Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah tentang Manajemen pelayanan keperawatan dan
Manajemen Asuhan Keperawatan untuk mata kuliah manajemen keperawatan dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai
mahasiswa program studi ners poltekkes kemenkes Pontianak
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan
maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran
dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam
pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelayanan Keperawatan

1. Pengertian Pelayanan Keperawatan


Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah baik dipusat, maupun didaerah, dalam bentuk barang maupun jasa dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan UU yang berlaku
(kepmenpan 81/93).
Menurut Azwar (2015) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
pasien.Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan
kesehatan.Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting.Berdasarkan
standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas dijelaskan bahwa pelayanan
keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus
menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit.
Menurut Ilyas (2016) Pelayanan keperawatan adalah kinerja pelayanan
keperawatan dengan penampilan dari hasil karya atau jasa yang telah diberikan kepada
individu atau kelompok. Penampilan adalah proses, cara, perbuatan, tindakan dan
gambaran dari sesuatu atau individu, selain itu pengertian penampilan meliputi banyak
hal .tidak hanya masalah busana, kebersihan, kerapian, ekspresi : senyum, cemberut,
ramah, dan terampil. \
Departemen kesehatan (2015) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang
memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dimana pelayanan tersebut
berbentuk pelayanan biologis, psikologis social, spiritual yang ditunjukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan keperawatan diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pengertian
pasien akan kemampuan melaksanakan kegiatan secara mandiri. Kegiatan itu dilakukan
dalam usaha mencapai peningkatan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan
kesehatan yang memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan hidup sehat dan
produktif, Aditama (2016).
Sedangkan menurut Nikmatur R & Saipul W (2017) proses keperawatan adalah
serangkaian tindakan sistematik berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan individu atau kelompok, baik yang actual maupun
potensial kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi, atau
mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau menugaskan orang
lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta.
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan, Dengan tahap-tahap proses
keperawatan seperti:
a. pengkajian,
b. diagnosis keperawatan,
c. perencanaan, pelaksanaan,
d. evaluasi.
Dari batasan-batasan mengenai pengertian tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan pengertian kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional
perawat yang memberikan perasaan nyaman, terlindung pada diri setiap pasien yang
sedang menjalani proses penyembuhan dimana sikap itu merupakan kompensasi
sebagai pemberi pelayanan dan diharapkan menimbulkan perasaan puas pada diri
pasien.
2. Aspek Kualitas Pelayanan Keperawatan
Aspek-aspek kualitas pelayanan keperawatan menurut Parasuraman, Berry dan Zeithaml
dalam Yamit (2014) dan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasa yang telah
dilakukan berhasil mengidentifikasi lima kualitas karakteristik yang digunakan oleh
pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan.
Kelima karakteristik kualitas pelayana keperawatan tersebut adalah :

a. Reliability (Kehandalan)
Menurut Lee, 2013 dalam jurnal AKK Unair, salah satu landasan kepuasan
pelanggan adalah mengenai sikap, tindakan dan latihan untuk para petugas,
sedangkan menurut pendapat Tener dan De Tore (2013) yang menyebutkan bahwa
nilai kualitas yang paling mudah dipahami dari suatu barang atau atau jasa
pelayanan adalah cepat dalam artinya bagaimana suatu saranan atau jasa pelayanan
dapat diperoleh secara cepat mudah dan menyenangkan. Berkaitan dangan
kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang dijanjikan secara
akurat sejak pertama kali (Tjiptono, 2016).
Kualitas yang mengukur kehandalan dalam perusahaan dalam memberikan
layanan pada pelanggan. Iklan yang kreatif dan memberikan janji yang lebih tidak
akan efektif. Pelanggan tertarik tetapi setelah mencoba pelayanannya, ternyatan
tidak seseuai dengan yang dijanjikan, oleh karena itu saat menentukan janji yang
ditawarkan kepada pelanggan dalam dalam suatu iklan, perlu memastikan bahwa
perusahaan mampu memberikan suatu yang dijanjikan.Irwan, 2014.
b. Assurance (Jaminan)
Menurut Zethaml, Berry dan Parasuraman (2014) dimana mereka
mengidentifikasi kelompok karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan
dalam megevaluasi kualitas, diantaranya jaminan yang mencakup kemampuan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bihaya, resiko
atau keraguraguan. Berkenan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
kemampuan mereka dalam menentukan rasa percaya dan keyakinan pelanggan
Tjiptono, (2016). Kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaandan
perilaku front-line staf dalam menanamkan rasa percaya, kenyakinan pada
pelanggan. Berdasarkan banyak riset yang dilakukan, ada 4 aspek pada dimensi ini,
yaitu keramahan, kompetensi, dan keamanan.Irwan, (2015).
c. Tangibles (Bukti Fisik)
Untuk pasien yang menjadikan bukti fisik sebagai suatu indicator dalam
menentukan kepuasan terhadap sarana yang diterima, maka hal ini perlu mendapat
perhatian dari pihak rumah rumah sakit sebab kualitas tangible ini merupakan suatu
bukti fisik yang dapat dirasakan dan dapat diukur oleh pasien.
Sedangkan menurut Zeithaml, Berry dan Pasuruman bukti langsung
(Tangibles) merupakan tampilan pelayanan secara fisik, fasilitas fisik, penampilan
tenaga kerja, alat atau peralatan yang digunakan dan dalam memberikan bukti fisik
sebagai media awal bagi klien/pasien untuk melihat secara nyata pertama kali apa
yang ada, sesuai itu mengenai penampilan petugas maupun tentang sarana fisik
yang digunakan diunit rawat inap.
Berkenan dengan penampilan fisik fasilitas pelayanan, peralatan atau
perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi perusahaan Tjiptono
(2016). Karena suatu service tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium dan tidak bisa
diraba, maka aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan.
Pelanggan akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai suatu kualitas
pelayanan. Tangible yang baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat
yang bersamaan aspek tangible ini juga merupakan salah satu sumber yang
mempengaruhi harapan pelanggan.Karena tangible yang baik, harapan pasien
menjadi lebih tinggi.
Kualitas tangible umumnya lebih penting bagi pelanggan baru. Tingkat
kepentingan aspek ini relative lebih rendah dagi penggan yang sudah menjalin
hubungan dengan penyedia jasa Irwan (2014)
4) Emphaty (Empati)

Berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi


kepentingan pelanggan dalam memiliki jam opersi yang nyaman. Pelanggan dari
kelompok menengah atas atas mempunyai harapan tinggi hatas perusahaan penyedia
jasa mengenal mereka secara pribadi. Pelanggan yang empathy sangat memerlukan
sentuhan pribadi Irwan (2014).

Memberikan pelayanan yang menyenangkan dan mengikuti proses yang sesuai maka
kualitas pelayanan yang seseuai dapat diwujudkan, sebagaimana definisi kualitas dari
Salusu (2012).

Dengan menggunakan ke lima kualitas ini didapatkan konsep kesenjangan kualitas


pelayanan, antara harapan pelanggan dan pelayanan yang dirasakan. Kesenjangan
antara pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dirasakan merupakan suatu
pengukuran terhadap kualitas pelayanan yang akan menimbulkan kepuasan (positif)
maupun kekecewaan (negatif).

5) Responsiveness (Ketanggapan)

Menurut Azwar (2014) menyatakan bahwa bagi pemakai jasa pelayanan


kesehatan (health costumer) kualitas pelayanan lebih terkait dengan ketanggapan
petugas memenuhi kebutihan pasien dan kelancaran komunikasi antara petugas dengan
pasien, dimana dalam hal ini kebutuhan pasien adalah menjadi lebih sesuai atau
sembuh dari keluhan/penyakit yang dideritanya.

Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu


para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera Tjiptono (2016).

Daya Tangkap adalah kualitas yang paling dinamis. Harapan pelanggan terhadap
kecepatan pelayanan hamper dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik
dari waktu ke waktu. Harga suatu waktu berbeda antara setiap pelanggan lainnya.Ada
kelompok pelanggan yang lebih menghargai waktu da nada yang kurang mengenai
waktu.Irwan (2014).

Sedangkan menurut Depkes RI (2013) telah menetapkan bahwa pelayanan


keperawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan pelayanan
kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawat.Aspek dasar tersebut meliputi
aspek penerimaan, perhatian, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama. Masing-
masing aspek dijelaskan sebagai berikut :

a. Aspek Penerimaan

Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, sopan, periang dan selalu
tersenyum, menyapa semua pasien maupun keluarga pasien. Perawat perlu memiliki
minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat,
latar belakang sosial ekonomi dan budaya, sehinga pribadi utuh. Agar dapat
melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat
terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.

b. Aspek Perhatian

Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan
kepada pasien dengan suka rela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensivitas
dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien.

c. Aspek Komunikasi
Aspek ini meliputi setiap perawat yang harus biasa melalukan komunikasi yang baik
dengan pasien, dan keluarga pasien.Adanya komunikasi yang saling berinteraksi
antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga
pasien.
d. Aspek Kerjasama

Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Aspek tanggung jawab

Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam
bertindakan.

Sedangkan Wijono,D (2012) menyebutkan empat aspek yang harus dimiliki


industri jasa pelayanan, yaitu :

a. Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas
waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung di rumah sakit yang sudah
ditentukan waktunya.
b. Tepat, kecepatan tanda ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen.
Bagaimana perawat dalam memberkan pelayanan kepada pasien yaitu tepat
memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.
c. Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsi suatu
produk atau dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan
pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien sehingga
memberikan rasa aman kepada pasien.
d. Ramah tama, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat pelanggan
menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan tanpa emosi
yang sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai pelayanan dari perawat.

B. Definisi Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Pemgertian Asuhan Keperawatan

Manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui


perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam
memilih alternatifkegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam
pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya,2014).
Manajemen sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi
suatu sistem yang memerlukan pengorganisasian, termasuk dalam keperawatan.
Manajemen keperawatan dapat didefinisikan yaitu proses koordinasi dan integrasi
sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
perawatan, tujuan pelayanan dan obejektif (Huber, 2016). mengatakan bahwa
Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses dari koordinasi dan integrasi sumber
daya melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasi atau pengarahan dan
pengendalikan untuk mencapai tujuan institutional yang spesifik dan objektif.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-fungsi
yang jelasmengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus
diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Sedangkan dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen utama berdasarkan
fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
staffing(kepegawaian), directing(pengarahan) dan controlling (pengendalian/
evaluasi)

a. Planning(Perencanaan)
perencanaan adalah satu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada
perencanaan yang sebelumnya & memodifikasi rencana yang diperlukan
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan atau menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang,
dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan defenisi tersebut, fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan
mengatur semuakegiatan yang ada kaitannya dengan personil, finansial,
material, dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati
bersama (Swansburg, 2012).
c. Actuating (Pengarahan)
Douglas dalam Swanburg (2012) mendefinisikan pengarahan sebagai
pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta pandangan
pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai
obyektif organisasi.
d. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan danpengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi
yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat disepakati

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada


tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

1. Standar I : Pengkajian KeperawatanAsuhan keperawatan peripurna memerlukan


data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya
untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.Komponen pengkajian
keperawatan meliputi :
a. Pengumpulan data, kriteria : (1) menggunakan format yang baku, (2)
sistematis, (3) diisi sesuai item yang tersedia, (4) aktual, (5) valid.
b. Pengelompokan data, kriteria : (1) data biologis, (2) data psikologis, (3) data
sosial, (4) data spiritual
c. Perumusan Masalah, kriteria : (1) kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan, (2) perumusan masalah ditunjang
oleh data yang telah dikumpulkan
2. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingka n dengan norma fungsi kehidupa n pasien. Kriteria :
(1) diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien, (2) dibuat sesuai dengan wewenang perawat, (3)
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE), (4) bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien
sudah nyata terjadi, (5) bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien
kemungkinan besar akan terjadi, (6) dapat ditanggulangi oleh perawat.
3. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen
perencanaan keperawatan meliputi:
a. Prioritas masalah, kriteria: (1) masalah yang mengancam
kehidupanmerupakan pr ioritas ut ama, (2) masalah yang mengancam
kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, (3) masalah yang mempengaruhi
perilaku merupakan prioritas
b. Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: (1) spesifik, (2) bisa diukur, (3) bisa
dicapai, (4) realistik, (5) ada batas waktu.3)Rencana tindakan, kriteria: (1)
disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan, (2) melibatkan
pasien/keluarga, (3) mempertimbangkan latar belakang bidaya
pasien/keluarga, (4) menentukan alternative tindakan yang tepat, (5)
mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan,
sumber daya dan fasilitas yang ada, (6) menjamin rasa aman dan nyaman
bagi pasien, (7) kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang
mudah dimengerti.
4. Standar IV: Intervensi KeperawatanIntervensi keperawatan adalah pelaksanaan
rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan
keluarganya. Kriteria :
(1) dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan,
(2) menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien,
(3) menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien/keluarga,
(4) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
(5) menggunakan sumber daya yang ada,
(6) menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,
(7) menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan
keselamatan pasien,
(8) melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,
(9) merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan
pasien,
(10) mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan,
(11) merapikan pasien dan alat setiap selesai
(12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang
telah ditentukan.
5. Standar V: Evaluasi KeperawatanEvaluasi keperawatan dilakukan secara
periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria:
(1) setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi,
(2) evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, (3) hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan,
(4) evaluasi melibatkan pasien,keluarga dan tim kesehatan,
(5) evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
6. Standar VI: catatan asuhan keperawatanCatatan asuhan keperawatan dilakukan
secara individual. Kriteria :
(1) dilakukan selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan,
(2) dapat digunakan sebagai bahan informasi, ko munikasi da n lapo ran, (3)
dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan,
(4) menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku,
(5) sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan,
(6) setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat yang
melaksanakan tindakan dan waktunya,
(7)menggunakan formulir yang baku, (8) disimpan sesuai dengan pengaturan
yang berlaku.

4. METODE PENUGASAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Metode penugasan merupakan suatu aspek penting dalam dunia keperawatan, hal
ini dibutuhkan agar perawat mampu bekerja secara maksimal. Untuk itu dalam
pemilihan metode penugasan perlu memperhatikan berberap hal berikut: jumlah
tenaga perawat, kualifikasi staff, dan klasifikasi pasien. Berikut ini merupakan
metode penugasan yang tengah berkembang saat ini:

a. Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu metode penugasan dimana seorang perawata hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi. Metode ini banyak dipakai saat
perang dunia kedua. Ketika perang dunia kedua metode ini banhyak dipakai
karena jumlah perawat serta kemampuan perawat masih terbatas.
[

Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan

Huston, 2012[[)

Kelebihan metode penugasan fungsional adalah sebagai berikut:

1) Managemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang


jelas dan pengawasan nyang baik.
2) Baik diguanakan dalam kondisi keterbatasan tenaga perawat.

Kelemahan :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.


2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
b. Metode penugasan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep
kooperatif & kolaboratif (Douglas, 2012). Metode ini bertujuan untuk:
memfasilitasi pelayanan keperawatan; menerapkan proses keperawatan standard;
dan menyatukan kemampuan anggota tim yang beragam. Konsep dari metode ini
adalah ketua tim sebagai perawata professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat
penting dalam metode ini, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketuan.
Selai itu peran kepala ruang sangat penting dalam model tim ini.

Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

l Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “


(Marquisdan Huston, 1998)

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :

1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman


danpengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.

2) Biaya lebih besar

Kepala ruangan Kepala ruangan Kepala ruangan

Perawat primer

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana


Gambar 3 : Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “ (Marquis dan
Huston, 2012)

d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.

Kepala ruangan

Ketua tim
Ketua tim Ketua tim

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Gambar 4 : Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “

(Marquis dan Huston, 1998)

Agar metode metode diatas dapat di jalankan dengan baik maka masing-masing pihak
harus menge tahui peran dan ttanggung jawab masing-masing, berikut merupakan
tanggung jawab masing –masing peran.

1) Tanggung Jawab Karu :


a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan

c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan


kepemimpinandan managemen

d) Mengorientasikan tenaga baru

e) Menjadi narasumber bagi tim

2) Tanggung Jawab Katim

a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga

b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),


menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra

c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang


konsisten

d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan


melalui konfrens

e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim

f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3) Tanggung Jawab Anggota Tim :

a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim

b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien

c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di


tempat

d) Berkontribusi terhadap perawatan

 observasi terus menerus


 ikut ronde keperawatan
 berinterkasi dgn pasien & keluarga
 berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah
5. PERAN DAN TUGAS MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

Peran dan fungsi perawat profesional disusun untuk mengidentifikasi dan


memperjelas aspek-aspek yang membedakan praktik keperawatan profesional dari
praktik perawatan yang diberikan oleh orang yang tidak mempunyai kualifikasi
keperawatan profesional. Adapun peran dan fungsi perawat secara umum sebagai
berikut:
1. Perencanaan keperawatan untuk masing-masing klien.
2. Pemberian perawatan langsung.
3. Indentifikasi waktu yang tepat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan pada
klien oleh tenaga yang tidak memiliki kualifikasi perawatan profesional.
4. Mempersiapkan dan mendukung tenaga yang tidak memiliki kualifikasi
keperawatan profesional untuk melaksanakan aktivitas yang diserahkan kepada
mereka oleh perawat profesional.
5. Manajemen dan sumber daya manusia, perlengkapan dan pelayanan yang efektif
dan efisien langsung dikendalikan atau diambil alih oleh perawat profesional.
6. Pembentukan standar, audit keperawatan dan audit klinik.
Untuk secara spesifik kami menemukan beberapa peran dan fungsi dari
perawat dalam manajememn keperawatan, yaitu sebagai berikut. 

a. PERAN
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan Perawat bertanggung-jawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai pada
yang paling kompleks kepada klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pengelola dalam bidang Pelayanan Keperawatan Tenaga keperawatan secara
fungsional mengelola pelayanan keperawatan termasuk perlengkapan,
peralatan dan lingkungan.Disamping itu membimbing petugas kesehatan yang
berpendidikan lebih rendah, bertanggung-jawab dalam hal administrasi
keperawatan baik di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola
pelayanan keperawatan untuk klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Pendidik Pelayanan Keperawatan Tenaga Keperawatan bertanggung jawab
dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan dasar bagi tenaga
kesehatan lainnya dan tenaga anggota keluarga.
b. FUNGSI TENAGA PERAWAT 
Tenaga keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada klien-klien
yang dirawat) sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan kesehatan klien dan mendorong klien untuk berperan
serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan,
kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan anak,
pencegahan penyakit dan kecelakaan.
3. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada klien yang meliputi perawatan
darurat,serta bekerjasama dengan dokter dalam program pengobatan
4. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi
dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan lainnya.
5. Melaksanakan pencatatan pelaporan asuhan Keperawatan.
Sebagai penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan adalah :
1. Memelihara kebersihan dan kerapihan di dalam ruangan
2. Menerima klien baru
3. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode proses
keperawatan
4. Mempersiapkan klien keluar
5. Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah tangga
6. Mengatur tugas jaga
7. Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai dan obat
8. Mengelola administrasi

6. TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

Proses timbang terima keperawatan (operan) adalah komunikasi yang terjadi di antara
dua shift keperawatan dengan tujuan khusus untuk menyampaikan informasi tentang
keadaan klien di bawah perawatan/asuhan perawat. Proses operan keperawatan
merupakan cara komunikasi yang digunakan perawat dan tenaga kesehatan lain untuk
menyampaikan informasi kebutuhan asuhan keperawatan dan kondisi klien saat
perubahan shift.

1. Tujuan
 Untuk memastikan kelangsungan asuhan/perawatan klien dengan aman,
menyediakan informasi klien kepada perawat pada shift selanjutnya.
 Untuk menjaga kelangsungan laporan/perkembangan mengenai klien.
 Tersusunnya rencana kerja untuk shift berikutnya.
2. Masalah pada timbang terima keperawatan
 Ada informasi yang tertinggal, tidak disampaikan perawat, atau informasi
bukan dilaporkan secara langsung oleh perawat yang bertanggung jawab
terhadap klien.
 Adanya distraksi berupa kegaduhan (berisik), interupsi, dan staf yang tidak
memperhatikan.
 Kurangnya kerahasiaan, tidak adanya privasi di nurse station..
3. Jenis/metode timbang terima
 Verbal hand over
 Tape recorded hand over
 Bedside hand over
 Written hand over
Metode-metode tersebut akan dipengaruhi oleh jumlah klien, tingkat
ketergantungan, jumlah dan tingkat staf. ’Mix and match’ merode bisa dipakai
dalam operan.

4. Proses timbang terima


 Kedua kelompok dinas/shift sudah siap.
 Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh masalah,
kebutuhan, dan segala tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang
penting lainnya selama masa perawatan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang,
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas
berikutnya.
 Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a)Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan penunjang, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
 Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
 Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Dilaksanakan tepat waktu dan semua perawat yang sudah dan akan bertugas
hadir, serta siapkan hand over sheet..
 Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab yang
dilakukanpadaawalserah terima tanggung jawab.Hal ini seharusnya
tidakmemperpanjang waktuserah terima, hanya 2-3menit danharus fokusisu-
isukeselamatanklien tertentu.
 Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR) model
dapat digunakan olehsetiap tenaga kesehatanprofesional untuk
mengkomunikasikaninformasi klinistentang kondisiklien.
 Untuk menetapkan standar kualitas pada verbal hand over
Currie(2002)mengusulkanbahwa setiapserah terimaharus ‘CUBAN’, yaitu
Confidential : pastikan bahwa segala informasi tidak terbawa keluar area
keperawatan.

Uninterrupted : Memanfaatkandaerah yang tenang, tidak adagangguan.


Dimulai di awalshift.

Brief : Jaga informasitetap relevan. Hindaripelabelanatau


stereotip.

Accurate : Pastikanbahwa semua informasibenar dantidak adaklien yang


terlewat.
Named nurse : Perawat yang melapor adalah perawat yang bertanggung
jawab langsung terhadap klien.

 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan


menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien

7. RONDE KEPERAWATAN

Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang


dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.

1. Tujuan
 Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
 Meningkatkan validitas data klien.
 Menilai kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
 Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
2. Karakteristik
 Klien dilibatkan secara langsung.
 Klien merupakan fokus kegiatan.
 Perawat pelaksana, perawat primer, dan konsuler diskusi bersama.
 Konsuler memfasilitasi kreativitas.
 Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat pelaksana dan
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
3. Peran perawat dalam ronde keperawatan
 Peran perawat primer dan perawat pelaksana:
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
- Menjelaskan masalah keperawatan utama.
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
- Menjelaskan tindakan selanjutnya.
 Peran perawat primer lain dan atau konsuler
- Memberikan justifikasi.
- Memberikan penguatan (reinforcement).
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
- Mengarahkan dan koreksi.
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
4. Tahap ronde keperawatan
 Tahap persiapan (pra ronde keperawatan)
- Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
- Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.
 Tahap pelaksanaan
- Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat konselor/kepala
ruang tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
 Tahap pasca ronde
- Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan

8. DOKUMENTASI DALAM ASUAHAN KEPERAWATAN

Dokumentasi adalah bukti tertulis dari segala sesuatu yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus
mendeskripsikan tentangstatus kebutuhan klien yang komperhensif. Dokumetasi
yang baik tidak hanya mencerminkan kualitas perawatan tapi juga membuktikan
pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan.
Semua catatan mendasar mengandung informasi berikut:
 Identifikasi klien dan data demografi klien
 Surat izin untuk pengobatan dan prosedur
 Riwayat keperawatan saat masuk
 Diagnosa keperawatan
 Rencana asuhan keperawatan
 Catatan tentang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan
 Riwayat medis
 Diagnosis medis
 Pesanan teraupetik
 Catatan pengembangan medis dan disiplin kesehatan
 Laporan tentang pemeriksaan fisik
 Laporan tentang pemeriksaan diagnostic
 Ringkasan tentang prosedur operatif
 Rencana pemulangan dan ringkasan tentang pemulangan

Dokumentasi merupakan sumber datas yang bermanfaat dan digunakan oleh


semua tim perawatan kesehatan. Tujuannya mencakup komunikasi, tagihan
financial, edukasi, riset, audit, dan dokumentasi legal

1. Sebagai Sarana Komunikasi


Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna
untuk:
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh
tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap klien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian
dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada klien.
c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat
dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat
segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen.
3. Sebagai Informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu
merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana
dan teknis.
4. Sebagai Sarana Pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik
dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa
kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan
pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.
5. Sebagai Sumber Data Penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber
data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan
keperawatan/kebidanan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat
diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman,
efektif dan etis.
6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan
asuhan keperawatan/kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan
kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan.
Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan /kebidanan
Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai