Anda di halaman 1dari 17

TUGAS AKHIR SEMESTER

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


DIKAJI DALAM AGAMA-AGAMA

Disusun Oleh :

Nama : Indah R. Pratiwi Nababan


Nim : 17.3241
Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Petrus N. B. Pardede

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI HKBP PEMATANGSIANTAR


Jl. Sangnawaluh No. 6 Pematangsiantar
T.A 2020/2021
I. Pendahuluan
Ilmu akan berkembang sesuai dengan derajat perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan budaya masyarakat. Pergeseran atau perubahan ilmu pengetahuan ditentukan
oleh pergeseran gelombang yang tidak mampu menjawab atau merespon tentangan zaman
(anomaly). Dengan demikian, ilmu pengetahuan harus mampu menjawab tantangan zaman.
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.
Menyadari bahwa peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka
internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang
ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Kemajuan ilmu pengetahuan membawa perubahan yang sangat mendasar dalam konsep
ruang. Pada masa sebelum ini konsep ruang bagi keberadaan manusia terbatasi oleh batas-
batas geografis, batas negara dan budaya. Kini batas-batas itu sudah tertembus dan akibatnya
tidak ada peristiwa yang terisolasi secara geografis. Ini mempunyai implikasi mendalam
dalam banyak hal yang berkaitan dengan keyakinan keagamaan.
Perkembangan teknologi di Era sekarang ini sangat pesat. Berbagai kemajuan teknologi
dapat kita peroleh dengan sangat mudah. Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya
perkembangan teknologi komunikasi antar manusia dapat dilakukan dengan berbagai alat
sarana, salah satunya alat komunikasi yang banyak digunakan saat ini adalah internet,
handphone, twitter, facebook, dan kompasiana. Manusia dan teknologi adalah dua kata yang
tak bisa dipisahkan pada era modern pada saat ini. Kita tahu bahwa perkembangan teknologi
yang sangat pesat saat ini, seakan-akan memudahkan dan memanjakan manusia dalam
menjalankan aktivitas kehidupannya. Hubungan manusia dan teknologi ini bisa temui
disetiap aktivitas yang kita lakukan, Manusia tak akan pernah lepas dari sebuah Teknologi.
Sehingga Teknologi saat ini, merupakan bagian dari kebutuhan pokok yang harus wajib
dirasakan dan dinikmati manfaatnya, selain kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, dan
papan. Berkembangnya Teknologi yang semakin pesat saat ini, hal itu tak lepas dari peranan
manusia itu sendiri dalam menciptakan Teknologi-Teknologi yang Baru.
Kebutuhan manusia akan sebuah teknologi baru guna memudahkan manusia dalam
beraktivitas merupakan faktor utama terciptanya teknologi baru. Gaya konsumtif manusia
terhadap sebuah teknologi yang sangat besar inilah, sehingga mendorong manusia-manusia
itu sendiri untuk menciptakan alat teknologi baru. Oleh Karena atas dasar hal inilah,
perkembangan teknologi baru merupakan simbol dari titik majunya peradaban manusia. Dan
hal inilah yang juga menjadi faktor agar manusia dituntut untuk belajar dan memanfaatkan
teknologi itu sendiri, jika ia tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman.

II. Isi / Pembahasan


A. IPTEK secara umum
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai tanggung jawab atas hal-hal yang akan
diakibatkan dari perkembangannya di masa lampau, kini, dan yang akan datang yang
berdasarkan keputusan bebas manusia dalam menggunakannya. Penemuan-penemuan yang
kini tersedia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengubah suatu tatanan hidup
manusia dan alam. Hal ini tentu nya menuntut suatu tanggung jawab lebih supaya dapat
mempertahankan apa yang dihasilkan dalam perubahan tersebut, perubahan yang positif bagi
keberlangsungan iptek begitu pula untuk kemajuan kehidupan manusia supaya mencapai
tingkat yang sempruna.
Nilai etis tidak bertanggung jawab atas penerapannya saja dengan benar di dalam
hidup seorang individu. Tetapi memahami mana itu yang boleh dikerjakan ataupun
sebaliknya untuk memperkokoh eksistensi manusia, mau itu dengan sendirinya, lingkungan
sekitar, maupun yang punya tanggung jawab terhadap Tuhan. Selain meningkatkan, iptek
juga bisa menghambat keberadaan manusia, karena ilmu pengetahuan dan teknologi
dilakukan manusia dan untuk kepentingannya juga dalam kebudayaannya. Maka dari itu
dalam penggunaanya dibutuhkan sikap dewasa, yaitu mengetahui mana yang baik dan yang
tidak. Kedudukan iptek menjadi sarana untuk membantu manusia menjangkau pemahaman
yang mendalam tentang martabat dirinya, iptek bukan hanya untuk mengembangkan diri
manusia, tapi buah dari pemikiran dan ide-ide luar biasa manusianya sendiri.1
IPTEK merupakan dasar dan pondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban
moderen barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat
penguasaan bangsa itu terhadap IPTEK. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki
keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan
mengembangkan IPTEK. Bisa dimengerti bila setiap bangsa di muka bumi sekarang ini,
berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan dan pengembangan iptek, dan
Diakui bahwa IPTEK disatu sisi, telah memberikan “berkah” dan anugrah yang luar biasa
bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, IPTEK telah mendatangkan “petaka” yang

1
2 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Hal 83-84
pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang IPTEK telah
menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan ummat manusia.2

B. Kelebihan dan Kelemahan IPTEK


1. Kelebihan
- Kita bisa mengetahui informasi yang paling terkini tentu saja bisa membantu kita
dalam bidang pendidikan ekonomi maupun politik.
- Membantu kehidupan manusia dalam berhubungan satu sama lain
- Memudahkan berkomunikasi membantu sarana dalam menimba ilmu bagi pelajar
- mempercepat arus informasi, mempermudah, akses terhadap informasi terbaru media
sosial
2. Kelemahan
- Banyak tindakan kejahatan dalam media sosial sering disalah gunakan, banyaknya
situs-situs pornografi
- Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas).
- Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa
disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu.
- Kerahasiaan alat tes semakin terancam melalui internet kita dapat memperoleh
informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi
secara langsung dari internet.
- Kecemasan teknologi Selain itu ada kecemasan skala kecil akibat teknologi komputer.
- Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
kriminal.

C. IPTEK dalam Agama-Agama


1. Agama Hindu
Dalam ajaran Hindu, setiap manusia dilahirkan dalam kondisi awidya (tidak
berpengetahuan) kemudian dalam perjalanannya mulai berproses menuju widya
(berpengetahuan). Tentu saja dalam proses perjalanan dari awidya menuju widya, banyak hal
yang dilalui setiap individu. Dia menjadi berpengetahuan melewati berbagai proses
pengalaman dan juga dialog dengan orang lain. Widya tentu saja bukan semata
berpengetahuan, tapi lebih tepatnya adalah pengetahuan yang benar. Menjadi individu yang

2
Bangli, I. B. Putu, Sejarah Perkembangan Agama Hindu, (Surabaya: Paramita. Arwati, Ni Made Sri, 2008),
Hal 56
„widya‟, tentu saja menjadi harapan setiap insan, karena dengan pengetahuan yang
dimilikinya manusia di manusiakan.ini pula sebabnya, satu hal yang tidak boleh ditunda
dalam Hindu adalah „Kapetaning Widya„ atau mencari ilmu pengetahuan. Dalam rangka
mencari pengetahuan yang benar inilah, Hindu (Nyaya Darsana) memberikan 4 pedoman
pengamatan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar 4 pedoman ini disebut dengan
“Catur Pramana”.3
Bhagawadgita IV.33. “ilmu pengetahuan sebagai yajna, lebih unggul dari pada yajna
material apapun, wahai Pramtapa (Arjuna), karena segala kegiata kerja tanpa kecuali
memuncak dalam kebijasanaan, wahai Partha (arjuna). Tujuan ilmu pengetahuan adalah
kebijaksanaan hidup yang meberikan kebebasan dari kegiatan kerja dan kelesapan berbagai
belenggu kerja. “belajarlah, bahwa dengan sujud bersembah, dengan bertanya dan dengan
pelayanann orang-orang bijaksana yang telah melihat kebenaran mengajarmu dalam ilmu
pengetahuan” (IV.34) Kita harus rajin mempelajari, menuntu ilmu pengetahuan tak terbatas
umur maupun waktu, seperti dinyatakan pada pustaka suci dan setelah berhasil memiliki
berbagai macam ilmu pengetahuan, maka kita diwajibkan bekerja dengan giat mengamalkan
ilmu pengetahuan itu untuk melenyapkan awidya (kebodohan) lahir bathi.
Dalam mengamalkan ilmu pengetahuan ini hendaknya kita persembahkan sebagai
suatu yadnya kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa Dewi Saraswati adalah Dewinya ilmu
pengetahuan. Manusia wajib memiliki Sraddha (keyakinan, keimanan) yang kuat baik kepada
Tuhan, mauoun kepada dirinya sendiri. Sebagai seorang brahmacari atau penuntu ilmu
pengetahuan hendaknya rajin sera berusaha keras untuk memiliki ilmu pengetahuan terutama
mengenai ketuhanan. Setelah ilmu pengetahuan didapat, selanjutnya bekerja dan amalkanlah
imu itu sebagai yadnya maupun bhakti kehadapan Tuhan Ynag Maha Esa (sang Hyang Widhi
Wasa). Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang
harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang
Ilmu Pengetahuan (jnana) akan memperoleh kesejahteraan, ketenangan dan kebahagian.
Ilmu pengetahuan memberikan bimbingan, pertimbangan terhadap yang baik dan buruk.
Pengetahuan berasal dari kata Jnana yang artinya: pengetahuan, Jnana Marga artinya jalan
pengetahuan, demikian pula Jnana Yoga artinya usaha untuk menghubungkan diri dengan
Tuhan Yang Maha Esa melalui pengetahuan. Jnana Marga Yoga adalah jalan dan usaha untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai kebahagiaan sejati
melalui pengetahuan.4

3
I ketut Subagiasta, Pengantar Acara Agama Hindu M. Buku Bali, (Surabaya: Paramita), Hal 118
4
Titib, I Made, Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan, (Surabaya: Paramita, 1997), Hal 88
2. Agama Budha
Ilmu pengetahuan (science) secara aksara berarti pengetahuan (knowledge). Secara
sederhana, ilmu pengetahuan itu dapat kita terangkan sebagai ilmu pengetahuan tentang
kesunyataan (truth) yang berisi pemahaman terhadap alam semesta yang haruslah dapat kita
definisikan seteliti dan sepenuh mungkin serta yang kita capai pemahamannya melalui
penggunaan indra-indra penerima, anggotaanggota tubuh, serta otak kita secara serempak. Itu
adalah pengenalan atau pemahaman yang menyangkut penggunaan semua kemampuan
manusia dan usaha-usaha bijak dan seteliti mungkin yang telah dipikirkan secara mendalam
terhadap semua bukti-bukti mengenai alam semesta dan isinya, termasuk diri kita.
Agama Buddha mengajarkan bahwa dalam hidupnya manusia akan selalu mengalami
keempat hal, yaitu: kelahiran, sakit, usia tua, dan kematian. Keempat hal ini disebabkan oleh
perbuatan seseorang yang berakar dari nafsu keinginan, salah satu contoh dari nafsu
keinginan tersebut adalah: nafsu birahi. Hubungan antara penderitaan seseorang dengan
perbuatannya adalah, bahwa dengan melakukan suatu perbuatan dengan ucapan, perbuatan
dan pikiran maka seseorang akan mengalami tumbal lahir dan menuai hasil dari perbuatannya
itu. Oleh sebab itu dalam ajaran agama Buddha manusia diajak untuk melenyapkan nafsu
keinginan mereka dalam rangka mencapai pencerahan batin dan mencapai keBuddhaan agar
supaya penderitaannya terhenti.5
Manusia memiliki kecenderungan sifat mudah berubah, tertarik, atau tergoda oleh hal-hal
yang berada di sekitar lingkungannya. Bila manusia telah terjerumus pada hal-hal yang tidak
baik itu, biasanya ia tak memedulikan lagi akibat yang ditimbulkannya. Kecuali dapat
merusak dirinya sendiri, perilaku yang ditimbulkan juga dapat merusak ketenangan dan
ketenteraman di lingkungannya. Dengan adanya sila, manusia akan dapat terhindar dari hal-
hal yang tidak baik sehingga sila menjadi suatu benteng moral yang utama bagi dirinya
sendiri. Agama Buddha itu bukan merupakan religi atau filosofi yang sifatnya seperti religi
atau filosofi lain-lainnya. Agama Buddha itu tidak seperti disiplin akademis yang hanya
menggunakan kata-kata dan lambang-lambang. Di dalam Buddhisme, Sang Buddha itu tidak
didewa-dewakan oleh para penganutnya. Ajaran Sang Buddha bukan berasal dari sumber
yang sifatnya ekstrasensoris. Walaupun sangat luar biasa kehebatannya, Sang Buddha adalah
tetap manusia biasa dan kemampuannya juga merupakan hasil belajarnya dengan
mempergunakan semua yang dapat beliau gunakan: indra-indra reseptornya, anggota-anggota

5
Tjahjadi & Dhammika, Dasar Pandangan Agama Budha, (Majapahit Jakarta : Indonesian Heritage Society,
1990), Hal 30
tubuhnya, dan otaknya. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa Buddhisme itu membicarakan
pengetahuan yang sama seperti yang dibicarakan oleh ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan
yang dapat didekati oleh manusia.
Ilmu pengetahuan tidak pernah bertentangan dengan Buddhisme karena ajarannya yang
bersifat Ilmiah. Asas-asas Buddhisme dapat dipertahankan dalam keadaan apa pun tanpa
mengubah gagasan dasar. Ajaran Buddha dihargai sepanjang masa oleh para cendikiawan,
ilmuwan, ahli filsafat, kaum rasionalis, bahkan para pemikir bebas. Ajaran Buddha menganut
metode ilmiah dan menjalankannya sampai pada suatu kepastian yang dapat disebut
rasionalistik. Ajaran Buddha membahas sampai di luar jangkauan ilmu pengetahuan karena
keterbatasan peralatan mutakhir. Ajaran Buddha adalah ajaran mengenai “Penaklukan
Pikiran.”
Dalam khotbahnya tentang berkah utama (Manggala Sutta), Sang Buddha menjelaskan
bahwa “Memiliki pengetahuan yang luas dan keterampilan adalah berkah utama”.
Pengetahuan yang luas dan keterampilan adalah suatu bekal yang sangat berguna bagi
kehidupan umat manusia yang hidup dengan berbagai tantangan persoalan kehidupan.
Seyogianya, setiap orang berusaha sedapat mungkin untuk mempunyai, menggunakan, serta
mengembangkan ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan seni yang telah dimiliki
secara baik. Seseorang semakin banyak mempunyai ilmu pengetahuan, menguasai teknologi,
dan menguasai seni semakin mudah pula ia dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dengan
baik, memiliki keterampilan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal ini juga
merupakan salah satu segi yang dapat meningkatkan taraf hidup seseorang. Betapa besar
manfaat bagi kehidupan umat manusia dari pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni tersebut. Kemampuan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam Manggala
Sutta disebut sippa.
Dalam arti yang luas, sippa adalah mencakup semua keterampilan, keahlian, dan
kepandaian dalam segala bidang penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Istilah
sippa dalam khotbah Sang Buddha pada Manggala Sutta dapat diterjemahkan sebagai
keterampilan. Keterampilan yang dimaksudkan dalam hal ini terbatas pada jenis keterampilan
yang dipergunakan demi manfaat dan kepentingan diri sendiri maupun orang banyak. Jenis
keterampilan ini tentu tidak melanggar tatanan atau norma moral dan etika yang dibentuk
oleh masyarakat, negara, dan agama. Keterampilan ini tidak merusak kehidupan manusia dan
tidak mendatangkan mara bahaya. Memiliki keterampilan bagi seseorang akan sangat
bermanfaat bagi hidupnya dan tidak ternilai harganya. Memiliki keterampilan bagaikan
memiliki harta karun yang sangat aman. Memiliki keterampilan adalah suatu harta yang tidak
mungkin dapat dicuri orang lain. Menggunakan keterampilan dengan baik dan benar mampu
memberikan kebahagiaan bagi kehidupannya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain serta
masyarakat luas. Mampu menggunakan keterampilan dengan baik dan benar akan
memberikan manfaat yang baik dalam kehidupan sekarang maupun dalam kehidupan masa
yang akan datang. Karena alasan inilah, mempunyai keterampilan adalah berkah utama atau
manggala. Manggala berarti berkah.6

3. Agama Kristen
Tuhan menghendaki manusia bukan hanya sekadar menjadi pengumpul informasi
melainkan pemikir yang dewasa. Kepada jemaat Korintus, Paulus berkata, “Janganlah sama
seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang
dewasa dalam pemikiranmu!” (1Kor. 14:29). Dan lebih dari itu, Tuhan juga menghendaki
manusia mengejar dan mencintai hikmat yang lahir dari sikap takut akan Dia, dan bukan
hanya sekadar mendapatkan pengetahuan yang banyak (Ams. 1, 3,4:7; 9:10; Yak. 1:5).
Dalam rangka untuk memperoleh hikmat dan pengertian akan kebenaran, Tuhan juga
memerintahkan manusia untuk meng ingat setiap firman-Nya dan perbuatan perbuatan-Nya
yang telah dikerjakan-Nya di dalam kehidupan mereka (Ul. 6; Yos. 1; Mzm. 1; Luk. 22:1).7
Teologi dan sains adalah dua bidang besar dalam peradaban manusia. Kajian ini akan
menjelaskan teologi dan sains tempat manusia, secara khusus umat Kristen yang merupakan
subjek pengguna di dalamnya. Dalam Surat Apostoliknya mengenai Paus Yohanes Paulus II
mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hasil yang indah dari kreativitas
manusia, yang diberikan Allah. Itu artinya sebagai umat Kristiani tidak didorong untuk tidak
antipati terhadap teknologi namun bagaimana menggunakan teknologi tersebut dengan bijak
sehingga dapat memuliakan nama Tuhan melalui seluruh perkembangan dan kreasi-kreasi
teknologi yang ada. Tuhan menciptakan teknologi dengan kebijaksanaan-Nya demi kebaikan
semua sehingga setiap orang, secara khusus umat Kristiani mesti menggunakannya dengan
bijaksana pula (bdk. Mazmur “Betapa banyak perbuata-Mu, ya Tuhan, sekaliannya
Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu”
Karena teknologi diciptakan oleh manusia dengan kemampuan yang diberikan oleh
Tuhan (dengan kata lain adanya teknologi merupakan kehendak Tuhan) maka tuntutan bagi
semua orang khususnya orang Kristiani adalah menggunakan teknologi dengan
6
TAnumihardja, Sapardi, Heryno, Buku Ajar Mata Kuliah Wajin Umum Pendidikan Agama Budha, (Dirjen
Kemenristek RI, 2016), Hal 170-186
7
Bambang Sugiharto, “Agama dan Sains” dalam Bartolomeus Samho, dkk (Peny.), Agama dan Kesadaran
Komtemporer (Yogyakarta: Kanisius, 2009), Hal 143.
memperhatikan keutuhan ciptaan. Pengetahuan yang diberikan kepada manusia dimaksudkan
agar manusia membangun kesadaran dari dalam dirinya tentang kebaikan dan kebijaksanaan
Tuhan dalam setiap kreasi dan inovasi dalam hal sains dan teknologi. Dengan kesadaran itu,
manusia akan mampu menggunakan segala ilmu pengetahuan dan teknologi terarah pada
kemuliaan Tuhan, dengan etika dan tujuan yang baik, membantu orang lain menyadari
kebaikan Tuhan dan mengolah bumi dengan penuh tanggung jawab. Ini merupakan panggilan
manusia sebagai rekan kerja Allah di dunia terutama umat Kristiani yang sedari awal
mengemban tugas-tugas kenabiaan sebagai murid Kristus.8
Tuhan bersukacita dalam segala karya-Nya (Mazmur 104:31). Hikmat ini harus
menjangkau dan menjadi inspirasi relasi yang harmonis ketika manusia mengaplikasikan
teknologi yang ditemukan dengan lebih efisien dan efektif. Efisien dan efektif boleh
dipahami dalam dimensi, bahwa “teknologi ini bisa menjadi sarana untuk memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan, dengan meningkatkan pengembangan manusia seutuhnya,
menciptakan dunia yang dikuasai oleh keadilan, kedamaian dan kasih.9
Pertama, Alkitab mengingatkan bahwa manusia bukan hanya sekadar objek yang
dapat digunakan semaunya untuk kepentingan yang egois. Setiap kita telah diciptakan dengan
unik menurut gambar Allah dan untuk maksud yang telah Dia tetapkan. Pemazmur sangat
menyadari hal ini ketika mengatakan, “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku
dahsyat dan ajaib mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya
tertulis hari-hari yang akan dibentuk sebelum ada satupun daripadanya” (Mzm. 139:13-16).
Karena itu, setiap orang tidak boleh di-depersonalisasi-kan menjadi hanya sekadar data
digital 1 atau 0. Kedua, Tuhan menghendaki umat-Nya hidup berintegritas (Mi. 6:8; Ams.
12:22; 21:3). Antara apa yang dikatakan dan dilakukan, antara apa yang diperbuat di dunia
maya maupun di dunia nyata, antara apa yang dilakukan di dunia publik maupun di dunia
pribadi seorang diri, haruslah sejalan dengan kebenaran. Bahkan, Tuhan menilai setiap
perkataan dan tindakan yang kita perbuat menurut standar kebenaran dan kekudusanNya (Im.
19:2; Mat. 5:48; 1Ptr. 1:15-16).
Diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar
Khaliknya” (Kol. 3:10). Selain menjadi penurut-penurut-Nya, Allah juga menghendaki
manusia menolak dan menjauhkan diri dari dusta/kebohongan, sebagai manifestasi dosa dan
kejahatan. Jika kebenaran secara inheren ada di dalam diri Allah maka dusta secara inheren

8
Warga Gereja Merespon Revolusi Media Sosial, (Jakarta: PGI, 2018), Hal iii.
9
Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), Hal 17
ada di dalam diri Iblis (Yoh. 8:44). Berdusta merupakan kejijikan bagi Allah karena hal itu
mencemooh kebenaran-Nya. Di tengah masyarakat yang sangat ceroboh dalam hal
menyatakan kebenaran, anak-anak Allah sebaliknya dipanggil untuk mengimitasi Sang
Pencipta, serta menjaga dengan sungguh-sungguh bagaimana kehidupan dan perkataannya
selalu mencerminkan kebenaran (Za. 8:16; Ef. 4:25).
Alkitab sebagai firman Tuhan yang berotoritas dalam kehidupan orang percaya
memberikan beberapa pedoman bagi kita bagaimana bersikap dan menjalani kehidupan di
tengah dunia yang sarat dengan teknologi informasi. Pertama, Tuhan menghendaki umat-Nya
menghindari pendekatan yang instan dan pragmatis di dalam menjalin relasi, namun
sebaliknya, berjuang membangun relasi yang tulus dan sehat secara muka dengan muka
dalam sebuah komunitas. Kedua, Tuhan berkehendak agar umat-Nya mengejar dan mencintai
hikmat yang lahir dari sikap takut akan Dia, dan bukan hanya sekadar mendapatkan
pengetahuan yang melimpah yang ditawarkan oleh teknologi informasi. Ketiga, Tuhan ingin
agar umat-Nya untuk menjadikan karakterNya yang tidak berubah serta firman-Nya yang
berotoritas sebagai sumber dan standar kebenaran yang sejati untuk menilai segala jenis
informasi yang mereka terima. Keempat, Tuhan menghendaki umat-Nya memperlakukan
sesama manusia dengan semestinya sebagai gambar Allah dan menggunakan teknologi
informasi dengan berintegritas.10

4. Agama Islam
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi dari konsep
ilmu dalam Al Qur‟an yang menyatakan bahwa hakikat ilmu itu adalah menemukan sesuatu
yang baru bagi masyarakat, artinya penemuan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui orang
11
Allah SWT telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan segala aktivitas
yang positif asalkan manusia itu memiliki kekuatan. Dalam firmanNya dijelaskan “Hai jin
dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” Allah SWT juga telah
menggariskan bahwa di antara manusia itu diciptakan berbeda jenis kelamin, berbeda suku,
dan kelompok yang dimaksudkan untuk saling mengenal atau ta’aruf.
Kekuatan yang tercantum di dalam surah ar-Rahman dan saling mengenal dalam surah
al-Hujurat mengandung makna perlunya sarana teknologi atau alat yang canggih sehingga
10
Paus Yohanes Paulus II, Gereja dan Internet, Etika dalam Internet, Perkembangan Cepat, RP. F.X
Adisusanto, SJ (terj). (Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2019), Hal 4
11
Imam Mushoffa, dan Aziz.Musbikin, Hakikat IPTEK dalam Pandangan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2001), Hal 131
memudahkan untuk menemukan kekuatan dan sarana untuk melakukan perkenalan atau
komunikasi. Kekuatan mengandung makna pengetahuan dan juga produk pengetahuan yang
menjadikan manusia mampu melakukan berbagai aktivitas atau menembus angkasa.
Kekuatan bisa berarti produk ilmu berupa tehknologi yang cangih yang memudahkan dan
mempercepat aktivitas manusia dalam mencapai cita-cita. Ta’aruf atau kemampuan saling
mengenal antara satu dengan lainnya juga diperlukan sarana atau alat yang memudahkan
antar manusiaa melakukannya.12
Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untu tiap ciptaan itu
sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk cair mendidih bila
dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es bila didinginkan sampai 0 C.
Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu diciptakan dan manusia secara bertahap
memahami ciri-ciri tersebut. Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang
dinamakan “sunnatullah”. Dari Al Qur‟an dapat diketahui banyak sekali ayat yang
memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam semesta, mengkaji dan meneliti ciptaan
Allah13) Disinilah sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu pengkajian
terhadap sunnatullah secara obyektif, memberi kemaslahatan kepada umat manusia, dan yang
terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-nilai keislaman. Allah SWT.
Secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik dalam bentuk uraian
maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu‟jizat para Rasul. Manusia yang berusaha
meningkatkan daya keilmuannya mampu menangkap dan mengembangkan potensi itu,
sehingga teknologi Ilahiyah yang transenden ditransformasikan menjadi teknologi manusia
yang imanen.14 Menurut Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan tidak bisa diislamkan karena tidak
ada yang salah di dalam ilmu pengetahuan. Masalahnya hanya dalam penggunaan ilmu
pengetahuan saja, atau dengan kata lain hanya dalam masalah aksiologi saja. Fazlur Rahman
bahkan berkesimpulan bahwa "kita tidak perlu bersusah payah membuat rencana dan bagan
bagaimana menciptakan ilmu pengetahuan Islami. Lebih baik kita manfaatkan waktu, energi
dan uang untuk berkreasi." Bagi Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan itu memiliki dua kualitas,
“seperti senjata dua sisi yang harus dipegang dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab, ia
sangat penting digunakan dan didapatkan secara benar.” Baik dan buruknya ilmu
pengetahuan bergantung pada kualitas moral pemakainya.15

12
M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW: Dalam Sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits
Shahih, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), Hal 33
13
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1981), Hal 203.
14
Soejoeti, Zalbawi, et.al, Al-Islam & Iptek, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Hal 45
15
Nata 2008, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), Hal 420
Pesatnya perkembangan IPTEK di era globalisasi, pendidikan Islam harus bisa
menyiapkan generasi bangsa yang siap bersaing dan memiliki cara berpikir secara
komprehensif yang senantiasa dijiwai nilai-nilai agama yang konsisten (teologis humanistik).
Hal ini dalam rangka mengantisipasi pengaruh perkembangan IPTEK yang berdampak
kurang baik terhadap moralitas dan kemunduran peradaban bangsa.

5. Agama Konghucu
Tokoh yang erat kaitannya dengan kebudayaan Cina adalah Konfusius akan tetapi ada
juga y ang menyebutnya dengan nama Kung Fu Tzu atau Kung sang Guru. Kong Hu Cu
adalah seorang ahli Filsafat Cina yang terkenal sebagai pengembang sistem memadukan alam
pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan
perorangan dan gagasan bagi pemerintah agar melaksanakan pemerintahan dan melayani
rakyat dengan teladan berperilaku yang baik. Ajaran Kong Hu Cu mengandung unsur
pembentukan akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok. Kong Hu Cu selalu menghindari
pembicaraan tentang metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal yang ajaib. Namun ia
tidak meragukan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya.16
Menurut ajaran Konghucu semua manusia ketika dilahirkan ke dunia membawa kodrat
sebagai makhluk yang pada hakikatnya baik adanya. Kodrat manusia yang baik itu disebut
Xing atau watak sejati. Xing adalah benih yang harus ditumbuhkembangkan. Manakala
terdapat badan manusiawi, maka terdapatlah Xing yang utamanya adalah hati yang bercinta
kasih. Cinta kasih adalah hati manusia. Agar Xing dapat berkembang dan manusia menjadi
makhluk yang sempurna, maka manusia harus senantiasa berada dalam jalan kebenaran (jalan
suci). Karena manusia mempunyai sifat hewani yang apabila tidak dikendalikan merupakan
sumber kelemahan, maka manusia memerlukan suatu tuntunan agar manusia hidup di dalam
kebenaran. Tuntunan ke dalam Jalan Kebenaran (Suci) itulah yang disebut Agama.12
Manusia haruslah memanusiakan dirinya. Caranya dengan mengembangkan benih-benih
kebajikan yang sudah ada dalam watak sejatinya yang antara lain mempunyai kualitas Jien
(cinta kasih). Yong dan Gie (berani menegakkan kebenaran, karena mampu membedakan
mana yang benar dan mana pula yang salah). Lee (kesusilaan/mengenal ketertiban dan
hukum), ti (hikmat kebijaksanaan) dan sien (tulus ikhlas/dapat dipercaya).17

D. Hubungan IPTEK dengan keberadaan agama-agama

16
Huston Smith, Agama-agama Manusia, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1985), Hal 210-213.
17
HM. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, (Jakarta: Golden terayon Press, 1998), Hal 31-32
Ilmu pengetahuan (sains) dan ilmu agama (Islam) kadang menimbulkan distorsi,
sebagian orang memahami bahwa sains bersifat rasional, empiris, positif, dapat diobservasi,
terukur, dan dapat diuji. Di sebagian yang lain memahami bahwa agama bersifat ghoib,
supranatural, melampaui fisik, tidak empiris, dan metapositif. Atas dasar itulah maka agama
kemudian dianggap sebagai sesuatu yang bersifat metafisik, metaempiris, dan metapositif.
Dalam perkembangan berikutnya pandangan yang memisahkan antara sains dan agama
itu dipersoalkan, karena antara keduanya ada titik temu yang saling melengkapi dan
menguatkan. Persinggungan antara ilmu pengetahuan dan dan ilmu agama telah menjadi
bahan pembicaraan yang hangat, dalam berbagai diskusi menjadi topik yang menarik bagi
beberapa kalangan, terutama akademisi. Pemahaman sebagian orang tentang ilmu
pengetahuan dan ilmu agama terkadang kurang pas, hal ini terjadi karena adanya pandangan
mereka tentang ilmu pengetahuan dan ilmu agama itu yang tidak utuh, masing-masing
dipahami secara terpisah, sehingga seakan-akan antara keduanya adalah sesuatu yang berbeda
dan tidak bisa dipertemukan.
Sebagian orang memahami bahwa agama sebagai citarasa terhadap hal-hal yang
bersinggungan dengan misteri, karena antara manusia dengan agama seringkali terjadi
persinggungan yang yang bersifat batiniah luar biasa dan mampu memberikan kepuasan yang
amat, sebagai sesuatu yang mengarah pada hal-hal yang bersifat transenden. Di sisi lain, ilmu
pengetahuan modern (sains) telah menunjukkan keberhasilannya yang gemilang dalam
berbagai aspek kehidupan manusia yang maju dan terukur, terutama sejak terjadinya
renaisan, dimana ilmu pengetahuan berhasil mempercepat dan mempermudah manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya . Relasi ilmu pengetahuan
Jika dalam hal realitas empirik dan agama terjadi pertentangan, maka ada dua
kemungkinan; yaitu: (1) ilmu pengetahuan (sains) dan agama belum menemukan kebenaran
final (masih dalam proses berkembang),atau (2) pemahaman manusia terhadap wahyu qawlî
belum menemukan pemahaman yang tepat sesuai ilmu Allah dimaksud pengembangan ilmu
agama dan ilmu pengatahuan oleh masing-masing ahlinya ditemukan hubungan antara
keduanya bersifat dikotomis, dialogis, paralel, harmonis, bahkan konflik atau integrasi.
Kesemuanya itu sangat tergantung pada sikap dan kedalaman suatu paradigma yang
digunakan.
Jika pengembangan suatu ilmu itu rigid dan tidak menoleh ke arah ilmu yang lain, tidak
saling tegur sapa, maka hubungan keduanya akan cenderung bersifat dikotomis. Tetapi jika
pengembangan keduanya dapat saling tegur sapa, saling memahami, maka akan terjadi
bentuk dialog, paralel, dan harmoni, bahkan integrasi. Relasi ilmu pengetahuan dan agama
melahirkan integrasi dan interkoneksi keimuan yang menggambarkan adanya penyatuan atau
pemaduan (integrasi) dan penghubungan (interkoneksi) antara ”ilmu pengetahuan umum
(sains)” dan ”ilmu pengetahuan agama”. Dalam perspektif lain, integrasi dan interkoneksi
sains dan agama dapat dipahami sebagai upaya untuk mempertemukan dan mendialogkan
antara ilmu pengetahuan dengan agama. integrasi ilmu pengetahuan dan agama dipahami
sebagai langkah strategis untuk mempertemukan khazanah dua keilmuan secara sinergis.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di Indonesia, seperti halnya di
negara-negara berkembang lainnya, tumbuh dalam cangkokan budaya. Ini berarti bahwa pola
pikir, tata nilai dan pola hidup yang asli tidak dengan sendirinya dapat sejalan dan
mendukung terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
tersebut. Membanjirnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari luar ke dalam pasaran
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa diimbangi dengan kepribadian yang kuat atau
orientasi dan sikap yang utuh (integrated) dalam menghadapi secara baik dan tepat, akan
menimbulkan bentuk dan pola hidup yang ‘alienated’ (terasing).
Secara garis besar tantangan-tantangan agama dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Terdapat kecenderungan perubahan sistem nilai meninggalkan sistem nilai yang telah
ada (agama). Standar-standar kehidupan dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan yang
berpijak pada materialisme dan sekulerisme. Inilah yang kemudian menjadi titik
sentral problem modernisasi yang menjadi akar timbulnya problem-problem di semua
aspek kehidupan manusia, baik aspek sosial, ekonomi, budaya maupun politik.
2. Adanya dimensi besar dari kehidupan masyarakat modern yang berupa pemusatan
pengetahuan teoritis. Ini berarti bertambahnya ketergantungan manusia pada ilmu
pengetahuan dan informasi sebagai sumber strategis pembaruan. Tidak terpenuhinya
kebutuhan ini akan menimbulkan depersonalisasi dan keterasingan dalam dunia
modern.18

III. Refleksi
Kita perlu memilah-milah manakah informasi yang penting, dibutuhkan dan
bermanfaat untuk diketahui serta manakah yang boleh diabaikan. Dalam rangka memilah-
milah ini, kita juga perlu mengurangi dan membatasi sumber-sumber informasi itu untuk
menginterupsi hidup dan menyita waktu kita. Karena semakin banyaknya informasi juga

18
Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode, Epistemologi, dan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), Hal 45
tidak menjamin manusia menjalani hidup yang lebih baik maka kita perlu menekankan
kualitas daripada kuantitas. Alangkah baiknya kita memberi waktu yang lebih banyak untuk
mengolah, menganalisis dan memikirkan setiap informasi itu menjadi pengetahuan yang
membuat kita makin berhikmat di dalam menjalani hidup sehari-hari. Kepribadian memiliki
peran penting dalam menghadapi lingkungan yang memiliki berbagai budaya yang berbeda-
beda. Sikap dan praktek toleransi terhadap semua orang yang harus dikembangkan oleh orang
percaya ditengah masyarakat majemuk sesuai pengajaran Tuhan Yesus Kristus adalah
mengasihi semua orang seperti diri sendiri. “Kasih adalah undang-undang Dasar Kerajaan
Allah. Kasih tidak dapat berbuat jahat kepada sesama manusia merupakan petujuk dan
tuntunan hidup sehingga orang Kristen terhindar dari perbuatan jahat dan aksi intoleransi.
Menerima perbedaan dan memahami bahwa sesama sebagai anugerah Allah adalah
bentuk toleransi tertinggi. Terkadang kita sering sepele dengan orang yang disekitar kita.
Merangkul perbedaan adalah menyatukan segala hal yang akan memecah belah kita. Sesuai
dengan judul saya “Tanpa adanya perbedaan tidak ada persatuan yang indah”. Pelangi saja
Tuhan ciptakan untuk menghasilkan sebuah mahakarya yang luar biasa cantiknya,
demikianlah Tuhan memberikan perbedaan kepada sebagai warna yang mempercantik siklus
kehidupan manusia.

IV. Penutup/ Kesimpulan


Ilmu pengetahuan akan agama akan lumpuh, dan agama tanpa ilmu pengetahuan
akan buta. Agama akan menjadi perisai daya tahan nilai dan moral dalam
mengembangkan dan memanfaatkan teknologi. Nilai dan moral dalam mengembangkan
dan memanfaatkan teknologi. Sementara dengan teknologi, keberagmaan (cara hidup)
akan makin terbuka terhadap
Daftar Pustaka

Bambang Sugiharto
2009 “Agama dan Sains” dalam Bartolomeus Samho, dkk (Peny.),
Agama dan Kesadaran Komtemporer (Yogyakarta: Kanisius)
Warga Gereja Merespon Revolusi Media Sosial
Bangli, I. B. Putu
2008 Sejarah Perkembangan Agama Hindu, (Surabaya: Paramita. Arwati,
Ni Made Sri
Endang Saifuddin Anshari
1981 Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya : PT. Bina Ilmu)
HM. Arifin
1998 Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, (Jakarta:
Golden terayon Press)
Huston Smith
1985 Agama-agama Manusia, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia)
I ketut Subagiasta
2002 Pengantar Acara Agama Hindu M. Buku Bali, (Surabaya:
Paramita)
Imam Mushoffa, dan Aziz.Musbikin
2001 Hakikat IPTEK dalam Pandangan Islam, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar)
Nico Syukur Dister
1991 Pengantar Teologi, (Yogyakarta: Kanisius)
M. Quraish Shihab
2011 Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW: Dalam Sorotan Al
Qur’an dan hadits-hadits Shahih, (Jakarta: Lentera Hati)
Nata
2008 Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada)
Paus Yohanes Paulus II,
2019 Gereja dan Internet, Etika dalam Internet, Perkembangan
Cepat, RP. F.X Adisusanto, SJ (terj). (Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI)
Soejoeti, Zalbawi, et.al
1998 Al-Islam & Iptek, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada)
Surajiyo
2007 Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Bumi Aksara)
Sutrisno, Fazlur Rahman
2006 Kajian terhadap Metode, Epistemologi, dan Sistem Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Titib, I Made
1997 Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan, (Surabaya:
Paramita)
Tjahjadi & Dhammika
1990 Dasar Pandangan Agama Budha, (Majapahit Jakarta :
Indonesian Heritage Society)
TAnumihardja, Sapardi, Heryno
2016 Buku Ajar Mata Kuliah Wajin Umum Pendidikan Agama
Budha, (Dirjen Kemenristek RI)

Anda mungkin juga menyukai