Anda di halaman 1dari 2

Nama : Indah R.

Pratiwi Nababan
Nim : 17.3241
Mata Kuliah : Teologi Sosial
Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Riris Johanna Siagian, M.Si
Laporan Bacaan dari Materi Evolusi Agama, Robert N. Bellah

1. Pendahuluan
Agama adalah sesuatu yang sakral dan dianggap suci oleh setiap penganutnya,
pendekatan seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh tokoh-tokoh agama agar tidak terjadi
eksklusivisme, inklusivisme dan pluralisme antar pemeluk agama. Dan usaha yang optimal
dari semua kalangan untuk bersinergi dalam suatu pranata sosial yang mengarah kepada
peradaban yang madani dan lebih baik antar pemeluk agama. Keberadaan agama telah ada
sejak zaman purbakala (primitif) hingga kini. Pertemuan antaragama dapat membawa suatu
transformasi keberimanan. Agama berada dalam suatu perjalanan perkembangan. Agama-
agama perlu bertemu dan saling berkembang untuk mewujudkan kehidupan dan keberimanan
yang lebih baik dari sebelumnya. perjumpaan agama satu dengan agama yang lain membawa
suatu perubahan sudut pandang dan penghormatan terhadap agama yang lainnya. agama
dalam perkembangannya merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia sebagai entitas
yang percaya terhadap Tuhan sebagai titik tertinggi dalam hidupnya.

2. Isi / Pembahasan
Agama merupakan sesuatu yang tetap selalu dan akan ada di dalam kehidupan manusia,
baik kapan juga dimanapun, sekalipun tampilannya tidak begitu jelas. Fakta memperlihatkan
bahwa agama merupakan sumber sekaligus kerangka peradaban manusia. 1 Setiap agama
berusaha mengungkapkan agama dan suatu agama. Setiap agama dalam dirinya terdapat
kebenaran dan sarana mencapai kebenaran, karena menekankan pada aspek tertentu dari
kebenaran sesuai dengan kebutuhan spiritual dan psikologis manusia, untuk siapa agama
ditakdirkan dan kepada siapa ditujukan. 2 Mengenai asal mula dan inti dari suatu unsur
universal seperti religi atau agama itu bergantung kepada penganutnya dan agama yang
mengajarkannya kepada umatnya.3 Terlepas dari perbedaan-perbedaan mengenai evolusi
agama yang ada, esensi agama-agama sesungguhnya sama, sebab sumbernya sama; yaitu

1
Walter H Capps, Religious Studies The.Making of a Discipline, (Minneapolis:.Fortress Press, 1995), Hal Xvii.
2
J. Dwi Narwoko dan Bagong, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.“Edisi Kedua”, (Jakarta: Kencana, 2007), Hal 247.
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI Press, 1985), Hal 10.
Yang Mutlak (Tuhan). Jika terjadi perbedaan bentuk, maka ia disebabkan oleh perbedaan
manifestasi dalam menanggapi Yang Mutlak.4 Fungsi dan kedudukan agama dalam
kehidupan manusia sebagai pedoman, aturan dan undang- undang Tuhan yang harus di taati
dan mesti dijalankan dalam kehidupan. Agama sebagai way of life, sebagai pedoman hidup
yang harus diberlakukan dalam segala segi kehidupan.5 Agama menyatukan anggota suatu
masyarakat melalui deskripsi simbolik umum mengenai kedudukan mereka dalam kosmos,
sejarah dan tujuan mereka dalam keteraturan segala sesuatu. Agama juga mensakralkan
kekuatan atau hubungan-hubungan yang terbangun dalam suku.6 Agama dalam
perkembangannya merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia sebagai entitas yang
percaya terhadap Tuhan sebagai titik tertinggi dalam hidupnya. Manusia berupaya memahami
segala bentuk hubungan dengan alam raya ini. Hal ini menjadi analisis awal agama dan
konsep Tuhan itu lahir dalam pemikiran manusia.7
Agama dalam kehidupan manusia sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri.
Sehingga agama itu tidak mungkin dapat dipisahkan dari sejarah manusia. agama
berkembang dari bentuk sederhana sampai modern.8 Pada masa lampau masing-masing
agama merdeka satu sama lain. Mereka masing-masing terpisahkan oleh batas daerah dan
konteks sejarahnya masing-masing. Pertemuan tersebut mengakibatkan munculnya
perlawanan antara agama yang satu dengan yang lain. Masing-masing berupaya untuk
menjadi dominan, menggantikan, dan menaklukan yang lain.9 Masalah agama tak akan
mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.10

3. Penutup
Pencarian manusia terhadap agama dan Tuhan tidak akan pernah berhenti pada keadaan
tertentu. Perkembangan pemahaman di atas menjadi bukti konkrit bahwa manusia itu
menemukan Tuhan berangkat dari pola yang sangat sederhana hingga pada pola yang sangat
maju, bahkan ilmu pengetahuan menjadi sandaran dalam mempersepsikan agama dan Tuhan.

4
Bambang Noersena, Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001), Hal 165-166
5
(Rousydiy : Rousydiy, T.A Lathief, Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Medan: Rambow), Hal 90-92
6
Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj. Imam Khoiri, (Yogyakarta : Pen. LkiS, 1999), Hal 271
7
Sardjuningsih, Teori Agama: Dari Hulu Sampai Hili, (Kediri: STAIN Kediri Press, 2013), Hal 1.
8
Alfred North Whitehead, Mencari Tuhan Sepanjang Zaman: Dari Agama Ketuhanan Hingga Agama Universal, terj. Alois
Agus Nugroho (Bandung: Mizan, 2009), Hal 6
9
Dahler, F. J. C, Asal dan Tujuan Manusia, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), Hal 56
10
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 1998) Cet, 3, Hal 223

Anda mungkin juga menyukai