Anda di halaman 1dari 130

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun
orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang
padat karya, padat pakar, padat modal, dan padat teknologi. Sehingga bahaya potensial di Rumah
Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomi, faktor
psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung,
pasien dan masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.

Tenaga kerja salah satu aset perusahaan terutama di rumah sakit berhadapan dengan berbagai
potensi bahaya kesehatan maupun kecelakaan ditempat kerjanya.Oleh karena itu tenaga kerja
perlu mendapat perlindungan yang memadai dalam hal keselamatan dan kesehatannya untuk
mempertahankan produktifitas kerjanya.

Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut
atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.

B. Tujuan

Rumah Sakit Eka selaku institusi pelayanan kesehatan dalam menjalankan kegiatan berlandaskan
visi yang telah ditetapkan yaitu :

Menjadi jaringan penyedia layanan kesehatan terdepan dalam melayani masyarakat dengan tulus
dan sepenuh hati.

Dalam upaya pencapaian visi tersebut, RS memiliki misi sebagai berikut :

1. Mengutamakan keselamatan dan kenyamanan dalam memberikan pelayanan keesehatan.


2. Menyiapkan staf yang profesional, sistem kerja, fasilitas dan sistem manajemen yang baik.

3. Aktif mempromosikan hidup sehat dan peduli pada kesehatan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)1Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Sejalan dengan visi dan misi tersebut, maka
pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan Rumah Sakit Eka disesuaikan
dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan
mengingat bahwa di rumah sakit berisiko untuk terjadinya gangguan kesehatan lingkungan dan
keselamatan kerja, serta dalam upaya meningkatkan perlindungan maupun pelestarian
lingkungan dalam segala aktivitas, maka dibutuhkan tindakan pencegahan.

Untuk menindaklanjuti hal tersebut di atas, maka dibuatlah pedoman dan petunjuk pelaksanaan
bagi setiap unit, sehingga dalam pengelolaannya selalu berada dalam koridor yang telah
ditentukan.Sehingga diharapkan dengan tindakan pencegahan yang telah diatur dapat dihindari
hal-hal yang tidak diinginkan.

Penerapan pedoman ini diharapkan didapatkan manfaat:

Bagi RS:

1. Meningkatkan mutu pelayananan

2. Mempertahankan kelangsungan operasional RS

3. Meningkatkan citra RS

Bagi karyawan RS:

1. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)

2. Menegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) Bagi pasien dan pengunjung:

1. Mutu layanan yang baik


2. Kepuasan pasien dan pengunjung

C. Ruang Lingkup

Pedoman K3RS Rumah Sakit Eka mencakup: prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan
K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan
barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan
pelaporan. Ruang Lingkup kegiatan K3RS Rumah Sakit Eka mencakup seluruh area rumah sakit
dan berlaku terhadap:

1. bagi pekerja Rumah Sakit Eka,

2. pengunjung rumah sakit

3. pasien, dan

4. masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)2Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Sebagai wujud pelaksanaan Program Kerja Sub komite
Keselamatan dan Kesehatan Kerja maka perlu kiranya ditentukan ruang lingkup fungsi dan
tanggung jawab yang jelas dan tegas sebagai berikut :

a. Kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana

b. Pencegahan dan pengendalian kebakaran

c. Keamanan pasien

d. Keselamatan kerja seluruh pegawai

e. Kesehatan kerja bagi pegawai

f. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

g. Kesehatan lingkungan kerja


h. Sanitasi rumah sakit

i. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan

j. Pengolahan limbah padat, cair dan gas

k. Pengelolaan pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia di bidang K3

l. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi dan pelaporan untuk evaluasi

D. Landasan Hukum

Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3 antara lain:

a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

b. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

c. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan


dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Menteri Tenaga Kerja RI


Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.

f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan


Kimia Berbahaya di tempat kerja.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

h. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)3Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

j. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul Akibat hubungan
Kerja.

k. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang Pedoman teknis


analisis dampak lingkungan.

l. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang pedoman penanganan


dampak radiasi.

m. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite kesehatan dan


keselamatan kerja sektor kesehatan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)4Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012BAB II

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE K3

Organisasi K3 di rumah sakit Eka Hospital berbentuk Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.Ketua komite K3 adalah seorang dokter yang
memiliki pengetahuan tentang K3, sebaiknya seorang Pascasarjana bidang K3. Sekretaris adalah
seorang tenaga kerja yang membidangi keselamatan dan kesehatan kerja, sebaiknya yang
mempunyai latar belakang pendidikan K3 dan pelatihan RS, sedangkan anggota Komite K3
adalah perwakilan unit kerja yang kemudian dibagi dalam empat bidang, yaitu

1. Bidang Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana

2. Bidang Keselamatan Kerja

3. Bidang Kesehatan Kerja

4. Bidang Kesehatan Lingkungan


Keanggotaan tenaga kerja dalam struktur organisasi komite K3 diganti setiap 3 tahun sekali.
Dengan bergantinya pengurus komite K3, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang
memahami K3, sehingga dapat menjadi simpul-simpul komunikasi upaya pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Berikut struktur organisasi Komite K3 Rumah Sakit Eka :

Direktur RS

Ketua K3

Sekretaris

BidangPenanggulanganBidangBidangBidangKebakaran danKesehatanKeselamatan
KerjaKesehatan KerjaKewaspadaanLingkunganBencana

Anggota

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)5Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012A. Uraian Tugas Ketua Komite K3 Rumah Sakit
Eka1.Posisi dalamStrukturAtasan langsung: DirekturOrganisasiBawahan langsung :Sekretaris-
Penanggung Jawab Bidang Penanggulangan Kebakaran- dan Kewaspadaan BencanaPenanggung
JawabBidangKeselamatan Kerja- Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Kerja2.- Penanggung
Jawab Bidang Kesehatan LingkunganTugas PokokBertanggung jawab atas kegiatan keselamatan
dankesehatan para pekerja, pasien dan pengunjung di RumahSakit Eka3.UraianTugas,Uraian
Tugas :Wewenangdan1. Merencanakan, meninjau dan merevisi Program K3Tanggung
Jawabsetahun sekali2.Melakukan perencanaan sosialisasi dan pelatihan padaseluruh karyawan di
rumah sakit sesuai dengan bidangK33. Memegang tongkat komando pada keadaan darurat.- Pada
keadaan darurat Ketua Komite K3 diharapkanmenjadi wakil Management dalam
menentukankeputusan-keputusan.- Pada keadaan darurat Ketua K3 dapat
mengaturTimTanggapDaruratuntukmembantupenyelamatan staff, pasien dan pengunjung
yangada dalam rumah sakit.- Pada keadaan darurat Ketua K3 diharuskan standbydi Rumah Sakit
sampai keadaan darurat selesai.- Membuat program laporan tentang keadaan darurat.Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)6Mengacu SK Direktur No.
176/SK/DIR/BSD/VII/20124. Memimpin semua rapat pleno Panitia K3 atau menunjuk Ketua
Harian jika berhalangan hadir.

5. Mengawasi dan menganalisa pelaksanaan Program K3 dan membuat laporan efektifitas


program tahunan kepada Direktur dan Corporate.

- Membina Komite K3 yang ada dengan cara pelatihan dan penyuluhan secara rutin.

- Mendorong Komite K3 untuk mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepentingan intern


Rumah sakit.

6. Mengontrol Komite K3 dalam hal evaluasi dan audit tentang keseriusan dan perhatian staff
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

7. Memastikan organisasi Komite K3 konsisten dan berkesinambungan

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Direktur tidak ada setelah dikonfirmasi
melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan
kelalaian sehingga membahayakan kesehatan, keselamatan kerja diri sendiri maupun rekan kerja
lainnya.

3. Mengumumkan kondisi darurat dan menyatakan keadaan darurat selesai.

Tanggung Jawab :

1. Ketua Komite K3 bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit Eka.

2. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan program K3 di rumah sakit kepada Kementerian


Kesehatan melalui pimpinan perusahaan (Direktur).
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)7Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

4. Kriteria Jabatan1.Pendidikan minimal Dokter2.Memiliki sertifikat pelatihan


Hiperkes3.Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani4.Memiliki dedikasi dan
loyalitas5.Jujur dan bertanggung jawab

5. HubunganInternal :Kerja / Koordinasi1.Seluruh Unit Kerja RS Eka-Internal2.Seluruh


Karyawan RS EkaEksternal :-Eksternal1.Kementerian Kesehatan RI

2. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

3. Organisasi K3 eksternal

B. Uraian Tugas Sekretaris Komite K3 Rumah Sakit Eka

1.Posisi dalam StrukturAtasan langsung : Ketua K3OrganisasiBawahan langsung : -2.Tugas


PokokMemimpindanmengkoordinasikantugas-tugaskesekretariatan dan melaksanakan keputusan
Komite K3RS3.Uraian Tugas,Uraian Tugas :Wewenang dan1.Membuat undangan rapat dan
sebagai notulen rapat.Tanggung Jawab2.Membuat administrasi surat-surat Komite
K3.3.Mencatat dan mengumpulkan data-data yangberhubungan dengan K3.4.Membantu Ketua
K3 merencanakan dan menetapkanprogram tahunan dalam melakukan identifikasi bahayadi
lingkungan kerja.5.Mengusulkan dan menetapkan tindakan serta langkahyang akan dilaksanakan
terhadap permasalahan K3Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka
(Rev. 01)8Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012dalam rangka meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja.

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi
melalui telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan
kelalaian sehingga membahayakan kesehatan, keselamatan kerja diri sendiri maupun rekan kerja
lainnya.

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan K3 di rumah sakit kepada Ketua K3

4.Kriteria Jabatan1.Pendidikan minimal D3 K32.Memiliki sertifikat pelatihan yang berkaitan


dengan K33.Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani4.Memiliki dedikasi dan
loyalitas5.Jujur dan bertanggung jawab5.HubunganInternal :Kerja / Koordinasi1.Seluruh Unit
Kerja RS EKa-Internal2.Seluruh Karyawan RS Eka-EksternalEksternal : -

C. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Keselamatan Kerja Komite K3 Rumah Sakit Eka

1.Posisi dalam StrukturAtasan langsung : Ketua K3

OrganisasiBawahan langsung : -

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)9Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20122.Tugas PokokMelaksanakan tugas agar keselamatan
kerja di lingkunganrumah sakit terpelihara dengan baik sehingga pekerja,pasien dan pengunjung
terhindar dari kecelakaan di RSEka3.Uraian Tugas,Uraian Tugas :Wewenang
dan1.Mengkoordinasikan seluruh kegiatan keselamatan kerjaTanggung Jawab2.Merencanakan
program keselamatan kerja3.Memantau pemeliharaan dan penggunaan seluruhfasilitas dan
peralatan terkait dengan keselamatan kerja4.Mengumpulkan dan mengolah data kecelakaan
kerjayang terjadi di RS5.Bekerjasama dengan Diklat untuk melaksanakanpelatihan keselamatan
kerja.6.Memberikan laporan evaluasi dan tindak lanjutpelaksanaan program keselamatan kerja
kepada KetuaK37.Memberi masukan kepada seluruh unit kerja dalam halkeselamatan kerja.

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi
melalui telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan
kelalaian sehingga menimbulkan kecelakaan kerja

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan keselamatan di rumah sakit kepada Ketua


K3

4.Kriteria Jabatan1. Pendidikan minimal D3 K3

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)10Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20122.Memiliki sertifikat pelatihan terkait dengan
K33.Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani4.Memiliki dedikasi dan loyalitas5.Jujur
dan bertanggung jawab5.HubunganInternal :Kerja / Koordinasi1.Seluruh Unit Kerja RS Eka-
Internal2.Seluruh Karyawan RS Eka-EksternalEksternal :

1. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat

2. Organisasi K3 Eksternal

3. Pihak vendor/supplier terkait dengan standar fasilitas dan peralatan keselamatan kerja

D. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Lingkungan Komite K3 Rumah Sakit
Eka

1.Posisi dalam StrukturAtasan langsung : Ketua K3OrganisasiBawahan langsung : -2.Tugas


PokokMelakukan tugas sehingga terpenuhinya standar kualitaslingkungan di rumah sakit
sehingga mencegah terjadinyapencemaran lingkungan

3. Uraian Tugas,Uraian Tugas :Wewenang dan1.Mengkoordinasikan seluruh kegiatan


kesehatanTanggung Jawablingkungan2.Merencanakan program yang berkaitan dengankesehatan
lingkungan.3.Memantau pemeliharaan dan penggunaan seluruhfasilitas dan peralatan terkait
dengan pengolahanlimbah di RSPedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit
Eka (Rev. 01)Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012114. Mengontrol dan
mengawasi upaya pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya

5. Membuat laporan Implementasi UKL dan UPL

6. Bekerjasama dengan Diklat untuk melaksanakan pelatihan terkait dengan bahaya yang timbul
dari penyimpangan kualitas lingkungan

7. Memberikan laporan evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan program terkait dengan kesehatan
lingkungan kepada Ketua K3

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi
melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan
kelalaian sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan

Tanggung Jawab :1.Mempertanggungjawabkanpelaksanaankegiatankesehatan lingkungan di


rumah sakit kepada Ketua K34.Kriteria Jabatan1.Pendidikan minimal D3 Kesehatan
Lingkungan2.Memiliki sertifikat pelatihan terkait bidang kesehatanlingkungan3.Berbadan sehat
baik secara jasmani maupun rohani4.Memiliki dedikasi dan loyalitas5.Jujur dan bertanggung
jawab5.HubunganInternal :Kerja / Koordinasi1.Seluruh Unit Kerja RS Eka-Internal2.Seluruh
Karyawan RS Eka-EksternalEksternal :Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah
Sakit Eka (Rev. 01)12Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20121. Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangsel dan Provinsi Banten

2. Dinas Kesehatan setempat

3. Dinas Kebersihan setempat

4. Pihak vendor/supplier terkait dengan standar fasilitas dan peralatan terkait dengan
pembuangan dan pengolahan limbah
E. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Kerja Komite K3 Rumah Sakit Eka

1.Posisi dalam StrukturAtasan langsung : Ketua K3OrganisasiBawahan langsung : -2.Tugas


PokokMelakukan tugas agar terpeliharanya kesehatan parapekerja di rumah sakit sehingga staf
dapat menghasilkanhasil kerja yang optimal.3.Uraian Tugas,Uraian Tugas :Wewenang
dan1.Melaksanakan pemeriksaan kesehatan karyawan RSTanggung JawabEka2.Membantu
Ketua K3 dalam mengadakan pemantauankesehatan kerja.3.Memastikan adanya pelaporan
karyawan yangpenyakit akibat kerja dan menganalisanya.4.Dari analisa yang dilakukan bila ada
karyawan yangsakit akibat kerja maka diberikan masukan kepadaKetua K3, untuk kemudian
dilakukan pelatihan ataupenyuluhan terhadap karyawan.5.Memberikan advise kepada pimpinan
perusahaantentang program pengendalian penyakit akibat kerja6.Berkoordinasi dengan Diklat
untuk pelatihan bagipekerja di bidang kesehatan kerja7.Menyusun laporan secara berkala tentang
pelaksanaanPedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.
01)Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/201213program kesehatan kerja di RS dan
instansi yang terkait

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi
melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan
kelalaian sehingga timbulnya penyakit akibat kerja

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja di rumah sakit kepada Ketua


K3

4. Kriteria Jabatan1.Pendidikan minimal Dokter2.Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes bagi


DokterPerusahaan3.Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani4.Memiliki dedikasi dan
loyalitas5.Jujur dan bertanggung jawab
5. HubunganInternal :Kerja / Koordinasi1.Seluruh Unit Kerja di RS Eka-Internal2.Seluruh
Karyawan RS Eka-EksternalEksternal :

1. Dinas Kesehatan setempat

F. Uraian Tugas Anggota Komite K3 Rumah Sakit Eka

1.Posisi dalam StrukturAtasan langsung : Ketua K3

OrganisasiBawahan langsung : -

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)14Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20122.Tugas PokokMelakukan tugas agar pelaksanaan K3
di RS Eka berjalanbaik sehingga terciptanya keselamatan bagi pekerja,pengunjung, pasien dan
kesehatan para pekerja3.UraianTugas,Uraian Tugas :Wewenangdan1.Mengikuti rapat K3 dan
melakukan pembahasan atasTanggung Jawabpersoalan yang diajukan dalam
rapat.2.Mensosialisasikan pelatihan K3 yang didapat kepadastaf3.Menerapkan K3 di unit masing
–masing danmengawasi setiap kegiatan K3 di RS4.Bekerja sama dengan anggota bidang lain
dalamterlaksananya program kerja K35.Memberikan saran Komite K3 atau unit lain
yangberkaitan dengan K3

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi
melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan
kelalaian sehingga terjadinya penyimpangan aspek K3

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan K3 di rumah sakit kepada Ketua K3

4. Kriteria Jabatan1.Pendidikan minimal SMU/STM/SMK atau D3 segalajurusan2.Memiliki


sertifikat pelatihan sesuai bidangnya3.Berbadan sehat baik secara jasmani maupun
rohani4.Memiliki dedikasi dan loyalitas5.Jujur dan bertanggung jawabPedoman Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)Mengacu SK Direktur No.
176/SK/DIR/BSD/VII/2012155. HubunganInternal :Kerja / Koordinasi1. Seluruh Karyawan RS
Eka-InternalEksternal :-Eksternal1. Penyelenggara Diklat Eksternal

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)16Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012BAB III

FASILITAS DAN PERALATAN

A. Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi yang digunakan di RS yaitu :

- Telepon dengan menggunakan sistem PABX

- Handy Talky yang digunakan oleh Petugas Keamanan, Petugas Unit Pemeliharaan dan Petugas
Kebersihan.

- Pagging yang dioperasikan oleh operator

B. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh
tenaga kerja dari sumber bahaya yang ada ditempat kerja saat tenaga kerja melakukan
pekerjaannya.

Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja :

a. Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu ditentukan jenis bahaya yang
terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan yang berlaku.

b. Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan, dapat ditentukan jenis
alat apa saja yang diperlukan. Selain itu, dalam pemilihan APD ini sudah melalui proses
pengujian dan memenuhi standar yang berlaku.
c. Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa
diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan pengertian
akan pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera atau mengurangi akibat suatu
kecelakaan dan membangkitkan minat dan akhirnya membutuhkan pemakaian APD.

d. Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa saja alat ini harus
digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan secara formal dan
informal.

e. Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)17Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Pemilihan Alat Pelindung Diri

Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri :

a. Bentuk cukup menarik.

b. Dapat dipakai secara fleksibel

c. Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang
berlebihan.

d. Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh
tenaga kerja.

e. Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan bentuk dan bahannya
tidak tepat atau salah dalam penggunannya.

f. Suku Madang mudah diperoleh untuk memudahkan pemeliharaan.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri

a. Alat pelindung kepala


Digunakan untuk melindungi kepala dari kejatuhan benda/material keras seperti batu, kayu atau
besi. Contoh alat pelindung kepala : Topi pengaman (Safety helmet).

b. Topi atau tudung

Untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia, iklim kerja yang berubah-ubah dan lainnya, harus
terbuat dari bahan yang tak mempunyai celah atau lubang, biasanya terbuat dari asbes dan katun.

c. Penutup rambut

Penutup rambut ini biasanya terbuat dari katun atau bahan lain yang mudah dicuci. Alat ini
berguna untuk mencegah rambut/kepala terkena kotoran/bahan kimia.Contoh : Penutup kepala
yang digunakan perawat ruang bedah dan ICU.

d. Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga.
Alat ini terdiri dari 2 jenis, yaitu :

-Ear plug (sumbat telinga), dapat mengurangi intensitas suara 20 – 30 dB.Ear muff (tutup
telinga), dapat juga melindungi bagianluar telinga (daun-telinga). Alat ini lebih efektif dari pada
sumbat telinga dan dapat mengurangiintensitas bising 25 – 45 dB.e. Alat pelindung
pernapasanPedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.
01)18Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Berguna untuk melindungi alat
pernapasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang

terkontaminasi kuman patogen dan bahan kimia. Alat ini terbagi dua :

- Masker, digunakan untuk mengurangi debu/partikel-partikel yang lebih besar dan kuman
patogen. Masker dapat terbuat dari kain.Terdiri dari Masker Disposible dan Masker non
Disposible.

- Respirator, berguna untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas.

f. Alat pelindung mata dan muka


- Spectacles, berguna untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi
gelombang elektromagnetik.

- Goggles, digunakan untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan percikan larutan kimia.

g. Alat pelindung tangan

Berguna untuk melindungi tangan dari bahan dan benda-benda tajam, bahan-bahan kimia,
biologis (darah dan cairan tubuh pasien lainnya), benda panas/dingin.Contoh : Hand Scound
(sarung tangan karet), sarung tangan kain dan sarung tangan tegangan tinggi untuk keperluan
pengamanan pada saat perbaikan elektrikal ( panel listrik yang bertegangan tinggi )

h. Alat pelindung kaki

Berguna untuk melindungi kaki dan bagian-bagian lainnya dari benda-benda yang jatuh, benda
tajam, larutan kimia dan kontak pada listrik.

i. Pakaian pelindung

Berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan bahan kimia, biologis,
panas dan sinar radiasi.Contoh : Apron di Radiologi.

j. Sabuk pengaman (Safety belt).

Digunakan tenaga kerja untuk pekerjaan di tempat ketinggian.

Alat pelindung diri (APD) di Rumah Sakit :

Alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas di RS dapat dikategorikan

berdasarkan tempat/lokasi kerja, antara lain :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)19Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012NoJenisLokasi/tempat kerjaAlat Pelindung
Diri1Masker Disposible- R. Emergency- R. ICU- R. ICCU- R. Bedah- R. Laboratorium- R.
Rawat Anak dan Dewasa- R. Rawat Gigi- R. Laundry- R. Isolasi- Ruang dengan tindakan kontak
pasien2Masker Non Disposible- Bengkel Las(GoggleRespiratorydengan filterSesuai jenis
pekerjaan)- Pengangkutan Sampah Medis3Kacamata Las- Bengkel Las4Kacamata Pb- R.
Laboratorium- R. Radiologi5SarungTangan- R. EmergencyDisposable- R. ICU- R. ICCU- R.
Bedah- R. Laboratorium- R. Rawat Anak dan Dewasa- R. Rawat Gigi- Ruang dengan tindakan
kontak pasien

6 Sarung Tangan Non - R.Perawatan Disposable

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)20Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012(Bahan Karet)- R. Panel- IPAL- Bengkel- R.
Incenerator7Helm- Di dalam dan daerah renovasi- Daerah ketinggian (pembersihan
jendela)8Apron- R. Laboratorium- R. Radiologi- Area IPAL- Area WTP- Incenerator9Sepatu
boot- R. Plant Room- IPAL- Bengkel- R. Incenerator- R. Dapur10Wearpack- R. Panel- IPAL-
Bengkel11Ear plug/Ear Ear muff- R. Genset- R. Chiller- R. gas12Safety BeltPada
ketinggian/bagian atas gedung

C. Perlengkapan Keamanan Pasien

Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja, namun hal-hal lain
terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang cukup signifikan, diantaranya
sistem pengamanan pasien yang sangat diperlukan untuk menunjang keselamatan mereka
menjalani perawatan di RS .

Dengan demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada akhirnya secara psikis
akan memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh/pulih.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)21Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien
antara lain :

a. Pegangan sepanjang tangga


Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan tujuan agar pasien termasuk pengunjung dan
karyawan dapat berpegangan saat menurun atau menaiki tangga. Syarat pegangan tangga yang
aman :

- Terbuat dari bahan yang tidak licin

- Permukaan pegangan tidak kasar

- Mudah dibersihkan

- Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)

- Kokoh / tidak goyah

- Pegangan setinggi pinggang orang dewasa

- Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang

b. Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel

Pegangan dan bel di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar memudahkan pasien saat berada
dalam toilet dan bila terjadi suatu hal / keadaan emergency bel dapat digunakan pasien untuk
memanggil pertolongan.Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus dikontrol agar kondisinya
tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

c. Pintu dapat dibuka dari luar

Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang rawat inap, kamar mandi (toilet) dan
lainnya agar keadaan emergency dapat dengan mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara
membuka pintu tersebut digerakkan/dibuka mengarahkeluar ruangan bukan kearah dalam.

d. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya


Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan tujuan menghindari
terjatuhnya pasien dari tempat tidur.Penahan tempat tidur ini hendaknya dengan mudah dapat
dinaikan atau diturunkan.

e. Sumber listrik mempunyai penutup / penahan

Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh ruangan, terutama ruang anak-
anak. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)22Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012f. Supply oksigen yang cukup

Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan hal yang vital terutama
bagi pasien jantung karena kekurangan supply oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh
karena itu supply oksigen harus benar-benar

terpenuhi, baik secara sentral maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat
Jalan, Rawat Intensif, Semi Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk menjamin kelangsungan
supply oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis
yang ada di RS sebagai berikut :

Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas yaitu :

- Tangki liquid oxygen

Lakukan pengecekan setiap hari dan setiap penerimaan gas medis oleh petugas jaga dengan
memperhatikan kondisi manometer, katup gas buang, kondisi tangki gas medis, volume gas
medis dan pipa tangki gas medis.

- Tabung oksigen dan oxygen portable

Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi tabung dan oxygen portable
dan volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung gas medis secara rutin setiap satu tahun
sekali untuk menghindari ledakan.
g. Tersedia emergency suction

Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat dengan mudah
dipergunakan pada saat dibutuhkan.Untuk ruang intensif dan semi intensif agar disediakan di
setiap tempat tidur sedang ruang rawat biasa minimal disediakan 1 unit emergency suction dalam
kondisi siap pakai.

h. Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital

Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran listrik dari PLN
terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis yang vital, dimana supply listrik
tidak boleh terputus. Tenaga listrik pengganti berupa UPS (Uninteruptable Power Supply) dan
Genset, di mana ketersediaannya harus memiliki persyaratan :

- Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan ruangan/ alat.

- Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau berkala.

Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut adalah :- R. ICU/ICCU &
IMC-R. Bedah-R.EmergencyPedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka
(Rev. 01)23Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012- R. Laboratorium

- R. Hemodialisa

- R. Radiologi ( daerah tertentu seperti : alat yang menggunakan sistem komputer untuk
penyimpann data )

- R. Sentral Komputer

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN ANCAMAN BAHAYA

DI RUMAH SAKIT
A. Faktor Fisik

Faktor-faktor fisik di rumah sakit terdiri dari kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim

kerja, radiasi dan listrik. 1. Kebisingan

Secara umum, kebisingan diartikan sebagai suara/bunyi yang tidak diinginkan karena
mengganggu kenyamanan.Dalam kesehatan kerja bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan daya pendengaran baik secara kuantitatif (penyempitan spektrum pendengaran)
maupun kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas
kebisingan, frekuensi, durasi pemaparan kebisingan dan kepekaan individu. Kebisingan akan
lebih berbahaya jika dipengaruhi oleh jarak, temperatur udara, kelembaban, jenis dan jumlah
sumber suara.

Sumber kebisingan di rumah sakit :

Beberapa areal/lokasi yang memiliki intensitas bising yang dapat mengganggu

kenyamanan di lingkungan rumah sakit adalah :-Ruang Generator- Ruang dapur-Mesin potong
dan mesin gerinda di bengkel- Ruang IPAL

- Ruang Radiologi/MRI

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)24Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan di rumah sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004


Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa persyaratan kebisingan untuk
masing-masing ruangan atau unit seperti di bawah ini :

Tabel Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit Kerja

No.Ruangan atau unitMaksimum Kebisingan(waktu pemaparan 8 jam)(satuan dBA)1Ruang


pasien- saat tidak tidur45- saat tidur402Ruang operasi dan umum453Anestesi dan
pemulihan454Endoscopy dan
Laboratorium655Radiologi406Koridor407Tangga458Kantor/lobby459Ruang
alat/gudang4510Farmasi4511Dapur7812Ruang cuci7813Ruang isolasi4014Ruang poli gigi80

Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan

- Gangguan Fisiologis

Gangguan fisiologis yang terjadi yaitu berupa Internal Bodily Sistem Ambang
Pendengaran.Internal bodiy sistem adalah sistem fisiologis yang paling penting untuk kehidupan
seperti saraf, endokrin, kardiovaskuler, gastrointestinal dan musculoskeletal.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)25Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Gangguan fisiologis ini juga dapat menimbulkan
kelelahan, pusing,sakit kepala dan kurang nafsu makan. Selain itu dapat juga meningkatkan
tekanan darah, mempercepat denyut jantung, pengerutan saluran darah di kulit, meningkatkan
metabolik dan ketegangan otot.

- Gangguan Psikologis

Bersifat sangat objektif. Reaksi potensial yang ditimbulkan oleh kebisingan ini antara lain cepat
emosi, mudah marah/tersinggsung dan gangguan konsentrasi.

- Gangguan Komunikasi

Gangguan ini dapat mengganggu pekerjaan yang juga berisiko terhadap terjadinya kecelakaan
kerja karena adanya salah pengertian instruksi yang kurang dipahami.

- Gangguan Pendengaran

Gangguan yang terjadi berupa Trauma akustik yang disebabkan peledakan (bising impulsif), tuli
sementara dan tuli menetap.

2. Pencahayaan
Merupakan penyebaran cahaya dari sumber cahaya (buatan/alami) tergantung pada konstruksi
sumber cahaya itu sendiri dan pada konstruksi kulit pelindung yang digunakan.

Dampak negatif pencahayaan yang buruk

Risiko pencahayaan yang buruk pada kesehatan berupa sakit kepala, kelelahan mata, iritasi mata,
penglihatan rangkap, ketajaman penglihatan terganggu, serta akomodasi dan konvergensi
menurun.Selain itu, pencahayaan yang buruk juga dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan
dalam bekerja yang pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan terjadinya
kecelakaan kerja berupa terpeleset atau jatuh.

3. Getaran

Getaran merupakan faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan osilasi. Getaran
biasanya ditimbulkan oleh mesin atau peralatan kerja yang bergetar misalnya hand piece unit
gigi, mesin potong rumput atau mesin bor.

Efek negatif getaran pada tubuh

- Pada sistem peredaran darah, yaitu Raynaud atau White Finger Syndrome.

- Pada sistem Tulang, sendi dan otot

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)26Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012- Pada sistem saraf misalnya kesemutan, mempengaruhi
ketajaman penglihatan dan mengganggu fungsi keseimbangan.

4. Listrik

Bergabungnya dua ion yang bermuatan positif dan negatif.Peralatan listrik banyak digunakan di
rumah sakit dalam menunjang kegiatan operasionalnya.

Bahaya listrik :
Kurangnya perawatan peralatan listrik merupakan salah satu penyebab timbulnya bahaya akibat
listrik seperti tersengat aliran listrik bahkan kebakaran.

5. Panas (iklim kerja)

Secara umum panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman, untuk di

Indonesia berkisar antara 26 0C – 28 0C dengan kelembaban 60-70 %. Efek negatif panas pada
tubuh

- Gangguan kenyamanan pada tenaga kerja seperti : rasa tidak enak/serba salah, lelah mual,
mudah marah dan suhu kulit panas/basah karena berkeringat/kering karena keringat terus
menguap.

- Heat Disorder yang merupakan gejala yang berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh dan
mengakibatkan kekeurangan cairan tubuh, seperti Heat Exhaustion,Heat Cramps dan Heat
Stroke.

- Gangguan perilaku akibat perasaan kepanasan dan gangguan sistem saraf pusat.

6. Radiasi

Pemencaran sinar atau gelombang yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan (radioagnostik)
maupun untuk pengobatan (radioterapi).Di rumah sakit sinar radiasi banyak digunakan oleh
Radiologi dan Fisioterapi.

Efek negatif radiasi pada tubuh

- Menimbulkan gangguan pada sistem tubuh seperti saraf pusat, hemopoetik dan gastrointestinal.

- Karsinogenik

- Gangguan pada mata dan kulit

- Leukimia
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)27Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

B. Faktor Biologi

Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh mikroorganisme
hidup seperti bakteri, jamur, virus, riketsia dan parasit.

Sumber Bahaya Faktor Biologi di Rumah Sakit

- Penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri, parasit, virus atau jamur.

- Berbagai bahan yang berasal dari penderita/pasien, misalnya darah, dahak dan tinja.

- Peralatan medis yang terkontaminasi oleh mikroorganisme.

Efek Negatif Faktor Bahaya Biologi dan Beberapa Penyakit Menular

1. Infeksi Nosokomial

Merupakan suatu keadaan infeksi yang diperoleh dari dalam lingkungan rumah sakit akibat
ruangan instalasi dalam rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan mikrobiologis,
kontaminasi oleh mikroorganisme dan adanya perubahan daya tubuh.

2. Tuberculosis Paru

Merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis.

3. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (HBV) yang penularannya dapat melalui
darah dan cairan tubuh lainnya.Sumber penularan adalah HBV dan HbsAG.

4. HIV/AIDS
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan Virus
HIV yang penularannya dapat melalui darah, jaringan, sekreta dan ekskreta tubuh yang
mengandung virus.

C. Faktor Bahaya Ergonomi

Ergonomi merupakan penyesuaian karakteristik fisik tenaga kerja dengan lingkungan kerjanya.
Penyesuaian yang dapat dilakukan antara lain berupa penyesuaian ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban agar tercipta
kenyamanan dalam bekerja dan juga menghindari terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)28Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

Sumber Bahaya Ergonomi di Rumah Sakit

- Risiko cedera pinggang dan leher, HNP dan gangguan otot rangka akibat cara
mengangkat/menggotong barang maupun pasien yang salah. Hal ini berisiko terhadap perawat
dan unit perawatan sarana/prasarana rumah sakit.

- Kelainan pada tulang belakang seperti Lordosis, Skoliosis dan Kifosis. Hal ini disebabkan cara
duduk/bekerja yang salah secara kontiniu.

- Pemakaian kursi yang tidak tepat dapat menyebabkan keluhan-keluhan pada tenaga kerja
dimana pekerjaan yang pekerjaannya banyak dilakukan dengan posisi duduk, seperti petugas
administrasi (kantor), laboratorium dan supir. Keluhan yang dialami misalnya sakit pinggang,
sakit kepala, sakit leher, sakit/pegal pada lengan dan tangan.

- Gangguan kenyamanan dalam bekerja hingga kecelakaan kerja akibat kurangnya penerangan
atau suhu yang panas.

D. Faktor Bahaya Kimia


Adanya zat-zat kimia di rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi pasien, pengunjung
maupun petugas seperti dokter, perawat, teknisi dan semua yang berkaitan dengan pengelolaan
rumah sakit maupun perawatan penderita.

Tumpahan-tumpahan, kebocoran tempat penyimpanan bahan kimia dan ventilasi yang tidak baik
dapat mengakibatkan keracunan kronik.Bahan-bahan kimia yang mempunyai Risiko
mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah gas zat-zat Anestetik (Halothan, Nitrogen
oxide, dan Ethyl ether), Formaldehid, Etilen oksida, dan debu.

1. Gas Anastesi

- Halotan

Merupakan gas anastesi yang diberikan melalui inhalasi yang dapat menekan pengeluaran air
liur, lender, bronchial dan sekresi lambung serta dilatasi bronchiole. Selain itu, Halotan juga
dapat menekan sistem kardiovaskuler dan menekan peredaran darah serta dapat menimbulkan
jerawat pada perawat yang bekerja di bagian anestetik akibat alergi halotan.

- Nitrogen oksida (N2O)

Merupakan gas anestetik yang diberikan melalui inhalasi yang biasanya dikemas dalam tabung
baja bertekanan dan seluruh silinder diberi warna biru.Nitrogen oksida dengan oksigen
digunakan untuk analgesia terutama pada pembedahan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)29Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Penyalahgunaan N2O dapat menyebabkan kesemutan
ditangan/kaki (gejala dini).Gejala berikutbya meliputi gangguan keseimbangan tubuh, tak
mampu berjalan sendiri, impotensi, kerusakan sfingter, perubahan mental dan gangguan rasa
serta penciuman.Selain itu, penyalahgunaan N2O juga dapat mengganggu vitamin B12 pada
sistem saraf.

2. Formaldehid/Formalin (CH2O5)
Digunakan dilaboratorium, Laboratorium Patologi Anatomik, Dialisis Ginjal, dan Ruangan
jenazah.Jalur masuk ke tubuh melalui inhalasi dan absorbsi kulit.Efek negative Formaldehid
pada kesehatan berupa dermatitis kontak (pada kulit), inflamasi saluran bagian atas (pada saluran
pernafasan) dan potensial karsinogenik.

3. Ethylene oxide

Digunakan sebagai fumigant dan zat untuk sterilisasi peralatn medis dan gigi. Efek negatif
Ethylene oxide pada kesehatan berupa dermatitis kontak dan alergi serta luka bakar kimiawi
(pada kulit); asma dan iritan (pada an pernafasan); dan sakit kepala, gangguan motorik dan
sensorik (pada saraf pusat).

4. Debu

Merupakan partikel yang dihasilkan oleh proses mekanik seperti pada penghancuran benda-
benda padat. Partikel debu yang dapat dihirup oleh pernafasan manusia berkisar antara 0,1 – 10
mikron.

Macam-macam debu di rumah sakit, seperti : debu obat-obatan dalam bentuk puyer, debu
kotoran dalam ruangan dan gudang, debu detergen di Laundry, dan debu kapas. Selain itu, juga
ada debu yang berasal dari ruang poli gigi akibat dari kegiatan pemotongan, gerinda bongkahan
dan serbuk dan pematrian.

Efek negatif debu terhadap kesehatan, yaitu berupa batuk, sesak nafas dan alergi (akut), dan
menyebabkan kapasitas paru menurun, bronchitis kronik dan bissinosis.

5. Gas Karbon monoksida (CO)

Merupakan gas sisa pembakaran yang tidak sempurna akibat penggunaan mesin-mesin atau
peralatan penunjang lainya yang juga dapat berisiko terhadap gangguan kesehatan dan
keselamatan jika sirkulasi udara/ventilasi ruangan buruk. Efek negatif yang terjadi misalnya
badan menjadi lemas, pingsan bahkan kematian, hal ini
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)30Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012disebabkan karena digantikannya fungsi O2 oleh gas
CO di dalam tubuh . Gas CO misalnya di ruang Boiler, Genset dan Incenerator.

Cara masuk bahan kimia ke dalam tubuh

- Inhalasi (masuk melalui pernapasan/terhirup)bahan kimia yang masuk berbentuk gas CO,
Anestesi dan lainnya.

- Ingesti (masuk melalui makanan dan minuman), disebabkan antara lain tidak mencuci tangan
dengan bersih setelah kontak/memegang bahan kimia dan langsung makan/minum, sehingga
kontaminan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan ikut tertelan ke dalam saluran pencernaan
makanan.

- Kontak langsung (masuk melalui kulit/mata), bahan kimia yang menempel/kontak pada kulit
dapat larut dalam cairan keringat dan di absorbsi ke dalam darah dan

disebarkan ke seluruh tubuh.

Bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh dapat berpengaruh, baik akut maupun kronis,
tergantung dari beberapa hal seperti usia, habituasi, daya tahan tubuh, derajat kesehatan tubuh,
konsentrasi bahan kimia yang masuk ke tubuh dan waktu paparan.

E. Faktor Bahaya Psikososial

Masalah Psikososial yang berisiko terhadap gangguan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
stres, kerja bergilir (Shift), penyalahgunaan obat-obatan, perokok berat dan pelecehan seksual.

1. Stres

Merupakan tekanan terhadap kondisi fisik dan psikis individu yang berasal dari faktor
lingkungan kerja.Keadaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan stres yaitu, tuntutan dan
beban kerja yang berat, konflik kerja dengan rekan kerja atau atasan, tekanan waktu, dan
tanggung jawab yang kurang atau lebih. Dampak negatif stres kerja pada kesehatan berupa
:depresi, anxietas, sakit kepala, kelelahan dan kejenuhan, hilang nafsu makan dan buang air tak
teratur.

2. Kerja bergilir (Shift)

Kerja bergilir adalah pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan di luar jam kerja yang
biasa/normal, dengan ciri adanya kontinuitas, pergantian gilir dan jadwal kerja khusus. Kerja
bergilir dikatakan mempunyai kontinuitas apabila dikerjakan selama 24 jam setiap hari termasuk
hari minggu dan hari libur.

Dampak negatif kerja bergilir :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)31Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012- Perubahan Irama Circadian tubuh.

- Perubahan kebiasaan dan pola kehidupan sosial.

- Gangguan gastrointestinal seperti Gastro duodenitis, Peptic ulcer dan Colitis.

- Penyakit-penyakit Kardiovaskuler.

- Shift Mal Adaption Syndrome yaitu ketidakmampuan tenaga kerja dalam beradaptasi dengan
pekerjaan bergilir. Hal ini dapat menimbulkan insomnia, gangguan emosi, kesalahan dalam
bekerja yang pada akhirnya menimbulkan kecelakaan kerja, absenteisme, dan timbulnya masalah
keluarga/social.

- Diabetes Melitus

- Gangguan jiwa

3. Penyalahgunaan obat-obatan

Penyalahgunaan obat-obatan adalah pemakaian suatu macam obat/zat kimia baik secara periodik
maupun terus menerus yang tidak berdasarkan petunjuk medis yang dapat berisiko terhadap
gangguan kesehatan dan gangguan pada masyarakat.
Beberapa macam obat/zat kimia yang sering disalahgunakan adalah :

- Opium. Morfin, dan Heroin

- Golongan Asam Barbiturat

- Alkohol

- Kokain dan Amphetamin

4. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual adalah setiap ucapan atau perbuatan yang menjurus ke tindak pelecehan dan
biasanya disertai ancaman terselubung atau nyata.

Pelecehan seksual ini pada umumnya merugikan seseorang dalam pandangan masyarakat, dan
dapat menimbulkan penurunan kinerja, gangguan jiwa dan gangguan psikosomatik. Pada
akhirnya akan menimbulkan penurunan produktivitas. Hal ini umumnya dialami oleh tenaga
kerja wanita oleh rekan kerja, pasien maupun pengunjung rumah sakit.Seringkali pelecehan yang
dialami tidak dilaporkan kepada atasan dan hanya dibiarkan saja.

F. Kecelakaan Kerja

Merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi secara tidak terduga dan berpotensi
mengganggu kegiatan operasional rumah sakit.Kecelakaan kerja yang terjadi di rumah sakit
dapat menimpa karyawan, pasien dan pengunjung, dan kerusakan aset rumah sakit.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)32Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Potensi kecelakaan kerja di rumah sakit :

- Bahaya peledakan dan kebakaran

Misalnya : ledakan pada Boiler atau tabung gas di dapur, kebakaran korsleting listrik atau
peralatan kerja lainnya atau bahan kimia yang mudah terbakar.
- Terpeleset/jatuh

Disebabkan keadaan lantai yang licin, basah, berlubang atau penerangan yang buruk.

- Tertimpa benda atau material

- Pada pekerjaan menyuntik misalnya oleh perawat dan dokter berisiko tertusuk jarum suntik
yang kemungkinan dapat menularkan Virus HIV/AIDS atau Virus

Hepatitis maupun penyakit menular lainnya.

- Terluka / terpotong jari atau tangan akibat terkena benda - benda tajam saat bekerja, misalnya
terkena pisau dan gerinda.

- Tersengat aliran listrik. Hal ini dapat terjadi karena kecerobohan atau kurangnya pemeliharaan
terhadap peralatan listrik.

Bentuk-bentuk kecelakaan di rumah sakit :

- Kecelakaan medis, yaitu jika yang menjadi korban adalah pasien.

- Kecelakaan kerja, yaitu jika yang menjadi korban adalah pekerja rumah sakit itu sendiri.

Penyebab kecelakaan di rumah sakit a. Penyebab langsung, terdiri atas :

Tindakan/perbuatan yang tidak aman (Unsafe act) :

-Menjalankan peralatan tanpa izin

- Salah memberikan tanda peringatan - Tidak menggunakan alat keselamatan

-Menggunakan peralatan tidak semestinya

- Memuat dan menempatkan barang tidak benar - Mengangkat barang/pasien tidak benar

-Posisi kerja yang salah


- Bekerja sambil bersenda gurau dengan teman kerja - Di bawah pengaruh alkohol atau obat-
obatan

Kondisi yang tidak aman (Unsafe condition) :

-Peralatan yang rusak

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)33Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012- Ruangan bekerja yang terbatas/sempit

- Kurang/tidak ada tanda-tanda petunjuk

- Tata ruang/House keeping yang buruk

- Temperatur udara yang terlalu tinggi/rendah

- Penerangan yang buruk

- Ventilasi kurang/tidak ada

b. Penyebab Dasar Faktor perorangan :

- Kemampuan fisik, psikis/mental yang terbatas

- Kurangnya pengetahuan dan keterampilan

- Motivasi yang keliru

Faktor kerja :

- Kepemimpinan / pengawasan yang kurang

- Kurangnya rekayasa

- Kurangnya peralatan dan standar kerja

- Penyalahgunaan
Prosedur Kecelakaan Kerja

• Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan luka
serius/parah

• Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ

• Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam kerja),
maksimal pelaporan 1 x 24 jam.

• Buat laporan insiden

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)34Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB V

UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BEBERAPA

RUANG/UNIT KERJA RUMAH SAKIT

Potensi bahaya yang ada di rumah sakit berisiko terhadap gangguan keselamatan dan kesehatan
berupa kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko gangguan terhadap keselamatan dan
kesehatan untuk masing-masing ruang / unit kerja berbeda satu sama lainnya tergantung pada
bahan, peralatan yang digunakan dan jenis pekerjaan. Agar terhindar dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja maka dibuat upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang ada.

Dikenal tiga macam tipe pengendalian bahaya yang utama, yaitu :

1. Engineering Control, yaitu upaya untuk menghilangkan bahaya-bahaya yang ada secara teknik
atau dengan kata lain menghilangkansumber bahaya di tempat kerja yang antara lain dilakukan
dengan cara substitusi (mengganti bahan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya),
eliminasi (menghilangkan bahaya yang ada), isolasi, ventilasi dan lain sebagainya.
2. Administrative Control, yaitu pengendalian dengan membuat peraturan tertulis yang akan
mengatur tenaga kerja dalam menghadapi factor bahaya yang ada yang antara lain dilakukan
dengan cara pengaturan jam kerja, memberikan pelatihan dan lain sebagainya.

3. Personal Protective Equipment atau alat pelindung diri (APD), yaitu cara pengendalain dan
pencegahan bahaya yang paling sederhana. Alat pelindung diri yang digunakan harus

sesuai dengan jenis dan cara kerja yang dilakukan serta jenis potensi bahaya yang ada. Upaya
keselamatan dan kesehatan kerja di beberapa ruang / unit kerja rumah sakit adalah :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)35Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012A. Radiologi

Risiko bahaya pelayanan radiologi :

Bahaya potensial terutama terjadinya kebocoran bahan radioaktif yang dikategorikan sebagai
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Pada petugas dapat menyebabkan gangguan sistem saraf
pusat, gastrointestinal,leukemogonosis, karsinogenesis dan kerusakan genetik.

Upaya pengendalian :

a. Karyawan yang menjalankan alat rontgen harus menggunakan alat monitoring (filmbadge) dan
secara periodik dilakukan pemeriksaan kesehatan.

b. Membentuk tim pemantau radiasi dan melakukan monitoring secara berkala.

c. Tenaga radiologi (Radiographer) yang sedang hamil hanya ditempatkan pada bagian
administrasi di ruang Radiologi dan tidak diperbolehkan bekerja / terpapar langsung sinar
radioaktif karena paparan yang diterima tidak boleh dari 0,5 rem selama kehamilan.

d. Membuat rambu-rambu larangan masuk ruang radiologi bagi yang tidak berkepentingan.

e. Rotasi Radiographer.
f. Membuat dinding pemisah dengan dilapisi bahan antara peralatan / mesin rontgen dengan
Radiographer agar pasien dan tenaga medis / paramedis mendapat perlindungan dari paparan
bahaya radiasi.

g. Menyediakan pakaian anti radiasi (Apron).

h. Sertifikasi dan penilaian peralatan secara teratur.

B. Ruang CSSD Risiko bahaya :

Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi antara lain : gangguan pendengaran, peledakan, panas /
peningkatan suhu ruangan, pancaran sinar ultraviolet, tangan / jari terpotong gunting.

Upaya pengendalian :

Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dilakukan :

a. Pencahayaan yang cukup

b. Cara kerja yang baik sesuai ergonomi

c. Ada tempat penyimpanan yang cukup untuk instrumen

d. Ada termometer dan hygrometer yang tercatat secara teratur

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)36Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012e. Alur lalu lintas, ruangan dan ventilasi diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontaminasi

C. Unit Perawatan

Bahan dan peralatan yang digunakan :

Bahan-bahan kimia yang digunakan : berbagai jenis obat baik cair maupun padat untuk pasien,
cairan infus, gas anestesi, formalin, Nitrogen dioksida. Sedangkan peralatan yang digunakan
adalah : alat-alat medis (jarum suntik dan tensi meter), sarung tangan karet, sarana dan prasarana
untuk pasien (kursi roda, tempat tidur pasien (bed), Trolley / kereta dorong, peralatan yang
menggunakan listrik (medis dan non medis) dan lain sebagainya.

Risiko bahaya di ruang / unit perawatan (perawat) :

- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tertusuk jarum suntik; terpeleset / jatuh akibat
keadaan lantai atau penerangan yang buruk, tersengat aliran listrik, tertimpa / kejatuhan benda,
dan terkena zat-zat kimia,

- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain : Infeksi Nosokomial (Inoks), terinfeksi
penyakit menular (Hepatitis B, Tuberculosis Paru, dan HIV / AIDS), LowBack Pain (sakit
pinggang) dan Trauma Disorders lainnya, penyakit-penyakit akibatgangguan psikososial, seperti
stres, depresi, gangguan pada sistem tubuh, pelecehan seksual dan gangguan hubungan sosial /
keluarga.

Upaya pengendalian :

a. Melengkapi dan memelihara peralatan listrik secara rutin oleh IPSRS karena di ruangan
perawatan banyak menggunakan alat-alat medis maupun non medis dengan dukungan / sarana
listrik.

b. Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kelistrikan.

c. Menyediakan peralatan pelindung diri seperti sarung tangan karet (Hand scound) dan masker
serta peralatan perlindungan lainnya.

d. Pelatihan mengenai Infeksi Nosokomial dan penyakit menular.

e. Memberikan penerangan dan House keeping yang baik.

f. Penyediaan informasi / poster tentang pencegahan Inoks

g. Pelatihan cara mengangkat pasien / barang yang benar.

h. Pengaturan jam sesuai standar perusahaan.


D. Kamar Bedah

Risiko bahaya di ruang Bedah :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)37Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Potensi kecelakaan kerja di kamar bedah antara lain :
tertusuk jarum, jari tangan terpotong pisau bedah, terpercik specimen / secret pasien infeksius,
gas anestesi bocor / meledak, dan terinfeksi penyakit pasien.

Upaya pengendalian :

a. Terhadap sarana dan prasana

- Persediaan gas medis yang cukup (O2 dan N2O), aman dan selalu terkontrol

- Alat penghisap lendir berfungsi baik

- Aliran listrik dan stop kontak listrik yang cukup

- Tersedia cadangan gas medis, listrik otomatis. Alat hisap lendir yang tetap berfungsi bila listrik
padam

- Pembuangan gas buang anestesi dan pipa atau saliran yang terkontrol dan aman

- Program sterilisasi ruangan

- Standarisasi/kalibrasi seluruh peralatan.

- Pengontrolan kondisi ruang operasi, antara lain : kebocoran atap, AC dan pencahayaan.

b. Terhadap tenaga kerja

- Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan kursus, latihan/simulasi untuk tenaga medis dan
paramedis.

c. Penggunaan alat pelindung diri


- Masker

- Baju dan topi OK

- Sarung tangan

E. Unit Gizi / Dapur Peralatan yang digunakan :

Peralatan dapur seperti pisau, kompor gas, tabung elpiji, lemari pendingin (freezer dan chiller),
peralatan makan (piring, sendok dan gelas), dan peralatan-peralatan lainnya yang menggunakan
peralatan listrik (oven, blender, mixer, dan microwave).

Risiko bahaya di unit Gizi / dapur :

- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : terpeleset / jatuh akibat lantai yang licin /
basah, tangan luka / terpotong akibat pisau / benda tajam lainnya, peledakan dan kebakaran, luka
bakar akibat api, minyak atau air panas, dan tersengat aliran listrik.

Upaya pengendalian :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)38Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012a.Peralatan kerja yang menggunakan listrik diperiksa
secara berkala.

b. Housekeeping dan sanitasi yang baik

c. Pemeliharaan peralatan secara rutin

d. Memberikan pelindung khusus agar petugas tidak terpapar langsung dengan peralatan
misalnya, pelindung tangan dan badan dari panas / api.

F. Unit Pemeliharaan

Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain : garam untuk boiler dan penjernihan air; soda as,
Kalium permanganat, dan kaporit untuk penjernihan air, solar untuk bahan bakar boiler; semen
dan bahan bangunan lainnya; dan berbagai bahan lainnya untuk perbaikan sarana dan prasarana
rumah sakit.

Sedangkan peralatan kerja yang digunakan : mesin las, gerinda, alat pertukangan (bor, ketam,
gergaji dan lainnya), alat perbaikan listrik dan sebagainya.

Risiko bahaya pada petugas IPSRS :

- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tersengat aliran listrik; luka bakar; terjatuh dari
ketinggian; tangan luka / terpotong saat menggunakan gerinda, pisau, gergaji dan benda tajam
lainnya; kebakaran dan peledakan; tertimpa benda dan terjepit dan lain sebagainya.

- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja : mual dan pusing atau keracunan saat pengeleman vinil,
dermatitis kontak akibat penggunaan bahan kimia, iritasi mata dan pneumokoniosis akibat debu,
keracunan CO di ruang Boiler dan genset, gangguan pendengaran, dan terinfeksi penyakit
menular saat perbaikan peralatan medis.

Upaya pengendalian :

a. Melengkapi semua petugas dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya yang
ada :

- Kewajiban menggunakan sepatu keselamatan saat bekerja

- Untuk pekerjaan di ketinggian digunakan Safety belt dan Topi keselamatan.

- Kewajiban penggunaan Ear Muff di ruang Genset dan lainnya

- Masker dan respirator saat pengerjaan / perbaikan terhadap tempat yang berdebu dan
mengandung bahan kimia.

b. Pengenalan Risiko bahaya sebelum melakukan pekerjaan.

c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala


Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)39Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB VI

UPAYA KESEHATAN KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT

Kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental
dan sosial yang setinggi – tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis
dan psikologis.

Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja diharapkan dapat memberikan pengertian


yang lebih luas dari kesehatan kerja, maka tidak hanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan
pekerjaan, tetapi juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja.

Kegiatan di Rumah Sakit berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi ergonomik, dan
psikososial yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap pekerja, pasien,
pengunjung maupun masyarakat di lingkungan Rumah Sakit, dan dapat menurunkan citra Rumah
Sakit.

Bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan dan keselamatan khususnya terhadap
pekerja perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan dan keselamatan kerja dengan menetapkan
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Eka sehingga
tercapai derajat kesehatan kerja dan produktivitas kerja yang optimal.

Adapun tujuan kesehatan kerja di RS Eka adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
karyawan serta mengetahui secara dini bila terdapat gangguan kesehatan pada karyawan Rumah
Sakit Eka, secara khusus dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)40Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20121.Untuk analisa pola kesehatan karyawan, sehingga
dapat dilakukan pengurangan risiko gangguan kesehatan pada karyawan bila didapatkan pola
penyebab terjadinya gangguan kesehatan.

2. Sebagai rekomendasi dalam penerimaan calon karyawan Rumah Sakit Eka.

3. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).

Sasaran dari Kesehatan Kerja Karyawan adalah:

1. Pemeriksaan Kesehatan Awal

Ditujukan untuk calon karyawan yang akan direkrut di Rumah Sakit Eka sesuai dengan bidang
kerja karyawan. Hal ini dilakukan selain sebagai seleksi kepada karyawan sesuai dengan bidang
kerja juga untuk perbandingan bila calon karyawan tersebut telah menjadi karyawan dan
ditemukan adanya gangguan kesehatan dalam pemeriksaan berkala sehingga dapat didiagnosa
termasuk gangguan kesehatannya akibat kerja (Penyakit Akibat Kerja)

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Ditujukan untuk seluruh karyawan Rumah Sakit Eka yang sudah bekerja ketentuan sebagai
berikut :

a. Untuk karyawan yang berhubungan dengan pelayanan, dilakukan 1 tahun sekali

b. Untuk karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan, dilakukan 2 tahun
sekali

c. Untuk petugas Gizi/Cafe melakukan pemeriksaan swab rectal, swab tangan dan Kerokan Kuku
setiap 6 bulan

Pemeriksaan berkala dilakukan untuk mengetahui perkembangan kesehatan karyawan selama


bekerja di Rumah Sakit Eka.Dari hasil pemeriksaan dapat dilihat suatu risiko penyebab suatu
gangguan kesehatan, sehingga dapat meminimalkan risiko tersebut.

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus


Pemeriksaan ditujukan untuk seseorang yang diduga terkena penyakit akibat kerja dan
memerlukan tindak lanjut.

A. Pemeriksaan Kesehatan:

Dibagi menjadi:

1. Pemeriksaan Kesehatan Awal

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)41Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20121) Bekerjasama dengan Divisi SDM membuat standar
pemeriksaan Uji kesehatan Pemeriksaan Kesehatan Awal.

2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi,
dll) untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan (MCU). Pemeriksaan meliputi Pemeriksaan Visus
dan Fisik, HBsAG dan Darah Lengkap, BHCG (wanita), Urine Lengkap, Thorax Photo, EKG,
Anal Swab (Gizi), Kerokan Kuku (Gizi).

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

1) Bekerja sama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan uji kesehatan berdasarkan
unit kerja karyawan.

2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi,
dll) untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. Pemeriksaan disesuaikan dengan jenis
dan unit kerja karyawan.

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

1) Bekerja sama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan uji kesehatan khusus.

2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis, Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi,


dll) dan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) untuk pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan khusus dan secara insidential.
B. Pemberian Vaksin bagi Karyawan

Program pemberian vaksin bagi karyawan Dewasa yang berisiko terinfeksi Hepatitis B: Individu
yang terpapar darah atau produk darah dalam kerjanya, klien dan staff dari institusi pendidikan
manusia cacat, pasien hemodialisis, penerima konsentrat faktor VIII atau IX, rumah tangga atau
kontak seksual dengan individu yang teridentifikasi positif HBsAg-nya, individu yang berencana
pergi atau tinggal di suatu tempat dimana infeksi Hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat
injeksi, homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-
ganti atau baru terkena PMS, fasilitas penampungan korban narkoba, individu etnis kepulauan
pasifik atau imigran/pengungsi

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)42Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012baru dimana endemisitas daerah asal sangat
tinggi/lumayan.Berikan 3-dosis dengan jadual 0, 1 dan 6 bulan.Bila setelah imunisasi terdapat
respons yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imuniasasi penguat (booster).

Macam vaksin : Antigen virus inaktif Efektivitas : 75-90%

Rute suntikan : i.m

1. Indikasi

Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasarkan kepada riwayat paparan, risiko
penularan, usia lanjut, imunokompromais, pekerjaan, gaya hidup dan rencana bepergian.

• Riwayat paparan : Tetanus toksoid., Rabies

• Risiko penularan : Influenza, Hepatitis A, Tifoid, MMR.

• Usia lanjut : Pneumokok, Influenza.

• Risiko pekerjaan : Hepatitis B, Rabies.

• Imunokompromais : Pneumokok, Influenza, Hepatitis B. Hemophilus influenza tipe B.


• Rencana bepergian : Yellow fever, Japanese B encephalitis, Tifoid, Hepatitis A.

• Jemaah haji : Meningokok ACYW 135., Influenza

Indikasi imunisasi pada daftar ini dibuat lebih luas karena pada imunisasi dewasa belum ada
program yang dibiayai oleh pemerintah. Karena itu penggunaan indikasi ini perlu
mempertimbangkan keadaan individu yang akan diimunisasi. Untuk calon haji imunisasi
meningokok merupakan suatu keharusan, begitu juga imunisasi Yellow fever untuk bepergian ke
Afrika Selatan. Imunisasi pada usia lanjut perlu mendapat perhatian karena data-data tentang
manfaat imunisasi influenza dan pnemokok pada usia lanjut menunjukkan bahwa imunisasi ini
bermanfaat dan cost effective. Selain itu imunisasi pada Heptitis B perlu mendapat perhatian
karena tingginya risiko penularan Hepatitis B di kalangan petugas kesehatan.

2. Manfaat

Manfaat vaksin yang digunakan pada orang dewasa di Indonesia datanya amat terbatas.Data di
negara maju menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Hepatitis B dalam mencegah penyakit 80%
sampai 95%. Efektivitas ini menurun pada kelompok lanjut usia. Vaksin influenza dapat
menurunkan insidens influenza 70% sampai 90%.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)43Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Sedangkan efektivitas vaksin pnemokok 60% sampai
64%. Pada kelompok usia di atas 65 tahun efektivitas vaksin ini 44% sampai 61%. Vaksin
campak akan menim-bulkan imunitas yang bertahan lama pada sekitar 95% orang yang divaksin.
Jika vaksinasi diulang maka imunitas akan timbul pada 90% nonresponder. Vaksin gondongan
akan menurunkan insidens penyakit 75% sampai 95% dan begitu pula rubella efektivitasnya
hampir menyamai campak. Vaksin tetanus jika digunakan secara benar dapat mencegah tetanus
100% dan vaksin difteri 85%.

3. Cakupan imunisasi dewasa

Meski manfaat imunisasi dewasa nyata namun cakupan imunisasi dewasa di negara maju
sekalipun masih rendah.Cakupan Hepatitis B berkisar antara 1% sampai 60% (rata-rata
10%).Antibodi terhadap tetanus yang adekuat hanya ditemukan pada 40% orang
dewasa.Rendahnya cakupan ini disebabkan oleh kepedulian petugas kesehatan yang belum
optimal, kurangnya pemahaman mengenai manfaat, pedoman yang beraneka ragam dan rumit,
layanan yang belum merata dan kurangnya dukungan pembiayaan.Namun demikian dengan
pemahaman yang baik mengenai manfaat imunisasi dewasa ini, negara berkembang misalnya
Kuba mampu menyelenggarakan imunisasi dewasa yang cakupannya cukup tinggi.PAPDI perlu
mendorong agar kegiatan imunisasi dewasa yang dimulai oleh profesi dan masyarakat dapat
menjadi program pemerintah.

4. Hepatitis B

Karyawan rumah sakit yang merupakan dewasa adalah populasi yang berisiko terinfeksi
Hepatitis B: Individu yang terpapar darah atau produk darah dalam kerjanya, klien dan staff dari
institusi pendidikan manusia cacat, pasien hemodialisis, penerima konsentrat faktor VIII atau IX,
rumah tangga atau kontak seksual dengan individu yang teridentifikasi positif HBsAg-nya,
individu yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat dimana infeksi Hepatitis B sering
dijumpai, pengguna obat injeksi, homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual aktif
dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena PMS, fasilitas penampungan korban narkoba,
individu etnis kepulauan pasifik atau imigran/pengungsi baru dimana endemisitas daerah asal
sangat tinggi/lumayan. Berikan 3-dosis dengan jadual 0, 1 dan 6 bulan.Bila setelah imunisasi
terdapat respons yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imuniasasi penguat (booster).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)44Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Macam vaksin : Antigen virus inaktif

• Efektivitas : 75-90%

• Rute suntikan : i.m

Tatalaksana pemberian vaksinasi karyawan Rumah Sakit Eka:


- Vaksinasi hepatitis B diberikan pada karyawan setelah sebelumnya diketahui status fungsi hati
dan status antibodi Hepatitis B karyawan, dalam hal ini diperiksakan titer anti HBs, titer HbsAg,
dan SGOT dan SGPT.

- Adapun hasil pemeriksaan tersebut diketahui saat karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala (Medical Check Up). Dan ketentuan pemeriksaan kesehatan berkala karyawan Rumah
Sakit Eka yang sudah bekerja ketentuan sebagai berikut :

o Untuk karyawan yang berhubungan dengan pelayanan, dilakukan 1 tahun sekali (terlampir).

o Untuk karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan, dilakukan 2 tahun sekali
(terlampir).

- Untuk pemberian vaksin digunakan nilai hasil titer anti HBs:

o Nilai anti HBs non reaktif:Karyawandiberikan 3dosis denganjadual 0, 1 dan 6 bulan.oNilai anti
HBs < 100 IU/L:Dilakukanpemberianimuniasasipenguat (booster)oNilai anti HBs > 100 IU/L:
Tidak dilakukan pemberian imunisasi.

- Daftar karyawan yang akan diberikan imunisasi 3 dosis maupun imunisasi penguat (booster)
dikeluarkan oleh Divisi SDM berdasarkan hasil pemeriksaan berkala karyawan yang diambil dari
rekam medis elektronik

(vesalius)

- Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi,
dll) untuk pelaksanaan vaksin yang dikerjakan oleh Unit Medical Check Up Rumah Sakit Eka

C. Dokumentasi

Hasil dokumentasi pemeriksaan berkala karyawan yang menjadi dasar pemberian vaksinasi
Hepatitis B merupakan bagian dari rekam medis setiap karyawan. Bekerja sama dengan Divisi
Pelayanan Medis unit Rekam Medis untuk pemantauan dan perlu atau
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)45Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012tidaknya bila setelah imunisasi terdapat respons yang
baik maka tidak perlu dilakukan

pemberian imuniasasi penguat (booster).

D. Pemberian Vitamin dan Makanan Tambahan

Pemberian vitamin dan makanan tambahan bagi karyawan sesuai dengan kebutuhan tubuh
pekerja secara insidential dan telah dilakukan penilaian oleh Komite K3 dan saran dari Divisi
Pelayanan Medis bahwa perlu diberikan vitamin dan makanan tambahan.Untuk pendistribusian
bekerjasama dengan Divisi SDM, Farmasi, Unit Gizi, dan Unit yang bersangkutan.

E. Pelatihan dan Penyuluhan Kesehatan Kerja bagi Pekerja RS

a. Pelatihan di Kelas

Dilakukan untuk membahas teori dan diskusi sesuai dengan materi yang disampaikan dan
berkaitan dengan kesehatan.

b. Pelatihan ke ruangan

Dikarenakan pemenuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Eka sehingga para pekerja tidak
dapat meninggalkan ruangannya untuk mengikuti pelatihan baik di kelas maupun di ruangan,
maka Komite K3 melaksanakan pelatihan langsung di unit kerja

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)46Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB VII

KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Penyehatan Makanan dan Minuman


Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya pengendalian yang mempengaruhi kualitas
makanan dan minuman, meliputi :

- Bahan makanan.

- Penjamah makanan.

- Tempat penyajian.

- Perlengkapan.

Tata cara pelaksanaan :

Bahan makanan yang dikirimkan oleh supplier diterima di ruangan penerimaan barang dengan
memperhatikan syarat jumlah (proses penimbangan) dan kondisi bahan makanan (busuk, berulat,
bertanah, expired date, kaleng rusak dll).

Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang khusus bahan makanan dengan
kondisi bersih, terlindung debu, aliran ventilasi terjaga dan terlindung dari serangga.

Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll) disimpan dalam suhu dingin <
4° C sedangkan untuk makanan segar (sayur, buah dll) disimpan suhu 5° - 10° C.

Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan prinsip First In First Out
(Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).

Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah kegiatan dan
general cleaning dilakukan minimal seminggu sekali.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)47Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak
mempunyai penyakit menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek, penutup
rambut dan mulut serta sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan tersebut tidak boleh
digunakan di luar lokasi ruang produksi.
Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan berlebih selama kegiatan
pengolahan makanan.

Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan .

Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat pelindung diri dan perlengkapan
masak yang baik dan aman seperti sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan
sejenisnya.

Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan trolley dan melalui jalur
distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya pencemaran.

Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari sekali dan didesinfeksi
minimal seminggu sekali.

Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada tempat bersih dan terlindung
dari pencemaran.

Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi.

B. Sanitasi Rumah Sakit

1. Penyediaan Air Bersih

Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik air baku, kualitas produk
yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang ada (dana, bahan bangunan, peralatan
instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan).

Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu kiranya dibuat
prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan langkah-langkah inspeksi berikut :

- Siapkan jalur distribusi air bersih di seluruh gedung.

- Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan pada jaringan distribusi.
- Tentukan frekuensi pemantauan.

- Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample.

Syarat Fasilitas penyediaan air ;

-Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)48Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012- Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari.

- Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat unit yang
membutuhkan.

- Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan

perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. Yang dimaksud dengan tekanan positif adalah
tekanan yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Pemantauan dilakukan secara ;

- Harian, yaitu Pemeriksaan lapangan pH, TDS.

- Bulanan, yaitu Pemeriksaan bakteriologik pada air minum.

- Semester, yaitu Seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 tahun 1990.

2. Toilet dan Kamar Mandi

◊? Harus selalu terpeliharan dan dalam keadaan bersih.

◊? Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

◊? Setiap unit ruangan harus tersedia toilet dengan fasilitas jamban, paturasan dan wastafel
tersendiri.Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar-kamar tertentu harus tersedia kamar
mandi.
◊? Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau.

◊? Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, Ruang Operasi dan
ruang khusus lainnya.

◊? Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar. ◊? Toilet dan kamar mandi pria
dan wanita harus terpisah.

◊? Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan karyawan harus terpisah. ◊? Toilet dan kamar
mandi karyawan dan pengunjung terpisah.

◊? Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada penunjuk arah.

◊? Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara kebersihan.

◊? Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk.

◊? Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan : ◊? 1 toilet untuk 1-40 pengunjung
wanita

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)49Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012◊? 1 toilet untuk 1-60 pengunjung pria

◊? Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi;

Jumlah Tempat TidurJumlah ToiletJumlah Kamar Mandi1 s.d. 151116 s.d. 302231 s.d. 503351
s.d. 7544Setiap penambahan 25 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. mandi◊? Perbandingan
Jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi ;Jumlah Tempat TidurJumlah
ToiletJumlah Kamar Mandi1 s.d. 201121 s.d. 402241 s.d. 703371 s.d. 10044Setiap
penambahan40 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

3. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik.Limbah cair yang
dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang berada di lantai satu. Kemudian
limbah tersebut disaring dan dihomogenkan dengan proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka
limbah akan diuraikan dengan menggunakan bakteri “Nuggies” dan akan ditampung di bak
pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan kualitas kimia dan bakteriologi.

Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam tiga bulan dengan jenis pemeriksaan
Kimiawi dan Bakteriologi.

C. Penyediaan Air Bersih

Penyediaan Air bersih merupakan pemenuhan air bersih yang dipergunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan untuk air minum serta kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan air minum sesuai Permenkes No. 416 tahun 1990.

Tata cara pelaksanaan :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)50Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Sumber penyediaan air bersih dan air minum diambil
dari dua (dua) sumur bor (Deep Weel) yang diolah dengan tanki filter dan telah memenuhi
persyaratan kesehatan.

Penggantian filter WTP dilakukan minimal 5 tahun sekali, dan pemeliharaan melalui back wash
pada lokasi yang menggunakan tanki filter dilakukan setiap hari.

Pemeliharaan pompa-pompa air bersih dilakukan pemeriksaan setiap hari.Pengurasan tangki


min. 2 kali setahun atau bila kondisi air mulai kotor.

Bila terjadi kebocoran dan atau kerusakan pada instalasi pipa air bersih maka akan dilakukan
perbaikan segera.

Pengambilan sample air bersih diambil sesuai dengan jenis pemeriksaan :


- Pemeriksaan lengkap dilakukan di reservoar, air olahan, air minum, air hemodialisa min. 2 kali
setahun.

- Pemeriksaan bakteriologis diambil pada lokasi air minum setiap bulan.

D. Penanganan Sampah dan Limbah Penanganan Sampah

Tata cara pelaksanaan :

Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :

• Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan permukaan halus bagian
dalamnya.

• Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.

• Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m di Ruang Tunggu
terbuka (public area).

• Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan katagori atau jenis sampah ke
dalam tempat sampah yang sudah diberi kantong plastik dengan ketentuan :

1. Tong sampah dengan tutup warna hitam untuk sampah non medis.

2. Tong sampah dengan tutup warna kuning untuk sampah medis.

3. Jerigen untuk sampah berupa benda tajam (spuit, cartridge dll).

• Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan sampah sementara (TPS)
dengan menggunakan trolley oleh petugas housekeeping yang

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)51Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa
sarung tangan reusable,

masker dan sepatu yang telah ditentukan.


• Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan sampah dan kemudian setiap
hari diangkut dengan truk oleh Dinas Kebersihan ke Tempat Penampungan Akhir.

• Untuk sampah medis dilakukan pemusnahan di incenerator dengan suhu 1000 0C.

• Trolley dan tempat sampah dikosongkan dan dibersihkan minimal seminggu sekali dan
disemprot dengan desinfektan.

Pengelolaan Limbah Cair

Tata cara pelaksanaan :

• Limbah dari ruangan pengguna disalurkan melalui saluran tertutup ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) atau Sewage Treatment Plant (STP)

• Pemeliharaan dan perbaikan pada pompa-pompa IPAL dipantau setiap hari oleh petugas yang
telah ditunjuk.

• Kualitas effluent diperiksa perbulan ke Laboratorium Pemeriksaan Kesehatan daerah Setempat.

E. Pengendalian Serangga dan Tikus

• Serangga dan tikus adalah jenis hewan yang dapat menularkan (vektor) atau menjadi perantara
menularnya beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan instalasi
rumah sakit.

• Pengendalian serangga dan tikus adalah kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan
populasinya di rumah sakit hingga kecil dan hilang tingkat gangguan dan kerusakan yang
ditimbulkan.

Tata Cara Pelaksanaan :

• Secara fisik :
◊? Menjaga kebersihan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah maupun sisa makanan yang
menjadi sarana berkembangbiakan serangga dan tikus (sanitasi lingkungan).

◊? Pengurasan dan pembersihan setiap sarana penampungan air dilakukan seminggu sekali.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)52Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Secara kimia :

◊? Pengendalian dengan menggunakan pestisida yaitu dengan melakukan kegiatan penyemprotan


didalam ruangan (ULV), penyemprotan diluar ruangan (spraying dan mist blower) serta
melakukan fongging untuk diarea luar dan serangga terbang.

• Secara mekanis :

Dengan menggunakan perangkap tertentu sesuai peruntukannya seperti perangkap tikus dan
kucing.

F. Sterilisasi dan Desinfeksi

Sterilisasi/desinfeksi adalah upaya mensucihamakan atau membebaskan suatu objek dari


mikroorganisme pathogen.

Indikasi kuat untuk diadakannya tindakan sterilisasi/desinfeksi adalah karena hal-hal berikut :

• Semua peralatan kedokteran klinis atau peralatan pasien yang masuk / dimasukan ke dalam
jaringan, sistem vascular atau melalui saluran darah.

• Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir.

• Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi.

Tata cara pelaksanaan :

• Semua benda atau alat yang akan disterilisasi / desinfeksi harus terlebih dahulu dicuci secara
seksama untuk menghilangkan semua bahan organik.
• Sterilisasi harus disesuaikan dengan jenis alat yang disterilisasi dengan tujuan pencapaian
sterilisasi tercapai dan tidak merusak benda atau alat yang disterilisasi.

• Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya setelah disterilisasi / desinfeksi tidak boleh
dipergunakan lagi.

• Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang sterilisasinya diragukan, seperti
kemasan rusak atau berlubang, bahan robek, basah dsb.

• Simpan benda/alat yang sudah disterilisasi / desinfeksi pada lemari khusus.

• Pastikan hasil sterilisasi tercapai dengan bantuan indikator.

• Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk (manual
book).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)53Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Lakukan kalibrasi pada instansi yang berwenang
setelah melakukan perbaikan.

• Diharapkan setiap petugas mengetahui secara pasti Material Safety Data Sheet penggunaan
bahan berbahaya yang digunakan untuk sterilisasi dan desinfeksi.

• Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan kegiatan sterilitas.

• Untuk wanita hamil dilarang mengoperasikan sterilisasi dengan bahan chlorin.

• Pastikan ventilasi ruang sterilisasi dengan bahan chlorin berjalan baik.

• Bila terjadi kontaminasi dan kecelakaan kerja lakukan dekontaminasi dan isolasi serta tindak
lanjut sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

• Prosedur cuci tangan (lihat prosedur cuci tangan) :

G. Perlindungan Radiasi
• Radiasi adalah emisi energi radiasi pengion yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang
digunakan oleh unit di rumah sakit.

• Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di ruang kerja dan tingkat
pemaparan pada pekerja.

• Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium terhadap dosimeter,
analisis hasil laboratorium penyelidikan/pemeriksaan terhadap unit dan tindak lanjut.

Tata Cara Pelaksanaan :

• Tindakan pencegahan radiasi mencakup upaya pemindahan dan pengamanan bahan


radioisotop, mengamankan pekerja yang bekerja dengan radiasi. Jadi setiap penggunaan,
pemindahan, penyimpanan dan lain-lain yang berkenaan dengan bahan radiasi adalah aman bagi
manusia dan lingkungannya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

• Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan radiasi mencakup rancangan


instalasi yang memenuhi syarat dan penyediaan pelindung radiasi. Gunakan alat pelindung diri
berupa apron dan sarung tangan selama menjalankan kegiatan di ruang cakupan radiasi.

• Pastikan APD yang digunakan dalam kondisi baik dan layak pakai.

• Pastikan petugas radiology menggunakan film badge untuk mengetahui besaran paparan radiasi
yang diterima oleh petugas.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)54Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Pastikan bahwa pasien hanya menggunakan kamar
mandi dan wastafel yang telah disediakan.

• Tindakan darurat :

◊? Bila terjadi kejadian harus diisolasi, misalnya dengan rintangan / pagar / tanda-tanda agar
tidak ada orang yang mendekati daerah tersebut.
◊? Bila ada yang terkontaminasi harus segera didekontaminasi dan dilakukan dengan tindakan
lanjutan.Demikian pula bila ada orang yang diduga menerima dosis lebih, harus segera
diamankan.

◊? Badan yang berwenang segera diberi laporan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)55Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB VIII

KESELAMATAN DI DAPUR

A. Sanitasi Makanan

1. Pengertian

Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada kegiatan
dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang
dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
proses pengolahan, penyiapan, pendistribusian sampai pada saat makanan dan minuman tersebut
siap untuk dikonsumsi.

2. Tujuan

Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit bertujuan untuk :

a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen.

b. Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan.

c. Terwujudnya prilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.

3. Persyaratan Higiene Dan Sanitasi Makanan


Berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 mengenai Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, maka hal – hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman angka
kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.

b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya 100/cm2


permukaan dan tidak ada kuman E.Coli.

c. Makanan ayng mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5° atau dalam suhu
dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5° C
sampai -1° C.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)56Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012d.Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan
dalam suhu ± 10° C.

e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu pada tabel 5 yaitu Tabel Suhudan Lama
Penyimpanan Bahan Makanan Segar/ Mentah (hal 64)

f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.

g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit
dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm

2. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm

3. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

4. Tata Cara Pelaksanaan

1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi


a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik.

b. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau dari luar rumah
sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium minimal 1 bulan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 715/MenKes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.

c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain harus selalu
diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.

d. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta dalam keadaan
baik.

2. Bahan Makanan Tambahan

Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus sesuai dengan
ketentuan.

3. Penyimpanan Bahan Makan dan Makanan Jadi

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.

a. Bahan Makanan Kering

1. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi

2. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih maupun air
limbah)untuk menghindari terkena bocoran.

3. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan.

4. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak terbawah 15
cm – 25 cm.
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)57Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20125.Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng
dijaga kurang dari 22° C.

6. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.

7. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga sirkulasi udara.

b. Bahan Makanan Basah/Mudah Membusuk dan Minuman

1. Bahan makanan seperti buah, sayuran, dan minuman, disimpan pada suhu penyimpanan sejuk
(cooling) 10 °C – 15 °C

2. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada suhu penyimpanan
dingin (chilling) 4 °C–10°C

3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam disimpan
pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0 °C – 4 °C.

4. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang dari 24 jam
disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu < 0 °C.

5. Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.

6. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup..

c. Makanan Jadi

1. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang
diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.

2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta segera
disajikan
4. Pengolahan Makanan

Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :

a. Tempat Pengolahan Makanan

1. Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan persyaratan konstruksi,
bangunan dan ruangan dapur

2. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik.

3. Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap.

4. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)58Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012b. Peralatan Masak

Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan
makanan.

1. Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan

2. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.

3. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang lazim dijumpai
dalam makanan.

4. Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya didesinfeksi dan dikeringkan

5. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan disimpan pada rak
terlindung dari vektor.

5. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman Pengawasan dilakukan secara :

a. Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan rumah sakit. Pemeriksaan parameter
mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi bahan makanan
dan minuman, alat makanan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta setiap 6 bulan
.Air bersih setiap 6 bulan oleh pihak ketiga yaitu Unilab.

Bila terjadi keracunan makanan dan minuman di rumah sakit maka petugas sanitasi harus
mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksakan ke laboratorium.

b. Eksternal

Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak untuk menilai kualitas.

5. Pelaksanaan dalam Penyelenggaraan Makanan a. Memasuki Area Dapur

Memasuki area dapur adalah serangkaian kegiatan sebelum melakukan aktifitas di area dapur
yang bertujuan menghindari terjadinya kontaminasi terhadap makanan. Setiap petugas yang
memasuki area dapur wajib memakai alat pelindung diri

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)59Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012sebelum melakukan aktifitas di area dapur.petugas yang
sedang sakit (yang

penularannya melalui mulut) wajib menggunakan masker.

b. Ruang Pengolahan (Dapur)

Ruang dalam dapur senantiasa dijaga kebersihannya, tersedia tempat sampah sementara yang
diberi kantong plastik yang kemudian dibuang dengan plastiknya ke tempat pengumpulan
sampah di luar rumah sakit

c. Bangunan

1) Pintu – pintu dibuat membuka / menutup sendiri (self closing door) dilengkapi dengan air
curtain, lampu anti lalat dll
2) Fasilitas Cuci Tangan

3) Tersedia air yang mengalir

4) Tersedia sabun dan tissue

5) Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan

d. Sarana dan Peralatan

1) Air Bersih

Tersedia air yang bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan memenuhi syarat
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990 dan Kep. MenKes RI No.
907/2002 Standar mutu air tersebut, meliputi:

a) Standar bersih, yaitu suhu, warna, bau dan rasa

b) Standar biologi, yaitu kuman-kuman parasit, kuman-kuman pathogen dan bakteri E. Coli.

c) Standar kimiawi, yaitu derajat keasaman (pH) jumlah zat padat dan bahan-bahan kimia
lainnya.

d) Standar radio aktif meliputi benda-benda radio aktif yang mungkin terkandung dalam air.

2) Alat pengangkut / roda / kereta makanan dan minuman tertutup sempurna, terbuat dari
steenless steel, permukaan halus dan mudah dibersihkan.

3) Rak-rak penyimpanan bahan makanan/ makanan harus mudah dipindahkan dengan


menggunakan roda-roda penggerak untuk kepentingan proses pembersihan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)60Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20124) Peralatan yang kontak dengan makanan, memenuhi
syarat sebagai berikut:

a) Permukaan utuh (tidak cacat), dan mudah dibersihkan


b) Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat dalam asam/basa atau garam-garaman yang
lazim dijumpai dalam makanan.

c) Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunana, misalnya: timah hitam
(Pb), Arsenin (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd) dan Antimony (Stibium)

d) Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi makanan harus tertutup. e. Pembersihan Alat
Makan

Pengertian :

Pencucian alat makan adalah suatu proses kegiatan untuk menghilangkan segala kotoran, lemak,
bau dan untuk membebaskan hama dari peralatan makan. Pencucian alat makan dilakukan
dengan menggunakan mesin pencuci piring dengan suhu yang digunakan 80-100 ◊?C dan
dengan menggunakan disinfektan.

Tujuan :

1) Menjadikan peralatan makan yang hygienis dan siap pakai.

2) Mencegah terjadinya infeksi silang melalui peralatan makan

f. Penanganan Alat Makan Pasien dengan Infeksi Menular

Pengertian :

Penanganan alat makan untuk pasien dengan penyakit infeksi menular adalah rangkaian kegiatan
membersihkan alat untuk menghilangkan segala kotoran, lemak, bau, dan untuk membebaskan
dari kuman, sehingga tidak terjadi infeksi silang. Alat makan pasien dengan penyakit infeksi
menular tidak dibedakan dengan alat makan lainnya, Pencucian alat makan pasien dengan
penyakit infeksi menular tidak dilakukan secara terpisah dengan menggunakan desinfektan dan
mesin pencuci piring dengan suhu minimum 80ºC serta dicek dua kali sehari pada shift pagi dan
shift siang.

Tujuan :
1) Sebagai acuan dalam penanganan alat makan yang baik dan benar untuk pasien dengan
penyakit menular..

2) Mencegah terjadinya infeksi silang melalui peralatan makan

g. Pembuangan Sampah

Pengertian:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)61Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Pembuangan sampah adalah kegiatan
pewadahan/pengumpulan/pengangkutan dan pembuangan sampah yang dihasilkan oleh unit gizi
yang merupakan limbah dari proses pengolahan makanan dan limbah lain di unit gizi.
Pembuangan sampah kering dan sampah basah dilakukan oleh petugas pencuci piring
bekerjasama dengan cleaning service (pihak outsource) yang ada di Unit Gizi setiap hari.
Tujuan:

Terciptanya lingkungan yang bersih dan bebas dari segala kotoran.

h. Pencucian Sayuran

Pengertian :

Pencucian sayuran adalah suatu rangkaian kegiatan membersihkan sayuran mentah dari kotoran
atau pestisida yang menempel pada sayuran sebelum disiapkan dan diolah menjadi
makanan.Pencucian sayuran dilakukan berdasarkan teknik dan metoda yang sesuai dan dengan
menggunakan disinfektan.

Tujuan :

1) Menghilangkan kotoran atau pestisida yang menempel pada sayuran

2) Sayuran bersih dan siap untuk diolah

i. Pencucian Kerak Peralatan Masak


Pengertian :

Pencucian kerak peralatan masak (panci) adalah suatu rangkaian kegiatan membersihkan kotoran
hitam / arang yang menempel pada peralatan masak.Tujuan :

1) Menghilangkan kotoran dan kerak hitam / arang pada peralatan

2) Supaya peralatan masak terlihat bersih

j. Kebersihan Dapur Induk dan Kantin Karyawan

Pengertian :

Kebersihan dapur induk dan kantin karyawan dalah suatu keadaan dimana dapur induk dan
kantin karyawan dalam keadaan bersih, rapi dan tidak ada serangga Tujuan :

Terciptanya ruangan yang bersih, rapi, dan nyaman.

k. General Cleaning

Pengertian :

General cleaning adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan seluruh
area dan peralatan yang ada di Unit Gizi. General cleaning

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)62Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012dilakukan satu bulan sekali setiap minggu ke empat dan
General cleaning dilakukan satu bulan sekali setiap minggu ke empat

Tujuan :

1) Membersihkan ruangan secara menyeluruh

2) Membersihkan dan merapihkan semua peralatan

B. Kesehatan Kerja
1. Kesehatan bagi Pekerja di Dapur

Para karyawan yang bekerja di dapur wajib bertanggung jawab dalam menentukan suatu standar
kebersihan baik tempat kerjanya maupun dirinya sendiri.

Mereka dituntut untuk lebih berhati – hati dalam menjaga standar kebersihan, karena merekalah
yang berperan dalam kebersihan secara keseluruhan. Beberapa hal yang perlu dilakukan
karyawan dapur untuk menjaga kesehatan dirinya adalah sebagai berikut :

a. Mandi harus teratur 2 kali sehari.

b. Pakaian harus bersih baik sehari-hari maupun pakaian kerja.

c. Tangan setiap kali akan bekerja dan sesudah bekerja harus dicuci dengan sabun.

d. Kuku harus dipotong pendek dan selalu dibersihkan setiap hari.

e. Rambut, jenggot dan kumis harus dicukur bersih dan rapi.

f. Rambut dicukur rapi dan tidak terlau panjang.

g. Tangan tidak boleh menyentuh mulut atau bibir selama menangani makanan karena mulut dan
gigi merupakan sumber bakteri.

Kerapian diri adalah bagian dasar dari kebersihan diri pribadi karyawan dan kebersihan diri
merupakan tolak ukur dari kesehatan.Jadi, sebelum kita menciptakan lingkungan dapur yang
sehat, kita harus mewujudkan kesehatan pribadi terlebih dahulu. Pribadi yang sehat juga akan
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

Adapun pemeriksaan kesehatan secara berkala secara general setiap tahun dan terdapat
pemeriksaan khusus setiap 6 bulan sekali yaitu pemeriksaan Swab Rectal dan Kerokan Kuku.

2. Penanganan Keracunan Makanan pada Karyawan


Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)63Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Semua karyawan di Rumah Sakit Eka mendapatkan
makan yang disediakan di kantin dan dipersiapkan oleh dapur milik Rumah Sakit Eka,
sedangkan snack dipesan dari supplier makanan.

Bentuk makanan yng diterima adalah:

- 1 kali makan (siang/sore/malam) dan 1 kali snack. Berlaku sesuai dengan shift.

- Snack saat ada pertemuan rapat/pelatihan (coffee break)

Bila terjadi keracunan makanan yang berasal dari menu/snack makanan di atas maka,
penanganan kejadian ini berkoordinasi dengan KPPI, Komite K3, IGD, SDM, NDO (bila di luar
jam kerja) dan Unit Keselamatan dan Kesling.

Karyawan yang mengalami keracunan makanan segera dibawa ke IGD untuk mendapat
penanganan medis.Selama ditangani, Komite K3, KPPI dan Unit Keselamatan dan Kesling
menginvestigasi sumber makanan penyebab keracunan.Komite K3 membuat laporan kepada
Direksi terkait pengobatan yang ditembuskan kepada Divisi SDM.

Apabila jumlah karyawan yang menderita keracunan 5 karyawan atau lebih dan dalam waktu
yang berdekatan maka, dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) serta diberlakukan Code Yellow.

Tingkatan siaga:

- Siaga 1: jumlah pasien 5 – 10 orang

- Siaga 2: jumlah pasien 11 – 20 orang

- Siaga 3: jumlah pasien 21 – 30 orang

- Bila jumlah pasien > 30 orang, hubungi rumah sakit lain atau rujuk.

C. Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat dengan
kejadian yang disebabkan akaibat kelalaian petugas yang dapat mengakibatkan kontaminasi
bakteri terhadap makanan.

Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam proses
penyelenggaraan makanan yaitu dikarenakan pekerjaan yang terorganisir dengan baik,
dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin kebersihannya serta
istirahat yang cukup.

Kecelakaan kerja tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak
direncanakan sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan, makanan maupun dapat melukai
petugas.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)64Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

1. Pengertian

Keselamatan Kerja (Safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian
dan kesengajaan.

2. Tujuan

Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja tahun 1970, Syarat-syarat keselamatan kerja


meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain
yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi perlindungan pada pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis, keracunan,
infeksi dan penularan.

i. Menyelenggaraan penyegaran udara yang cukup.

j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

o. Mencegah terkena aliran listrik.

p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pengamanan pada pekerjaan yang


bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

3. Prinsip Keselamatan Kerja

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)65Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Prinsip keselamatan kerja dalam proses
penyelenggaraan makanan di Unit Gizi :

a. Pengendalian Teknis, mencangkup :


1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang telah
ditentukan.

2) Ruangan dapur harus cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat dari bahan-
bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.

3) Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis.

4) Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.

b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggungjawab dan terciptanya kebiasaan
kerja yang baik oleh pegawai.

c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai.

d. Volume kerja yang dibebankan sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan.

e. Perawatan pada peralatan dilakukan secara kontinyu sehingga peralatan tetap dalam kondisi
yang layak.

f. Adanya pelatihan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.

g. Adanya fasilitas pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup.

h. Adanya petunjuk penggunaan peralatan keselamatan kerja.

4. Prosedur Keselamatan Kerja

a. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan

Keamanan kerja di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan ini terlaksana apabila
sesuai prosedur kerja sbb:

1) Menggunakan alat pembuka bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat, agar tidak
terkena bagian alat yang tajam.
2) Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan alat pengangkut
yang tersedia untuk barang tersebut.

3) Pergunakan tutup panci yang sesuai untuk menghindari kontaminasi bahan makanan, selain
itu juga agar tidak tumpah.

4) Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan

5) Semua peralatan listrik yang tidak dipergunakan termasuk lampu harus dimatikan bila tidak
diperlukan.

6) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)66Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20127) Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar yang
dapat membahayakan badan dan kualitas barang.

8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan lantai yang licin di ruang penerimaan dan
penyimpanan bahan makanan

b. Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan

Keamanan kerja di ruang persiapan dan pengolahan bahan makanan ini terlaksana apabila sesuai
prosedur kerja sbb :

1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang tepat.

2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan dan mengolah bahan makanan.

3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaiannya.

4) Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.

5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan.
6) Hati-hati bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin, lampu gas/listrik
dan lain-lainnya.

7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.

8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah dimatikan
mesinnya.

9) Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi yang ditetapkan.

10) Tidak memuat trolley pembawa makanan melebihi kapasitasnya.

11) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.

12) Bila ada alat pemanas atau baki perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya.

13) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh.

14) Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah atau makanan
tersebut tercampur.

15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng.

c. Ruang Pembagian Makanan

Keamanan kerja di ruang pembagian makanan ini terlaksana apabila sesuai prosedur kerja sbb :

1) Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)67Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20122) Tidak mengisi tempat penyajian makanan terlalu
penuh.

3) Meletakkan peralatan makan dengan teratur dan rapi.

4) Menggunakan peralatan yang bersih dan kering.


5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang dibersihkan.

6) Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.

7) Perhatikan waktu dalam menggunakan alat pemanas.

8) Menggunakan alat pelindung kerja selama di dapur seperti: celemek, topi dan lain-lain.

9) Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan.

10) Sebelum bekerja dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan dengan
menggunakan sabun atau desinfektan.

11) Membersihkan / mencuci peralatan makan, trolley makan sesuai dengan prosedur.

12) Membuang/ membersihkan sisa makanan/ sampah segera setelah alat makan/ peralatan dapur
selesai digunakan.

13) Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum kompor, lampu, gas, listrik sudah dimatikan

d. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri yang digunakan di dapur yaitu perlengkapan pakaian yang ditentukan dan
penggunaan sarung tangan pada waktu tertentu.Penggunaan pakaian/seragam ini memang
terkesan sederhana, namum memiliki fungsi yang sangat penting dalam melindungi diri selama
melaksanakan kegiatan di dapur. Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Topi terbuat dari bahan yang tidak panas,Topi juga berfungsi untuk mencegah keringat
maupun rambut agar tidak sampai jatuh ke makanan.

2) Baju kerja terbuat dari bahan yang tidak panas

3) Celemek

Tujuan utama penggunaan apron adalah untuk melindungi tubuh bagian bawah dari cairan
seperti air, kaldu, atau sauce panas yang mungkin menyiram.
4) Lap (towel)

Berfungsi untuk melindungi tangan dari alat-alat panas seperti panci dan oven.

5) Sarung tangan (hand gloves)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)68Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Sarung tangan dibutuhkan dalam proses pengolahan
makanan agar tangan dan

makanan tetap hygiene atau bersih sehingga mencegah penyebaran bakteri

berbahaya.

6) Menggunakan sepatu safety bila berada di lingkungan dapur.

e. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja yang Dapat Terjadi di Dapur dan Pencegahannya

Kecelakaan di dapur adalah suatu hal yang tidak diharapkan, padahal di dalam dapur penuh
dengan peralatan dan perlengkapan yang sangat membahayakan. Setiap alat dan perlengkapan
mempunyai cara penanganan sendiri dan pegawai harus dapat menggunakan alat tersebut
sebagaimana mestinya agar tidak terjadi kecelakaan. Selain itu, lingkungan dapur juga dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan, misalnya lantai yang terlalu licin dapat menyebabkan
terpeleset atau terjatuh.Untuk itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan-
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di dapur.Selain itu perlu disediakan obat P3K yang
diletakkan di dalam ruang gizi/dapur.

Adapun jenis-jenis kecelakaan kerja dan pencegahannya adalah sebagai berikut.

1. Luka bakar akibat terkena uap panas atau api

Di dapur, terdapat dua macam penyebab luka karena panas. Pertama burn disebabkan oleh panas
yang kering misalnya pan yang panas, oven, dan sebagainya. Sedangkan scald disebabkan oleh
panas yang basah misalnya air panas dan uap panas. Keduanya bisa menimbulkan akibat yang
serius dan menimbulkan rasa sakit. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya luka bakar adalah :

a. Pada waktu bekerja, pakailah celemek atau apron dengan semestinya.

b. Lengan baju dilipat semestinya hingga pergelangan siku.

c. Pergunakan lap kering bila hendak mengambil atau membawa alat yang panas.

d. Alat yang panas (pan, oven, grill, dsb.) harus diberi tanda dengan tepung atau garam.

e. Pergunakan alat pengaduk yang cukup panjang sehingga tangan tidak bersentuhan dengan
barang yang panas (minyak, air, pan, dll.)

f. Jangan meletakkan atau menyimpan cairan panas pada rak di atas garis pandang mata.

g. Buka tutup panci pada sisi terjauh dari letak badan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)69Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012h.Buka pintu oven panas sedikit demi sedikit dengan
hati-hati.

i. Perhatikan dan hati-hati dalam menggunakan minyak goreng.

j. Hati-hati pada waktu menyaring atau menuang cairan panas.

2. Luka tergores atau terpotong benda tajam

Menjalankan dan mengikuti peraturan yang diarahkan bagi keselamatan bersama adalah tugas
semua orang.Dengan demikian, kecelakaan bisa dihindari atau paling tidak ditekankan
seminimal mungkin agar waktu dan jam kerja tidak terganggu. Berikut beberapa cara
menghindarkan diri dari luka terkena pisau dan alat tajam lainnya :

a. Pisau

• Pergunakan pisau dengan semestinya atau dengan cara benar.


• Pisau harus selalu bersih dan tajam karena pisau yang tumpul lebih berbahaya.

• Bila membersihkan pisau, jauhkan bagian yang tajam dari hadapan tangan.

• Pergunakan talenan bila hendak memotong sesuatu.

• Pegangan pisau harus kering dan tidak berminyak.

• Letakkan pisau dengan baik, harus rata dengan meja atau talenan maupun bantalan serta mudah
dilihat.

• Simpan pisau di tempatnya bila tidak dipergunakan lagi.

• Jangan menyimpan pisau di tempat yang tersembunyi (di dalam air, di tempat sampah dan
sebagainya).

• Jangan mencoba meraih pisau yang terjatuh tiba-tiba.

• Kontrol diri bila sedang memegang pisau.

• Jangan bermain dengan pisau dan jangan membawa pisau pada waktu bermain.

b. Mesin pemotong

• Jangan mencoba menggunakan mesin bila belum mengetahui dengan pasti tata-cara
pemakaiannya.

• Katup pengaman harus selalu terpasang baik.

• Jangan memasukkan sesuatu oleh tangan atau dengan benda lain untuk menekan barang yang
akan dipotong ataupun digiling.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)70Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Jangan mencoba untuk membuka pengaman bila
mesin sedang atau dalam keadaan hidup atau bekerja.
• Matikan mesin dan cabut kontak listriknya setelah selesai menggunakannya dan bila akan
membersihkan mesin tersebut.

c. Barang pecah belah (dari gelas dan porselen)

• Pergunakan alas (baki) bila membawa barang pecah belah.

• Pergunakan sap dan dustpan untuk membersihkan pecahan yang besar dan gunakan lap yang
basah untuk pecahan kecil.

• Pisahkan sampah pecahan gelas dengan sampah lainnya.

• Jangan menggunakan gelas sebagai skop es.

• Jangan memakai gelas atau alat lain yang sudah retak maupun pecah.

d. Tulang atau duri dan bahan makanan beku

Pecahan tulang bisa membuat infeksi bila pecahan tulang daging, dari udang, sisik ikan dan
sejenisnya dalam keadaan beku, maka keadaannya menjadi tajam, kaku dan membahayakan
sekali.Daging atau ikan sebaiknya dipotong dalam keadaan lembek. Bila beku, biarkan lebih
dahulu dalam suhu ruangan karena bila kita mencoba memotongnya, kemungkinan pisau meleset
dan akan melukai.

3. Kecelakaan karena gas

Gas yang dipergunakan sebagai bahan bakar adalah gas elpiji (LPG) yaitu gas buatan yang tidak
berwarna, tetapi diberi ban yang spesifik sehingga mudah dikenal bila terjadi kebocoran.Ledakan
gas terjadi apabila ada gas terkumpul dalam suatu ruangan, tidak terbakar, dan tiba-tiba ada
panas yang mempengaruhi ruangan tersebut. Panas yang menyambar gas akan menyebabkan
tekanan udara dalam ruang tersebut bertambah ringgi dan akhirnya timbul ledakan. Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk mencegah bahaya ledakan gas adalah :

a. Periksa pipa-pipa gas yang bocor, sehingga tidak ada gas yang keluar tanpa pembakaran.
b. Periksalah pilot light sebelum menghidupkan api

c. Bila akan menyalakan gas, maka biarkan pintu oven terbuka beberapa saat sehingga sisa-sisa
gas yang terkumpul dalam ruangan oven dapat keluar.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)71Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012d. Bila menyalakan solid top range atau griddle maka
setelah seluruh ruang gas terbakar, biarkan terbuka beberapa saat sehingga sisa-sisa gas di udara
terbakar seluruhnya.

4. Kecelakan karena arus listrik

Suatu alat mungkin sudah dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga aman bagi
pemakai.Namun, karena suatu keadaan yang belum diketahui dan menyebabkan alat tersebut
mengandung arus listrik terbuka.Keadaan tersebut sering menimbulkan kaget, shock, gerak
reflek ataupun kecelakaan yang patal. Tindakan pencegahan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :

a. Saklar dan alat penyambung arus listrik harus selalu kering dan bersih.

b. Jangan mempergunaan banyak stekker ataupun stekker cabang pada satu stop kontak.

c. Periksalah keadaan kawat penghubung sehingga tidak ada bagian-bagian yang robek.

d. Putuskan aliran listrik bila mesin atau alat tidak dipergunakan.

e. Sebelum mencuci peralatan listrik pastikan alat itu sudah dimatikan dan kabelnya sudah
dicabut. Setelah dicuci, selalu keringkan sebelum digunakan kembali.

f. Laporkan segera bila melihat gejala-gejala aneh pada mesin atau alat.

5. Kecelakaan karena bahan kimia


Beberapa bahan kimia dipergunakan juga dalam pengolahan makanan, misalnya untuk
pembersih, pengawet ataupun pemberantas hama/tikus. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu :

a. Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam kotak khusus.

b. Jangan mencoba mempergunakan bahan kimia bila belum tahu betul cara mempergunakannya.

c. Berhati-hati waktu memasang racun tikus di dapur.

d. Berhati-hatilah dengan bahan kimia yang serupa dengan bahan makanan baik pada waktu
mempergunakan, maupun pada waktu menyimpan kembali. Contohnya baking soda, garam
Inggris, pupuk urea ataupun rinso tampak hampir sama dengan garam dapur atau gula. Liquid
soap/tipol tampak hampir sama dengan minyak goreng, dan sebagainya.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)72Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20126. Terpeleset atau terjatuh

Terpeleset atau terjatuh dapat menimbulkan sesuatu yang fatal, misalnya jika kepala atau bagian
badan yang lain terbentur sesuatu. Terpeleset terjadi karena beberapa hal, yaitu karena
keseimbangan yang kurang, lantai yang licin atau yang jauh lebih penting, mungkin sepatu atau
alas kaki kita yang tidak sesuai dengan apa yang kita injak. Terpeleset atau terjatuh dapat
dicegah dengan beberapa cara yaitu :

a. Lantai harus kering, bila kita melihat atau menjatuhkan sesuatu, ambillah dan keringkan lantai.

b. Lantai harus bebas dari barang perintang yang tidak seharusnya ada untuk menghindari
kemungkinan terantuk.

c. Jangan lupa memberi tanda bila lantai dalam keadaan licin, misalnya baru di pel.

d. Alat-alat dapur yang tidak terpakai jangan diletakkan di lantai atau diatur rapi sehingga tidak
membahayakan orang lain.

e. Pergunakan tangga bila meraih sesuatu yang tinggi.


f. Pastikan bahwa tangga tersebut cukup panjang dan kuat.

g. Pastikan tangga tersebut berdiri aman dan dekat dengan benda yang akan diambil.

h. Periksa agar tangga tidak licin.

f. Prosedur Kecelakaan Kerja

• Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan luka
serius/parah

• Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ

• Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam kerja),
maksimal pelaporan 1 x 24 jam.

• Buat laporan insiden

D. Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana

1. Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran di dapur rentan terjadi karena sikap manusia itu sendiri, disamping pengawasan yang
kurang terhadap penggunaan peralatan atau barang yang dapat

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)73Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012menimbulkan api, misalnya alat pemanas, peralatan
listrik, puntung rokok, dan ledakan gas. Untuk menghindari api, hal-hal yang dapat diterapkan
yaitu :

a. Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.

b. Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.

c. Mengetahui aturan penanggulangan kebakaran


d. Mengetahui letak alat pemadam api.

e. Segera bersihkan ceceran minyak.

f. Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar.

g. Matikan aliran gas dan listrik bila tidak digunakan.

h. Jangan merokok ketika sedang bertugas.

a. Klasifikasi Kebakaran

Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media pemadam api sehingga
dapat memilih media yang tepat bagi suatu kebakaran berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi
kebakaran di Indonesia yang ditetapkan dalam Permenaker No. 04/Men/1980 mengacu pada
NFPA sebagai berikut :

1. Kelas A : Bahan padat kecuali logam (Kayu, arang, kertas, plastik dan lain-lain)

2. Kelas B : Bahan cair dan gas (Bensin, Solar, minyak tanah, alkohol, elpiji, dll.)

3. Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan

4. Kelas D : Bahan logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)

b. Jenis Media Pemadaman

1. Media Pemadam Cair

Air dapat dipakai sebagai pemadam kebakaran kelas A dan B.

2. Gas CO2

Cocok untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C.

3. Tepung Kimia (APAR Powder)


Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api adalah dengan memisahkan atau menyelimuti
bahan dengan udara dan secara kimia memutuskan rantai reaksi pembakaran.

c. Sarana Penanggulangan Kebakaran yang tersedia di Dapur

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)74Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Terdapat 2 jenis: Powder/Bubuk Kimia Kering dan Gas CO2

b. Smoke Detector/Deteksi Asap: bila terdeteksi asap maka terhubung dengan alarm kebakaran
sehingga alarm berbunyi

c. Sprinkler: Bila api memanaskan cairan yang ada di dalam tabung kaca sprinkler mencapai ±
68 Celcius maka tabung kaca pecah secara otomatis air keluar

d. Fire Blanket/Selimut Api

e. Emergency Stop gas elpiji

Untuk diperhatikan bahwa ruang dapur dekat dengan box hydrant dan alarm kebakaran serta
lemari perlengkapan darurat yang dapat digunakan pada saat darurat kebakaran.

d. Penggunaan APAR

Sebelum melakukan pemadaman dengan APAR harus ditest terlebih dahulu dengan membuka
kunci pengaman dan mengarahkan nozzle ke atas.

a. Jenis tepung kimia : lakukan test di tempat pengambilan APAR dan arahkan nozzle ke atas,
handle ditekan/dipukul.

b. Jenis CO2 : lakukan test di tempat pengambilan APAR arahkan nozzle ke atas jangan
memegang corong (horn) saat memadamkan kebakaran.

c. Selesai pemadaman pancaran selang/nozzle harus selalu diarahkan ke bawah.


Penggunaan APAR dilakukan secara berurutan yang disingkat dengan PASS

adalah sebagai berikut:

• Pull : tarik atau cabut pin pengaman APAR

• Aim : arahkan selang ke api

• Squeeze : tekan tuas APAR

• Sweep : kibas-kibas arah semprotan ke api

e. Penggunaan Selimut Api (Fire Blanket)

Selimut Api dipergunakan sebagai alat untuk memadamkan api jika APAR tidak tersedia atau
dapat dipergunakan untuk menyelamatkan orang dari api ke

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)75Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012tempat yang aman. Selimut api tidak perlu dibasahkan.
Cara penggunaan

selimut api adalah sebagai berikut:

• Untuk memadamkan api

a. Ambil selimut api dari wadahnya, jepit sudut selimut dengan ibu jari dan keempat jari (posisi
tangan mengadah ke atas), kemudian lipat sudut selimut ke arah dalam, sehingga telapak tangan
terlindungi.

b. Angkat kain dan bawa ke sumber api dengan tangan lurus ke samping, agar pandangan tidak
terhalang.

c. Setelah dekat dengan sumber api, perhatikan arah angin (bila ada) sehingga berada di belakang
arah angin dan dengan posisi kuda-kuda serta pindahkan tangan lurus ke depan.
d. Tempelkan selimut bagian bawah dan dorong ke depan sehingga permukaan dari sumber api
tertutupi.

e. Benda yang terbakar ditutup (bila penutupan belum sempurna, tarik/geser selimut ke bagian
yang belum tertutup, jangan sekali-kali mengangkat kain).

f. Rapatkan permukaan yang terbakar dengan selimut, kemudian raba selimut yang berada di
pinggiran wadah yang terbakar sehingga tidak ada udara.

g. Keluarnya asap putih dari kain menandakan bahwa api tersebut telah padam.

h. Dengan posisi kuda-kuda angkat selimut dengan posisi mundur ke belakang dan selimut tetap
melindungi seluruh badan.

• Untuk menyelamatkan orang

a. Ambil selimut api dari wadahnya.

b. Bentangkan selimut lalu bungkus orang yang akan diselamatkan ke dalam selimut hingga
menutupi seluruh tubuh korban.

c. Bawa korban tersebut dengan selimut api dengan cara dipanggul untuk menuju ke tempat yang
lebih aman

f. Prosedur Penanggulangan Kebakaran

1) Prosedur Penanggulangan Kebakaran secara Umum

Bila terjadi kebakaran, secara umum yang harus dilakukan secara berurutan yang disingkat
dengan RACE adalah sebagai berikut:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)76Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• R – RESCUE: selamatkan orang atau barang ke
tempat yang aman dari api
• A – ANNOUNCE : pecahkan kaca alarm kebakaran atau hubungi Security dengan telepon ext.
888

- Sebut nama& asal unit/departemen

- Sebut lokasi adanya api / asap

- Sebut kondisi api

- Laporkan situasi terakhir, termasuk bila ada korban

Bila kondisi tidak ada alarm kebakaran maupun telepon dapat

berteriak “Kebakaran….Kebakaran..Kebakaran…”

• C – CONTAIN: tutup seluruh pintu dan jendela agar besarnya api tidak merambat ke ruangan
lain

• E – EXTINGUISH: padamkan api dengan APAR bila terlatih dan untuk api kecil. Bila tidak
dapat dipadamkan segera evakuasi.

2) Prosedur Penanggulangan Kebakaran di Dapur

Matikan aliran gas elpiji di dapur dengan menekan tombol EmergencyStop, lakukan lakukan
prosedur RACE.

g. Keselamatan Pemadam

Dalam pemadaman perlu diperhatikan :

1. Arah angin

2. Jenis bahan yang terbakar

3. Volume dan potensi bahan yang terbakar


4. Letak dan situasi lingkungan

5. Lamanya terbakar

6. Alat pemadam yang tersedia

2. Kewaspadaan Bencana

a. Gempa Bumi

• Pada saat gempa bumi jangan panik, lindungi diri sesegera mungkin dengan berlindung di
bawah meja, menjauh dari lemari atau benda- benda berat lainnya. Dekatakan tubuh sedekat
mungkin di lantai, tunduk dan berpegangan di bawah meja atau pintu.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)77Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Jangan lupa saat terjadi gempa agar menekan
Emergency Stop pada gas elpiji.

• Pada saat guncangan jangan berusaha untuk lari keluar dari gedung. Kebanyakan kecelakan
terjadi pada saat orang tidak berusaha untuk berlindung

• Jangan memasuki gedung yang telah rusak akibat gempa bumi sampai tim penanganan
kedaruratan mengumumkan keadaan aman

Setelah gempa bumi :

• Periksa jika ada orang yang terluka atau terperangkap

• Bantu menenangkan jika ada yang panik

• Bantu orang yang terluka atau terperangkap

• Jika terlihat ada risiko api cari dan gunakan alat pemadam (APAR) untuk mematikan api

• Matikan listrik dan gas elpiji pada area yang terbakar (lokal)
• Bersihkan dengan segera obat –obat yang tertumpah atau cairan yang mengandung alkohol atau
bensin dan cairan – cairan lain yang gampang terbakar

• Buka pintu dengan perlahan

• Periksa area sekitar anda apakah mengalami kerusakan

• Berjaga - jaga untuk kemungkinan gempa susulan

• Hati hati dengan kabel listrik yang terjatuh atau pipa – pipa gas yang rusak dan menjauh dari
area yang rusak

• Laporkan secepatnya kondisi ke 888 menyebutkan :

- Nama dan asal unit/departemen

- Kejadian darurat (adanya api, orang terperangkap, orang tertimpa, kabel atau pipa pipa yang
rusak, retakan atau runtuhan di bagian gedung dan lain lain)

- Lokasi

• Jika area anda berada rusak berat atau ada potensi berbahaya segera siapkan evakuasi lokal
meliputi :

- Memindahkan pasien atau barang ke area yang lebih aman

- Mematikan listik dan gas elpiji

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)78Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Tetap waspada dan tunggu instruksi berikutnya untuk
melakukan evakuasi total

b. External Disasters (Bencana dari luar RS)

Kejadian ini lebih dikenal dengan Code Yellow yang disertai dengan penyebutan Tingkatan Siaga
yaitu I/II/III.Berlakunya Code Yellow adalah pada saat dipaging oleh Operator atas dasar
instruksi dari Triage Officer IGD.Lokasi penanganan adalah di Ruang IGD dengan indikasi
Code Yellow adalah pasien datang banyak sekaligus atau berurutan minimal sebanyak 5 pasien.
Kasus yang termasuk dalam code yellow adalah keracunan makanan massal, kecelakaan massal,
bencana alam yang terjadi di luar (contoh: koban banjir)dll.

Adapun tingkatan Siaga yang harus diketahui adalah sebagai berikut:

• Siaga I : Jumlah Pasien 5 – 10 orang

• Siaga II : Jumlah Pasien 11 – 20 orang

• Siaga III : Jumlah Pasien 21 – 30 orang

Lebih dari 30 Pasien Hubungi RS lain/Rujuk.

Tindakan yang harus dilakukan oleh Unit Gizi adalah menyiapkan kebutuhan makan pasien yang
akan dirawat dengan menanyakan via telepon dan menyiapkan konsumsi/makan petugas. Bila
sulit menghubungi via telepon, maksimal 15 menit setelah pemberitahuan siaga, petugas gizi
datang ke IGD.

c. Kode Dalam Keadaan Darurat

KeadaanHubungiKodeTelpTindakanDaruratEkstensiBlueDarurat MedisDilakukan oleh


timdarurat medis111ExternalUnit Gizi berperan,(Operator)segera hubungi
IGDYellowDisasters/bencanaatau maksimal 15dari luar RSmenit berada di
IGDRedKebakaran888Bertanya kepada(Suara(Security)Security terdekatPedoman Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)79Mengacu SK Direktur No.
176/SK/DIR/BSD/VII/2012

Burung)

PinkPenculikan Anak

BlackAncaman Bom
Kegagalan

Utilitas

Green

(air,listrik, gas,

dll)

dimana area yang terbakar. Bila dekat lakukan RACE, bila jauh tetap waspada.

Waspada terhadap orang yang mencurigakan.Seluruh akses ditutup oleh Security.

Waspada untuk bersiap

– siap menuju ke tempat berkumpul darurat

Bertanya kepada Security, bila perlu matikan utilitas yang berhubungan dengan kegagalan (misal
kegagalan genset/listrik matikan peralatan listrik yang tidak perlu/sementara dimatikan: AC,
Dispenser, dll)

d. Evakuasi

Sarana evakuasi bertujuan agar para penghuni/orang yang berada dalam bangunan mudah
menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang aman pada saat terjadi bencana atau
kebakaran. Sarana evakuasi terdiri dari :

• Penerangan darurat

• Denah evakuasi

• Rambu penunjuk arah keluar (EXIT)

• Pintu keluar darurat (EMERGENCY EXIT)


Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)80Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Tempat berkumpul (Muster Point)

Terdapat dua lokasi, yaitu di area parkir belakang Gedung Utama (Utara) atau di area depan
Gedung B (Barat)

Bila di Ruang Dapur, tempat berkumpul darurat terdekat adalah di

Parkir Utara (belakang Gedung Utama). Untuk menuju area tersebut

gunakan jalan miring (ram) dekat Loading Dock.

Bila perintah untuk ”Evakuasi” diumumkan

• Lakukan evakuasi darurat melalui tangga darurat, dilarang menggunakan lift

• Apabila keadaan kurang memungkinkan dan berbahaya tunggu regu utama dari tim
penanganan kedaruratan Rumah Sakit Eka BSD atau Dinas Kebakaran untuk menolong anda

• Pemadaman api besar dilakukan oleh regu utama dari tim penanganan kedaruratan Rumah
Sakit Eka BSD dan Dinas Kebakaran

• Setelah keluar dari pintu darurat ikuti rambu arah evakuasi untuk menuju ke tempat berkumpul
darurat yaitu di Parkir Utara atau Parkir Barat Gedung Rumah Sakit Eka (rambu bertuliskan
Tempat Berkumpul Darurat Kebakaran/Gempa – Muster Point”).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)81Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB IX

KESELAMATAN REKAM MEDIS

UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya


kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Rekam Medis bertujuan
melindungi karyawan dan pelanggan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di
luar rumah sakit..

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang
dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja
berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap
pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis dan perlindungan terhadap Rumah
Sakit.Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.

Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua usaha-usaha


masyarakat.Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya termasuk para pegawai dari
bahaya kerja.Sebab itu Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan
untuk menjamin:

a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat
dan selamat.

b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :a.Kondisi dan lingkungan kerjaPedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)82Mengacu SK Direktur No.
176/SK/DIR/BSD/VII/2012b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan

c. Peranan dan kualitas manajemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :

a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;

b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;

c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau terlalu
dingin;

d. Tidak tersedia alat-alat pengaman;

e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan rekam medis:

f. Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas disetiap bagian penyimpanan.

g. Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika mengerjakan
penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya diatas. Harus tersedia tangga anti tergelincir.

h. Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rak-rak penyimpanan.

i. Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan penglihatan petugas.

j. Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah atau rak-rak beroda.

k. Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu, dan pencegahan
bahaya kebakaran
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)83Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB X

KESELAMATAN RADIOLOGI

Pemanfaatan radiasi pengion dilakukan pada berbagai bidang yang bertujuan untuk kesejahteraan
manusia, salah satunya adalah di bidang kesehatan.Pemanfaatan ini, terutama di bidang
diagnostic, memberikan kontribusi paparan yang berasal dari sumber radiasi buatan kepada suatu
populasi.Setiap individu yang bekerja dengan menggunakan radiasi pengion harus selalu
memperhatikan prosedur standar proteksi dan keselamatan radiasi.

Pemanfaatan tenaga nuklir ataupun radiasi pengion wajib dilaksanakan dengan memenuhi
persyaratan proteksi radiasi yaitu: justifikasi pemanfaatan tenaga nuklir atau radiasi pengion,
limitasi dosis dan optimisasi proteksi serta keselamatan radiasi. Justifikasi harus didasarkan pada
manfaat yang diperoleh harus lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan.

Limitasi dosis wajib diberlakukan untuk paparan masyarakat melalui penerapan nialai batas
dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh dilampaui, kecuali dalam kondisi
khusus.Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi adalah upaya agar besarnya dosis yang
diterima serendah mungkin.Pembatasan dosis tidak boleh melampaui NBD (Nilai Batas Dosis)
bila dalam satu rumah sakit terdapat lebih dari satu fasilitas alat X-ray dan pekerja radiasi
bekerja lebih dari satu alat X-ray.

Rumah Sakit Eka BSD memiliki perlengkapan untuk program proteksi radiasi, berupa:

1. TLD badge yang dihitung secara oleh BATAN

2. Baju apron,

3. Gonad shield

4. Thyroid shield
5. Kaca mata goggle

6. Sarung tangan Pb.

7. Tirai Pb

Berkaitan dengan keselamatan radiasi, perusahaan harus memiliki suatu Organisasi Proteksi
Radiasi (OPR) yang bertanggung jawab pada penyelenggaraan dan pengawasan pemanfaatan zat
radioaktif di dalam perusahaan. Di dalam OPR terdapat 3 (tiga) komponen yang memiliki tugas,
kewajiban dan tanggung jawab terhadap keselamatan radiasi, yaitu:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)84Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20121. Pengusaha instalasi

Adalah Kepala/Direktur instalasi atau orang lain yang ditunjuk untuk mewakili dan bertanggung
jawab pada instalasi.

2. Petugas Proteksi Radiasi

Adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi nuklir atau instalasi lainnya yang
memanfaatkan radiasi pengion dan dinyatakan mampu oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
untuk melaksanakan pekerjaan berhubungan dengan masalah proteksi radiasi.

3. Pekerja Radiasi

Adalah orang atau personil yang bertugas sebagai operator peralatan sumber radiasi.

A. Peran RS dan Petugas Radiologi

1. Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengusaha Instalasi.

Pengusaha Instalasi (PIN) mempunyai tanggung jawab tertinggi terhadap keselamatan personil
dan anggota masyarakat lain yang mungkin berada di dekat instalasi di bawah pengawasannya.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya Pengusaha instalasi harus melaksanakan tindakan
tersebut di bawah ini:
a. Membentuk Organisasi Proteksi (OPR) dan untuk menunjuk Petugas Proteksi Radiasi dan bila
perlu Petugas Proteksi radiasi pengganti.

b. Hanya mengijin seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah memperhatikan segi
kesehatan, pendidikan dan pengalamannya bekerja dengan sumber radiasi.

c. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi bahaya yang
terkandung dalam tugas mereka dan memberikan latihan proteksi radiasi.

d. Menyediakan prosedur keselamatan radiasi yang berlaku dalam lingkungan perusahaan sendiri
termasuk prosedur tentang penanggulangan keadaan darurat.

e. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan.

f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi magang dan pekerja radiasi serta pelayanan
kesehatan bagi pekerja radiasi.

g. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja dengan sumber radiasi.

h. Memberitahukan BAPETEN dan instalasi lain terkait (misal: Kepolisian, Dinas Kebakaran)
bila terjadi bahaya atau keadaan darurat.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)85Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

2. Tanggung Jawab dan Kewajiban Petugas Proteksi Radiasi.

Petugas Proteksi Radiasi disingkat PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi
nuklir atau instalasi lainnya yang memanfaatkan radiasi pengion yang dinyatakan mampu oleh
BAPETEN untuk melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan persoalan proteksi
radiasi.Petugas Proteksi Radiasi berkewajiban membantu pengusaha instalasi dalam
melaksanakan tanggung jawabnya di bidang proteksi radiasi. Sebagai pengemban tanggung
jawab tersebut, PPR diberi wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Memberikan instruksi dan alternative secara lisan atau tertulis kepada pekerja radiasi tentang
keselamatan kerja radiasi yang baik. Instruksi harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan.

b. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah mungkin dan tidak
akan pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku serta menjamin agar pelaksanaan pengolahan
limbah radioaktif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat menimbulkan


kecelakaan radiasi.

d. Mencegah zat radioaktif atau sumber radiasi jatuh ke tangan orang yang tidak berhak.

e. Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan berada di daerah penyinaran.

f. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi.

g. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila diperlukan dan


melaksanakan pemonitoran radiasi dan tindakan proteksi radiasi.

h. Memberikan penjelasan serta penyediaan perlengkapan proteksi radiasi yang memadai kepada
pengunjung atau tamu bila diperlukan.

3. Tanggung jawab dan Kewajiban Pekerja Radiasi.

Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan radiasi di daerah kerjanya,
dengan demikian ia mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja radiasi.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)86Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012b. Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan
keselamatan radiasi yang tersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja dengan aman untuk
melindungi baik diri sendiri maupun pekerja lain.

c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimana[un kecilnya kepada PPR.


d. Melaporkan setiap gangguan yang dirasakan, yang diduga akibat penyinaran lebih atau
masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh.

B. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Sumber Radiasi


Pengion/Sinar-X.

1. Setiap pekerja radiasi harus selalu memakai film/TLD badge selama berada dilingkungan
kerja

2. radiasi.

3. Nyalakan lampu tanda bahaya radiasi, bila sedang berlangsung pemeriksaan dengan

4. menggunakan sinar-X.

5. Untuk pasien, gunakan apron pada organ yang tidak terkena penyinaran.

6. Pekerja radiasi mengusahakan agar lapangan penyinaran sekecil mungkin.

7. Usahakan tidak ada orang lain yang tidak berkepentingan berada di sekitar area penyinaran.

8. Jika menggunakan alat mobile sinar-X, petugas radiasi harus selalu menggunakan baju apron

9. dan thyroid shield pada saat pemotretan dan usahakan jarak eksposi sejauh mungkin.

10. Sebisa mungkin tidak melakukan pengulangan foto.

C. Prosedur Intervensi dalam Keadaan Darurat

Jika terjadi pesawat sinar-X terus menyala, sedangkan tombol eksposi telah dilepas, maka yang
harus dilakukan adalah:

1. Secepatnya memutuskan aliran listrik yang ke pesawat (misal: tekan power “off” atau cabut
kabel dari steker).
2. Segera laporkan kejadian tersebut kepada PPR, kemudian oleh PPR dilanjutkan ke pengusaha
instalasi.

3. Identifikasi personal yang berpotensi terkena paparan.

4. Lakukan survey radiasi untuk memastikan apakah pesawat sudah tidak dialiri listrik.

5. Catat kondisi kecelakaan secara detail, seperti posisi dan arah berkas.

6. Beri tanda pada bagian pesawat sinar-X yang mengalami kegagalan atau kerusakan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)87Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20127.Laporkan kejadian pada vendor/supplier alat tersebut.

D. Rekaman dan Laporan

1. Keadaan Normal.

Setiap petugas/pekerja radiasi memiliki dokumen nilai dosis yang diterima selama bekerja
dengan sumber radiasi. Adapun prosedurnya adalah:

a. Setiap satu bulan, film badge yang telah terpakai dikirim ke instansi yang berwenang dalam
pengukuran nilai dosis, dalam hal ini adalah Badan tenaga Atom Nasional divisi P3KRBIN.

b. Oleh BATAN, film badge berdasarkan nama pemakainya akan dihitung densitas yang
terekam, sehingga nilai dosis yang diterima oleh pemakai film badge tersebut selama sebulan.

c. Hasil pengukuran tersebut akan dikirim kembali ke rumah sakit beserta film badge yang baru.

d. PPR akan mengarsipkan/mendokumentasikan hasil pengukuran tersebut dan dilaporkan ke K3


rumah sakit.

PPR harus memastikan bahwa alat sinar-X rutin dikalibrasi, biasanya satu tahun sekali atau kalau
saat diperlukan.Hal tersebut untuk memastikan bahwa alat sinar-X siap dan aman
digunakan.Hasil kalibrasi tersebut dibuat dokumentasinya.
Alat survey meter harus selalu siap digunakan, dengan cara dilakukan kalibrasi dan maintenan
rutin oleh pihak yang berwenang (BATAN).

2. Keadaan Darurat.

Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadian diluar dugaan yang memungkinkan

terjadinya bahaya radiasi atau kontaminasi bagi pekerja maupun masyarakat. Tindakan pertama
apabila terjadi kecelakaan adalah mengevakuasi dan mengisolasi tempat kejadian untuk
menghindari adanya penerimaan dosis berlebih dan mempersiapkan rencana
penanggulangannya.Kemudian meninjau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi serta mencatat
semua kejadian kecelakaan untuk dilaporkan ke BAPETEN oleh petugas proteksi radiasi serta
diketahui oleh pengusaha instansi.

E. Tindakan Pencegahan/Pengawasan

Kecelakaan radiasi dapat dicegah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)88Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20121.Pengurangan tingkat bahaya radiasi.

Pemanfaatan tenaga nuklir (bahan nuklir, radio isotop, sinar-X) memiliki potensi bahaya radiasi,
oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan analisa agar dampak yang menyertai pemanfaatan
tersebut dapat dikurangi menjadi seminimal mungkin. Salah satu cara adalah dengan melakukan
kalibrasi dan maintenan alat sinar-X secara rutin.

2. Pengendalian bahaya radiasi.

Pengendalian bahaya radiasi eksterna dapat dilakukan dengan menerapkan 3 prinsip proteksi
radiasi, yaitu jarak, waktu dan penahan radiasi.

3. Pengamanan pekerja radiasi.

Untuk menjamin agar pekerja dapat bekerja dengan aman, perlu dipenuhi hal-hal sebagai
berikut:
a. Pelatihan Keselamatan Radiasi.

Pengusaha instalasi wajib memberikan pelatihan awal bagi pekerjanya dan sebaiknya juga
diberikan penyegaran setelah waktu tertentu.

b. Sarana.

Sarana kerja harus tersedia sesuai dengan kondisi lingkungan kerja, misal: film badge, survey
meter, shoe cover, sarung tangan, baju lab, masker.

c. Prosedur pemanfaatan sumber radiasi harus dibuat dalam bahasa yang mudah dipahami, jelas
dan dapat diikuti dengan baik oleh para pekerja.

F. Prosedur Bila Terjadi Suatu Kecelakaan

Bila telah terjadi suatu kecelakaan radiasi, maka:

1. Periksa daerah yang diduga mengalami kebocoran radiasi, dengan alat survey meter yang telah
dikalibrasi.

2. Pastikan penggunaan survey meter telah benar/sesuai.

3. Jika alat survey meter menunjukkan angka ±10 mRem/jam, maka harus lapor ke PPR/atasan.

4. Isolasikan daerah tersebut dan pasang tanda bahaya.

5. Instruksikan pekerja lainnya untuk meninggalkan lokasi tersebut dan melarang orang lain
memasuki ruangan tersebut.

6. Jika terjadi kebakaran di daerah yang memiliki radiasi pengion/zat radioaktif, usahakan
sedapat mungkin melindungi daerah tersebut.

7. Kalau memungkinkan diusahakan agar sumber dapat dipindahkan ke tempat aman. Dengan
proses pemindahaan sesuai peraturan yang berlaku.
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)89Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20128.Apabila kedua hal tersebut di atas tidak dapat
dilaksanakan dan sumber ikut terbakar, maka daerah kebakaran tersebut harus segera diisolasi
terhadap orang-orang yang tidak berkepentingan dan petugas PPR harus segera melaporkan
kepada petugas yang berwenang.

9. Keselamatan personil harus diutamakan.

10. Setiap terjadi kecelakaan dibuat laporan kejadian untuk dilaporkan ke Petugas Proteksi
Radiasi, lalu ke Pengusaha Instalasi, untuk kemudian dilanjutkan ke:

PUSAT KOORDINASI DAN PENGENDALIAN OPERASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR


NASIONAL

TELP/FAX: 02163858269/021-63856613

E-MAIL: sos@bapeten.go.id ;darurat@centrin.net.id

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

JL. GAJAH MADA NO.8 JAKARTA PUSAT 10210

Prosedur Kecelakaan Kerja

• Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan luka
serius/parah

• Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ

• Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam kerja),
maksimal pelaporan 1 x 24 jam.

• Buat laporan insiden


Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)90Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB XI

KESELAMATAN LABORATORIUM

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari pengelolangan
laboratorium secara keseluruhan.Laboratorium dalam tugasnya melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan bahan pemeriksaan yang berasal dari manusia, sehingga
para petugas laboratorium selalu kontak dengan bahan pemeriksaan, maka berpotensi terinfeksi
kuman patogen.Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya atau ke
keluarga petugas.Para petugas harus memahami potensi yang dapat mengancam keselamatannya,
sehingga mempunyai sikap untuk mengurangi potensi dan melakukan pengamanan sehubungan
dengan pekerjaan sesuai prosedur serta mengontrol bahan pemeriksaan secara baik menurut
praktik laboratorium yang benar.

A. Jenis – Jenis Bahaya dan Risiko di Laboratorium

Laboratorium menghadapi beragam risiko, baik dari dalam maupun luar laboratorium.Beberapa
risiko terutama mungkin mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tetapi risiko lainnya bahkan
masyarakat jika tidak ditangani dengan tepat.

1. Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif

Ada banyak jenis kejadian skala besar yang bisa mempengaruhi lembaga dan benar-benar
mengganggu operasional laboratorium. Sebagian keadaan darurat skala besar dan situasi sensitif
yang paling sering terjadi meliputi:

• Kebakaran dan gempa bumi

• Pemadaman listrik

• Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


• Hilangnya Bahan atau Peralatan laboratorium

• Hlangnya data atau sistem komputer

2. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)91Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya

Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan label. Pemberian
simbol dan label sangat penting untuk mengidentifikasi sekaligus mengklasifikasikan B3. Setiap
kemasan B3 harus diberikan penandaan agar dapat dikenali oleh setiap orang. Penandaan
meliputi nama bahan, nama kimia, dan simbol B3. Penandaan harus diberikan pada setiap
kemasan luar/pembungkus bahan, dengan tulisan dan simbol yang jelas, mudah terbaca, tidak
mudah lepas dan bertahan lama.

Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan klasifikasi dan jenis B3. Penggunaan
label B3 tersebut dilakukan dalam kegiatan pengemasan B3. Label berfungsi memberikan
informasi tentang produsen B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca,
terlihat jelas, tidak mudah rusak dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.

Dalam penggunaannya terkadang B3 dilakukan pencampuran / pengoplosan sehingga persentase


dan tanggal kadaluarsa berubah. B3 yang telah dilakukan pengoplosan dimasukkan dalam botol
yang ukurannya lebih kecil (disesuaikan dengan permintaan pengguna), berikut contoh label B3
untuk bahan yang telah dilakukan pencampuran/pengoplosan:

Nama bahan: …………………….

Persentase: …………………….
Tanggal persiapan: …………………….

Klasifikasi: …………………….

Tanggal kadaluarsa : …………………….

Paraf petugas: …………………….

MSDS/(LDKB) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-
bahan kimia berbahaya. Pembuatan MSDS/LDKB dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi
para staf yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya.

Isi dari MSDS antara lain:

1. Identifikasi bahan kimia

Nama bahan, sinonim, rumus kimia, kode produksi, nama dan alamat perusahaan
pembuat/distributor/importer, nomor telepon keadaan darurat.

2. Komposisi bahan kimia

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)92Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Deskripsi bahan/jenis, sifat, identitas, dan konsentrasi
bahan yang berbahaya bagi

keselamatan dan kesehatan, batas pemaparan yang tidak boleh dilampaui.

3. Identifikasi potensi bahaya

Lakukan identifikasi terhadap kesehatan, dan akibatnya bagi mata, kulit, saluran cerna,
pernafasan, karsinogen, teratogen dan fungsi reproduksi.

4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan

Meliputi penyelamatan diri sebelum ada pertolongan medik, dan bila ada antidote untuk bahan
kimia.
5. Tindakan penanggulangan kebakaran

antara lain mengenai sifat bahan mudah terbakar, titik nyala, suhu nyala sendiri, batas suhu
terendah dan tertinggi mudah terbakar, media/jenis pemadam api, bahaya khusus, instruksi bagi
petugas pemadam kebakaran, bahaya peledakan.

6. Penanganan bila terjadi kebocoran atau tumpahan

Untuk jumlah yang kecil atau besar, alat pelindung diri, dan tindakan yang diperlukan bila terjadi
hal yang tidak dikendaki.

7. Penanganan dan penyimpanan bahan

terutama mengenai cara penanganan pencegahan pemaparan kondisi tempat penyimpanan bahan,
penetapan bahan yang “incompatible”, syarat khusus penyimpanan lainnya.

8. Pengendalian pemaparan dan alat pelindung diri

tentang cara pengendalian teknis, penyediaan alat pelindung diri.

9. Sifat fisik dan kimia bahan

mengenai bentuk bahan, padat/cair/gas, bau, warna, massa jenis, titik didih, titik lebur, tekanan
uap, pH, daya larut, dan sebagainya.

10. Stabilitas dan reaktifitas

dicantumkan sifat satbilitas dan reaktifitas bahan, kondisi yang harus dihindari, bahan yang tidak
boleh tercampur (incompatible), bahan dekomposisi, bahaya polimerisasi.

11. Informasi toksikologi

mengenai nilai ambang batas, LD-50, LC-50, efek lokal, pemaparan akut dan kronik, termasuk
efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan interaksi bahan dengan obat.

12. Informasi ekologi


Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)93Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012karakteristik bahan yang berbahaya bagi lingkungan,
dampak lingkungan,

degradasi, dan bioakumulasi.

13. Pembuangan limbah

informasi tentang teknis pembuangan limbah termasuk pembuangan wadah bekas bahan kimia

14. Informasi tentang pengangkutan/transportasi bahan kimia

meliputi peraturan internasional, pengangkutan melalui darat, laut dan udara

15. Peraturan perundangan

termasuk pemberian tanda/simbol dan label, standar dan norma yang berlaku Untuk lebih
memudahkan dalam memahami MSDS, maka MSDS di RS Eka diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.

a. Paparan Bahan Kimia Beracun

Salah satu risiko yang sulit diprediksi dan paling berbahaya yang dihadapi pegawai di dalam
laboratorium adalah kadar racun berbagai bahan kimia. Di laboratorium kimia, tidak ada satu
zat pun yang sepenuhnya aman dan semuabahan kimia menghasilkan efek beracun jika zat
tersebut dalam jumlah yang cukup tersentuh oleh sistem hidup.Banyak bahan kimia
memiliki lebih darisatu jenis kandungan racun.

b. Bahan Kimia Mudah Terbakar, Eksplosif, dan Reaktif

Bahaya akibat bahan kimia mudah terbakar, eksplosif, dan reaktif merupakan risiko besar bagi
pegawai laboratorium.Semua pegawai laboratorium perlu menyadari kemungkinan kebakaran
atau ledakan jika bahan-bahan kimia ini ada di laboratorium.
1) Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang siap memantik api dan terbakar di
udara, dan bentuknya bisa padat, cair, atau uap. Untuk menggunakan bahan mudah terbakar
dengan benar, diperlukan pengetahuan tentang kecenderungan bahan ini untuk menguap,
memantik api, atau terbakar dalam berbagai kondisi di laboratorium. Cara terbaik untuk
menangani bahaya ini adalah mencegah munculnya uap mudah terbakar dan sumber pemantik
api pada saat bersamaan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)94Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20122) Bahan kimia reaktif adalah bahan yang bereaksi liar
jika dikombinasikan dengan bahan lain. Bahan ini meliputi zat yang reaktif terhadap air, seperti
logam alkali; bahan piroforik, seperti logam terbagi dengan baik dan bahan kimia yang tidak
kompatibel, seperti cairan murni dan asam hidrosianik gas dan basa.

3) Bahan kimia eksplosif meliputi berbagai bahan yang bisa meledak dalam kondisi tertentu. Di
antaranya meliputi bahan peledak, senyawa anorganik dan peroksida, bahan oksidasi, dan bubuk
dan zat khusus.

c. Bahaya Infeksius

Bahaya infeksius merupakan masalah di laboratorium yang menangani mikroorganisme atau


bahan yang terkontaminasi mikroorganisme (virus, jamur, bakteri). Bahaya-bahaya ini biasanya
muncul di laboratorium penelitian klinis dan penyakit menular Penilaian risiko bahan bahaya
infeksius perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, antara lain organisme yang dimanipulasi,
perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut, dan kegiatan yang akan dilakukan
dengan organisme tersebut.

Tabel 7.1 Jenis dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Laboratorium Rumah Sakit
Eka

JENIS B3SIMBOL

Bahan Iritan

Bahan Korosif
Bahan Beracun

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)95Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

Bahan Mudah Terbakar

Bahan Mudah Meledak

Bahan Oksidator

Bahan Berbahaya bagi Lingkungan

Tabel 7.2 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Laboratorium Rumah Sakit Eka

Jenis BahanSimbolEfek KesehatanLokasiBerbahayaPenyimpananFORMALIN•Mata : Iritasi


mataLemari Asam(Formaldehide)• Kulit : Iritasi Kulit•Inhalasi : Iritasi
hidung,tenggorokan,batuk, wheezing, sesak napas,Bronkitis, Pneumonitis dan
edemaparu.ASAM•Mata : terbakar, bahaya kebutaanLemari AsamCHLORIDA• Kulit : terbakar,
melepuh•Inhalasi : iritasi membran mukosa,Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Rumah Sakit Eka (Rev. 01)96Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(Hydrochloricbatuk, dyspnoeaacid 25 %)• Tertelan :bahaya bagi mulut.Oesophagus dan


gastrointestinal.Kegagalan jantungASAM•Mata : iritasi mata, rasa terbakar,Lemari
AsamASETATmata berair, penglihatan berubah•Kulit : dapat menyebabkan iritasi,kulit menjadi
kering, pecah-pecahatau meradang• Inhalasi : iritasi saluran pernafasan,keluarnya lendir dari
hidung, suaraparau, batuk, sakit dada dan sulitbernafas, muntah, sakit kepala, pusing• Tertelan :
depresi pada system syarafpusat dengan rasa mual, sakit kepala,dan kelambanan
mentalALKOHOL•Mata : Iritasi mata, KonjungtivitisLemari B3(Ethanol )• Inhalasi : pada
konsentrasi uap tinggidapat menyebabkan rasa panas ditenggorokan dan hidung• Ibu Hamil :
pengulangan konsumsietanol oleh ibu hamil dapatmempengaruhi pusat sistem sarafjanin, janin
sindrome alkohol,termasuk keterbelakangan mental danfisik, gangguan belajar dan
motorik,gangguan perilaku dan ukuran kepalakecilXYLENE•Efek Akut :Lemari B3Sangat
berbahaya jika terjadi kontakdengan kulit (iritasi), kontak mata(iritasi). Sedikit berbahaya
dalamkasus kontak kulit (permeator).Peradangan mata ditandai dengankemerahan, berair, dan
gatal-gatal.Radang kulit ditandai dengan gatal,scaling, memerah atau kadang-kadang terik•Efek
kronik:Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)97Mengacu
SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

Berbahaya dalam kasus kontakdengan kulit (iritasi), kontak mata(iritasi).zat adalah racun bagi
darah,ginjal hati.METANOL•Kulit: iritasi kulit, kontak jangkaLemari B3panjang dan berulang
dapatmenyebabkan dermatitis, metanoldapat diserap oleh kulit danmenyebabkan efek sistemik
padagangguan penglihatan•Mata : Dapat menyebabkan sensitifpada cahaya, iritasi, kebutaan•
Inhalasi: Menyebabkan mual, sakitkepala, muntah, gangguanpenglihatan bahkan
kematianDIETIL ETER•Efek jangka pendek (akut):Lemari B3Penghirupan dapat berakibat
iritasipada hidung dan tenggorokan. Padakonsentrasi yang lebih tinggi dapatberakibatpusing,
mau muntah.Kehilangan rasa (anestesis) dapatterjadi bila menghirup udara berkadareter 3,6 – 6,5
%. Pada kadar lebihtinggi dapat menimbulkan kematian.Terkena mata menyebabkan pedih.Tidak
berbahaya bila kena kulit.• Efek jangka panjang (kronik):Penghirupan yang terus
menerusmenyebabkan badan lemah, lesu,hilang nafsu makan dan nafas
pendekMIKROZID•Inhalasi: dapatmenyebabkansakitLemari
B3AFkepala,pusing,kelelahan,mual,muntah•Mata : Iritasi

3. Bahaya Fisik akibat Peralatan Laboratorium

Beberapa pengoperasian laboratorium menimbulkan bahaya fisik bagi pegawai akibat bahan atau
peralatan yang digunakan. Bahaya fisik di laboratorium

meliputi berikut ini:

• Tertusuk jarum

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)98Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Bahaya listrik

• Bahaya kebakaran

• Luka bakar kimia


Pegawai juga menghadapi bahaya tempat kerja umum akibat kondisi atau kegiatan di
laboratorium. Potensi bahaya fisik meliputi luka terpotong, tergelincir,

tersandung, terjatuh, dan cedera gerakan berulang.

B. Tata Ruang dan Fasilitas Laboratorium

1. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan

2. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air juga tahan asam, alkali, larutan organik dan
panas yang sedang

3. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan

4. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dan dilengkapi sabun pada area kerja (terdapat 6
wastafel), serta terdapat handrubs (cuci tangan berbasis alkohol) di pintu keluar

5. Pintu laboratorium diberi tanda KELUAR/EXIT, alat penutup pintu otomatis dan diberli label
dan simbol BIOHAZARD, DILARANG MASUK KECUALI STAF.

6. Tempat sampah dipisahkan yaitu infeksius dan non infeksius

7. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan berada di ruang kerja laboratorium.

8. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin.

9. Ventilasi laboratorium harus cukup

C. Peralatan Keselamatan dan Darurat

Peralatan keselamatan dan darurat di Laboratorium meliputi:

• Spill kit/perangkat pengendali tumpahan B3

• Alat Pelindung Diri (APD) seperti jas laboratorium, masker, kaca mata, sarung tangan dan
sepatu pelindung yang tertutup
• Peralatan keselamatan kebakaran, seperti Alat Pemdam Api Ringan (APAR), detektor panas
dan asap, dan system pemadaman api otomatis

• Sistem tanda bahaya

• Sistem evakuasi

• Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)99Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Eye Wash Station

• Container untuk membuang sampah jarum suntik dan lanset yang aman

• Lemari B3 (untuk bahan yang mudah terbakar) dan Lemari Asam

Lemari B3Lemari Asam

D. Cara Kerja Aman di Laboratorium

Pegawai laboratorium harus melakukan pekerjaan mereka dalam rendah risiko, baik risiko yang
disebabkan zat berbahaya yang dikenal maupun yang tidak dikenal.

Semua pegawai harus mematuhi standar profesional berikut:

1. Hindari mengganggu atau mengejutkan pegawai lain.

2. Jangan biarkan lelucon praktis, keributan, atau kegaduhan berlebih terjadi kapan pun.

3. Gunakan peralatan laboratorium hanya untuk tujuan yang dimaksudkan.

4. Kaji prosedur keselamatan dasar dengan seluruh pengunjung laboratorium tempat zat
berbahaya disimpan atau digunakan atau tempat kegiatan berbahaya sedang berlangsung.

5. Jika anak di bawah umur diizinkan berada di laboratorium, pastikan mereka mendapat
pengawasan langsung sepanjang waktu dari orang dewasa yang kompeten. Kembangkan
kebijakan terkait anak di bawah umur di dalam laboratorium, dan kaji serta setujui semua
kegiatan anak di bawah umur sebelum kedatangan mereka.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)100Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012Pastikan pegawai laboratorium lainnya yang berada di
area mengetahui keberadaan

anak di bawah umur.

E. Penanganan Kecelakaan di Laboratorium

Sebelum memulai eksperimen, ketahui tindakan tertentu yang harus diambil jika terjadi
pelepasan zat berbahaya secara tidak disengaja. Ketahui lokasi semua peralatan keselamatan dan
alarm kebakaran serta telepon terdekat, dan ketahui nomor telepon yang harus dihubungi dan
orang yang harus diberi tahu jika terjadi keadaan darurat. Bersiaplah untuk memberikan tindakan
darurat dasar.Selalu beritahukan kegiatan Anda kepada rekan kerja agar mereka dapat
menanggapi dengan semestinya.

Prosedur bila terjadi kecelkaan kerja adalah sebagai berikut:

• Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan luka
serius/parah

• Lapor kepada atasan yaitu Koordinator pelayanan Laboratorium atau PJ

• Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam kerja),
maksimal pelaporan 1 x 24 jam.

• Buat laporan insiden

F. Tindakan Khusus dalam Kejadian Tumpahan Bahan Berbahaya

Bila terjadi tumpahan bahan berbahaya, petugas/staf yang menemukannya segera menghubungi
petugas kebersihan agar segera dapat dibersihkan.Petugas kebersihan yang melakukan
pembersihan harus menggunakan alat pelindung diri.Petugas harus mengetahui jenis dan sifat
dari B3 dengan melihat MSDS, jika tumpahan mengandung materi infeksius, area harus segera
dibersihkan dan didesinfeksi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi tumpahan B3 maupun cairan tubuh

antara lain:

1. Melakukan tindakan pertolongan pertama dengan segera apabila terkena tumpahan/percikan


B3, seperti membersihkan kulit dan membilas mata dengan air mengalir selama 15 menit atau
minum air sebanyak-banyaknya apabila tertelan. Segera ke IGD untuk melakukan pemeriksaan
lebih lanjut.

2. Segera menghubungi petugas kebersihan untuk melakukan pembersihan.

3. Melaporkan kejadian yang terjadi pada Koordinator atau Penanggungjawab shift.

4. Catat kejadian pada formulir pelaporan tumpahan B3 dan cairan tubuh.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)101Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20125. Investigasi kejadian, mengidentifikasi dan
menerapkan tindakan perbaikan untuk mencegah kejadian di masa yang akan datang.

Formulir diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, pengisian adalah sebagai berikut:

Nama DepartemenDiisi dengan nama departemen, misalnya :keperawatan, penunjang medis,


dsbArea/lokasiDiisi dengan area yang lebih detail, misalnya :unit perawatan Acacia, Farmasi,
dsbTanggal & waktu kejadianData tanggal dan waktu kejadianNama petugas cleanerPetugas
cleaner yang membersihkan tumpahanJenis tumpahanBeri◊?) ptandakolom(jenis tumpahanAPD
yang digunakanBeri◊?) tandapada kolom( jenis APD yangdigunakanKronologi kejadianDiisi
oleh staf rumah sakit (pelapor) yangmenemukan adanya tumpahanTindakan yang dilakukanDiisi
oleh petugas kebersihanCairan kimiaBeri◊?) padatanda (kolom jenis cairan kimiayang
digunakanTandatanganDitandatangani oleh staf rumah sakit (pelapor)dan koordinator/PJ unit

Dalam menangani tumpahan B3 maupun cairan tubuh diperlukan beberapa peralatan dan
bahan(spiil kit) antara lain:

NOJENIS BARANGJUMLAH1Tanda tumpahan (warning sign/spill sign)1 pcs2Sarung tangan


Nitrille (warna hijau)1 pasang3Sarung tangan disposable3 pasang4Pasir¼kg@2
kantong5Masker2 pcs6Kantong plastik kuning5 pcs7Tissue roll1 pcs8Lap kuning1 pcsPedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)102Mengacu SK Direktur
No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

9Botol spray berisi desinfektan1 pcs

Perlengkapan tersebut (spill kit) tersedia di masing-masing janitorial troli petugas cleaning
service, namun khusus untuk di Farmasi dan Laboratorium, spill kit tersediatersedia di dekat
tempat penyimpanan B3. Isi dari spill kit tersebut antara lain:

NOJENIS BARANGJUMLAH1Tanda tumpahan (warning sign/spill sign)1 pcs2Sarung tangan


Nitrille (warna hijau)2 pasang3Sarung tangan Neoprene (warna hitam)1 pasang4Pasir¼kg@2
kantong5Masker5 pcs6Goggles1 pcs7Kantong plastik kuning5 pcs8Sepatu bot1 pasang9Kain
Lap1 pcs10Serbuk½kg kapur @1 kantong11Soda½kgkue @1 kantong

G. Limbah Berbahaya

Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah.Limbah adalah bahan yang dibuang atau
hendak dibuang, atau tidak lagi berguna berdasarkan peruntukannya.Sebuah bahan dianggap
limbah jika dibiarkan atau jika dianggap “seperti limbah,” seperti bahan tumpah. Limbah
diklasifi kasikan sebagai bahan berbahaya atau tidak berbahaya dan bisa meliputi barang-barang
seperti bahan laboratorium sekali pakai, media filter, larutan cair, dan bahan kimia berbahaya.
Limbah yang berpotensi berbahaya memiliki satu atau beberapa sifat berikut ini: daya sulut,
korosivitas, reaktivitas, atau toksisitas.

Semua limbah dari laboratorium dipisahkan oleh petugas laboratorium dan setelah terkumpul
akan diambil oleh petugas kebersihan.

Adapun limbah tersebut adalah :


1. Limbah cair B3

Ditampung menggunakan wadah tertutup rapat dan tidak bocor (jerijen) lalu diberi label identitas
limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal - usul limbah, identitas limbah serta
kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu kemasan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)103Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012limbah B3. Label identitas limbah berukuran minimal
15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna
hitam, dan tulisan “PERINGATAN !” dengan huruf yang lebih besar berwarna merah

a. Pengisian label identitas limbah

Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah terhapus serta dipasang pada
setiap kemasan limbah B3 yang disimpan di tempat penyimpanan wajib mencantumkan identitas
sebagai berikut:

PENGHASILNama perusahaan yang menghasilkan limbahdalam kemasanALAMATAlamat


jelas perusahaan di atas, termasukkode wilayahTELPNomor telepon penghasil, termasuk kode
areaFAXNomor facsimile penghasil, termauk kode areaNOMOR PENGHASILNomor yang
diberikan Bapedal kepadapenghasil ketika melaporkanTGL. PENGEMASANData waktu pada
pengemasan dilakukanJENIS LIMBAHKeterangan limbah berkaitan dengan fasa ataukelompok
jenisnya (cair/padat/sludge,anorganik/organik, dll)JUMLAH LIMBAHJumlah total kuantitas
limbah dalam kemasan(ton/kg/m3)KODE LIMBAHKode limbah yang dikemas, didasarkan
padadaftar B3 dalam lampiran PP 19 tahun 1994SIFAT LIMBAHKarakteristik limbah yang
dikemas (sesuaiPedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.
01)Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012104

simbol yang dipasang)NOMORNomor urut pengemasan

b. Pemasangan label identitas limbah


Label identitas limbah dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol dan harus terlihat dengan
jelas. Label ini juga harus dipasang pada kemasan yang akan dimasukkan ke dalam kemasan
yang lebih besar

2. Limbah benda tajam

Ditampung dengan sharp container

3. Limbah medis

Ditampung dengan tempat sampah medis dimana tempat tersebut diberi kantong kuning dan
dikasih keterangan

4. Limbah non medis

Ditampung dengan tempat sampah non medis dimana tempat sampah tersebut diberi kantong
hitam dan dikasih tanda

H. Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana

1. Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran di laboratorium rentan terjadi karena sikap manusia itu sendiri, disamping
pengawasan yang kurang terhadap penggunaan peralatan atau bahan yang dapat menimbulkan
api, misalnya bahan mudah terbakar, alat pemanas, peralatan listrik, puntung rokok, dan ledakan
gas. Untuk menghindari api, hal-hal yang dapat diterapkan yaitu :

• Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.

• Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.

• Mengetahui prosedur penanggulangan kebakaran di unit yang bersangkutan.

• Mengetahui letak alat pemadam api.

• Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar.


a. Klasifikasi Kebakaran

Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media pemadam api sehingga
dapat memilih media yang tepat bagi suatu kebakaran

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)105Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi kebakaran di
Indonesia yang ditetapkan

dalam Permenaker No. 04/Men/1980 mengacu pada NFPA sebagai berikut :

1. Kelas A : Bahan padat kecuali logam (Kayu, kertas, plastik dan lain-lain)

2. Kelas B : Bahan cair dan gas (Bensin, alkohol, dll.)

3. Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan

4. Kelas D : Bahan logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)

b. Jenis Media Pemadaman

1. Media Pemadam Cair

Air dapat dipakai sebagai pemadam kebakaran kelas A dan B.

2. Gas CO2

Cocok untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C.

3. Tepung Kimia (APAR Powder)

Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api adalah dengan memisahkan atau menyelimuti
bahan dengan udara dan secara kimia memutuskan rantai reaksi pembakaran.

c. Sarana Penanggulangan Kebakaran yang tersedia di Laboratorium


1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Terdapat 2 jenis: Powder/Bubuk Kimia Kering dan Gas CO2

2. Smoke Detector/Deteksi Asap: bila terdeteksi asap maka terhubung dengan alarm kebakaran
sehingga alarm berbunyi

3. Sprinkler: Bila api memanaskan cairan yang ada di dalam tabung kaca sprinkler mencapai ±
68 Celcius maka tabung kaca pecah secara otomatis air keluar

d. Penggunaan APAR

Sebelum melakukan pemadaman dengan APAR harus ditest terlebih dahulu dengan membuka
kunci pengaman dan mengarahkan nozzle ke atas.

1. Jenis tepung kimia : lakukan test di tempat pengambilan APAR dan arahkan selang ke atas,
tuas ditekan/dipukul.

2. Jenis CO2 : lakukan test di tempat pengambilan APAR arahkan selang ke atas jangan
memegang corong (horn) saat memadamkan kebakaran.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)106Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20123.Selesai pemadaman pancaran selang/nozzle harus
selalu diarahkan ke bawah.

Penggunaan APAR dilakukan secara berurutan yang disingkat dengan PASS adalah sebagai
berikut:

• Pull : tarik atau cabut pin pengaman APAR

• Aim : arahkan selang ke api

• Squeeze : tekan tuas APAR

• Sweep : kibas-kibas arah semprotan ke api


e. Prosedur Penanggulangan Kebakaran secara Umum

Bila terjadi kebakaran, secara umum yang harus dilakukan secara berurutan yang disingkat
dengan RACE adalah sebagai berikut:

• R – RESCUE: selamatkan orang atau barang ke tempat yang aman dari api

• A – ANNOUNCE : pecahkan kaca alarm kebakaran atau hubungi Security dengan telepon ext.
888

- Sebut nama& asal unit/departemen

- Sebut lokasi adanya api / asap

- Sebut kondisi api

- Laporkan situasi terakhir, termasuk bila ada korban

Bila kondisi tidak ada alarm kebakaran maupun telepon dapat berteriak

“Kebakaran….Kebakaran..Kebakaran…”

• C – CONTAIN: tutup seluruh pintu dan jendela agar besarnya api tidak merambat ke ruangan
lain

• E – EXTINGUISH: padamkan api dengan APAR bila terlatih dan untuk api kecil. Bila tidak
dapat dipadamkan segera evakuasi.

f. Keselamatan Pemadam

Dalam pemadaman perlu diperhatikan :

1. Arah angin

2. Jenis bahan yang terbakar


3. Volume dan potensi bahan yang terbakar

4. Letak dan situasi lingkungan

5. Lamanya terbakar

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)107Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/20126. Alat pemadam yang tersedia

2. Kewaspadaan Bencana

a. Gempa Bumi

• Pada saat gempa bumi jangan panik, lindungi diri sesegera mungkin dengan berlindung di
bawah meja, menjauh dari lemari atau benda- benda berat lainnya. Dekatakan tubuh sedekat
mungkin di lantai, tunduk dan berpegangan di bawah meja atau pintu.

• Matikan peralatan listrik

• Pada saat guncangan jangan berusaha untuk lari keluar dari gedung. Kebanyakan kecelakan
terjadi pada saat orang tidak berusaha untuk berlindung

• Jangan memasuki gedung yang telah rusak akibat gempa bumi sampai tim penanganan
kedaruratan mengumumkan keadaan aman

Setelah gempa bumi :

• Periksa jika ada orang yang terluka atau terperangkap

• Bantu menenangkan jika ada yang panik

• Bantu orang yang terluka atau terperangkap

• Jika terlihat ada risiko api cari dan gunakan alat pemadam (APAR) untuk mematikan api

• Matikan listrik pada area yang terbakar (lokal)


• Bersihkan dengan segera obat –obat yang tertumpah atau cairan yang mengandung alkohol atau
bensin dan cairan – cairan lain yang mudah terbakar

• Buka pintu dengan perlahan

• Periksa area sekitar anda apakah mengalami kerusakan

• Berjaga - jaga untuk kemungkinan gempa susulan

• Hati hati dengan kabel listrik yang terjatuh atau pipa – pipa gas yang rusak dan menjauh dari
area yang rusak

• Laporkan secepatnya kondisi ke 888 menyebutkan :

- Nama dan asal unit/departemen

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)108Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012- Kejadian darurat (adanya api, orang terperangkap,
orang tertimpa, kabel atau pipa pipa yang rusak, retakan atau runtuhan di bagian gedung dan lain
lain)

- Lokasi

• Jika area anda berada rusak berat atau ada potensi berbahaya segera siapkan evakuasi lokal
meliputi :

- Memindahkan pasien atau barang ke area yang lebih aman

- Mematikan listik

• Tetap waspada dan tunggu instruksi berikutnya untuk melakukan evakuasi total

b. External Disasters (Bencana dari luar RS)


Kejadian ini lebih dikenal dengan Code Yellow yang disertai dengan penyebutan Tingkatan Siaga
yaitu I/II/III.Berlakunya Code Yellow adalah pada saat dipaging oleh Operator atas dasar
instruksi dari Triage Officer IGD.

Lokasi penanganan adalah di Ruang IGD dengan indikasi Code Yellow adalah pasien datang
banyak sekaligus atau berurutan minimal sebanyak 5 pasien. Kasus yang termasuk dalam code
yellow adalah keracunan makanan massal, kecelakaan massal, bencana alam yang terjadi di luar
(contoh: koban banjir)dll.

Adapun tingkatan Siaga yang harus diketahui adalah sebagai berikut:

• Siaga I : Jumlah Pasien 5 – 10 orang

• Siaga II : Jumlah Pasien 11 – 20 orang

• Siaga III : Jumlah Pasien 21 – 30 orang

Lebih dari 30 Pasien Hubungi RS lain/Rujuk.

Tindakan yang harus dilakukan oleh Unit Laboratorium adalah 15 menit setelah pemberitahuan
siaga, petugas laboratorium datang ke IGD untuk tugas yang diarahkan oleh dokter (mengambil
sample untuk pemeriksaan laboratorium dan melaporkan/menyerahkan ke IGD)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)109Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

c. Kode Dalam Keadaan Darurat

KeadaanHubungiKodeTelpTindakanDaruratEkstensiBlueDarurat MedisDilakukan oleh


timdarurat medis111LaboratoriumExternal(Operator)berperan,
maksimalYellowDisasters/bencana15 menit berada didari luar RSIGD setelahpemberitahuan
siagaBertanya kepadaRedSecurity terdekatdimana area yang(SuaraKebakaranterbakar. Bila
dekatBurung)888lakukan RACE, bila(Security)jauh tetap waspada.Waspada
terhadapPinkPenculikan Anakorang yangmencurigakan.Seluruh akses
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)110Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012ditutup olehSecurity.Waspada untukBlackAncaman
Bombersiap – siapmenuju ke tempatberkumpul daruratBertanya kepadaSecurity, bila
perlumatikan utilitas yangberhubungan denganKegagalankegagalan
(misalGreenUtilitaskegagalan(air,listrik, gas,genset/listrikdll)matikan peralatanlistrik yang
tidakperlu/sementaradimatikan: AC,Dispenser, dll)

d. Evakuasi

Sarana evakuasi bertujuan agar para penghuni/orang yang berada dalam bangunan mudah
menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang aman pada saat terjadi bencana atau
kebakaran. Sarana evakuasi terdiri dari :

• Penerangan darurat

• Denah evakuasi

• Rambu penunjuk arah keluar (EXIT)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)111Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012• Pintu keluar darurat (EMERGENCY EXIT)

• Tempat berkumpul (Muster Point)

Terdapat dua lokasi, yaitu di area parkir belakang Gedung Utama (Utara) atau di area depan
Gedung B (Barat)

Bila di Ruang Laboratorium lantai 1, tempat berkumpul darurat terdekat adalah di Parkir Utara
(belakang Gedung Utama). Untuk Ruang Laboratorium lantai 2 tempat berkumpul terdekat
adalah ke tangga darurat timur menuju area depan Gedung B (Barat) atau melewati office dengan
menggunakan tangga darurat menuju parkir belakang Gedung Utama (Utara).

Bila perintah untuk ”Evakuasi” diumumkan

• Lakukan evakuasi darurat melalui tangga darurat, dilarang menggunakan lift


• Apabila keadaan kurang memungkinkan dan berbahaya tunggu regu utama dari tim
penanganan kedaruratan Rumah Sakit Eka BSD atau Dinas Kebakaran untuk menolong anda

• Pemadaman api besar dilakukan oleh regu utama dari tim penanganan kedaruratan Rumah
Sakit Eka BSD dan Dinas Kebakaran

• Setelah keluar dari pintu darurat ikuti rambu arah evakuasi untuk menuju ke tempat berkumpul
darurat yaitu di Parkir Utara atau Parkir Barat Gedung Rumah Sakit Eka (rambu bertuliskan
Tempat Berkumpul Darurat Kebakaran/Gempa – Muster Point”).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)112Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB XII

EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU

Keterkaitan dalam upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit selain
pengendalian teknis juga perlu memperhatikan pengendalian administratif, dimana salah satu hal
yang perlu mendapat perhatian adalah sistem pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja , berupa
:

- Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja

- Pelaporan peristiwa kecelakaan kerja

- Penyelidikan peristiwa kecelakaan kerja

- Penanggulangan peristiwa kecelakaan kerja

Pengisian formulir tersebut harus berdasarkan fakta yang sebenarnya agar tidak terjadi kesalahan
dalam upaya penyelidikan dan cara penanggulangannya. Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja
dan kondisi bahaya dilakukan dengan menggunakan formulir yang telah disediakan di setiap unit
terkait.Untuk mengetahui alur sistem pencatatan dan pelaporan yang terjadi di masing-masing
unit dapat melihat dari skema tersebut.
Dari hasil pencataan dan pelaporan peristiwa kecelakaan kerja yang diterima oleh Komite K3
dibahas dalam rapat K3 dan dilaporkan ke Direktur.

Untuk pengandalian mutu keselamatan dan kesehatan kerja RS kedepannya akan mengadakan
audit SMK3 sebagai bentuk kepedulian terhadap pelaksanaan K3 di rumah sakit dan bila terjadi
peristiwa kecelakaan yang tergolong berat dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja setempat

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)113Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

BAB XIII

PENUTUP

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit diperlukan agar tenaga kerja
dapat terhindar dari gangguan keselamatan dan kesehatan dalam bentuk kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

Untuk itu, Buku K3 diperlukan sebagai pegangan atau pedoman dalam pelaksanaan K3 di rumah
sakit.Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini, maka penerapan K3 di RS dapat lebih
ditingkatkan hasilnya.

Bagi karyawan, diharapkan buku pedoman ini dapat membantu mereka dalam memahami
masalah-masalah K3 di rumah sakit dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap
potensi bahaya yang ada di lingkungan rumah sakit sehingga tercapai budaya sehat dalam
bekerja.

Namun, tentu saja Buku K3 ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu diperlukan saran dari
berbagai pihak demi sempurnanya buku pedoman ini.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)114Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

DAFTAR PUSTAKA
Depkes.2010. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Depkes.2010. Modul Pelatihan Kesehatan Kerja bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Depkes. 2001.Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Depnaker. 2009. Himpunan Peraturan Perundangan – undangan Keselamatandan Kesehatan


Kerja. Jakarta: Direktorat Pengawasan Norma K3.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)115Mengacu SK
Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

Anda mungkin juga menyukai