Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EVIDANBASED ASKEB KEHAMILAN 1

PERAN INFORMASI KELUARGA BERENCANA PADA PERSEPSI


DALAM PRAKTIK KELUARGA BERENCANA

OLEH:

Nama kelompok:
1. Tri wahyuni (154012012038)
2. Selvy Melinda (154012012035)
DOSEN PENGAMPU: ELVINA INDAH SYAFRIANI, SST.,M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TANUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas terselesaikan makalah,yang telah
kami diskusikan tentang “PERAN INFORMASI KELUARGA BERENCANA
PADA PERSEPSI DALAM PRAKTIK KELUARGA BERENCANA” yang
disajikan untuk menambah wawasan serta pengetahuan Dan juga kami
mengucapkan terima kasih Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari
masih banyak kekurangan atau ketidak sempurnaan.

adanya kekurangan - kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami mohon


maaf. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
bagi saya sendiri. Kepada pembaca kami mohon maaf bila dalam penyajian
makalah ini masih banyak kekurangan atau kesalahan. Kami sangat harapkan
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini

Palembang,23 mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................7


1.2 Rumus masalah ........................................................................................7

1.3 Tujuan.......................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KB.....................................................................................9


2.2 Cara kerja……..……..........................................................................9
2.3 Macam-macam kontrasepsi.................................................................9
2.4 Penggunaan kontrasepsi menurut umur.............................................19
2.5 Maanfaat program KB.......................................................................19
2.6 Kekurangan programKB...................................................................20
2.7 Keterpaparan informasi KB berdasarkan sumber informasi KB.......21
2.8 Perbedaan persepsi tentang KB menurut keterpaparan informasi ....23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................24


3.2 Saran ................................................................................. ................25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. ....................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia salah satu program
KB paling berhasil di dunia. Meski begitu, ternyata laju pertumbuhan dan
jumlah penduduk masih tinggi. Bila tingkat pencapaian KB mencapai
penurunan 0,5 persen saja, dikhwatirkan pada tahun 2015 mendatang
panduduk Indonesia akan bertambah 50 juta jiwa.
Perhatian terhadap program Keluarga Berencana (KB) mendapat
prioritas pada masa Orde Baru. Program KB bahkan sudah menjadi program
pemerintah di awal periode tersebut. Sebelum menjadi program pemerintah,
Keluarga Berencana sudah mulai disosialisasikan oleh beberapa individu atau
lembaga swasta yang mempunyai perhatian terhadap program tersebut
(Anggraini dan Martini, 2011).
Pada masa Orde Baru program KB di diakui keberhasilannya. Bukti
keberhasilan tersebut salah satunya ditunjukkan dengan penurunan angka
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 1970-1980
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,31 persen, jumlah ini menurun
dalam periode 1980-1990 menjadi sebesar 1,98 persen, penurunan angka
pertumbuhan penduduk ini berlanjut pada periode 1990-2000 yaitu sebesar
1,49 persen serta pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 sebesar 1,49.
Fenomena ini terjadi seiring dengan besarnya perhatian pemerintah kepada
masalah kependudukan (Muhidin, 2002).
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
(Mochtar, 1998). Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran (Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2004). Keluarga berencana menurut
Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan

4
dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum,
2008).
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkanb kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan
terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun,
2008). KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Selama sepuluh tahun terakhir negara mengalami kegagalan dalam
mempromosikan dan mensukseskan Keluarga Berencana, adalah realitas yang
tidak dapat dipungkiri. Kegagalan tersebut bukanlah disebabkan oleh
berhentinya keterlibatan TNI dalam program KB. Namun lebih disebabkan
oleh adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah. Pasal 12 konvensi
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, yang telah
diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 7 1984, menyatakan bahwa negara
wajib menghapus diskriminasi terhadap perempuan di bidang pemeliharaan
kesehatan. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan yang layak berkaitan
dengan kehamilan, sebelum dan sesudah persalinan, serta pelayanan cuma-
cuma termasuk untuk KB serta pemberian makanan bergizi. Namun sejak
reformasi, dimana pemerintah memiliki ikatan utang dengan IMF
(International Monetary Fund) dan diharuskan melaksanakan program
Structural Adjustment, yang salah satunya diharuskan menghapuskan
program layanan kesehatan dan KB Cuma-Cuma. Sejak itulah layanan KB

5
bagi masyarakat terutama kelompok miskin diabaikan (Anggraini dan
Martini, 2011).
Terjadinya reformasi politik pemerintahan yang dilanjutkan dengan
penerapan otonomi daerah, menggeser paradigma pelaksanaan program KB
di lapangan yang mempengaruhi gerak dinamis program KB nasional. Saat
ini pelaksanaan program KB sangat tergantung pada kebijakan strategis
pemangku jabatan yang ada di daerah. Hal ini tercermin dari belum
memadainya komitmen pemerintah daerah dalam pengelolaan program KB
yang dapat dilihat dari bervariasinya bentuk kelembagaan KB maupun dana
yang dialokasikan. Adanya perubahan lingkungan strategis dan agar sejalan
dengan era desentralisasi, pemerintah melakukan reformulasi kebijakan KB
(BKKBN, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi dalam
praktik KB menurut persepsi dan keterpaparan informasi.Secara khusus
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber informasi yang
memberikan informasi KB kepada masyarakat danperbedaan persepsi tentang
KB menurut sumber informasi KB.
Kebijakan adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya
pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang
bersangkutan. Kebijakan merupakan strategi untuk mengantar masyarakat
pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, menuju
masyarakat yang dicita-citakan (Nugroho, 2008). Keluarga berencana
merupakan salah satu kebijakan pembangunan sumber daya manusia yang
berkelanjutan melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008).
Pasca pelaksanaan konferensi internasional kependudukan (ICPD,
1994) di Kairo, Mesir, kebijakan program KB dan Kesehatan reproduksi di
Indonesia lebih diarakan pada permintaan individu dan pasangan dalam
rangka mewujudkan hak-hak reproduksi. Hal ini termasuk hak setiap orang
untuk memperoleh informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi

6
yang aman, efektif, terjangkau dan akseptabel (Saifuddin, dkk., 2003). Oleh
karena itu, dalam konteks ini penggunaan alat kontrasepsi adalah hanya
merupakan bagian dari hak-hak reproduksi sebagai hak asasi manusia yang
universal.Selain sebagai upaya pengendalian penduduk (population control),
juga upaya pemenuhan hak-hak kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual.
Perubahan ini berpengaruh pada pelaksanaan program KB dari yang semula
terfokus pada pencapaian target demografis (peningkatan partisipasi
masyarakat dalam ber-KB untuk meningkatkan CPR dan menurunkan unmet
need dalam upaya menurukan TFR) menjadi lebih ke perluasan akses
masyarakat terhadap KB dan peningkatan kualitas pelayanan dengan
memperhatikan aspek Hak Asasi Manusia (HAM).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok permasalahan dalam identifikasi masalah tersebut ,
maka tujuan yang hendak di capai dalam pembuatan makalah ini adalah mengurai
jurnal mengenai Peran informasi keluarga berencana pada persepsi dalam
praktik keluarga berencana

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sumber informasi yang memberi informasi keluarga
berencana kepada masyarakat.
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:

Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan


NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan khusus

1)    Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.

2)    Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.

7
3)    Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KB

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar


Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang di inginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah
beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan.
2.2 Cara Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara
sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara :
1) Menekan keluarnya sel telur (ovum)
2) Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita sampai
mencapai ovum
3) Mencegah nidasi
2.3 Macam-macam Jenis Kontrasepsi
1.    Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a.    Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan
sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria
dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Cara ini tidak
dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu kapan
spermanya keluar.
b.    Pantang Berkala (sistem berkala)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri
dalam masa subur.Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender juga
difungsikan untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini kurang
dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk

9
‘puasa’. Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung
siklus haidnya setiap bulan.

2.    Kontrasepsi sederhana dengan alat


a.    Kondom
Kondom merupakan salah satu
pilihan untuk mencegah kehamilan yang
sudah populer di masyarakat. Kondom
adalah suatu kantung karet tipis, biasanya
terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai
untuk menutupi penis yang berdiri
(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam
liang vagina. Kondom sudah dibuktikan
dalam penelitian di laboratorium
sehingga dapat mencegah penularan
penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS

Manfaat pemakaian kontrasepsi kondom :


1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu kesehatan klien
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
5. Murah dan dapat dibeli secara umum
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatah khusus
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda

10
b. KB Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal  

1. KB Suntik 1 bulan (kombinasi)


Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan 5 mg esestradiol sipionat
yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg roretindron
enantat dan 5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali
 Keuntungan menggunakan KB Suntik
 Praktis, efektif dan aman dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99%
 Tidak membatasi umur
 Obat KB suntik yang 3 bulan sekali (Progesteron saja) tidak
mempengaruhi ASI dan cocok untuk ibu menyusui
 Kerugian menggunakan KB Suntik
 Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual, pendarahan berupa
bercak di antara masa haid, sakit kepala dan nyeri payudara
 Tidak melindungi dari IMS dan HIV AIDS
 Indikasi:
o Wanita usia 35 tahun yang merokok aktif
o Ibu hamil atau diduga hamil
o Pendarahan vaginal tanpa sebab
o Penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi dan kencing manis
o Sedang menyusui kurang dari 6 minggu
o Penderita kanker payudara

11
2. KB  Suntikan 3 bulan.
Depo Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang
kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat termasuk
dalam golongan kontrasepsi ini. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama
seperti kontrasepsi hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk
program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.
 Keuntungan KB suntik 3 bulan
 Resiko terhadap kesehatan kecil.
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
 Tidak di perlukan pemeriksaan dalam
 Jangka panjang
 Efek samping sangat kecil
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

 Kerugian KB suntik 3 bulan


1. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan
yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
4. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
5. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
6. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang
7. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas,
dan jerawat.

12
c. KB Pil

Pil adalah obat


pencegah kehamilan
yang diminum. Pil
telah diperkenalkan
sejak 1960. Pil
diperuntukkan bagi
wanita yang tidak
hamil dan
menginginkan cara
pencegah kehamilan
sementara yang paling
efektif bila diminum
secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu
yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka
hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak
(atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah
kehamilan yang lain.
 Jenis-jenis kontrasepsi Pil
1. Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon
yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara
teratur.
 Jenis – jenis pil kombinasi:
a. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan
7 tablet tanpa hormone aktif.

13
b. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/progesterone dalam dua dosis yang berbeda
adalah estrogen dan progesteron, dengan 7 tablet tanpa hormone
aktif.
c. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/progesterone dalam tiga dosis yang berbeda
adalah mengandung berbagai dosis progestin. Pada sejumlah jenis
obat tertentu, dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif bervariasi.
Maksud dari variasi ini adalah mempertahankan besarnya dosis pada
pasien serendah mungkin selama siklus dengan tingkat kemampuan
dalam pencegahan kehamilan yang setara

2. Pil khusus – Progestin (pil mini)


Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan
memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa
dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit
pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium
(lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah
dibuahi.
 Kontra indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita
hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker
kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal
melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada
sebelah kepala).

 Efek Samping Pemakaian Pil


Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar
haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit
jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat

14
badan.

d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam


Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device)
bagi banyak kaum wanita merupakan
alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini
sangat efektif dan tidak perlu diingat
setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu
yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun
kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada
wanita yang ternyata belum dapat
menggunakan sarana kontrasepsi ini.
Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang
lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.
 Jenis-jenis AKDR :
1.    Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti
pembuahan) yang cukup baik. 
2.    Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan
tembaga halus pada jenis Coper-T.
3.    Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari

15
ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil), dan mini.
4.    Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda
menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm
(benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30
mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D.
Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan
lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik.

e. Kontrasepsi Implant

Disebut alat kontrasepsi


bawah kulit, karena
dipasang di bawah kulit
pada lengan atas, alat
kontrasepsi ini disusupkan
di bawah kulit lengan atas
sebelah dalam .Bentuknya
semacam tabung-tabung
kecil atau pembungkus
plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti
kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di
dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya

16
ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5
tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.

f. Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita).


g.
Tubektomi adalah setiap
tindakan pada kedua
saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita
tersebut tidak akan
mendapatkan keturunan
lagi. Sterilisasi bisa
dilakukan juga pada pria,
yaitu vasektomi. Dengan
demikian, jika salah satu
pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat
kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena
kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam
pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia,
sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah,
pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu
terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang
harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah
jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak
yang hidup harus 3 atau lebih.

17
g. Kontrasepsi vasektomi
h.

Vasektomi adalah
prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan
jalan melakukan oklusi
vasa deferensia alur
transportasi sperma
terhambat dan proses
fertilisasi tidak terjadi.

 Indikasi kontrasepsi vasektomi


Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
1. Infeksi kulit pada daerah operasi
2. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3. Hidrokel atau varikokel
4. Hernia inguinalis
5. Filarisasi(elephantiasis)

18
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoaglansia

2.4 PENGGUNAAN KONTRASEPSI MENURUT UMUR


a.    Umur ibu kurang dari 20 tahun:
a. Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.
b. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda
frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan
tinggi.
c. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
d. Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.

b.    Umur ibu antara 20–30 tahun


1) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
2) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral
sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil.

c. Umur ibu di atas 30 tahun


2.4 Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom
bisa merupakan pilihan kedua.
2.5 Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi
(sterlilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan
spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah
2.5 Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak keuntungan.
Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah
terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan
yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam

19
upaya menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut
dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan.

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang


nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker
uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah penularan penyakit
menular seksual, seperti HIV. Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi
mempunyai efek samping dan risiko yang kadang-kadang merugikan
kesehatan, namun demikian benefit penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut
akan lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan
risiko kesakitan dan kematian maternal.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan
ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak
kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan
ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga
membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih
balk dengan merencanakan proses reproduksinya.
Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab
dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan
keuntungan seseorang mengikuti program KB.

2.6 Kekurangan Program Keluarga Berencana (KB)


Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak semua
Posyandu di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan keahlian pemeriksaan
KB, ditambah lagi dengan kurangnya presentasi tentang pengetahuan KB di
daerah pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakat indonesia yang berdomisili
di pedesaan masih kurang pengetahuaannya tentang Program KB dan
manfaatnya, mereka masih beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki,
padahal zaman semakin maju dan harus diimbangi dengan pemikiran yang
semakin maju pula.

20
2.7Keterpaparan informasi KB berdasarkan sumber informasi KB

Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan terutama daerah yang jauh dari
akses informasi mengakibatkan sebagian dari masyarakat sulit untuk menerima
atau memperoleh informasi dari berbagai media, berbeda halnya masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan, untuk mengetahui seberapa banyak responden yang
memperoleh informasi dan responden yang tidak memperoleh informasi disajikan
pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi frekuensi keterpaparan informasi tentang KB


Mendapat informasi Frekuuensi
tentang KB
Tidak mendapat 47
informasi KB
Mendapat informasi 79
KB
Total 126

Tabel 1 menunjukkan bahwa 47 responden tidak memperoleh informasi tentang,


sedangkan 79 responden terpapar atau memperoleh informasi tentang KB. Dapat
diasumsikan bahwa sebagian besar responden memperoleh informasi tentang KB,
karena sebanyak 79 responden telah terpapar informasi, namun hal tersebut belum
dapat disimpulkan secara langsung karena responden yang terpapar informasi
belum tentu semua memperoleh informasi tentang KB sedangkan responden yang
tidak terpapar informasi belum tentu juga tidak memperoleh informasi tentang
KB. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut pada pembahasan analisa tentang partisipasi
keikutsertaan responden dalam praktik KB.

21
Tabel 2.Sumber keterpaparan informasi KB
Keterpaparan Sumber Frekuensi Persen
Informasi Informasi Komulatif
KB
Terpapar Radio 13 10.3
Televis 46 36.5
Petugas 20 15.9
kesehatan
Jumlah 79 62.7
Tidak 47 37.3
Terpapar
Total 126 100
Sebagian besar responden lebih banyak menerima informasi KB melalui
televisi karena televisi merupakan media yang menyajikan berbagai hiburan yang
menampilkan gambar dan dapat mengeluarkan suara serta dapat menjadi media
sebagai memperoleh informasi dari tayangan berita dan iklan yang ada di televisi
sehingga televisi lebih banyak memberikan informasi karena kelebihan yang
terdapat pada televisi. Melihat kelebihan dari televisi sebagai media yang bisa
menampilkan audio dan visual sehingga lebih menarik masyarakat untuk
menonton acara televisi, bisa jadi media televisi lebih digunakan sebagai sarana
untuk memberikan hiburan sekaligus informasi kepada masyarakat.
Penggunaan media dalam kegiatan promosi kesehatan dan sosial memiliki
pengaruh langsung terhadap perubahan perilaku individu khalayak. Hal ini juga
terjadi di Amerika Serikat, dimana media dapat mempengaruhi individu untuk
memiliki tanggung jawab terhadap nilai-nilai budaya.Ada dua sasaran utama
kegiatan komunikasi yang targetnya untuk perubahan perilaku.Sasaran pertama
adalah edukasi yang tujuannya untuk menciptakan, memelihara, pengetahuan dan
pemahaman isu-isu kesehatan. Pendidikan ini diutamakan untuk proses kognitif.
Iklan televisi dan pamflet merupakan media yang tepat untuk edukasi.Sasaran
kedua adalah motivasi yang tujuannya membawa perubahan sikap dan perilaku

22
serta tindakan nyata dari individu dan kelompok. Motivasi terdisi dari proses
kognisi dan emosional (Donovan, et al., 2003).
Kim, et al., (2006) menjelaskan bahwa komunikasi yang efektif dapat
membantu peserta Keluarga Berencana dalam membuat keputusan ketika mereka
dihadapkan pada berbagai pilihan pelayanan keluarga berencana. Dari penjelasan
tersebut dapat diasumsikan bahwa media haruslah menyampaikan informasi yang
di dalamnya memuat tentang pemahaman tentang KB, sehingga masyarakat yang
menerima informasi tersebut dapat mengaplikasikan dengan kehidupan seharihari.
Adeokon, et al., (2002, dalam Susanti,2011) mengatakan bahwa prioritas
utama kegiatan promosi kontrasepsi adalah pengaplikasian manajemen sistem
informasi secara tepat. Pelaksanaan manajemen sistem informasi lebih baik jika
disesuaikan dengan kebutuhan dari peserta keluarga berencana.

2.8 Perbedaan Persepsi tentang KB Menurut Keterpaparan Informasi


Sumber informasi yang memberikan informasi KB kepada responden
diperoleh dari radio, televisi dan petugas kesehatan, sedangkan terdapat juga
sebagian dari responden yang tidak memperoleh informasi dari sumber apapun.
Namun responden yang memperoleh informasi KB tersebut belum tentu
semuanya memiliki persepsi setuju terhadap KB sedangkan sebaliknya,
masyarakat yang tidak mendapatkan informasi KB belum tentu semuanya
menyatakan tidak setuju terhadap KB.
Hal tersebut dikarenakan pandangan setiap individu berbeda-beda dalam
menanggapi pesan yang disampaikan melalui suatu informasi. Secord & Backman
(1964) mengatakan bahwa persepsi masyarakat adalah suatu proses pembentukan
kesan, pendapat ataupun perasaan terhadap suatu hal yang melibatkan penggunaan
informasi secara terarah, oleh karena itulah persepsi setiap individu berbeda dalam
menanggapi informasi KB yang sampaikan dari berbagai sumber informasi.
Untuk melihat perbedaan responden yang memeproleh dan tidak memperoleh
informasi KB terhadap persepsi mereka tentang KB.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan jurnal yang dikutip diperoleh kesimpulan dari penelitian


tersebut bahwa hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyarakat menerima atau memperoleh informasi KB dari sumber yang


berbeda-beda, namun sebagian besar masyarakat memperoleh informasi KB
melalui televisi.

2. Terdapat perbedaan persepsi masyarakat tentang KB menurut keterpaparan


informasi KB, dengan hasil uji chi square menunjukkan angka sebesar 0,000 ≤
0,05.

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak


anak yang di inginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah
beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan.
Macam-macam Jenis Kontrasepsi

1.    Kontrasepsi sederhana tanpa alat


a.    Senggama Terputus
b. Pantang Berkala (sistem berkala)
2. kontrasepsi sederhana dengan alat
a. kondom
b. KB suntik
c. KB pil
d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
e. kontrasepsi Implant
f. Kontrasepsi Tubektomi
g. kontrasepsi vasektomi

24
3.2 SARAN

Apabila seseorang hendak menggunakan alat kontrasepsi dalam


program keluarga berencana, maka sebaiknya mempertimbangkan terlebih
dahulu segala aspek yang menyangkut kelancaran penggunaannya. Beberapa
aspek yang bharus diperhatikan di antaranya sebagai berikut:
a. Alat kontrasepsi, apakah aman untuk digunakan atau tidak
b. Keuangan keluarga, bila memiliki keuangan yang cukup mengapa
anda harus KB
c. Kesehatan ibu

Dengan penyusunan makalah ini diharapkan para pembaca


khususnya para petugas kesehatan terutama bidan dapat berperan serta
dalam memberkan konseling tentang kontrasepsi KB.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti dan Martini. 2011. Pelayanan Keluarga BerencanaYogyakarta :


Rohima press.

.
Asngari 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Karesidenan dan Kepala
Penyuluh Pertanian terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluh
Pertanian di Negara bagian Texas Amerika Serikat. Media Peternakan
Artana, I. K. (2003). Perpustakaan, Masyarakat dan
Teknologi Informasi. Visi Pustaka, 5 (2): 8-10
Arum, S. 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Jogjakarta. Mitra Cendikia Press.
Babalola S., Vondrasek C., Brown J., Traore R., 2001.
The Impact of a Regional Family Planning
Servis Promotion Initative in Sub Saharan
Africa:Evidence from Cameraoon. Inter Fam
Palnn Perspect, 27 (4):186-193 dan216
BKKBN. 2007. Evaluasi Tahun 2006 dan Tengah
RPJMN Program KB Nasional, Jakarta:
BKKBN
BKKBN. 2008. Rapat Kerja Program KB Nasional
tahun 2008: Evaluasi Program KB Nasional
Tahun 2005-2007, Jakarta: BKKBN.
Bruce, J. 1990. Fundamental Elements of The Quality
of Care : a Simple Framework. Studies in
Family Planning, 21(2):61-91
Donovan, J.B., Henley, N. 2003. “Social Marketing
Principles and Practice”. IP Communications,
Melbourne.
Green, L.W., 1980. Health Education Planning: a

26
diagnostic approach. (1st edition). California:
Mayfield Publishing Company.
Harvey, J.H & Smith, W.P. 1977.Social Psychology.An
attribution Approach. London: The C.V Mosby
Company.
Kim. Y.M., Kols A., Thuo M., Mucheke, S., & Odallo,
D. 1997. Client Provider Communication in
Family Planning: Assessing Audiotaped
Consultations from Kenya Working Paper
Number 5. The Johns Hopkins School of Public
Health, Center for Communication Programs
Kim M.Y., Davila C., Tellez C., Kols A. 2006.
Improving Health Communication in Nicaragua.
Baltimore: Johns Hopkins Bloomberg School of
Public Health, Center for Communication
Programs
Muhidin, Salahudin. 2002. Program Keluarga
Berencana dan Perubahan Demografi di
Indonesia. Jakarta : Warta Demografi, Th 33 No.
1:16-22.2003.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsi obstetric. Jakarta
EGC.
Nugroho, R. 2008. Public Policy. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Ponce, E.C.L., Sloan, N.L., Winikoff, B., Langer, A.,
Coggins, C., & Heimburger, A., et al. 2000. The
Power of Information and Contraceptive Choice
In Family Planning Setting in Mexico. Sex
Transm Inf, 76: 277 281.www.sextransinf.com.
Roemer, Ruth and John M. Paxman. 1985. "Sex
education laws and policies”. Studies in Family

27
Planning 16, 4: 219-230
Secord, P.F and Backman.C.W.1964. Social
Pyschology. MC Graw Hill International Book
Company, New York.
Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan
Masyarakat Pedesaan. Bogor: IPB.
Susanti, Indah. 2011. Peran Informasi Keluarga
Berencana Terhadap Partisipasi Pria Dalam
Praktik KB (analisis sdki 2007). Tesis.
Saifuddin, A.B., Affandi, B. & Lu, E.R. 2003). Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bekerja sama dengan JNPKKR/POGI, BKKBN,
DEPKES, dan JHPIEGO/STARH Program.
Yogyakarta : Program Studi Magister studi
Kebijakan
Wilopo, S. A. 2006. Rekomendasi Praktek praktek
untuk Penggunaan Kontrasepsi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian
Wilayah Kontemporer.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

28

Anda mungkin juga menyukai