Anda di halaman 1dari 21

Seorang laki-laki 41 tahun datang untuk melakukan pemeriksaan cek up mata.

Dokter
melakukan pemeriksaan lengkap dan menuliskan status ophthalmologi pasien meliputi, visus
jauh kedua mata 6/6, palpebra dan segmen anterior tenang, media refrakta jernih, diameter
pupil 3mm, reflek pupil langsung dan tidak langsung positif normal, retina, makula dan papil
nervus optikus dalam batas normal, tekanan bola mata normal, posisi bola mata ortoforia,
gerak bola mata bebas ke segala arah, tidak buta warna dan lapang pandang normal. Namun
pasien mengeluh mata terasa lelah untuk melihat dekat, sejak lebih kurang 1 tahun terakhir.
Dokter kemudian memeriksa visus dekat pasien, dan memberikan koreksi kacamata baca.
Dokter menjelaskan bahwa anatomi dan fungsi penglihatan pasien baik, visus jauh emetropia,
namun pasien telah mengalami gangguan akomodasi sehingga perlu menggunakan kacamata
sferis positif untuk melihat dekat. Dokter meminta pasien untuk kontrol kembali jika
kacamata sudah tidak nyaman dan berpesan supaya menjaga mata sebaik-baiknya dan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A.

STEP 1
1. Opthalmologi
2. Ortoforia
3. Emetropia
4. Visus

1. Visus : ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat


ketajaman penglihatan.
2. Media refrakta : Refraksi adalah suatu fenomena fisika berupa pembiasan sinar yang
melalui media transparan yang berbeda. Yang termasuk media refrakta adalah kornea,
aqueous humor, lensa, dan vitreous humor. Media ini memiliki target di retina. Gangguan
pada media ini yang menyebabkan visus turun.
3. Ortoforia : kedudukan bola mata dimana kerja otot – otot luar bola mata seimbang
sehingga memungkinkan terjadinya fusi tanpa usaha apapun. Pada ortoforia kedudukan bola
mata tidak berubah walaupun refleks fusi di ganggu.
4. Emetropia : kondisi mata yang tidak memiliki kelainan refraksi atau mata normal. Sinar
sejajar yang datang dari jarak tak berhingga akan difokuskan tepat di retina (makula).
Sedangkan kondisi mata yang memiliki kelainan refraksi dikenal dengan ametropia, yaitu
sinar sejajar yang datang dari jarak tak berhingga tidak dapat difokuskan tepat di makula.
Ametropia terdiri dari miopia, hipermetropia dan astigmatisme.
5. Kacamata sferis positif : tatalaksana hipermetropi dimana membuat gambaran lebih besar
dan lebih dekat sehingga dapat terlihat jelas oleh mata. Lensa sferis positif terbesar yang
memberikan tajam penglihatan terbaik (misal S +2.75 dan S +2.50 memberikan visus 6/6,
dipilih S +2.75)

STEP 2
1. BAGAIMANA ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA?
2. BAGAIMANA HISTOLOGI ORGAN MATA?
Sistem Penglihatan
Pada sistem penglihatan, mata adalah organ yang sangat khusus untuk persepsi
bentuk, cahaya, dan warna. Mata terletak dalam rongga protektif di dalam
tenggorokan yang disebut orbita. Masing-masing mata memiliki selubung protektif
untuk mempertahankan bentuknya, sebuah lensa untuk memfokuskan cahaya, sel-sel
fotosensitif yang berespons terhadap rangsangan cahaya, dan banyak sel yang
memproses informasi penglihatan. Implus penglihatan dari sel-sel fotosensitif
kemudian disalurkan ke otak melalui akson di saraf optik (nervus opticus).

Lapisan Mata
Setiap bola mata dikelilingi oleh tiga lapisan yang berbeda.
- Sklera
Lapisan luar mata adalah sklera (sclera) suatu lapisan opak jaringan ikat padat.
Sklera sebelah dalam terletak berbatasan dengan koroid. Lapisan ini mengandung
berbagai jenis serat jaringan ikat dan sel jaringan ikat, termasuk makrofag dan
melanosit. Di sebelah anterior, sklera mengalami modifikasi menjadi kornea
(cornea) yang transparan, tempat lewatnya cahaya masuk ke mata.
- Lapisan Vaskular (Uvea)
Di sebelah dalam sklera yaitu lapisan tengah atau vaskular (uvea) Lapisan ini
terdiri dari tiga bagian: suatu lapisan berpigmen padat yaitu koroid (choroidea),
badan siliar (corpus ciliare) dan iris. Di koroid terdapat banyak pembuluh darah
yang memberi makan sel fotoreseptor di retina dan struktur bola mata.
- Retina
Lapisan paling dalam di ruang paling posterior pada mata adalah retina. Tiga
perempatan posterior retina adalah daerah fotosensitif. Bagian ini terdiri dari sel
batang (neuron bacilliferum), sel kerucut (neuron coniferum), dan berbagai
interneuron, yang terangsang oleh dan berespons terhadap cahaya. Retina berakhir di
daerah interior mata yaitu ora serrata, merupakan bagian retina yang tidak
fotosensitif. Bagian ini berlanjut ke depan untuk melapisi bagian dalam badan siliar
dan daerah posterior iris.

Ruang Mata (Camerae Bulbi)


Mata mengandung 3 ruang
- Camera anterior
suatu ruang yang terletak di antara kornea, iris, dan lensa.
- Camera posterior
adalah suatu ruang kecil yang terletak di antara iris, prosesus siliaris, serat zonula
(fibrae zonulares), dan lensa.
- Camera vitrea (vitreous chamber)
adalah ruang posterior yang lebih besar, terletak di belakang lensa dan serat
zonula, dan dikelilingi oleh retina.

Camera anterior dan posterior terisi oleh cairan encer yang disebut humour
aquous. Cairan ini terus-menerus diproduksi oleh porsesus ciliaris yang terletak di
belakang iris. Humor aquosus beredar dari camera posterior ke camera anterior,
tempat cairan ini
dikeluarkan oleh vena. Camera vitrea terisi oleh bahan gelatinosa yaitu corpus
vitreous.
KELOPAK MATA

KELENJAR LAKRIMAL
KORNEA
LAPISAN KOROID DAN RETINA
3. APA SAJA OTO YANG TERDAPAT PADA MATA?
Gerak Bola mata dan koordinasi Gerak bola mata
bola mata dapat bergerak karena adanya 6 otot penggerak bola mata (otot ekstra
okuler), yaitu: m. rektus superior, m. rektus lateral, m. rektus inferior, m. rektus
medial, m. oblikus superior, dan m. oblikus inferior. Otot ekstra okuler masing-
masing memainkan peran dalam menentukan kedudukan bola mata karena adanya
3 (tiga) sumbu rotasi (yaitu sumbu vertikal, transversal, dan sagital), dan
keseimbangan posisi tarikan keenam otot tersebut.
Pada arah pandang (direction of gaze) tertentu, otot agonis berkontraksi dan
menggulir mata kearah tersebut, sedangkan otot antagonisnya mengendor.Gerak
horizontal pada sumbu vertikal meliputi gerak adduksi dan abduksi. Gerak vertikal
pada sumbu transversal meliputi gerak elevasi dan depresi, sedangkan gerak pada
sumbu sagital menyebabkan siklorotasi bola mata berupa insikloduksi dan
eksikloduksi.

Tiap mata dapat abduksi (menjauh dr hidung) dan aduksi (mendekati hidung), melihat ke
atas (elevasi), ke bawah (depresi). Enam otot ekstra okuler mengontrol pergerakan mata.
Rektus medialis dan lateralis menggerakkan mata pada arah horizontal shg masing2
menghasilkan aduksi dan abduksi. Rektus vertikalis mengelevasi dan mendepresi mata pada
abduksi. Otot oblikus superior menyebabkan depresi dalam posisi aduksi dan oblikus
inferior menyebabkan elevasi dalam posisi aduksi. Semua otot vertikalis memiliki aksi
sekunder tambahan (intorsi, ekstorsi, pergerakan sirkular mata).

Tiga saraf kranialis mempersarafi semua otot ini yg nukleusnya berada pada batang otak,
bersama dgn jaras yg menghubungkan mereka dgn nukleus2 lain (mis vestibularis) dan dgn
pusat melihat (melihat horizontal di pons dan melihat vertical di otak tengah). Semuanya
mengkoordinasi pergerakan kedua mata.
Hubungan antar nucleus memastikan gerakan kedua mata terkoordinasi. Sebagai contoh saat
melihat ke kanan, otot rektus lateralis kanan dan rektus medialis kiri sama2 terstimulasi. Di
saat yg sama, inervasi otot2 antagonis yg menggerakkan mata ke kiri (rektus lateralis kiri dan
rektus medialis kanan) terinhibisi.
(Lecture Notes Oftalmologi)
4. BAGAIMANA PROSES AKOMODASI MATA?
Kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi.

Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris. Otot
siliaris adalah bagian badan siliaris, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian
anterior. Badan siliaris memiliki dua komponen utama: otot siliaris dan anyaman
kapiler yang menghasilkan cairan aqueous (lihat Gambar 6-11). Otot siliaris adalah
suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa melalui ligamentum
suspensorium (Gambar 6-20a).
Ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum
ini menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif (Gambar 6-20b).
Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada
ligamentum suspensorium berkurang (Gambar 6-20c). Ketika tarikan ligamentum
suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi Iebih bulat karena elastisitas
inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih bulat akan
meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar.
Pada mata normal, otot siliaris berelaksasi dan lensa menggepeng untuk melihat jauh,
tetapi otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk
melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf autonom, dengan stimulasi
simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi parasimpatis menyebabkannya
berkontraksi.
Sumber : sherwood
5. APA YANG DIMASKUD DENGAN MEDIA REFRAKTA?
Media refrakta adalah media yang membiaskan sinar.
a. Kornea
Definisi dan ciri-ciri

Kornea adalah jaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam
tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
lengkungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 di
pusatnya (terdapat variasi menurut ras), diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan
vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior kornea memiliki lima lapisan yang
berbeda-beda. Lapisan epitel (yang berbatasan dengan lapisa epitel konjungiva bulbaris),
lapisan Bowman, stroma, membran descement, dan lapisan endotel.

Lapisan

Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan Bowman merupakan lapisan
jernih aseluler, yang merupakan bagian stroma yang berubah. Stroma kornea menyusun
90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen
dengan lebar sekitar 10-250 dan 1-2 yang mencakup hampir seluruh diameter kornea.
Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea, dan karena ukuran dan
kerpatannya menjadi jernih secara optis. Lamella terletak di dalam suatu zat dasar
proteoglikan terhidrasi bersama keratosit yang menghasilkan kolagen da zat dasar.
Membran descement, yang merupakan lamella basalis endotel kornea, memilki tampilan
yang homogen dengan mikroskop cahaya tapi tampak belapis-lapis dengan mikroskop
elektron akibat perbedaan struktur antara bagian pra dan pascanasalnya. Saat lahir,
tebalnya sekitar 3 dan terus menebal selam ahidup, mencapai 10-12 . Endotel hanya
mempunyai satu lapis sel, tetapi lapisan ini berperan besar dalam mempertahankan
deturgesensi stroma kornea. Endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan
kehilangan sel-selnya seiring dengan penuaan. Reparasi endotel terjadi hanya dalam
wujud pembesaran dan pergeseran sel-sel, dengan sedikit pembelahan sel. Kegagalan
fungsi endotel akan menimbulkan edema kornea.

Sumber nutrisi dan persarafan

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humor


aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat sebagian oksigen dari atmosfer.
Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari cabang pertama (ophthalmicus) nervus kranialis
V (trigeminus). Transparansi kornea disebabkan oleh struktutrnya yang seragam,
avaskularitas, dan deturgensinya.

b. Aqueous humor
Aquous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya
sekitar 250 , dan kecepatan pembentukannya yang memiliki variasi diurnal adalah 2,5/menit.
Tekanan osmotiknya sediki lebih tinggi dari plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki
konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein, urea, dan glukosa yang lebih
rendah. Aquous humor diproduksi oleh corpus ciliare

c. Corpus vitreus
Corpus vitreus berbentuk bulat (mirip agar—agar) yang memiliki karakteristik tidak berwarna,
transparan, mengisi ruang antara lensa mata dan retina ke arah belakang mata,  permukaan
anteriornya agak cekung, mengisi dua pertiga dari permukaan mata. Vitreous diproduksi oleh
beberapa sel selaput jala. Komposisinya hampir sama dengan kornea tetapi hanya memiliki
sangat sedikit sel (kebanyakan fagosit yang menghilangkan serpihan sel dalam area visual), tanpa
pembuluh darah maupun saraf, volumenya terdiri atas agar-agar dan air yang tinggi (98-99)%
dengan garam, gula, vitrosin serta rangkaian kolagen dan asam hialuronat sekitar (1-2)%.
Jaringan serabut kolagen dengan molekul-molekul asam hialuronat membuat badan kaca lentur.
Serabut-serabut kolagen (serat-serat protein yang berasal dari tropokolagen yang membentuk
serabut-serabut bercabang yang merupakan bangunan kerangka badan kaca di dalamnya
terhadap asam hialuronat. Asam hialuronat berfungsi untuk menentukan kapasitas ikatan air,
bertindak sebagai substansi perekat dengan sel-sel mirip makrofag yang memberikan kelenturan
cairan badan kaca.

Yang tampak begitu mengagumkan dari vitreous adalah meskipun ia hanya memiliki sangat
sedikit zat yang padat, ia dapat menahan mata. Disisi lain, lensa mata terikat erat dengan sel.
Meski demikian vitreous memiliki kekentalan dua sampai empat kali kekentalan air murni.
Vitreous juga memiliki indeks bias
d. Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna yang mempunyai kekuatan refraksi lensa 20 Dioptri. Tebalnnya sekitar 4 mm dan
diameternya 9mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris. Zonula menghubungkannya
dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat aquous humor sedangkan di sebelah
posteriornya terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel(sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.

Di sebelah depan terdapat epitel subkapular. Nukleus lensa lebihkeras daripada korteksnya.
Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat supepitel terus diproduksi sehingga lensa
perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamellae konsentris yang panjang. Gais-garis persambungan (suture line) yang terbentuk dari
penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y denganslitlamp.  Huruf Y ini
tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.

Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop,
inti ini jelas di bagian perifer dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subcapsular.
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula(zonula
zinnii) yang tersusun atas banyak fibril. Fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan
menyisip ke dalam ekuator lensa. 65% persen lensa terdiri dari air, sekitar 35%-nya protein
(kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit
sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan-jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.asam okrobat dab glutation terdapat daklam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi.

6. MENGAPA MATA TERASA LELAH UNTUK MELIHAT DEKAT?


Cahaya yang masuk mata normalnya terfokus di retina, dengan kemampuan
akomodasi mata.
Akomodasi : kemampuan lensa mencembung karena otot cilliaris
Kekuatan daya akomodasi semakin besar jika benda semakin dekat dengan mata.
Daya akomodasi dipengaruhi oleh elastisitas lensa dan otot ciliaris.
Pada usia >40 tahun kekuatan lensa mata dan otot akomodasi akan melemah,
ddann daya akomodasi akan melemah. Jika keadaan ini dipaksakan/ tanpa bantuan
kacamata maka sebabkan kelelahn mata
Presbyopia : berkurangnya daya akomodasi saat usiaa >40 tahun

KACAMATA?
Lensa dibentuk oleh sekitar 1000 lapisan sel yang menghancurkan nukleus dan
organel mereka sewaktu pembentukan sehingga sel-sel tersebut benar-benar
transparan. Karena tidak memiliki DNA dan perangkat pembentuk protein, sel-sel
lensa matur tidak dapat memperbaiki diri atau menghasilkan sel baru. Sel-sel di
bagian tengah lensa mengalami kesialan ganda. Tidak saja berusia paling tua, sel-
sel ini juga terletak paling jauh dari cairan aqueous, sumber nutrisi lensa. Dengan
bertambahnya usia, sel-sel di bagian tengah yang tidak dapat diperbarui ini mati
dan menjadi kaku. Dengan berkurangnya elastisitas, lensa tidak lagi dapat
mengambil bentuk sferis yang dibutuhkan untuk mengakomodasi bayangan benda
dekat. Pengurangan kemampuan akomodasi terkait usia ini, presbiopia, mengenai
sebagian besar orang pada usia pertengahan (45 hingga 50) sehingga mereka perlu
mengenakan lensa korektif untuk melihat dekat (membaca).

Sumber : sherwood
7. APA YANG DIMAKSUD DENGAN VISUS 6/6?
Sesuai konversi, ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak 20 feet atau 6 meter.
Ketajaman penglihatan diberi skor dengan 2 angka, misalnya 20/20. Penglihatan 20/20
atau 6/6 adalah normal, artinya pada jarak 6 meter pasien dapat membaca huruf yang
tertera sesuai dengan mata yang normal. Penglihatan 60/60 berarti huruf yang cukup
besar untuk dibaca di jarak 60 feet oleh mata normal dan bisa dibaca oleh mata pasien
pada jarak 60 feet. Begitu juga untuk satuan meter  60 feet = 6 meter
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter. Masing-
masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan pinhole
untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur dari
barisan terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai normal
visus adalah 6/6. Apabila pasien hanya bisa membedakan gerakan tangan pemeriksa maka
visusnya adalah 1/300, sedangkan apabila pasien hanya dapat membedakan kesan gelap
terang (cahaya) maka visusnya 1/∞.*

Sumber: Nervus Opticus oleh Ari Budiono, S.Ked /H

Visus merupakan sebuah ukuran kuantitatif atau suatu kemampuan untuk mengidentifkasi
simbol simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah
distandarisasikan serta ukuran symbol yang bervariasi. Visus 20/20 adalah suatu bilangan
yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang
benda (satuan lain dapat dinyatakan sebagai visus 6/6). 20 kaki dianggap sebagai tak
terhingga dalam perspektif optikal. Untuk alasan tersebut maka visus 20/20 dapat dianggap
sebagai performa nominal untuk jarak pengelihatan manusia. Penurunan visus adalah apabila
tajam pengelihatan seseorang kurang dari 20/20 atau 6/6. Penurunan tajam pengelihatan dapat
disebabkan oleh organik maupun anorganik. Kelainan anorganik disebabkan oleh kelainan
refraksi seperti:
1. Miopia (rabun jauh)
2. Hipermetropia (rabun dekat)
3. Presbiopia
4. Astigmatisme
Sementara kelainan organik dapat disebabkan oleh :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Kelainan pada saraf mata
4. Kelainan pada media refraksi
Rumus : Perhitungan visus adalah : V=d/D
V = Visus
d = Jarak optotype dengan probandus dimana probandus dapat melihat jelas.
D = Jarak seharusnya orang normal dapat membaca jelas (angka tertera di samping
deretan huruf optotype)

Perbedaan 6/6 dan 20/20


Perbedaan interpretasi 6/6 dan 20/20 adalah satuannya.
 6/6 menggunakan satuan meter
 20/20 menggunakan satuan feet (kaki)

Satuan feet biasanya digunakan di Amerika Serikat

Sumber : BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS ILMU KESEHATAN MATA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA, 2017

Pemeriksaan visus
CARA KERJA KETAJAMAN INDRA PENGLIHATAN :
1. Visus
1) Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin untuk
melakukannya
2) Persiapan alat untuk pemeriksaan visus
3) Meminta pasien untuk duduk dan pandangan kedepan
4) Meminta pasien menutup mata kiri dengan tangan tanpa menekan mata (atau
memakai okluder yang disesuaikan posisi penutupnya)
5) Meminta pasien untuk membaca huruf yang ditunjuk pada kartu snellen
sampai huruf terkecil
6) Bila pasien tidak bisa membaca huruf terbesar di kartu snellen, pemeriksa
melakukan pemeriksaan dengan hitung jari dari jarak 1 m sampai 6 m
hingga pasien tidak bisa melihat jari pemeriksa
7) Bila pasien tidak bisa melihat jari pada jarak 1 m, dilakukan pemeriksaan
dengan lambaian tangan pada jarak 1 m (tidak perlu mundur sampai 6 m)
8) Bila pasien tidak bisa melihat lambaian tangan pada jarak 1 m, dilakukan
pemeriksaan dengan sinar senter. (tidak ada aturan jarak)  liat gelap terang
dan arah datangnya sinar
9) Bila pasien bisa membaca huruf pada optotype  sampai pada baris keberapa
pasien bisa membaca
10) Pastikan semua baris bisa terbaca / minimal separuh dari baris terbaca (bila
dalam 1 baris terdapat 5 huruf dan pasien tidak bisa membaca 2 huruf (tulis
visus x/x (Faltive=2))
11) Bila dalam 1 baris/deretan huruf pasien hanya bisa membaca <separuh huruf
pada baris  visus pasien di baris atasnya (misal : pasien hanya bisa membaca
1 huruf dari 4 huruf di baris ke-4, maka visus adalah yang tertera di baris ke-3)
12) Tunjuk huruf pada snellen secara acak/tidak berurutan pada tiap baris
(HARUS URUT DARI BARIS HURUF PERTAMA/huruf terbesar ke BARIS
HURUF YANG LEBIH KECIL).
13) Tidak bisa membaca huruf terbesar snellen  hitung jari (hasil visus x/60)
14) Tidak bisa hitung jari  lambaian tangan ( hasil visus 1/300)
15) Tidak bisa lambaian tangan  sinar senter (hasil visus 1/~ ), proyeksi sinar
baik ( 1/~ , LP light projection atau tidak), LP jelek kalau tidak bisa
membedakan arah
16) Lakukan pemeriksaan visus pada mata yang lain
8. APA SAJA KELAINAN PADA MATA?
Gangguan penglihatan lain yang umum dijumpai adalah berpenglihatan dekat
(miopia) dan berpenglihatan jauh (hiperopia).
• Pada mata normal (emetopria) (Gambar 6-21a),sumber cahaya jauh difokuskan
di retina tanpa akomodasi, sementara sumber cahaya dekat dibawa ke focus
dengan meningkatkan kekuatan lensa.
• Pada miopia (Gambar 6-21 b1), karena bola mata terlalu panjang atau lensa
terlalu kuat, sumber cahaya dekat dibawa ke fokus di retina tanpa akomodasi
(meskipun dalam keadaan normal akomodasi digunakan untuk melihat benda
dekat), sementara sumber cahaya jauh terfokus di depan retina dan tampak
kabur. Karena itu, orang dengan miopia memiliki penglihatan dekat yang lebih
baik daripada penglihatan jauh, suatu keadaan yang dapat diperbaiki dengan
lensa konkaf (Gambar 6- 21b2).
• Pada hiperopia (Gambar 6-21c1), bola mata terlalu pendek atau lensa terlalu
lemah. Benda jauh difokuskan di retina hanya dengan akomodasi, sedangkan
benda dekat terfokus di belakang retina bahkan dengan akomodasi dan,
karenanya, tampak kabur. Karena itu, orang dengan hiperopia memiliki
penglihatan jauh lebih baik daripada penglihatan dekat, suatu keadaan yang
dapat dikoreksi dengan lensa konveks (Gambar 6-21c2).
Kini banyak orang memilih untuk mengompensasi kesalahan refraktif ini dengan
bedah mata laser (misalnya LASIK) untuk secara permanen mengubah bentuk kornea
serta tidak lagi menggunakan kaca mata korektif atau lensa kontak.

9. APA HUBUNGAN KONSUMSI VITAMIN A DENGAN KESEHATAN MATA?


Vitamin A atau retinal merupakan senyawa poliisoprenoid yang mengandung cincin
sikloheksenil. Vitamin A merupakan istilah generic untuk semua senyawa dari
sumber hewani yang memperlihatkan aktivitas biologik vitamin A. Senyawa-senyawa
tersebut adalah retinal, asam retinoat dan retinol. Hanya retinol yang memiliki
aktivitas penuh vitamin A, yang lainnya hanya mempunyai sebagian fungsi vitamin
A.

Retinal merupakan komponen pigmen visual rodopsin,yang mana rodopsin terdapat


dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas penglihatan pada saat cahaya
kurang terang. 11 – sis – Retinal yaitu isomer all – transretinal,terikat secara spesifik
pada protein visual opsin hingga terbentuk rodopsin.Ketika terkena cahaya, rodopsin
akan terurai serta membentuk all-trans retinal dan opsin. Reaksi ini disertai dengan
perubahan bentuk yang menimbulkan saluran ion kalsium dalam membrane sel
batang. Aliran masuk ion-ion kalsium yang cepat akan memicu impuls syaraf
sehingga memungkin cahaya masuk ke otak.

Defisiensi vitamin A terjadi gangguan kemampuan penglihatan pada senja hari (buta
senja). Defisiansi Vit. A menimbulkan keratinisasi jaringan epitel mata, paru-paru,
traktus gastrointestinal dan genitourinarius, yang ditambah lagi dengan pengurangan
sekresi mucus. Kerusakan jaringan
mata, yaitu seroftalmia akan menimbulkan kebutaan.*

Sumber: Studi Literatur MACAM-MACAM VITAMIN DAN FUNGSINYA


DALAM TUBUH MANUSIA *Vivi Triana /H

10. PEMERIKSAAN MATA


Tujuan
Tujuan pemeriksaan fisik mata adalah untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua mata. Fungsi
disini mencakup fungsi penglihatan dan bukan penglihatan, seperti gerak mata dan kesejajaran.

Pemeriksaan luar
Pemeriksaan secara umum pada adneksa mata (palpebra : ptosis atau retraksi palpebra dan
periokuler). Lesi kulit, pertumbuhan dan tanda-tanda radang seperti pembengkakan, eritema,
pamas, dan nyeri tekan diecaluasi melalui inspeksi dan palpasi sepintas.

a. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN
setiap pemeriksaan mata harus mencakup penilaian ketajaman penglihatan, walaupun
ketajaman penglihatan tidak disebut sebagai bagian dari keluhan utama.
 Refraksi : mata emetrop secara alami memiliki fokus yang optimal untuk penglihatan jauh.
Mata ametrop (miopia, hiperopia, atau astigmat) memerlukan lensa koreksi agar terfokus
dengan baik untuk melihat jauh.

 Uji penglihatan sentral : ketajaman penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan


objek dalam berbagai ukuran yang diletakkan pada jarak standar dari mata. Misalnya kartu
Snellen. Ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi diukur tanpa kacamata atau lensa
kontak. Ketajaman terkoreksi berarti menggunakan alat bantu. Mata yang tidak bisa
membaca satu hurufpun diuji dengan hitung jari. Jika tidak bisa mengitung jari, diuji dengan
mendeteksi tangan yang digerakkan secara vertikal atau horizontal (penglihatan HM / hand
movement). Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah kesanggupan mempersepsi
cahaya (LP/ Light perception). Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya dianggap buta
total (NLP/ No light perception)

 Uji Pinhole : Penglihatan kabur akibat kelainan refraksi disebabkan oleh banyaknya berkas
sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina sehingga terbrntuk bayangan
yang fokusnya tidak tajam. Melihat kartu snellen melalui pinhole mencegah sebagian besar
berkas tak terfokus yang memasuki mata sehingga bayangan yang dihasilkan menjadi lebih
tajam.

 Uji penglihatan perifer : penglihatan lapang pandang perifer dapat dilakukan dengan uji
konfrontasi.

PUPIL

 Pemeriksaan dasar : pupil harus tampak simetris dan masing-masing harus diamati ukuran,
bentuk (bulat atau tidak teratur), dan reaksi terhadap cahaya. Pada saat pupil disinari, ada
dua respon yang dapat dilihat, yaitu respon langsung dan respon konsensual.

MOTILITAS MATA

 Uji kesejajaran : pasien normal memiliki penglihatan binokuler. Hal ini dicapai dengan
meminta menempatkan masing-masing mata sedemikian rupa sehingga kedua fovea
terfiksasi secara serentak pada objek yang dilihat. Uji kesejajaran sederhana dapat
dilakukan dengan meminta pasien melihat ke senter yang berjarak beberapa feet. Sebuah
pantulan akan tampak pada setiap kornea dan seharusnya terletak di pusat masing-masing
pupil jika kedua mata berpadu lurus.
 Uji menutup (cover test) : pasien diminta membuka kedua matanya dan menatap objek
yang jauh. Jika kedua mata terfiksasi bersama pada objek, menutup satu mata tidak akan
mempengaruhi posisi atau kelanjutan fiksasi mata yang satunya. Jika mata kedua tidak
berpadu identik (berputar abnormal ke luar atau ke dalam), mata ini tidak terfiksasi
bersamaan pada objek.

 Menguji gerak ekstraokuler : kedua mata pasien diminta mengikuti objek saat objek
digerakkan ke salaha satu daeri empat arah pandangan utama. Pemeriksa memperhatikan
kecepatan, kelancaran, dan simetri gerakan serta mencatat adanya ketidakstabilan fiksasi.
Gangguan gerakan mata bisa disebabkan oleh gangguan neurologik (mis, kelumpuhan saraf
kranial), kelemahan otot ekstraokuler, atau kendala mekanik di dalam orbita yang
membatasai rotasi bola mata (mis, fraktur lantai orbit dengan m rectus inferior terjepit).

Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan


pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus.
Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.

b. PEMERIKSAAN VISUS
Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan :

- Optotype Snellen
- kartu Cincin Landolt
- kartu uji E
- kartu uji Sheridan/Gardiner. 

SNELLEN

Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta
disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin
kecil. Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan
melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula
dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara
bergantian. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien
dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa
membaca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus: 

 V =d/D

Keterangan:

 V = ketajaman penglihatan (visus)

  d = jarak yang dilihat oleh penderita

  D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal


Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dalam
meter dan kaki.
Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti : 

 Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
 Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
 Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
 Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.

 Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
 Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak
3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat
dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
 Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk daripada
1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter,
berarti visus adalah 1/300.

 Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya
adalah 0 (nol) atau buta total

Anda mungkin juga menyukai