Fullpapers Kmpbdf7cee63afull

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA


(Studi Deskriptif tentang Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Kelud di
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri)

Indyah Hayu Ariyanti


(Mahasiswa Program StudiIlmuAdministrasi Negara UniversitasAirlanggaTahunAngkatan 2007)

ABSTRACT

Kediri is a town which has high disaster risk. One of the potential disasters is Kelud Mountain’s eruption. In 2014,
when the Mountain erupted, Kediri has not had BPBD, a government organization to manage natural disaster. This
study aims to portrait how the policy implementation of Kelud Mountain disaster management in Ngancar, Kediri. This
study uses implementation model of public policy by George C. Edward III. The writer used descriptive qualitative
method. The informant was obtained through purposive and snowball sampling. The result shows that the
implementation of Kelud Mountain disaster management in Ngancar, Kediri requires more corrections in human
resources. The citizen awareness of knowledge and skill in managing the disaster is required to develop. It is important
to produce human resources which have good quality and quantity to accomplish the policy.

Keywords: policy implementation, policy of disaster management, disaster management.

I. PENDAHULUAN gunungapi Kelud meletus belum memiliki BPBD


I.1. Latar Belakang Masalah sebagai pelaksana penanggulangan bencana.
Indonesia mendapat julukan sebagai “Ring of Ngancar merupakan kecamatan dalam wilayah
Fire” atau daerah cincin api karena wilayah Indonesia Kediri dengan desa terbanyak yang terkena dampak
menjadi ditempat pertemuan tiga lempeng dunia. Hal letusan Kelud. Karena belum memiliki BPBD pada
inilah yang menyebabkan mengapa kepulauan saat terjadi peningkatan aktivitas gunung Kelud,
Indonesia terbentuk oleh rangkaian gunungapi. Pulau pemerintah Kabupaten mengeluarkan Peraturan Bupati
Jawa sendiri yang luasnya hanya 7% dari wilayah Kediri nomor 4 tahun 2014 mengenai Prosedur Tetap
Indonesia dan didiami 70% penduduk, memiliki 35 Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud. Mengacu
gunungaktif atau 27% dari gunung aktif yang tersebar pada peraturan tersebut Camat Ngaseri sebagai
di Indonesia.(Tjetjep, 2002:20) pimpinan di kecamatan Ngancar menghasilkan
Dalam dua abad terakhir letusan gunungapi yang kebijakan-kebijakan yang berisi langkah kongkrit
terjadi di Indonesia telah mengakibatkan kurang lebih pelaksanaan penanggulangan bencana di daerahnya.
175.000 orang meninggal.(Tjetjep, 2002:77) Terlepas Berbagai kebijakan tingkat kecamatan berhasil
dari bahaya yang mengancam hadirnya gunungapi juga ditelurkan mulai dari SOP penanggulangan bencana
menawarkan kesuburan tanah dan pemandangan alam hingga Mapping wilayah terdampak dan alur
yang indah yang menjadi faktor meningkatnya komunikasi yang digunakan ketika terjadi letusan.
konsentrasi pertumbuhan penduduk di wilayah sekitar Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan merupakan
gunungapi. perpaduan antara proses manajemen dan kearifan lokal
Untuk menjawab tantangan tersebut pemerintah daerah setempat. Hal inilah yang membuat pelaksanaan
sebagai penyelenggaraan negara mengeluarkan penanggulangan bencana di Kecamatan Ngancar
Undang-Undang no 24 tahun 2007 mengenai berhasil menyelamatan puluhan ribu jiwa dengan
penanggulangan bencana. Dalam pasal 5 Undang- cukup lancar.(BNPB, Penanggulangan Bencana, 2014:
Undang no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan 63-65)
Bencana disebutkan bahwa penyelenggaraan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
penanggulangan bencana merupakan tanggungjawab dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan untuk
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.(Triutomo, 2011:1) mengetahui bagaimanakah implementasi kebijakan
Hal inilah yang mendasar itu terbentukny Badan penanggulangan bencana yang ada di kecamatan
Nasional Penanggulangan Bencana atau disingkat Ngancar.
BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
disingkat BPBD yang harus dimiliki oleh tiap I.2. Rumusan Masalah
kabupaten/kota maupun provinsi. Berdasarkan penjelasan berbagai fenomena yang
Kelud termasuk gunungapi yang masih aktif di diutarakan dalam latar belakang msalah diatas, maka
Indonesia. Wilayahnya meliputi 3 Kabupaten, yaitu rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
Kediri, Blitar dan Malang. Kediri pada tahun 2014 saat
23
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

Bagaimanakah implementasi kebijakan kecamatan Ngancar adalah pendekatan top-down atau


penanggulangan bencana gunungapi Kelud di “dari atas ke bawah”.
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri? Pada pendekatan implementing problem
approach, George C. Edward III mengemukakan dua
I.3. Tujuan Penelitian pertanyaan pokok, yaitu 1) Apa saja prasyarat bagi
Tujuan penelitian ini adalah, menggambarkan suatu implementasi agar berhasil dan 2) Apa saja
bagaimana implementasi kebijakan penanggulangan penghambat utama keberhasilan implementasi
bencana di Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. kebijakan. Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut
Edward mengidentifikasikan empat variabel penting
I.4. Manfaat Penelitian yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi,
Diharapkan bisa menambah referensi kepada yaitu:
pemerintahan untuk pelaksanaan kebijakan 1. Komunikasi yang berkaitan dengan proses
penanggulangan bencana kedepan. penyampaian informasi kepada organisasi dan/atau
publik. Suatu kebijakan bisa dilaksanakan dengan
I.5. Landasan Teori baik apabila konsistensi informasi yang
I.5.1. Kebijakan Publik disampaikan bagi pelaksananya jelas. Komunikasi
I.5.1.1. Definisi Kebijakan Publik menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
Menurut pemikiran George C. Edwards III dan implementasi kebijakan publik. Implementasi yang
Ira Sharkansky, kebijakan publik dapat berupa efektif akan terjadi bila para pembuat keputusan
peraturan-peraturan, perundang-undangan, pidato- mengetahui apa yang akan mereka lakukan.
pidato pejabat pemerintah, atau program-program Komunikasi juga harus terjalin diantara para
pemerintah (Islamy, 2001:18-19) pembuat keputusan dan implementor agar
Kebijakan publik dalam penelitian ini dapat implementor semakin konsisten dalam
diartikan serangkaian keputusan yang diambil oleh melaksanakan kebijakan. Terdapat tiga indikator
instansi pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk untuk mengukur keberhasilan komunikasi, yaitu: a)
peraturan perundangan, program-program dan tindakan Transmisi atau penyaluran komunikasi yang baik
yang digunakan sebagai pedoman untuk mendukung untuk meminimalkan terjadinya salah pengertian; b)
tindakan aparat pemerintah untuk mencapai suatu Kejelasan komunikasi yang diterima oleh para
tujuan dalam rangk memecahkan suatu masalah dlam pelaksana agar tidak muncul informasi yang
kehidupan masyarakat yang masih berada dalam ambigu; c) Konsistensi perintah sehingga pelaksana
wilayah wewenangnya. tidak kebingungan dalam menjalankan tugasnya.
I.5.1.2. Implementasi Kebijakan Publik Pada penelitian ini komunikasi antara aparat
Donad Van Meter dan Carl Van Horn pemerintah, pihak-pihak yang berkaitan maupun
mendefinisikan implementasi sebagai tindakan- masyarakat sangat diperlukan, mengingat kejadian
tindakan yang dilakukan, baik oleh individu-individu kebencanaan bukan hal yang bisa dengan mudah
atau kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta diprediksi. Jadi dibutuhkan pola komunikasi yang
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang baik untuk kelancaran proses pelaksanaan
telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Winarno, kebijakan.;
2007: 146). 2. Sumber daya berkaitan dengan ketersediaan sumber
Pada konteks penelitian ini, pengertian daya pendukung, khususnya sumber daya manusia
implementasi kebijakan public dilihat dari segi proses agar implementator bisa menjalankan kebijakan
yaitu segala proses pelaksanaan tindkan untuk tersebut secara efektif, yang meliputi: a) Staf yang
mencapai tujuan sesuai dengan keputusan kebijakan cukup, dalam hal kuantitas dan kualitas; b)
yang telah diambil. Dalam penelitian ini, implementasi Informasi yang berkaitan dengan cara
kebijakan penanggulangan bencana bisa dilihat dari melaksanakan kebijakan dan daya patuh pelaksana
tindakan yang dilakukan pemerintah kecamatan terhadap peraturan yang ada; c) Kewenangan yang
Ngancar dalam mengatur penanggulangan bencana cukup dalam melaksanakan tanggung jawab; dan d)
gunungapi Kelud, apakah dalam kenyataan Fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu
pelaksanaannya sudah sesuai dengan peraturan yang kebijakan;
ada dan mencapai tujuan yang sudah dicanangkan. 3. Disposisi, yaitu sikap dan komitmen dari para
I.5.1.3. Model Proses Implementasi Kebijakan implementor, terutama aparatur birokrasi, untuk
Publik melaksanakan suatu kebijakan. Jika pelaksanaan
Dalam studi implementasi kebijakan, terdapat kebijakan ingin efektif maka para pelaksana
tiga pendekatan model implementasi yaitu : kebijakan kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang
yang berpola “dari atas ke bawah”, “dari bawah akan dilakukan tetapi juga harus memiliki
keatas”, dan pendekatan kombinasi (Nugroho, 2003:6). kemampuan untuk melaksanakannya, karena
Pendekatan model implementasi yang implementator tidak hanya membutuhkan
digunakan untuk mengidentifikasi faktor dalam kecakapan saja dalam melaksanakan suatu
implementasi kebijakan penanggulangan bencana kebijakan tetapi juga membutuhkan kesediaan dan
komitmen; serta
24
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

4. Struktur birokrasi. Implementasi kebijakan yang mengakibatkan timbulnya korban, baik berupa korban
begitu kompleks menuntut adanya kerjasama dari jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
berbagai pihak, sehingga ketika struktur birokrasi dampak psikologis bagi yang menghadapinya.
tidak kondusif maka jalannya kebijakan akan I.5.3. Penanggulangan Bencana Alam
terhambat meskipun sumber daya yang tersedia Penanggulangan bencana adalah segala upaya
memadai. Untuk meningkatkan kinerja struktur dan kegiatan yang dilakukan, yakni meliputi
birokrasi maka diperlukan adanya suatu SOP pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan,
(Standart Operating Procedure) yang mengatur tata rehabilitasi, dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat
aliran pelaksanaan suatu kebijakan dan cara-cara maupun setelah terjadi bencana dan menghindarkan
pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan dari bencana yang terjadi.(Departemen Sosial RI, 1984
di lapangan. Dengan adanya SOP maka birokrasi : 43-44).
bisa menjalankan fragmentasi SOP, yaitu kegiatan Pembatasan definisi penanggulangan bencana
sehari-hari para pelaksana kebijakan untuk oleh peneliti adalah segala upaya dan kegiatan yang
melaksanakan tugas rutinnya sesuai dengan standar dilakukan guna mengurangi hingga menghilangkan
yang ada. Di sini harus ada kesesuaian dalam risiko yang ditimbulkan oleh bencana alam. Dalam
organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara penelitian ini peneliti hanya akan menitik beratkan
implementasi kebijakan publik. Tantangan yang pada tahapan penanggulangan bencana bagian tanggap
harus dijawab adalah bagaimana agar tidak terjadi darurat atau response pada masyarakat daerah
bureaucratic fragmentation. Di Indonesia, struktur terdampak karena pada tahapan ini merupakan
birokrasi membuat proses implementasi jauh dari indikator berhasil atau gagalnya mitigasi ataupun
kata efektif karena kurangnya koordinasi dan tahapan kewaspadaan yang telah dilakukan, selain itu
kerjasama di antara lembaga-lembaga negara tahap tanggap darurat merupakan proses dimana
dan/atau pemerintahan (Agustino, 2006: 149-154). kejadian bencana dirasakan paling nyata dan dramatis.
Pada konteks penelitian ini, variabel model Dan juga menilai proses penanggulangan bencana
implementasi yang sesuai untuk menilai keberhasilan dengan melihat prinsip penanggulangan bencana sesuai
implementasi kebijakan penanggulangan bencana dalam Undang-Undang no 24 tahun 2007 yang
gunungapi Kelud di wilayah kecamatan Ngancar meliputi : a) Cepat dan Tepat; b) Prioritas
adalah: 1) Komunikasi; 2) Struktur Birokrasi ; 3) Penyelamatan Jiwa; c) Koordinasi dan Keterpaduan;
Sumber daya pelaksana atau implementator; dan 4) dan d) Berdaya Guna dan Berhasil Guna.
Disposisi Pelaksana.
I.5.2. Bencana Alam I.6. Definisi Konsep
I.5.2.1. Bencana 1. Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan
Bencana menurut BAKORNAS PBP adalah yang diambil oleh instansi pemerintah yang
peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah diwujudkan dalam bentuk peraturan perundangan,
manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau program-program dan tindakan yang digunakan
perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa sebagai pedoman untuk mendukung tindakan
manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta aparat pemerintahan untuk mencapai suatu tujuan
melampaui kemampuan dan sumberdaya manusia dalam rangka memecahkan suatu masalah dalam
untuk mennggulanginya (Susanto, 2006:2). kehidupan masyarakat yang masih berada pada
Dalam penelitian ini peneliti membatasi wilayah wewenangnya.
pengertian bencana yaitu, peristiwa yang mengganggu 2. Implementasi kebijakan publik dilihat dari segi
dan mengancam kehidupan serta penghidupan proses adalah segala proses pelaksanaan tindakan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam untuk untuk menjalankan keputusan yang telah
maupun non alam, bahkan faktor manusia sendiri yang dibuat guna mencapai tujuan yang telah
menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan ditetapkan.
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak 3. Komunikasi merupakan proses penyampaian
psikologis bagi yang menghadapinya. informasi kepada pihak lain. bisa perseorangan,
I.5.2.2. Bencana Alam instansi, ataupun organisasi yang dinilai baik jika
Bencana alam juga diartikan sebagai peristiwa konsistensi informasi yang disampaikan jelas
atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala dalam rangka proses pelaksanaan kebijakan
alam, seperti gunung meletus, tanah longsor, banjir, penanggulangan bencana gunungapi Kelud di
gelombang pasang (tsunami), angin rebut, kebakaran Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.
hutan, kekeringan, gas beracun, dan banjir lahar, yang 4. Struktur birokrasi merupakan susunan komponen
dapat mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, atau unit-unit dalam organisasi yang menunjukkan
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan dan lain- adanya pembagian kerja dan menunjukkan fungsi
lain (Departemen Sosial RI, 1999:13). atau kegiatan yang berbeda-beda dikoordinasikan
Di dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pelaksanaan
bencana alam adalah rangkaian peristiwa yang kebijakan penanggulangan bencana gunungapi
disebabkan oleh gejala alam letusan gunungapi Kelud, Kelud di kecamatan Ngancar kabupaten Kediri.
yang mengancam kehidupan serta penghidupan dan
25
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

5. Sumber daya manusia merupakan pelaku atau bagaimanakah implementasi kebijakan


pelaksana suatu kegiatan yang memiliki tujuan penanggulangan bencana alam di Kecamatan Ngancar.
tertentu dalam pelaksanaan kebijakan I.7.2. Lokasi Penelitian
penanggulangan bencana gunungapi Kelud di Lokasi penelitian ada di Kecamatan Ngancar
kecamatan Ngancar kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri.
6. Disposisi pelaksana merupakan sikap atau I.7.3. Teknik Penentuan Informan
komitmen para implementor untuk melaksanakan Penentuan informan dilakukan dengan teknik
suatu kebijakan penanggulangan bencana purposive sampling dan snowball yaitu sebanyak 10
gunungapi Kelud di kecamatan Ngancar kabupaten orang informan.
Kediri. I.7.4. Teknik Pengumpulan Data
7. Penanggulangan bencana alam adalah segala Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
upaya atau kegiatan tanggap darurat yang wawancara mendalam, dokumentasi.
dilaksanakan pada saat terjadinya bencana guna I.7.5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
mengurangi bahkan menghilangkan risiko bencana Pemeriksaan keabsahan dilakukan melalui
yang punya tujuan utama menyelamatkan nyawa triangulasi sumber data.
masyarakat yang terdampak bencana. I.7.6. Teknik Analisa Data
8. Cepat dan tepat yaitu bahwa dalam Analisis data dilakukan melalui reduksi data,
penanggulangan bencana harus dilaksanakan penyajian dta, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan dengan prioritas utama keselamatan jiwa. II. PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA dan
9. Prioritas penyelamatan nyawa yaitu bahwa dalam INTERPRETASI TEORITIK
pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana II.1. Implementasi Penanggulangan Bencana
mengutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa Gunungapi Kelud
manusia. II.1.1. Peraturan Tentang Penanggulangan Bencana
10. Koordinasi dan keterpaduan yaitu bahwa dalam Gunungapi Kelud
kegiatan penanggulangan bencana memerlukan Sehingga peneliti mendapatkan hasil
koordinasi dan kerjasama yang baik antar bidang. pengamatan dan penelitian bahwa aturan mengenai
11. Berdaya guna dan berhasil guna yaitu bahwa penanggulangan bencana gunungapi Kelud tahun 2014
apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan terdiri 3 peraturan, yaitu :
bencana harus dilakukan dengan tidak membuang 1. Peraturan Bupati Kediri Nomor 4 Tahun 2014
waktu, tenaga dan biaya berlebihan serta Tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana
mengikutsertakan masyarakat dalam tiap Gunungapi Kelud dalam sekup Kabupaten Kediri;
prosesnya. 2. Standard Operating Procedures (SOP)
Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud dalam
I.7. Metodologi Penelitian sekup kecamatan Ngancar; dan
I.7.1. Jenis dan Tipe Penelitian 3. Mapping Tentang Penanggulangan Bencana
Seperti yang dikatakan oleh Bogdan dan Taylor, Gunungapi Kelud dalam sekup kecamatan
metodologi kualitatif merupakan penelitian yang Ngancar.
menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis II.1.2. Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud
atau lisan dari orang-orang atau subyek-subyek dan Ketika Status AWAS
perilaku yang dapat diamati oleh peneliti (Moleong, Dalam SOP Penanggulangan Bencana sudah
2010: 4). Menurut Lexy J. Moleong (2010: 6) dibagi petunjuk-petunjuk teknis penanggulangan
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bencana di tiap status gunung. Untuk status gunung
bertujuan untuk memahami fenomena mengenai apa pada saat awas terdapat 5 petunjuk teknis, yaitu :
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 1. Evakuasi
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara 2. Pengamanan Jalur
holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata 3. Sistem Informasi
dan bahasan pada suatu konteks khusus yang alamiah 4. Persiapan Tempat Pengungsian
dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 5. Kesehatan
Sedang menurut Hadari Nawawi, penelitian II.2. Variabel Pendukung Implementasi Kebijakan
deskriptif berusaha menggambarkan dan melukiskan Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud
suatu keadaan atas fakta-fakta yang benar-benar terjadi, II.2.1. Komunikasi
sehingga peneliti diharapkan mampu memahami Seperti yang dinyatakan oleh George Edward III
fenomena yang menjadi fokus dalam penelitiannya bahwa suatu kebijakan bisa dilaksanakan dengan baik
(Nawawi, 1993: 63). apabila konsistensi informasi yang disampaikan bagi
Penelitian ini menggunakan tipe dan jenis pelaksananya jelas. Komunikasi menentukan
penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti ingin keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi
mendapatkan data yang berupa kata-kata dan gambar kebijakan publik. Implementasi yang efektif akan
bukan angka-angka, guna membahas dan terjadi bila para pembuat keputusan mengetahui apa
menggambarkan secara rinci dan mendalam tentang yang akan mereka lakukan. Komunikasi juga harus
26
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

terjalin diantara para pembuat keputusan dan


implementor agar implementor semakin konsisten
dalam melaksanakan kebijakan.
Tabel II.2.1.1.
Kategorisasi Pernyataan Informan Tentang Tabel II.2.2.1.
Komunikasi Kategorisasi Pernyataan Informan Tentang Struktur
Nama Pernyataan Birokrasi
Bapak mengikutsertakan semua pihak termasuk Nama Pernyataan
Ngaseri pemerintahan, militer, kepolisian dan Bapak Ngaseri melahirkan kebijakan tingkat
masyarakat dalam pengambilan keputusan kecamatan yang berupa SOP dan
setiap unit atau perseorangan mengetahui Mapping sebagai tafsiran dari
tugas masing-masing Perbup
Bapak penyamaan pemahaman mengenai Isi SOP dan Mapping meliputi
Sutrisno pelaksanaan penanggulangan bencana struktur organisasi pelaksana dan
dan tidak panic dalam penyampaian pembagian tugas
informasi Bapak SOP dan Mapping berisi petunjuk
merangkul semua pihak terkait dalam Supriyanto teknis pelaksanaan penanggulangan
pengambilan kebijakan bencana gunungapi Kelud
Bapak SOP dan Mapping berisi pedoman
Bapak Komunikasi harus dibangun dengan pihak
Suprapto pelaksana kebijakan dan pihak penerima Sutrisno pelaksanaan penanggulangan
kebijakan bencana dan pembagian tugas.
Membangun komunikasi kultural Pada struktur birokrasi pelaksanaan
Mengikutsertakan tokoh masyarakat yang penanggulangan bencana gunungapi Kelud terdapat
berpengaruh dalam setiap pengambilan pembagian tugas yang jelas serta pola koordinasi yng
kebijakan jelas yang membuat pelaksana kebijakan tidak
Bapak Komando atau pimpinan pelaksana kebingungan dalam mengambil tindakan karena
Ridwan terpusat sehingga sumber berita jelas mereka memiliki pedoman untuk pelaksanaannya.
Pentingnya membangun komunikasi II.2.3. Sumber Daya Manusia
kultural pada warga masyarakat. George Edward III menyatakan bahwa diantara
Dalam proses pelaksanaan penanggulangan sumber daya yang lainnya, sumber daya manusia
bencana pusat komunikasi diberikan kepada Bapak berada pada urutan yang terpenting. Keberhasilan
Camat agar tidak ada ambigu informasi dalam proses implementasi kebijakan dipengaruhi oleh sumberdaya
pelaksanaan penanggulangan bencana. Adanya manusia baik secara kualitasnya maupun kuantitasnya.
komando terpusat komunikasi membuat semua pihak Agar implementasi kebijakan berjalan efektif maka
tahu kemana harus bertanya, kemana harus melapor dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di
dan siapa yang harusnya didengar. Sehingga proses bidangnya dan juga dibutuhkan sumber daya dengan
pelaksanaan penanggulangan bencana dapat jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Tabel II.2.3.1.
II.2.2. Struktur Birokrasi Kategorisasi Pernyataan Informan Tentang Sumber
Seperti pernyataan George Edward III bahwa Daya Manusia
implementasi kebijakan yang begitu kompleks Nama Pernyataan
menuntut adanya kerjasama dari berbagai pihak. Ketika Bapak Ngaseri kurangnya SDM pelaksana yang
mempunyai keahlian di bidang
struktur birokrasi tidak kondusif maka jalannya
penanggulangan bencana
kebijakan akan terhambat meskipun sumber daya yang sudah terdapat pemahaman dan
tersedia memadai. Untuk meningkatkan kinerja kesadaran pelaksanaan
struktur birokrasi maka diperlukan adanya suatu SOP penanggulangan bencana yang sama
(Standart Operating Procedure) yang mengatur tata
aliran pelaksanaan suatu kebijakan dan cara-cara Bapak Belum adanya kesadaran akan
Suprapto pentingnya keahlian tentang
pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan di penanggulangan bencana
lapangan. Dengan adanya SOP maka birokrasi bisa Bapak Yang ahli di bidang penanggulangan
menjalankan fragmentasi SOP, yaitu kegiatan sehari- Supriyanto bencana masih kurang
hari para pelaksana kebijakan untuk melaksanakan Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan fakta
tugas rutinnya sesuai dengan standar yang ada. bahwa sumber daya manusia dengan kualitas dan
kuantitas yang dibutuhkan pada pelaksanaan tidak bisa
disediakan dengan baik. Kuantitas pelaksana
penanggulangan bencana bisa dipenuhi akan tetapi
sumber daya manusia dengan kualitas atau keahlian di
bidang penanggulangan bencana menjadi permasalahan
tersendiri dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
gunungapi Kelud di Kecamatan Ngancar.

27
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

Sumber daya manusia dengan keahlian Dari hasil pengamatan dan penelitian, peneliti
kebencanaan masih dirasa kurang karena selama ini menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya keahlian penanggulangan bencana gunungapi Kelud telah
kebencanaan masih belum cukup tinggi. Tetapi di dilaksanakan sesuai dengan prinsip yang terdapat
lapangan, peneliti menemukan fakta bahwa setelah dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang
kejadian letusan Kelud 2014 kesadaran masyarakat Penanggulangan Bencana yaitu prinsip cepat dan tepat.
tentang pentingnya keahlian kebencanaan semakin Karena dari hasil penelitian dan pengamatan
meningkat hal inilah yang sekarang menjadi PR peneliti pada masyarakat penerima kebijakan, mereka
pemerintah untuk mengelolanya. merasakan prinsip itu dilaksanakan ketika dilapangan.
II.2.4. Disposisi Pelaksana Kebijakan terutama di saat proses evakuasi. Masyarakat
Menurut George Edward III, disposisi menyatakan bahwa proses evakuasi yang dilakukan
merupakan sikap atau komitmen para implementator berjalan dengan baik, terorganisir dan cepat sehingga
untuk melaksanakan suatu kebijakan. Dalam setiap tidak sampai timbul adanya korban pada saat
proses pelaksanaan kebijakan, selain keahlian, gunungapi Kelud meletus. Semua terkoordinir dengan
pelaksanaan kebijakan juga membutuhkan kesediaan baik sehingga tujuan utama yaitu menyelamatkan
dan komitmen agar pelaksanaan kebijakan berhasil nyawa masyarakat terdampat dapat dicapai.
dilaksanakan dengan baik. II.3.2. Prioritas Penyelamatan Jiwa
Tabel II.2.4.1. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas”
Kategorisasi Pernyataan Informan Tentang Disposisi adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan
Nama Pernyataan penanggulangan harus mendapat prioritas dan
Bapak Ngaseri Berbagai pihak memiliki kesamaan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
komitmen dalam melihat Tabel II.3.2.1.
penanggulangan bencana gunungapi Persepsi Masyarakat Terkait Prinsip Prioritas
Kelud Penyelamatan Jiwa
Bapak Suprapto Adanya tanggungjawab yang Nama Pernyataan
dimiliki pelaksana penanggulangan Bapak terdapat radio wilayah yang
bencana untuk mencapai tujuan Suryadi menyiarkan himbauan dari Pak
utama yaitu penyelamatan Camat tentang pentingnya
masyarakat terdampak keselamatan jiwa warga
Adanya komitmen pada pelaksana Ibu Sri Utami Pak Camatn menuruti permintaan
Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana warga agar mau diungsikan
gunungapi Kelud di Kecamatan Ngancar, peneliti Bapak proses evakuasi mengutamakan
Sumarsono anak-anak, jompo dan ibu hamil
menemukan fakta bahwa pelaksana kebijakan
untuk diselamatkan terlebih dahulu
mempunyai kesediaan dan komitmen yang sama yaitu
Bapak Keselamatan jiwa menjadi prioritas
akan berusaha untuk menyelamatkan masyarakat Samsun penanggulangan bencana
terdampak Kelud dilihat dari wawancara dan Ibu Lestari TNI dan Polri turut serta
pengamatan peneliti di lapangan. melaksanakan tugas penanggulangan
II.3. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana bencana
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun Dari hasil pengamatan dan penelitian yang
2007 dilakukan, peneliti menemukan fakta bahwa
II.3.1. Cepat dan Tepat penanggulangan bencana gunungapi Kelud sudah
Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan sesuai dengan prinsip penanggulangan bencana yang
tepat” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana terdapat pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai tentang Penanggulangan Bencana mengenai prinsip
dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam prioritas penyelamatan jiwa.
penanggulangan akan berdampak pada tingginya Selain menyimpulkan dari hasil wawancara
kerugian material maupun korban jiwa. mengenai apa yang dirasakan oleh masyarakat
Tabel II.3.1.1. terdampak, peneliti juga menemukan fakta bahwa
Persepsi Masyarakat Terkait Prinsip Cepat dan Tepat dalam kebijakan tingkat kecamatan yang berupa SOP
Nama Pernyataan dan Mapping Penanggulangan Bencana Gunungapi
Bapak Suryadi Proses dilaksanakan dengan cepat Kelud keselamatan masyarakat menjadi tujuan utama
tanpa terburu-buru penanggulangan bencana. Dan juga pihak kepolisian,
Ibu Sri Utami persiapan matang sehingga proses TNI serta pemerintahan kecamatan mempunyai target
pelaksanaan penanggulangan 0% korban dalam proses pelaksanaan penanggulangan
bencana berjalan dengan lancar bencana gunungapi Kelud di kecamatan Ngancar.
Bapak ada sosialisasi pada masyarakat
Sumarsono sehingga proses berjalan lancar
II.3.3. Koordinasi dan Keterpaduan
Bapak Samsun proses pengungsian berjalan lancar
Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi”
karena ada petunjuk yang jelas adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan
Ibu Lestari proses pelaksanaan baik, tertib dan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung.
rapi Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah

28
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh perbantuan ketika mengungsikan warga dan juga
berbagai sector secara terpadu yang didasarkan pada keikutsertaan masyarakat dalam menyediakan bahan
kerja sama yang baik dan saling mendukung. logistik untuk kebutuhan di tempat pengungsian.

Tabel II.3.3.1. III. PENUTUP


Persepsi Masyarakat Terkait Prinsip Koordinasi dan III.1. Kesimpulan
Keterpaduan Berdasarkan dari uraian bab penyajian data serta
Nama Pernyataan analisis dan interpretasi teoritik berikut kesimpulan
Bapak Suryadi pelaksanaan rapi, terdapat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini, adalah:
penanggungjawab tiap desa dan 1. Pelaksanaan penanggulangan bencana gunungapi
mengikutsertakan peran masyarakat
Kelud di Ngancar berlandaskan pada : a) Peraturan
Ibu Sri Utami persiapan sudah baik, sehingga Bupati Kediri Nomor 4 Tahun 2014 tentang
ketika terjadi bencana pelaksana
Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana
sudah siap
Bapak alur komunikasi dan proses evakuasi
Gunungapi Kelud; b) SOP (Standard Operating
Sumarsono jelas Procedures) Penanggulangan Bencana Gunungapi
Bapak pelaksanaan evakuasi bagus, hanya Kelud Tahun 2014 oleh kecamatan Ngancar; c)
Samsun harus memperhatikan kesiapan Mapping Penanggulangan Bencana Gunungapi
pengungsian kelud 2014 oleh kecamatan Ngancar.
Ibu Lestari proses evakuasi terkoordinasi dengan 2. Pelaksanaan penanggulangan bencana gunungapi
baik Kelud pada saat status Awas meliputi : a)
Peneliti juga menyimpulkan terlaksananya Evakuasi; b) Pengamanan jalur; c) Sistem
prinsip koordinasi dan keterpaduan dari hasil informasi; d) Persiapan tempat pengungsian; e)
wawancara pada masyarakat terdampak. dari hasil Kesehatan.
wawancara peneliti dapat mengambil kesimpulan 3. Dalam pelaksanaan kebijakan penanggulangan
bahwa masyarakat menilai pelaksanaan bencana gunungapi Kelud di kecamatan Ngancar,
penanggulangan bencana gunungapi Kelud berjalan komunikasi yang terjalin antara: a) pemerintahan
dengan baik karena terdapat pola koordinasi yang jelas tingkat kecamatan; b) pemerintahan tingkat desa;
dalam pelaksanaannya. c) kapolsek; d) koramil; e) organisasi masyarakat;
II.3.4. Berdaya Guna dan Berhasil Guna f) tokoh masyarakat; g) masyarakat terdampak
Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” sudah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan
adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan dilakukannya rapat koordinasi yang
dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan menghasilkan kebijakan di tingkat kecamatan
biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berupa SOP dan Mapping serta patuhnya
berhasil guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan masyarakat terhadap setiap himbauan pemerintah
bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengenai pelaksanaan penanggulangan bencana.
mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak Permasalahan komunikasi biasanya muncul ketika
membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. tidak adanya kesepakatan antara pengambil
Tabel II.3.4.1. kebijakan, pelaksana kebijakan dan penerima
Persepsi Masyarakat Terkait Prinsip Berdaya Guna dan kebijakan, akan tetapi hal ini telah diselesaikan
Berhasil Guna dengan proses komunikasi secara kultural;
Nama Pernyataan
Bapak Suryadi warga diikutsertakan dalam 4. Struktur birokrasi pada instansi pelaksana yang
persiapan logistik terkait dengan penanggulangan bencana di
Ibu Sri Utami warga ikut serta membantu dalam kecamatan Ngancar sudah baik, bila dilihat dari
proses pengungsian pelaksanaan tugas masing-masing pihak pelaksana
Bapak semua pihak dilibatkan, masyarakat dan jelasnya pembagian tugas serta pihak yang
Sumarsono juga mengambil peran dalam bertanggung jawab. Setiap pihak yang terlibat
penanggulangan bencana dalam penanggulangan bencana di kecamatan
Bapak Samsun warga diikutsertakan dalam Ngancar sudah memiliki wewenangnya sendiri.
penyediaan logistik dengan Hal ini terbukti saat pelaksanaan penanggulangan
melibatkan ketua RT bencna tidak ada tumpang tindih wewenang,
Ibu Lestari warga membantu dalam proses semua melakukan tugasnya sesuai dengan SOP
evakuasi
dan Mapping yang telah dibuat;
Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
gunungapi Kelud, peniliti menilai bahwa prinsip 5. Sumber daya manusia yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana di
berdaya guna dan berhasil guna sudah terlaksana
melihat keikutsertaan warga masyarakat dalam proses kecamatan Ngancar secara kuantitas sudah cukup
penanggulangan bencana yaitu ikutserta dalam memadai, tetapi secara kualitas keahlian kurang

29
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

memadai. Hal ini terlihat dalam proses penanggulangan bencana di kecamatan Ngancar
pelaksanaan penanggulangan bencana dilapangan. sangat dibutuhkan tetapi harus diiringi dengan
6. Pola komunikasi, struktur birokrasi dan disposisi jumlah kuantitas yang memadai kuantitas dan
sebagai faktor pendukung keberhasilan kualitas sumber daya manusia dibutuhkan untuk
implementasi sudah terpenuhi dengan baik. Akan proses pelaksanaan penanggulangan bencana.
tetapi dalam penanggulangan bencana gunungapi
Kelud di Kecamatan Ngancar belum terdapat Daftar Isi
sumber daya pelaksana kebijakan yang Agustino, Leo. “Dasar-Dasar Kebijakan Publik”.
mempunyai keahlian dalam bidang penggulangan Bandung: Alfabeta, 2006.
bencana, hal inilah yang menghambat proses
pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana. Aini, Fitriyah Nur. “Implementasi Kebijakan
7. Dalam pelaksanaan kebijakan penanggulangan Penyelenggaraan Reklame”. Skripsi Fakultas Ilmu
bencana gunungapi Kelud di kecamatan Ngancar, Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Airlangga.
faktor dominan yang berpengaruh dalam 2011.
keberhasilan implementasinya adalah factor
komunikasi dimana komunikasi antar pelaksana Badan Nasional Penanggulangan Bencana. “Info
kebijakan dan komunikasi antara pelaksana dan Bencana : Informasi Kebencanaan Bulanan
penerima kebijakan berjalan dengan baik. Hal ini Teraktual” (edisi Februari 2014). Jakarta : BNPB,
dibuktikan dengan dilakukannya rapat koordinasi 2014.
yang menghasilkan kebijakan di tingkat kecamatan
berupa SOP dan Mapping serta patuhnya BNPB. “Kemanusiaan Adalah Kehidupan : Ngaseri
masyarakat terhadap setiap himbauan pemerintah Camat Ngancar. Jakarta : Majalah Gema BNPB,
mengenai pelaksanaan penanggulangan bencana. Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi
Permasalahan komunikasi biasanya muncul ketika Bencana”, vol. 5 no. 3 Desember 2014. Jakarta :
tidak adanya kesepakatan antara pengambil BNPB, 2014.
kebijakan, pelaksana kebijakan dan penerima
kebijakan, akan tetapi hal ini telah diselesaikan BPS. “Kecamatan Ngancar Dalam Angka 2014. Kediri
dengan proses komunikasi secara kultural; : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri”. Kediri :
BPS Kabupaten Kediri, 2014.
8. Prinsip cepat dan tepat, prioritas penyelamatan
jiwa, koordinasi dan keterpaduan, serta prinsip
Fadillah, Adi Yanuar. “ Penentuan Variabel yng
berdaya guna dan berhasil guna telah diterapkan
Berpengaruh dalam Penanganan Bencan di
dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
Indonesia Menggunakan Metode ANP dan SWOT
gunungapi Kelud di kecamatan Ngancar. Hal ini
Analysis” Skripsi Fakultas Teknik Industri.
terlihat dalam proses penanggulangan bencana,
Universitas Indonesia. 2010.
utamanya proses evakuasi.
9. Tanpa adanya BPBD pelaksanaan penanggulangan ISDR, 2004, Living with Risk ” A Hundred Positive
bencana gunungapi Kelud bisa berjalan dengan Examples of How People are Making The World
baik dengan memperbaiki pola komunikasi antara Safer” United Nation Publication, Geneva,
pelaksana kebijakan dan penerima kebijakan atau Switzerland, 2004.
masyarakat dengan menerapkan komunikasi
kultural. Islamy, Irfan. “Prinsip-Prinsip Perumusan
III.2. Saran Kebijaksanaan Negara”. Jakarta: Bumi Aksara,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 2001.
dilakukan dan kesimpulan di atas, maka saran yang
bisa diberikan peneliti, yaitu: Kecamatan Ngancar. Mapping Gunung Kelud. Ngancar
1. Perlu dibangun pola komunikasi yang lebih baik : Kecamatan Ngancar, 2014.
lagi antara pengambil kebijakan, pelaksana
kebijakan dan penerima kebijakan penanggulangan Kurniawan, Lilik.dkk.”Indeks Risiko Bencana
bencana di wilayah kecamatan Ngancar melihat Indonesia tahun 2013”. Jakarta : Direktorat
kecamatan Ngancar merupakan daerah yang Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang
memiliki risiko bencana agar pelaksanaan Pencegahan dan Kesiapsiagaan, 2014.
dilapangan bisa berjalan lebih baik dan lancar;
2. Stuktur birokrasi yang berkaitan dengan Moleong, Lexy J. “Metode Penelitian Kualitatif”.
penanggulangan bencana seharusnya memiliki Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
pembagian tugas dan fungsi sesuai dengan
kompetensinya agar pelaksanaan penanggulangan Nasution, S.” Metode Researc (Penelitian Ilmiah)”.
bencana berjalan dengan efektif dan efisien; Jakarta : Bumi Aksara, 1996.
3. Perbaikan kualitas sumber daya manusia yang
terlibat dalam pelaksaan kebijakan

30
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

Nawawi, Hadari. “Metode Penelitian Bidang Sosial”. http://bpbdtemanggung.url.ph/?page_id=264(diaks


Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993. es pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 16.57 WIB)

Nugroho, Riant. “Public Policy”. Jakarta: PT. Elex Suyono. 2014. Ironi, Pemkab Kediri Tak Punya Badan
Media Komputindo, 2008. Penanggulangan Bencana Daerah. Jakarta : Lensa
Indonesia (Sabtu, 15 Februari 2014) . diambil dari
PNPM Mandiri Ngancar.”Laporan Erupsi Gunung :http://www.lensaindonesia.com/2014/02/15/ironi-
Kelud”. Ngancar : Program Nasional pemkab-kediri-tak-punya-badan-penanggulangan-
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, 2014. bencada-daerah.html diakses pada tanggal 15 Juni
Saptiadi, Gatot dan Haryadi Djamal. “Kajian Model pukul 19.45 WIB
Desa Tangguh Bencan Dalam Kesiapsiagaan
Penanggulangan Bencana Bersama BPBD Provinsi
D.I. Yogyakarta”. Jurnal Penanggulangan
Bencana. 3 (2). 1-2, 2012.

Satlak PB. “Penanggulangan Bencana : Mapping


Gunung Kelud”. Ngancar : Kecamatan Ngancar,
2014.

Suprapto, dkk.” Atlas Kebencanaan Indonesia 2011”.


Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan
Bencana dan Badan Informasi Geospasil, 2012.

Susanto, A.B. “ Disaster Management di Negeri Rawan


Bencana”. Jakarta : Aksara Grafika Pratama, 2006.

Tjetjep, Wimpy S. “ Dari Gunung Api Hingga


Otonomi Daerah”. Jakarta : Yayasan Media Bhakti
Tambang, 2002.

Triutomo, Sugeng.dkk.”Panduan Perencanaan


Kontinjensi Menghadapi Bencana”. Jakarta :
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011.

Undang-undang Nomer 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana

Wahab, Solichin Abdul. “Analisis Kebijaksanaan: Dari


Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara”. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Warto, dkk. “ Pengkajian Manajemen


Penanggulangaan Korban Bencana Pada
Masyarakat Di Daerah Rawan Bencana Alam
Dalam Era Otonomi Daerah”. Yogyakarta :
Departemen Sosial RI, 2002.

Wibawa, Samodra.” Evaluasi Kebijakan Publik”.


Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994.

Winarno, Budi. “Kebijakan Publik: Teori dan Proses”.


Yogyakarta: Media Pressindo, 2007.

Winarno, Setyo. dkk. “House Seismic Vulnerability


And Mitigation Strategies : Case Of Yogyakarta
City”. Jurnal Penanggulangan Bencana. 2(2). 2,
2011.

BPBD Kabupaten Temanggung. 2000. Sejarah BPBD.


diambil dari :
31
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

32

Anda mungkin juga menyukai