Makalah Kel. 7 PK & Defisit Perawatan Diri
Makalah Kel. 7 PK & Defisit Perawatan Diri
Dosen Pembimbing :
Ns. Eti Suyati, S.Kep., M.Kes
Ns. Suyanto, S.pd. S.Kep. M.Kes
KELAS IIA
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,
namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu
dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
Kesehatan jiwa merupakan bagian intergral dari kesehatan, sehat jiwa
tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang
dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan
dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007).
Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa
sangatlah kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme
koping yang tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat
mengalami gangguan jiwa. Menurut Yahoda seseorang dapat dikatakan sehat
jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut : sikap
positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi
(keseimbangan atau keutuhan), otonomi, persepsi realitas, environmental
mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep perilaku kekerasan pada gangguan
jiwa ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep defisit perawatan diri pada gangguan
jiwa ?
1
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu konsep perilaku kekerasan pada
gangguan jiwa
2. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu konsep defisit perawatan diri
pada gangguan jiwa
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal
atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal
sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,
hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya.
Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem
individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana
seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (Personal meaning).
Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah
waktu untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana
bising adalah melatih persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia
akan dapat melakukan kegiatan secara positif (Compensatory act) dan
tercapai perasaan lega (Resolution). Bila ia gagal dalam memberikan
makna menganggap segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak
mampu melakukan kegiatan positif (olah raga, menyapu atau baca puisi
saat dia marah dan sebagainya) maka akan muncul perasaan tidak
berdaya dan sengsara (Helplessness). Perasaan itu akan memicu
4
timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan yang diekpresikan keluar
(Expressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif (Contruktive
action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekpresikan
keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif (Destruktive
action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt).
Kemarahan yang dipendam (Expressed inward) akan menimbulkan
gejala psikosomatis (Poinful symptom) (Yosep, 2007).
3. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti 2012,
mekanisme koping yang dipakai pada pasien perilaku kekerasan untuk
melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai
artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahanya pada objek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi
Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau
keinginan yang tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang
menyangkalnya bahwa ia mempunyai perasaan sesksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya terseburt
mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi
Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk ke dalam alam sadar. Misalnya seseorang ank
yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan
tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan
5
dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekanya dan
akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi
Reaksi Formasi , yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
e. Deplacement
Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4
tahun marah karea ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya
karena menggambat di dinding kamarnya. Dia mulai bermmain
perangperangan dengan temanya.
2. Keras menuntut
6
B. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukanaktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005) personal hygiene adalah
suatu tindakanuntuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraanfisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidakmampu melakukan perawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalammelakukan/melewati aktivitas
perawatan diri secara mandiri.Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi
pada seseorang yangmengalami kelemahan kemampuan dalam suatu
kondisi pada seseorang yangmengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan atau melengkapiaktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAK/BAB
(toileting) (Nita Fitria, 2009).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukanaktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005) personal hygiene adalah
suatu tindakanuntuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraanfisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidakmampu melakukan perawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalammelakukan/melewati aktivitas
perawatan diri secara mandiri.Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi
pada seseorang yangmengalami kelemahan kemampuan dalam suatu
kondisi pada seseorang yangmengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan atau melengkapiaktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAK/BAB
(toileting) (Nita Fitria, 2009).
7
2. Proses Terjadinya
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit
perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang merupakan faktor presipitasi defisit
perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-
faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
8
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien menderita diabetes melitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan
lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
9
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny.I
Umur : 22 Th
Alamat : Kp. Cilandak Mesjid
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/Bahasa : Sunda
Informan : Ya
Tanggal Masuk RS : 27 April 2021
Tanggal Pengkajian : 28 April 2021
No. Register : 23-34-43
Penanggung Jawab
Nama : Ny. U
Alamat : Kp. Cilandak Mesjid
Umur : 58 Th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku/Bahasa : Sunda
Agama : Islam
Hubungan Dengan Px : Orang Tua
11
2. Alasan Masuk
Alasan masuk RSJ karena keluarga pasien mengatakan bahwa pasein
sering gelisah, marah-marah tanpa sebab, emosi labil, mudah tersinggung,
meninju-ninju dinding, adanya perasaan curiga, dan pasien tampak tidak
rapi, kuku pendek tapi kotor, sesekali tampak menggaruk-garuk kaki dan
tangannya, dan saat makan masih berserakan dan mulut bau.
3. Faktor Predisposisi
a. Gangguan Jiwa Di Masa Lalu
Keluarga pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa 2
tahun yang lalu dan sekarang dirawat untuk yang ke 2 kalinya. Klien
menggelandang ± 2 bulan dan kadang pulang ke rumah orang tuanya
b. Pengobatan Sebelumnya
Klien sebelumnya sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan
mendapatkan pegobatan sebelumnya pada tahun 2019. Namun sejak
pulang dari pengobatn klien tidak pernah minum obat.
c. Trauma
Aniaya Fisik
Klien tidak pernah mendapatkan perlakuan aniaya fisik baik dari
lingkungan maupun keluarga.
Aniaya Seksual
Klien tidak pernah menjadi pelaku, korban atau saksi dalam
aniaya seksual.
Penolakan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan sosial baik
dari keluarga ataupun lingkungan masyarakat sekitar.
Kekerasan Dalam Keluarga
Klien sebelumnya melakukan kekerasan kepada keluarga yaitu
kakaknya
Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah menjadi pelaku korban atau saksi yang terkait
denan tindakan kriminal.
12
4. Pemeriksaan Fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada Ny. I terdapat
a. Tanda Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
RR : 22x/menit
BB : 58 Kg
S : 36,40C
TB : 160 Cm
b. Pemeriksaan Head To Toe
1) Rambut
Tekstur kasar, rambut warna hitam, rambut tidak di sisir.
2) Wajah
Berbentuk oval, bentuk hidung simetris, gigi terlihat kotor,
mulut bau, bibir pucat, tidak ada stomatitis
3) Leher
Tidak ada pembesaran tyroid
4) Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada benjolan suara nafas vesikuler
5) Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan
6) Ekstremitas atas
Tidak ada kelainan dan kuku kotor
7) Ekstremitas bawah
Tidak ada kelainan
13
8) Integumen
Klien mengatakan tidak menggunakan sabun dan sampo, kulit
tampak kering dan kusam, turgor kulit elastis.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
= Perempuan = Hubungan
Keluarga
= Tinggal
Serumah
Penjelasan :
Klien tinggal bersama orang tuanya dank lien kadang tinggal
bersama kakanya. Klien merupakan anak terakhir dari 5
bersaudara. Terkadang klien sering bertengkar dengan kakaknya
dank lien mengambil keputusan sendiri dan kabur dari rumah
14
orang tuanya dan kadang pulang kerumah kakaknya.
b. Konsep Diri
Citra Tubuh
Pasien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya
Identitas Diri
Pasien mengatkan dirinya seorang perempuan
Peran Diri
Pasien menyadari perannya adalah seorang anak
Ideal Diri
Pasien mengatakan dari ingin cepat sembuh dan ingin pulang
Harga Diri
Pasien mengatakan dirinya dihargai oleh keluarganya
c. Huungan Sosial
Orang Terdekat
Kakak dan orangtua
Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien tidak ada berperan serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat sejak sakit
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada hambatan dalam hubungan dengan orang lain di
sekitarnya
d. Spiritual
Kegiatan Ibadah
15
Semenjak dirawat klien mengatakan jarang melakukan ibadah
seperti shalat dan berzikir
6. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpenampilan tidak rapi, kuku pendek tapi kotor dan badan
klien bau
b. Pembicaraan
Klien tidak mampu memulai pembicaraan dengan lawan bicara,
cukup kooperatif namun nada bicara lambat dan pelan.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak gelisah saat diwawancara klien juga sering terlihat
mondar-mandir diruangan
d. Alam perasaaan
Klien mengatakan merasa sedih karna jauh dari keluarga dan
orantuanya. Klien khawatir terhadap apabila terjadi sesuatu pada
dirinya namun kekhawatirannya masih bisa dikotrol
e. Afek
Klien tampak labil pada saat dilakukan wawancara
f. Interaksi selama wawancara
Saat dilakukan interpeksi wawancara, klien sering diam dan
mudah tersinggung , klien meminta untuk wawancara dengan
orang lain
g. Persepsi
Klien mengatakan tidak ada mendengar atau melihat bayangan
atau suara yang tidak nyata
h. Proses pikir
Ketika diajak wawancara , klien menjawab pertanyaan dengan
berbelit- belit dan terkadang tidak nyambung dengan jawaban tapi
16
bisa sampai pada tujuan bahasan
i. Isi pikir
Klien terus bertanya kapan ia akan pulang dan diantar denagn
mobil kerumahnya. Klien tidak mengalami dipersonalisasi pikiran
magis ataupun waham
j. Tingkat Kesadaran
Klien mengatakan namanya tetap klien tempak sering bingung
pada saat dilakukan wawancara.
k. Memori
m. Kemampuan penilaian
17
b. BAB/BAK
Klien BAB ± 2x seminggu dan BAK ± 6X sehari. BAB dan BAK
klien selalu disiram dengan bersih
c. Mandi
Klien mandi 2x sehari dan klien mandi dengan benar jarang
menggosok gigi
d. Berpakaian/Berhias
Klien mengatakan sudah bisa berpakaian dengan benar. Namun
belum bisa berhias / bercukur sendiri
e. Istirahat/tidur
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat secara teratur selama dirumah sakit
Risperidon
Lorazepam
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan akan selalu minum obat sampai dirinya sembuh
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mandi tanpa dibantu orang lain.
i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah
Klien tidak memiliki pekerjaan. Klien sering berjalan keluar
rumah dan pulang pada malam hari
8. Mekanisme Koping
a. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain. Klien bisa
menyelesaikan masalah sederhana dengan bantuan orang lain
18
b. Koping maldaptif
Jika klien sedang pusing , klien sering marah tanpa sebab
19
10. Pengetahuan
Klien mengatakan tahu kondisinya saat ini dan pasien belum bisa benar-
benar mengontrolnya
Terapi Medik :
1. Risperidon : 2x1 mg
2. Lorazepam : 1x2 mg
3. Fe : 2x1 mg
No Data Masalah
1 DS: Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan
ia tidak suka
marah marah lagi
- Klien mengatakan
ia tidak memukul
orang
- Klien mengatakan jika
emosi menggepalkan
tagan
DO:
- Emosi klien masih labil
- Klien tampak waspada
- Klien tampak kesal jika
20
ditanya banyak-banyak
DO:
- Saat makan
masih berserakan
dan ada sisa- sisa
makanan dimulut
- Kuku tamapak
panjang dan kotor
- Klien mandi masih
disuruh, badan bau
B. RUMUSAN MASALAH
a. Daftar Masalah
1. Perilaku kekerasan
b. Pohon Masalah
21
1. Resiko Perilaku Kekerasan
C. RENCANA KEPERAWATAN
22
o Bicara ketus Edukasi
menurun o Anjurkan pengunjung
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
o Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
o Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis. Relaksasi,
bercerita)
2. Defisit Keperawatan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Perawatan Diri
Diri keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan perawatan o Identifikasi kebiasaan
diri meningkat dengan aktivitas perawatan
kriteria hasi : diri sesuai usia
o Kemampuan mandi o Monitor tingkat
meningkat kemandirian
o Kemampuan o Identifikasi
mengenakan kebutuhan alat bantu
pakaian meningkat kebersihan diri,
o Kemampuan berpakaian, berhias,
makan meningkat dan makan
o Kemampuan ke Terapeutik
toilet (BAB/BAK) o Sediakan lingkungan
meningkat yang terapeutik
o Minat melakukan (misal: suasana
23
perawatan diri hangat, rileks, privasi)
meningkat o Siapkan keperluan
pribadi (misal:
parfum, sikat gigi,
dan sabun mandi)
o Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
o Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
o Fasilitasi
kemandirian,bantu
jika mampu
melakukan perawatan
diri
o Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
o Ajak keluarga untuk
mendampingi dalam
melakukakan
perawatan diri
Edukasi
o Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
24
D. IMPLEMENTASI / TINDAKAN
25
- Melatih cara mengungkapkan perasaan secara
asertif
- Melatih mengurangi kemarahan secara verbal
dan nonverbal
26
- Mengajak keluarga untuk mendampingi dalam
melakukakan perawatan diri
E. EVALUASI
27
09.00 O : Klien tampak sudah tenang dan berbicara
dengan orang lain, klien dapat mengontrol
dengan melakukan kegiatan spiritual .
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
28
A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa menurut WHO atau World Health Organization (2016)
adalah ketika orang tersebut sehat dan bahagia mampu menghadapi tantangan
hidup dan mampu menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa
adalah pola prilaku atau psikologis seseorang yang dapat menyebabkan
penderita yang signifikan seperti gangguan fungsi sehari – hari dan penurunan
kualitas hidup (Stuart, 2013).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran Bagi Penulis Agar
dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan mengaplikasikan ilmu dan teori
yang diperoleh dijenjang perkuliahan khususnya pada pasien dengan defisit
perawatan diri .
DAFTAR PUSTAKA
29
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl-lilikadiir-6730-1-
babi.pdf (Diakses pada tanggal 27 April 2021 pukul 11.14 WIB)
https://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/VANY_ANGGRAINI_143110272_.pdf (Diakses pada
tanggal 27 April 2021 pukul 11.58 WIB)
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/108/jtptunimus-gdl-muslikha-5364-2-
babiik-k.pdf (Diakses pada tanggal 27 April 2021 pukul 12.02 WIB)
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/DINO_SAPUTRA.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/162/jtptunimus-gdl-hanindiasa-8081-2-
babiib-r.pdf (Diakses pada tanggal 27 April 2021 pukul 12:09 wib)
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2112/1/karya%20tulis%20ilmiah.pdf (Diakses
pada tanggal 27 April 2021 pukul 12:51 wib)
30