penelitian-fenomenologi.html, diakses pada


tanggal 19 Januari 2020 pukul 08.25

https://www.statistikian.com/2012/10/pengertian-populasi-dan-sampel.html, diakses pada


tanggal 19 Januari 2020 pukul 09.41
https://www.statistikian.com/2017/06/penjelasan-teknik-purposive-sampling.html, diakses
pada tanggal 19 Januari 2020 pukul 20.30

https://dosensosiologi.com/pengertian-kuesioner-jenis-dan-contohnya-lengkap/, diakses
pada tanggal 19 Januari 2020 pukul 19.58

https://materibelajar.co.id/pengertian-wawancara-menurut-para-ahli/, diakses pada tanggal


19 Januari 2020 pukul 21.07

https://www.brilio.net/global/latar-belakang-keluarga-reynhard-sinaga-wni-pemerkosa-190-
pria-2001077.html, diakses pada tanggal 15 Januari 2020 pukul 20.30

https://id.wikipedia.org/wiki/Reynhard_Sinaga, diakses pada tanggal 15 Januari 2020 pukul


20.50

http://eprints.walisongo.ac.id/7321/3/BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 21 Januari 2020


pukul 20.45

https://kbbi.web.id/seksual, diakses pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 20.50

https://jagokata.com/arti-kata/kekerasan.html, diakses pada tanggal 21 Januari 2020 pukul


20.55

https://id.innerself.com/content/personal/attitudes-transformed/behavior/17895-what-s-the-
difference-between-sexual-abuse-sexual-assault-sexual-harassment-and-rape.html, diakses
pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 20.59

https://www.theguardian.com/commentisfree/2010/mar/17/stern-review-male-rape, diakses
pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 21.01

https://www.theguardian.com/commentisfree/2020/jan/09/reynhard-sinaga-crimes-sexual-
violence-men-rape, diakses pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 21.04
https://www.alinea.id/nasional/kasus-reynhard-sinaga-kuasa-laki-laki-kepada-laki-laki-
b1ZG29qKe, diakses pada tanggal 21 Januari 2020 pukul 21.07

Anda mungkin juga menyukai