Anda di halaman 1dari 28

Langsung ke isi

Manajemen Keuangan |
 Home
 Free Templates
 SOP & Accounting Tools
 Kursus Akuntansi
 Tentang Kami
Pengertian Aktiva Lancar dan Struktur Utang
1 Januari 2021 Oleh Wadiyo, SE

Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu
tahun atau kurang.

Aktiva lancar yang paling likuid adalah adalah kas dan setara kas.

Pengelolaan aktiva lancar dan struktur utang akan mempengaruhi besarnya modal
kerja, baik dalam artian neto maupun bruto.

Dan ada 3 metode pendanaan dan untuk menilai jumlah modal kerja agar perusahaan
memutuskan kebijakan yang optimal.
Apa saja 3 metode tersebut dan bagaimana cara menghitung aset lancar?

Mari ikuti pembahasannya berikut ini…

Daftar Isi Artikel [Buka]

01: Manajemen Aktiva Lancar

Manajemen modal kerja biasanya menyangkut pengelolaan aktiva-aktiva ini dan


manajemen hutang lancar.

Sedangkan pengelolaan aktiva tetap, yaitu aktiva yang berubah menjadi kas merlukan
waktu lebih dari satu tahun, dan biasa disebut sebagai capital budgeting.
Hubungan aktiva lancar dan kewajiban lancar berkaitan dengan penentuan tingkat yang
layak dari aktiva lancar dan kewajiban lancar.

Yaitu menyangkut keputusan-keputusan mendasar dalam likuiditas perusahaan dan


komposisi umur (maturity) hutang-hutangnya.
Keputusan-keputusan tersebut akan dipengaruhi oleh trade-off antara profitabilitas dan
risiko.
Keputusan yang menyangkut likuiditas aktiva perusahaan berkaitan dengan:

 manajemen kas
 keputusan investasi pada sekuritas
 kebijakan dan prosedur penjualan kredit
 manajemen persediaan, dan
 manajemen aktiva tetap.
Semakin rendah proporsi aktiva likuid, semakin besar profitabilitas perusahaan.

Bila kita pertimbangkan bahwa biaya hutang jangka pendek lebih rendah dari biaya
hutang jangka panjang.

Maka dipandang dari pertimbangan profitabilitas, perusahaan akan lebih baik


menggunakan hutang jangka pendek.

Jika strategi tersebut dilakukan, maka perusahaan akan mempunyai modal kerja.

Dalam artian selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar (modal kerja netto)
yang rendah, bahkan negatif.

Yang menjadi kompensasi strategi ini adalah risikonya, yaitu risiko mengalami kesulitan
likuiditas (technical insolvency).
Apa itu technical insolvency?
Pengertian technical insolvency adalah kejadian bila bila perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban tunainya.
Yaitu keadaan di mana nilai aktiva sesudah lebih kecil dari nilai hutang-hutangnya, atau
modal sendiri negatif, atau disebut sebagai insolvable.
 

02: Struktur Jangka Waktu Pendanaan


Bila diasumsikan bahwa perusahaan telah mempunyai kebijakan tentang:

 pembayaran pembelian, tunai atau kredit (kalau kredit berapa lama akan
dilunasi)
 pembayaran upah dan gaji
 pembayaran pajak dan biaya-biaya lain
Maka jumlah hutang dagang dan rekening/akun accruals, seperti:

 pajak yang harus dibayar


 hutang gaji
akan berubah dengan sendirinya bila aktivitas perusahaan berubah.

Dengan kata lain, rekening-rekening tersebut adalah sumber pendanaan spontan


jangka pendek yang tidak perlu dicarikan sumbernya.
Yang menjadi perhatian kita adalah: “bagaimana aktiva yang tidak didukung oleh
pendanaan spontan tersebut?”

Ada 3 jenis pendanaan yang perlu diperhatikan terkait struktur jangka waktu , yaitu:

#1: Pendanaan Hedging Aktiva Lancar


Apa yang dimaksud pendanaan hedging?

Strategi pendanaan hedging adalah membiayai setiap aktiva dengan dana yang jangka
waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut menjadi
kas.

Dengan demikian, variasi jangka pendek aktiva lancar akan dibiayai dengan pendanaan
jangka pendek.
Struktur komposisi aktiva lancar permanen akan dibiayai dengan hutang panjang atau
modal sendiri, demikian pula untuk aktiva tetap.

Perhatikan gambar yang menunjukkan kondisi tersebut:

Gambar:
pemenuhan kebutuhan dana – strategi hedging.
Strategi pendanaan hedging mendasarkan diri atas prinsip akuntansi matching
principle, yang menyatakan:
“sumber dana hendaknya disesuaiakan dengan berapa lama dana tersebut diperlukan”
Jadi bila dana tersebut hanya untuk keperluan jangka pendek, maka sumber dana
jangka bisa digunakan.

Sebaliknya, penggunaan untuk jangka panjang, seharusnya dibiayai dengan sumber


dana jangka panjang pula.

Dengan menyelaraskan antara struktur aktiva dan struktur hutang perusahaan, maka
risiko yang dihadapi adalah penyimpangan aliran kas dari diharapkan.

Kesulitan penggunaan strategi pendanaan hedging adalah memperkirakan jangka


waktu skedul arus kas bersih dan skedul pembayaran hutang.

Selalu terdapat unsur ketidakpastian.

Karena selalu muncul trade-off antara profitabiltas dan risiko.


Semakin besar margin of safety yang disediakan dalam penentuan jangka waktu
pinjaman untuk menutup kemungkinan penyimpangan arus kas bersih, semakin aman
bagi perusahaan.
Tetapi akibatnya perusahaan akan  mencari dana yang melebihi jangka waktu dana
tersebut akan digunakan dalam perusahaan.

Dengan kata lain akan terjadi kecenderungan dana menganggur yang berarti
penurunan profitabilitas juga rendah.

Dengan kata lain, risiko rendah profitabilitas rendah.

Bagaimana jika perusahaan selalu menggunakan hutang jangka pendek, dengan


pertimbangan nanti akan diperpanjang?

Jika cara ini ditempuh, ada dua hal yang perlu diperhatikan:

1. Apakah benar perusahaan nanti bisa memperpanjang kredit tersebut?


2. Apakah suku bunga tetap akan seperti kredit sebelum diperpanjang?
Inilah risiko yang perlu diperhatikan, meskipun kredit jangka pendek memberikan bunga
yang lebih rendah.

#2: Pendanaan Konservatif Aktiva Lancar


Apa itu pendanaan konservatif?

Pengertian pendanaan konservatif adalah pendanaan di mana sebagian aktiva lancar


bukan permanen, di-danai dengan:
 pendanaan jangka panjang (yaitu dengan hutang jangka panjang,
 modal sendiri, dan
 pendanaan spontan)
Cara ini memberikan margin of safety yang cukup besar.
Dengan kata lain, jika diperkirakan dana tersebut akan diperlukan untuk enam bulan,
perusahaan mencari pinjaman dengan jangka waktu dua belas bulan.

Semakin besar margin of safety ini, semakin konservatif kebijakan pendanaan yang


dianut.
Strategi pendanaan konservatif bisa digambarkan seperti pada gambar berikut:

Grafik
pendanaan konservatif
 

#3: Pendanaan Agresif Aktiva Lancar


Apa yang dimaksud pendanaan agresif?

Definisi pendanaan agresif adalah strategi pendanaan dengan mendanai sebagian


kebutuhan jangka panjang dengan pendanaan jangka pendek.

Jika pada cara pendanaan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor


keamanan, maka cara pendanaan agresif perusahaan berani menanggung risiko.

Trade-off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas  yang lebih tinggi.


Bila suku bunga kredit jangka pendek memang lebih rendah dari jangka panjang, maka
strategi ini akan dikompensir dengan profitabilitas yang lebih tinggi.

Strategi pendanaan agresif bisa digambarkan seperti pada gambar berikut:

Grafik: Strategi
pendanaan agresif
 

Dan perhatikan perbandingan rumus hutang lancar dan jangka panjang dalam tabel
berikut:

Tabel:
Perbandingan pendanaan jangka pendek dan jangka panjang
 

Tabel di atas menyimpulkan tentang hubungan pendanaan jangka pendek dan jangka
panjang.
Yaitu ketika kita menghubungkan keputusan tersebut dengan trade-off antara risiko dan
profitabilitas.
Perhatikan bahwa mempertahankan kebijakan pendanaan jangka pendek untuk
membiayai aktiva yang berusia pendek (kotak #1)

Dan pendanaan jangka panjang untuk membiayai aktiva berjangka panjang (kotak #3)


akan menghasilkan strategi risiko profitabilitas yang moderat.
Yaitu suatu pendekatan yang kita sebut sebagai pendanaan hedging.
Strategi-strategi yang lain juga mungkin dilakukan, dan tidak mesti kita bisa
menyalahkan strategi-strategi tersebut (seperti kotak #2 dan #4).

Yang perlu kita lakukan adalah kita harus membandingkan manfaat yang kita peroleh
dengan biaya yang kita tanggung.

Perhatikan contoh analisis hubungan aktiva lancar dan kewajiban lancar:

Kita memilih pendanaan jangka panjang untuk aktiva yang berjangka pendek.

Pertanyaannya adalah. “seberapa besar keuntungan yang hilang karena kita memilih
strategi pendanaan yang berisiko rendah?”

Hal-hal tersebut dicantumkan pada pertanyaan-pertanyaan yang berada di bawah tabel


tersebut.

Berikut ini beberapa pertanyaan tentang risiko utang jangka pendek dan jangka
panjang:

#1: Perencanaan:

Apakah kita memerlukan waktu yang lebih lama untuk memenuhi kewajiban membayar
pokok pinjaman dan bunga?

Dengan kata lain, apakah kita memerlukan jangka waktu utang yang lebih lama?

#2: Refinancing:

Apakah kita dapat memperpanjang utang jangka pendek bila diperlukan?

#3: Biaya:
Apakah biaya utang jangka pendek saat ini ditambah dengan kemungkinan biaya
karena perpanjangannya masih lebih kecil dari biaya penggunaan utang jangka
panjang?

03: Hubungan Aktiva Lancar dan Operasi Perusahaan

Sekarang kita beralih ke aktiva lancar.

Seandainya perusahaan telah menetapkan kebijakan tentang piutang dan persediaan.

Maka jumlah aktiva lancar disamping dipengaruhi oleh tingkat operasi perusahaan.

Atau penjualan yang diharapkan akan tercapai juga akan dipengaruhi oleh besar
kecilnya perusahaan menyediakan kas atau aktiva likuid.
Untuk tingkat operasi yang sama, semakin besar aktiva likuid yang disediakan, semakin
besar jumlah aktiva lancar yang dimiliki.

Hubungan antara tingkat operasi perusahaan dengan jumlah aktiva lancar dan aktiva
tetap yang dimiliki ditunjukkan pada gambar berikut:

Grafik:
HUbungan operasi perusahaan dengan jumlah aktiva lancar
 

Meskipun hubungan antara jumlah aktiva lancar dengan tingkat kegiatan tidaklah linear,
tapi dapat dilihat bahwa semakin besar tingkat kegiatan.

Semakin besar pula jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

Besar kecilnya aktiva lancar tersebut juga dipengaruhi oleh besar kecilnya aktiva likuid
yang dipertahankan oleh perusahaan.

Semakin besar aktiva likuid yang disediakan, semakin besar jumlah aktiva lancar yang
dimiliki.

Semakin besar saldo kas yang disediakan, semakin besar kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban kasnya.

Sebaliknya, dengan semakin banyaknya kas yang dimiliki, semakin rendah profitabilitas
perusahaan, karena bisa diasumsikan memberikan profitabilitas yang paling rendah.

 
Perhatikan contoh analisis aktiva lancar berikut:

Perusahaan berpendapat bahwa perputaran piutang sebanyak 6X dalam satu tahun


dan rasio persediaan sebesar 20% dari penjualan merupakan kebijakan baik.

Perusahaan menganut tiga kebijakan tentang penyediaan aktiva likuid, yaitu kas dan
sekuritas yang dimiliki, yaitu: Kebijakan I, II, dan III.

Kebijakan I adalah kebijakan yang paling konservatif, sedangkan kebijakan III adalah
kebijakan yang paling agresif.

Perhatikan perbandingan 3 kebijakan tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Tabel:
Profitabilitas pada berbagai alternatif aktiva likuid
 

Nampak bahwa kebijakan yang paling konservatif (kebijakan I)  memberikan


profitabilitas (yaitu rentabilitas ekonomi) yang paling rendah.

Sedangkan kebijakan yang agresif (kebijakan III) memberikan rentabilitas ekonomi yang
paling tinggi.

Contoh yang disederhanakan tersebut menunjukkan adanya trade-off  antara risiko


yaitu likuiditas dengan profitabilitas.
Jika manajemen perusahaan mengutamakan likuiditas, mereka terpaksa
mengorbankan profitabilitas.

Maka mereke terpaksa mengorbankan profitabilitas dan sebaliknya. Masalah ini disebut
juga sebagai manager’s delimma
 
04: Hubungan Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar

Bagaimana kombinasi keputusan struktur hutang dan aktiva lancar


Apabila kedua keputusan dikombinasikan, maka kita bisa menjumpai berbagai situasi.

Sebagai contoh:

Perusahaan memilih pendanaan agresif.

Ini berarti sebagian kebutuhan dana jangka panjang dibiayai dengan dana jangka
pendek.

Di samping itu, perusahaan juga memilih untuk menyediakan jumlah kas yang sangat
sedikit.

Kebijakan ini tentu saja akan sangat meninggikan risiko menghadapi technical


insolvency meskipun diharapkan akan memperoleh profitabilitas yang tinggi.
Sebaliknya, perusahaan bisa memilih pendanaan yang agresif, tapi dibarengi dengan
penyediaan aktiva likuid yang relatif besar.
Dengan demikian risiko technical insolvency bisa dibarengi dengan adanya aktiva likuid
yang cukup besar.
Seandainya perusahaan bisa memperkirakan secara akurat pola arus kasnya, maka
jumlah aktiva likuid tidak terlalu besar.

Demikian juga jangka waktu pinjaman akan bisa sesuai dengan pola kebutuhan akan
kas.

Sayangnya masa depan selalu penuh ketidakpastian.

Risiko inilah yang harus ditanggung perusahaan.

Dengan demikian perusahaan harus memutuskan berapa margin of safety yang


dianggap aman, dan berapa aktiva likuid yang harus disediakan.

Masalah dalam analisis adalah biaya karena technical insolvency kadang sulit diukur.


Jika suatu perusahaan sering tidak mampu memenuhi kewajiban finansial, hanya
karena pada saat kewajiban tersebut jatuh tempo tidak memiliki kas.

Maka mungkin saja para suppliers, bank, dan pihak-pihak lain, berkurang kepercayaan
mereka terhadap perusahaan tersebut.

Masalahnya adalah berapa biaya yang ditanggung oleh perusahaan, oleh karena
berkurangnya kepercayaan tersebut? Bagaimana menaksir biayai ini?

Karena itulah sering perusahaan hanya menentukan probabilitas bahwa perusahaan


akan mengalami kesulitan likuiditas. Misalnya 5%.

Berdasarkan pengalaman, perusahaan kemudian menentukan berapa aktiva likuid yang


pantas dimiliki, bagaimana struktur pendanaan, dan sebagainya.

05: Menaksir Jumlah Modal Kerja


Bagaimana cara menaksir jumlah modal kerja?

Ada beberapa kasus di mana hasil perhitungan jumlah modal kerja menghasilkan
angka yang berbeda antara satu metode dengan metode yang lain.

Masalah tersebut sebenarnya berasal dari perbedaan pengertian tentang modal kerja.

Pengertian modal kerja menurut para ahli adalah dana yang diperlukan untuk operasi
sehari-hari.

Karena itu dana untuk investasi jangka panjang (membeli aktiva tetap)tidak dimasukkan
ke dalam pengertian ini.

Sayangnya pengertian ini kemudian menjadi berbeda sewaktu dikaitkan dengan


masalah pendanaannya.

Pengertian yang digunakan oleh berbagai bank di Indonesia adalah bahwa modal kerja
diartikan sebagai aktiva lancar untuk operasi perusahaan.
Karena itu, misalnya tidak termasuk di dalamnya piutang kepada manajemen dan
investasi pada sekuritas.

Untuk menghitung kebutuhan modal kerja, bank akan memproyeksikan berapa aktiva
lancar tersebut.

Kemudian sekian persennya akan disediakan dananya dalam bentuk kredit modal kerja.

Untuk memperjelas uraian ini, perhatikan contoh perhitungan modal kerja dengan
menggunakan berbagai metode berikut ini:

#1: Metode perputaran modal kerja


PT Era Milenial pada tahun 2019 mencapai penjualan sebesar Rp 2.000 juta.

Jumlah aktiva lancar pada akhir tahun 2019 adalah sebagai berikut:

 Kas = Rp 50 juta
 Piutang = Rp 300 juta
 Persediaan = Rp 150 juta
 Jumlah aktiva lancar = Rp 500 juta
Untuk tahun 2020 perusahaan memperkirakan akan bisa menciptakan penjualan senilai
Rp 2.500 juta.

Perusahaan kemudian mengajukan kredit modal kerja kepada bank.

Untuk menaksir modal kerja (dalam artian aktiva lancar) digunakan metode perputaran
modal kerja.

Perputaran komponen-komponen aktiva lancar tersebut dihitung dengan cara sebagai


berikut:

Kas = Penjualan/Rata-rata kas = Rp 2.000/50 = 40,00x


Piutang = Penjualan/Rata-rata piutang = Rp 2.000/300 = 6,67x
Persediaan = Penjualan/Rata-rata persediaan = Rp 2.000/150 = 13,33x

Periode keterikatan dana:


Kas = 360/40 = 9 hari
Piutang = 360/6,67 = 54 hari
Persediaan = 360/13,33 = 27 hari

Dengan demikian maka periode terikatnya dana dalam modal kerja (aktiva lancar):

= 9+54+27 = 90 hari

Hal ini berarti perputaran modal kerja adalah:

= 360/90 = 4x dalam satu tahun

Karena itu, bila diperkirakan pada tahun 2020 penjualan akan mencapai Rp 2.500 juta.

Maka jumlah modal kerja (yaitu aktiva lancar) pada tahun 2020:

= Rp 2.500/4 = Rp 625 juta

Jika jumlah aktiva lancar pada tahun 2019 sudah sebesar Rp 500 juta, maka tambahan
aktiva lancar adalah Rp 125 juta.

Inilah jumlah yang akan dimintakan kredit kepada bank.


Jika bank menetapkan bahwa hanya 70%-nya diberi kredit, maka kredit modal kerjanya
adalah:

= Rp 125 juta X 70%


= Rp 57,5 juta

Perhatikan bahwa pada tahun 2019 jumlah aktiva lancar adalah 25% penjualan yang
tercapai pada tahun tersebut.

Dengan menggunakan metode perputaran modal kerja, maka jumlah aktiva lancar yang
diproyeksikan akan mencapai 25% dari penjualan tahun 2020, yaitu:

= 0,25 x Rp 2.500
= Rp 625 juta.

Oleh karena itulah metode peputaran modal kerja ini sebenarnya sama dengan
persentase penjualan.

Perhatikan juga bahwa dalam menghitung kebutuhan dana untuk modal kerja.
Perhitungan dana untuk membiayai piutang adalah sejumlah (taksiran) jumlah piutang
di Neraca keuangan perusahaan.

Hal ini berbeda dengan analisis yang telah kita lakukan yang menjelaskan bahwa
jumlah dana untuk membiayai piutang bukanlah keseluruhannya, tapi hanya komponen
biayanya.

Profit margin tidak perlu disediakan dananya. Jdai, bila profit margin-nya adalah 10%.

Maka dana untuk membiayai piutang adalah 90% x jumlah piutang.

Hal ini disebabkan karena piutang akan dicatat pada harga jual, sedangkan dana yang
diperlukan sesuai dengan harga pokoknya.

Modal kerja dalam artian aktiva lancar disebut juga modal kerja bruto.

Satu catatan perlu kita berikan untuk istilah perputaran modal kerja.

Beberapa buku teks dari USA menggunakan istilah cash cycle untuk pengertian ini.
Dengan ini istilah tersebut menunjukkan bahwa lama kas akan terkait dengan modal
kerja sebelum kembali lagi menjadi kas.

Jika periode terikatnya dana pada persediaan adalah 27 hari.

Maka hal ini berarti bahwa rata-rata barang tersebut berada di gudang selama 27 hari,
kemudian laku terjual.

Sayangnya penjualan dilakukan secara kredit.

Yang dalam contoh kita memerlukan waktu 54 hari untuk dibayar.

Denga demikian, seandainya pembelian barang tersebut dilakukan secara tunai.

Maka setelah jangka waktu 27 hari + 54 hari = 81 hari, kas akan diterima kembali.

Dalam pengertian inilah sebenarnya yang menunjukkan bahwa cash cycle adalah


selama 81 hari  atau:
= 360/81 = 4,44x dalam satu tahun

Kalau perhitungan di atas digunakan periode 90 hari.


Maka hal tersebut disebabkan oleh kita memasukkan faktor aktiva likuid (untuk
keperluan mempertahankan likuiditas) dalam perhitungan modal kerja.

Jadi perhitungan cash cycle, dalam pengertian periode sejak pengeluaran kas sampai
menjadi kas kembali sebenarnya adalah 81 hari.
Tapi pemasukkan faktor aktiva likuid mengakibatkan periode cash cycle dihitung 80
hari.

Perhatikan juga bahwa istilah terikatnya dana pada kas sebenarnya hanya
menunjukkan berapa lama kas tersebut tertahan di perusahaan.

#2: Metode Keterikatan Dana pada Modal Kerja

Apa yang dimaksud Metode Keterikatan Dana pada Modal Kerja?

Metode keterikatan dana pada modal kerja adalah metode yang mengakui dua hal
penting, yaitu:

1. Untuk mendanai kebutuhan akan modal kerja telah disediakan sebagian oleh
pihak lain dalam bentuk pendanaan spontan.
2. Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang seharusnya tidak memasukkan
unsur laba.
Karena itu pengertian modal kerja menurut metode ini adalah selisih antara aktiva
lancar tidak termasuk laba dalam rekening piutang) dengan pendanaan spontan.

Untuk memperjelas pembahasan marilah kita perhatikan contoh-contoh perhitungan


modal kerja berikut ini:

Misalkan Pak Bejo membuka usaha warung makan. Standar Operasional Prosedur
– SOP warung makan sederhana yang dilaksanakan Pak Bejo adalah:
 Berbelanja bahan makanan senilai Rp 50.000
 Menyediakan uang kecil untuk pengembalian sebesar Rp 5.000
Karena perusahaan kecil sederhana ia tidak menggunakan utang dan karenanya 100%
modal sendiri.

Pada pagi hari setelah pemilik warung makan tersebut, yaitu Pak Bejo membeli bahan
makanan, bagaimana bentuk neraca-nya?

Bentuk sederhana dari neraca warung pak Bejo adalah sebagai berikut:

Contoh Laporan
Keuangan Neraca sederhana
Jika dalam satu hari Pak Bejo mampu memperoleh laba bersih sebesar Rp 10.000,

Bagaimana bentuk neraca-nya setelah malam hari warung makan tersebut tutup?

Berikut ini bentuk neraca warung makan Pak Bejo itu:

Contoh bentuk
neraca warung makan
Dari neraca sederhana warung makan Pak Bejo di atas, kita melihat nilai kas menjadi
Rp 65.000.
“mengapa kas-nya menjadi senialai Rp 65.000?

Karena ditambah dengan keuntungan Rp 10.000, dan semua aktiva lancarnyatelah


menjadi kas.

Bila keadaan ini berlangsung terus, “berapa modal yang diperlukan oleh warung makan
Pak Bejo?”

Jawabannya sederhana sekali, yaitu Rp 55.000!

Kecuali warung makan Pak Bejo tersebut ingin memperbesar usahanya, istilah keren-
nya melakukan ekspansi.

Tapi bila warung makan pak Bejo bertahan dengan skala usaha yang ada maka modal
kerja yang diperlukan cukup Rp 55.000.

Sekarang, misalkan semua makanan warung tersebut diborong oleh suatu perusahaan,
dengan pembayaran akan dilakukan minggu depan atau 7 hari lagi.

Apa yang terjadi?


Bila warung makan Pak Bejo tetap hanya memiliki Rp 55.000, keesokan harinya
warung makan Pak Bejo akan BERHENTI beroperasi karena kehabisan dana.

Dana tersebut akan tertanam dalam bentuk piutang.

Bila piutang tersebut baru dibayar setelah 7 hari.

Maka costs piutang (piutang akan dicatat pada harga jual, tapi dana yang diperlukan
adalah sebesar costs-nya) tersebut adalah:
= 7 x Rp 50.000 = Rp 350.000

Jadi rumah makan Pak Bejo akan memerlukan tambahan dana sebesar Rp 350.000
agar bisa beroperasi dengan lancar.

Neraca warung makan Pak Bejo akan nampak seperti berikut:


Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Saldo kas minimal yang dipertahankan adalah Rp 5.000. pengeluaran kas per hari
adalah Rp 5.000.

Sedangkan periode terikatnya dana pada:

Proses produksi = 1 hari


Piutang = 7 hari
Periode terikatnya dana pada modal kerja: 1 hari + 7 hari = 8 hari

Karena itu dana yang diperlukan untuk modal kerja adalah:

= (8 x Rp 50.000) + Rp 5.000
= Rp 425.000

Sekarang, misalkan Pak Bejo sebagai pemilik warung makan tersebut dapat membeli
bahan-bahan secara kredit dengan jangka waktu satu minggu.

Apa yang terjadi?


Bagaimana bentuk neracanya?

Contoh aktiva
lancar dalam neraca
Modal kerja yang diperlukan sekarang adalah hanya Rp 55.000. Mengapa?
Karena meskipun diperlukan tambahan dana untuk membiayai piutang, tambahan dana
tersebut sebenarnya disediakan oleh supplier bahan-bahan makanan.

Karena itu kebutuhan modal kerjanya hanya Rp 55.000.

Persoalan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Periode terikatnya dana tersebut adalah:

Proses produksi = 1 hari


Piutang = 7 hari
Utang Dagang = (7 hari)
Periode terikatnya dana pada modal kerja: 1 hari + 7 hari – 7 hari = 1 hari

Karena itu dana yang diperlukan adalah:

= ( 1 X Rp 50.000 ) + Rp 5.000 = Rp 55.000

#3: Metode Arus Kas


Apa itu metode arus kas?

Pengertian metode arus kas adalah metode yang pada dasarnya sama dengan
penyusunan anggaran kas.

Bedanya adalah arus kas yang dipertimbangkan adalah hanyalah arus kas yang
menyangkut pengeluaran atau penerimaan dari operasi sehari-hari.

Tidak termasuk didalamnya pembelian aktiva tetap, pelunasan utang jangka panjang.

Besarnya modal kerja yang diperlukan pada suatu periode ditunjukkan pada defisit kas
masuk dibandingkan dengan kas keluar.

A: Contoh Penggunaan Metode Arus Kas

Untuk memberikan ilustrasi penggunaan metode arus kas, kita masih menggunakan
rumah makan Pak Bejo.

Proyeksi arus kas bila warung makan pak Bejo tersebut akan menjual secara kredit.
Tapi mebeli bahan baku secara tunai akan nampak sebagaimana tabel berikut ini:

Ta
bel: Taksiran kebutuhan modal kerja dengan mneggunakan taksiran arus kas
 

Bila kita perhatikan baris ‘kas yang perlu disediakan’selama 8 hari tersebut nampak
bahwa jumlahnya adalah Rp 405.000

Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang diperlukan agar warung makan pak
bejo dapat beroperasi dengan lancar.

Cara yang sama dapat digunakan bila warung makan pak bejo akan menggunakan
kebijakan pembelian bahan baku secara kredit.

Cara ini lebih baik karena dapat dideteksi kemungkinan fluktuasi kebutuhan kas.

Perhatikan bahwa perusahaan mempunyai pola kegiatan musiman, dan tidak selalu
sama aktivitasnya sepanjang tahun.

Metode arus kas ini memungkinkan perusahaan menaksir modal kerja yang permanen.

Yaitu modal kerja yang selalu ada dan diperlukan serta modal kerja variabel, yaitu
modal kerja yang berfluktuasi.

06: Efisiensi Modal Kerja


Apa rasio keuangan yang bisa digunakan sebagai indikator efisiensi modal kerja?

Pemilihan rasio keuangan yang tepat sungguh sangat sulit.

Namun demikian, bila diasumsukan bahwa kebijakan piutang dan persediaan efisien,
rasio keuangan antara laba operasi dengan aktiva lancar operasi bisa digunakan
sebagai indikator.

Rasio keuangan yang disebut sebagai return on working capital ini dinyatakan sebagai:

Return on wroking capital = Operating Income : Current Assets

Rasio keuangan ini menggunakan dasar pemikiran yang sama dengan pengukuran
rentabilitas ekonomi.

Perhatikan bahwa rasio keuangan tersebut menggunakan modal kerja bruto dan bukan
modal kerja neto.
Hal ini disebabkan karena ukuran laba yang digunakan adalah laba operasi.

Bila digunakan pengertian modal kerja neto, maka efisiensi modal kerja akan berubah,
jika perusahaan merubah kebijakan sisi pasiva (pendanaan modal kerja).

Sehingga bila perusahaan merubah pembelian bahan baku dari tunai ke kredit, maka
jumlah modal kerja neto akan menurun.

Bila digunakan modal kerja neto, efisiensi modal kerja dinilai membaik hanya karena
perusahaan merubah kebiasaan

Untuk menambah wawasan kita mengenai aktiva lancar, saksikan video pendek berikut
ini:

07: Kesimpulan
Manajemen aktiva lancar dan hutang lancar berpengaruh terhadap modal kerja.

Pemlihan jangka waktu pendanaan akan menentukan trade-off antara profitabilitas dan


risiko mengalami technical insolvency.
Oleh karena itu dalam penentuan besarnya aktiva lancar dan juga modal kerja neto titik
tolak yang perlu kita perhatikan adalah:

 apakah kebijakan dalam likuiditas yang mempengaruhi saldo kas,


 penjualan yang mempengaruhi besarnya piutang,
 persediaan, dan
 pembelian yang mempengaruhi pendanaan spontan
Sudah merupakan kebijakan yang optimal atau belum.

Sekali kebijakan ini dipilih dengan mempertimbangkan trade-off antara risiko dan


profitabiltas, biasanya modal kerja akan mengikuti tingkat operasi perusahaan,
Dengan asumsi bahwa kebijakan-kebijakan tersebut telah optimal, maka digunakan
berbagai metode untuk menaksir jumlah modal kerja.

Metode-metode tersebut ada yang hanya menaksir jumlah aktiva lancar, yaitu metode
perputaran modal kerja.

Ada juga yang telah memasukkan komponen sumber pendanaan spontan.

Sehingga sesuai dengan pengertian modal kerja neto yaitu metode keterikatan dana.
Metode lainnya adalah dengan memperhatikan fluktuasi modal kerja, yaitu metode
berdasar atas arus kas.

Efisiensi modal kerja  ditaksir dengan membandingkan antara laba operasi dengan
aktiva lancar.

Konsep modal kerja bruto digunakan dengan maksud agar pengukuran efisiensi tidak
dipengaruhi oleh:

 kebijakan pendanaan spontan, dan/atau


 pendanaan jangka pendek lainnya.
Demikian materi aktiva lancar, struktur utang dan 3 metode penilaian dan perhitungan
modal kerja.

Semoga bermanfaat.

Terima kasih

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 19Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru)19
 Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)

Navigasi Tulisan
10 Komponen Laporan Keuangan, Mana yang Paling Penting?
(Infografik) Inilah Jumlah Hadiah Piala Dunia 1982 – 2018
Cari untuk:
Most Popular

 SOP & Accounting Tools


 12 Contoh Standard Operating Procedure – SOP Produksi
 4 Contoh SOP HRD SDM PERSONALIA dan Cara Mudah Membuatnya
 6 Contoh SOP Resto/Rumah Makan LENGKAP
 8 Contoh SOP Manajemen Gudang dan Cara Bikin Stok Barang Excel
 Hikmah Puasa Ramadhan Terhadap Kesehatan dan Sosial
 Standar Operasional Prosedur: Pengertian, Format, dan Cara Membuat
[+4 Contoh]
 Struktur, Jenis, Contoh Teks Prosedur Sederhana dan Kompleks
 27 Contoh CV (Curriculum Vitae) Lamaran Kerja Yang Menarik dan Unik
 7 Contoh Proposal Kegiatan, Penelitian, Usaha Sederhana Singkat Lengkap
 Contoh Teks Negosiasi Beserta Struktur Kebahasaanya (Baik, Benar, Mudah
Dibuat)
 Pengertian Teks Eksposisi, Kaidah Kebahasaan, Struktur Beserta Contohnya
 Sistematika dan Contoh Resensi Buku, Novel, Film

Tentang Kami

Manajemen Keuangan
SOP (Standar Operasional Prosedur)
Info Kontak
Email:
wadiyo@manajemenkeuangan.net
Telepon:
0812 1602 2272
0896 0725 6713
Alamat:
Manajemen Keuangan Network
Perum. Jaya Regency Blok Z-47 Sedati, Sidoarjo, Indonesia
Copyright © 2021 Manajemen Keuangan | Disclosure & Disclaimer | Privacy Policy

Anda mungkin juga menyukai