Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI LINGKUNGAN

PENILAIAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN

YOGA NUR EFENDI 361841311128 3D

TEKNISI
NUGROHO DWI PRASOJO, S,ST
NIP 199503042019031015

PROGAM STUDI D-IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2021
I. PENDAHULUAN

a. Dasar Teori

Lahan adalah lingkungan fisik yang mencakup tanah, iklim, relief, hidrologi
dan vegetasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi penggunaan
lahan (Widiatmika, 2007). Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting
untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, berdasarkan hal tersebut lahan
merupakan lingkungan biofisik yang mencakup tanah, iklim, relief, hidrologi,
vegetasi dan adanya campur tangan manusia dalam perubahan lahan.
Pengelolaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan agar tidak
menurunkan produktivitas lahan. Kemampuan lahan merupakan sifat dasar
kesanggupan lahan memberikan hasil untuk penggunaan tertentu secara optimal
dan lestari. Lahan yang tidak tertutup oleh vegetasi akan menyebabkan
berkurangnya bahan organik akibat terkena langsung air hujan yang turun, selain
itu aliran permukaan akan lebih besar sehingga produktivitas tanah akan
berkurang.
Lahan juga merupakan suatu tempat yang digunakan sebagai usaha
pertanian. Pekerjaan untuk menilai suatu lahan disebut dengan kemampuan lahan.
Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai usaha
pertanian yang paling intensif yang termasuk juga tindakan pengelolaannya tanpa
menyebabkan kerusakan dalam jangka waktu yang terbatas. Lahan yang
mempunyai kemampuan yang baik memiliki sifat fisik dan kimia yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman sehingga akan mampu mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman secara optimal dan berkesinambungan (Suripin, 2002).
Untuk mengetahui kelas kemampuan suatu lahan dilakukan atas dasar
intensitas faktor pembatas permanen atau faktor pembatas yang sulit/tidak dapat
di ubah. Sedangkan penggolongan ke dalam sub kelas, didasarkan pada macam
faktor pembatas. Selanjutnya, pengelompokkan ke dalam satuan pengelolaan
sudah dikemukakan perlakuan pengawetan tanah khusus dan jumlah pupuk yang
diperlukan.
Penentuan kelas kemampuan suatu lahan digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan tindakan perbaikan atau rekomendasi lahan yang lebih baik dan
sustainable. Dengan melihat sistem pertanian di Indonesia yang mulai
mengabaikan kesehatan lingkungan, maka tindakan pengkelasan kemampuan
lahan yang mengarah pada tindakan perbaikan perlu dilakukan sedini mungkin.

Asumsi menilai Kelas Kemampuan Lahan


1. Kemampuan penggunaan lahan adalah suatu penilaian yang bersifat
interpretasi berdasarkan sifat fisik lahan yang permanen.
2. Apabila hal tersebut layak bagi individu petani untuk menghilangkan atau
mengurangi pembatas fisik secara nyata, misalnya menurunkan tinggi air
tanah, pemberian air atau peningkatan kesuburan tanah, dan lain-lain, lahan
dinilai sesuai dengan tingkat pembatas yang masih tersisa setelah perbaikan
dilakukan.
3. Diasumsikan tingkat pengelolaan lahan diatas rata-rata.
4. Telah diterapkan upaya konservasi tanah yang memadai termasuk
pemeliharaannya.
5. Klasifikasi kemampuan lahan bukan suatu penilaian produktivitas terhadap
tanaman tertentu walaupun nisbah (ratio) masukan (input) dan keluaran
(output) bisa membantu untruk menetapkan kelas kemampuan lahan.
6. Penilaian kemampuan lahan dari suatu wilayah dapat berubah karena adanya
reklamasi yang secara permanen merubah keadaan alami dan faktor
pembatas, seperti jaringan drainase yang luas, irigasi dan pengendalian banjir.
7. Kemampuan lahan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lokasi, jarak
dari pasar, fasilitas prosesing, pemilikan lahan atau ketrampilan individu
petani. Walaupun demikian, dalam analisa ”kesesuaian” secara komprehensif.
Hasil survei kemampuan lahan sangat ideal dengan faktor sosial ekonomi.

b. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan klasifikasi kemampuan lahan dengan
berdasarkan metode USDA dan Menetapkan rekomendasi Tataguna Lahan di
Lapangan.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi perlakuan konservasi tanah secara vegetatif
dan mekanis di masing-masing SPL.
3. Mahasiswa mampu memberikan rekomendasi perbaikan konservasi tanah.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


 Lembar pengamatan
 Alat tulis
 Kamera
 GPS

B. Pelaksanaan Praktikum
1. Hitung beberapa faktor yang mempengaruhi kelas kemampuan lahan
seperti tekstur, lereng, drainase, kedalaman efektif, tingkat erosi,
batuan/kerikil dan bahaya banjir
2. Setelah semua faktor didapatkan dilakukan pengkelasan pada tabel di
lembar yang telah disediakan
3. Setelah mendapatkan kelas kemampuan lahan dilakukan diskusi antar
kelompok untuk merekomendasikan penggunaan lahan yang lebih baik
(Sustainable).
4. Berdasarkan rekomendasi penggunaan lahan diskusikan renkomendasi
tindakan konservasi baik secara vegetatif maupun mekanis

1. Tabel Faktor Pembatas Lahan dan Tingkatannya


Kode Kriteria Faktor Pembatas
I0 Datar (0 – 3%)
I1 Landai/berombak (3 – 8%)
I2 Agak miring/bergelombang (8 – 15%)
I3 Miring berbukit (15 – 30%)
lereng
I4 Agak curam (30 – 45%)
I5 Curam (45 – 65%)
I6 Sangat curam (> 65%)
t1 Halus: liat dan liat berdebu
t2 Agak halus: liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,
lempung liat berpasir Tekstur tanah
t3 Sedang: debu, lempung berdebu, lempung
t4 Agak kasar: lempung berpasir
t5 Kasar: pasir berlempung dan pasir
k0 Dalam: >90cm
k1 Sedang: 50–90cm
k2 Dangkal:25–50cm Kedalaman efektif
k3 Sangat dangkal: < 25 cm
Baik:
Tanah mempuyai peredaran udara baik, seluruh profil tanah dari
d0
atas sampai lapisan bawah berwarna terang seragam, tidak drainase
terdapat bercak-bercak
d1 Agak baik:
Tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak- bercak
berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan
sebagian lapisan bawah
Agak buruk:
Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, jadi pada
d2
lapisan ini tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu
atau coklat
Buruk:
d3 Pada tanah atas bagian bawah dan seluruh lapisan tanah terdapat
bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat
Sangat buruk:
d4 Seluruh lapisan tanah berwarna kelabu atau terdapat bercak-
bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat
e0 Tidak ada erosi
e1 Ringan, jika 25% lapisan tanah atas hilang
e2 Sedang, jika 25 – 75% lapisan tanah atas hilang
Erosi
e3 Berat, jika 75% lapisan tanah atas hilang dan 25% lapisan tanah
bawah hilang
e4 Sangat berat, jika lebih dari 25% lapisan bawah hilang
b0 Tidak ada atau sedikit 0 – 15% volume tanah
b1 Sedang, 15 – 50% volume tanah Bahan kasar dalam
b2 Banyak, 50 – 90% volume tanah tanah
b3 Sangat banyak, > 90% volume tanah
b0 Tidak ada: 0,01% luas area
b1 Sedikit: 0,01 – 3% luas area
b2 Sedang: 3 – 15% luas area Batuan di
permukaan
b3 Banyak: 15 – 90% luas area
b4 Sangat banyak: > 90% luas area
Tidak pernah: Dalam waktu satu tahun tidak pernah mengalami
o0
banjir untuk waktu 24 jam
Kadang-kadang: Banjir lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur
o1
dalam jangka waktu kurang dari satu bulan Ancaman Banjir
Selama satu bulan dalam setahun secara teratur menderita banjir
o2
lebih dari 24 jam
2 – 5 bulan dalam setahun secara teratur menderita banjir lebih
o3
dari 24 jam
o4 6 bulan atau lebih dilanda banjir secara teratur lebih dari 24 jam
Kelas kemampuan Lahan
Kelas I

Lahan kelas kemampuan  I mempunyai sedikit penghambat yang


membatasi penggunaannya. Lahan kelas I sesuai untuk berbagai
penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman
pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumputm hutan
produksi, dan cagar alam. Tanah-tanah dalam kelas kemampuan I
mempunyai salah satu  atau kombinasi sifat dan kualitas sebagai berikut:
(1) terletak pada topografi datar (kemiringan lereng < 3%), (2) kepekaan
erosi sangat rendah sampai rendah, (3) tidak mengalami erosi, (4)
mempunyai kedalaman efektif yang dalam, (5) umumnya berdrainase
baik, (6) mudah diolah, (7) kapasitas menahan air baik, (8) subur atau
responsif terhadap pemupukan, (9) tidak terancam banjir, (10) di  bawah
iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman umumnya.

Kelas II

Tanah-tanah dalam lahan kelas kemampuan II memiliki beberapa


hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan
penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan
konservasi yang sedang. Lahan kelas II memerlukan pengelolaan yang
hati-hati, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan konservasi untuk
mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara jika
tanah diusahakan untuk pertanian tanaman semusim. Hambatan pada
lahan kelas II sedikit, dan tindakan yang diperlukan mudah diterapkan.
Tanah-tanah ini sesuai untuk penggunaan  tanaman semusim, tanaman
rumput, padang penggembalaan, hutan produksi dan cagar alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II adalah
salah satu atau kombinasi dari faktor berikut: (1) lereng yang landai atau
berombak (>3 % – 8 %), (2) kepekaan erosi atau tingkat erosi sedang,
(3) kedalaman efetif sedang (4) struktur tanah dan daya olah kurang
baik, (5) salinitas sedikit sampai sedang atau terdapat garam Natrium
yang mudah dihilangkan akan tetapi besar kemungkinan timbul kembali,
(6) kadang-kadang terkena banjir yang merusak, (7) kelebihan air dapat
diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap ada sebagai pembatas yang
sedang tingkatannya, atau (8) keadaan iklim agak kurang sesuai bagi
tanaman atau pengelolannya.

Kelas III

Tanah-tanah dalam kelas III mempunyai hambatan yang berat


yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan
konservasi khusus atau keduanya. Tanah-tanah dalam lahan kelas III
mempunyai pembatas yang lebih berat dari tanah-tanah kelas II dan jika
digunakan bagi tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tindakan
konservasi yang diperlukan biasanya lebih sulit diterapkan dan
dipelihara. Lahan kelas III dapat digunakan untuk tanaman semusim dan
tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang
rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka marga satwa.
Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III
membatasi lama penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu
pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas
tersebut. Hambatan atau ancaman kerusakan mungkin disebabkan oleh
salah satu  atau beberapa hal berikut: (1) lereng yang agak miring atau
bergelombang (>8 – 15%), (2) kepekaan erosi agak tinggi sampai tinggi
atau telah mengalami erosi sedang, (3) selama satu bulan setiap tahun
dilanda banjir selama waktu lebih dari 24 jam, (4) lapisan bawah tanah
yang permeabilitasnya agak cepat, (5) kedalamannya dangkal terhadap
batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapuh (fragipan)
atau lapisan liat padat (claypan) yang membatasi perakaran dan
kapasitas simpanan air, (6) terlalu basah  atau masih terus jenuh air
setelah didrainase, (7) kapasitas menahan air rendah, (8) salinitas atau
kandungan natrium sedang, (9) kerikil dan batuan di permukaan sedang,
atau (1) hambatan iklim yang agak besar.

Kelas IV
Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam
lahan kelas IV lebih besar dari pada tanah-tanah di dalam kelas  III, dan
pilihan tanaman juga lebih terbatas. Jika digunakan untuk tanaman
semusim diperlukan pengelolaan yang lebih  hati-hati dan tindakan
konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras
bangku, saluran bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan
yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah.
Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim dan
tanaman pertanian dan pada umumnya, tanaman rumput, hutan produksi,
padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas
IV disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1)
lereng yang miring atau berbukit (> 15% – 30%), (2) kepekaan erosi
yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak berat yang telah
terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah, (6)
selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun dilanda banjir yang lamanya
lebih dari 24 jam, (7) kelebihan air bebas dan ancaman penjenuhan atau
penggenangan terus terjadi setelah didrainase (drainase buruk), (8)
terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan tanah, (9) salinitas
atau kandungan Natrium  yang tinggi (pengaruhnya hebat), dan/atau (1)
keadaan iklim yang kurang menguntungkan.

Kelas V

Tanah-tanah di dalam lahan kelas V tidak terancam erosi akan


tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilanghkan
yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya sesuai untuk
tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan
lindung dan cagar alam. Tanah-tanah di dalam kelas V mempunyai
hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan
menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah-tanah ini
terletak pada topografi datar tetapi tergenang air, selalu terlanda banjir,
atau berbatu-batu (lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup kerikil atau
batuan) atau iklim yang kurang sesuai, atau mempunyai kombinasi
hambatan tersebut.
Contoh tanah kelas V adalah: (1) tanah-tanah yang sering dilanda banjir sehingga
sulit digunakan untuk penanaman tanaman semusim secara normal, (2) tanah-
tanah datar yang berada di bawah iklim yang tidak memungknlah produksi
tanaman secara normal, (3) tanah datar atau hampir datar yang > 90%
permukaannya tertutup batuan atau kerikil, dan atau (4) tanah-tanah yang
tergenang yang tidak layak didrainase untuk tanaman semusim, tetapi dapat
ditumbuhi rumput atau pohon-pohonan.

Kelas VI

Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai hambatan yang


berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan
pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput atau padang
penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam. Tanah-
tanah dalam lahan kelas VI mempunyai pembatas atau ancaman
kerusakan yang tidak dapat dihilangkan, berupa salah satu atau
kombinasi faktor-faktor berikut: (1) terletak  pada lereng agak curam
(>30% – 45%), (2) telah tererosi berat, (3) kedalaman tanah sangat
dangkal, (4) mengandung garam laut atau Natrium (berpengaruh hebat),
(5) daerah perakaran sangat dangkal, atau (6) iklim yang tidak sesuai.
Tanah-tanah kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika
digunakan untuk penggembalaan dan hutan produksi harus  dikelola
dengan baik untuk menghindari erosi. Beberapa tanah di dalam lahan
kelas VI yang daerah perakarannya dalam, tetapi terletak pada lereng
agak curam dapat digunakan untuk tanaman semusim dengan tindakan
konservasi  yang berat seperti, pembuatan teras bangku yang baik.

Kelas VII

Lahan kelas VII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika


digunakan untuk padanag rumput atau hutan produksi harus dilakukan
dengan usaha pencegahan erosi yang berat. Tanah-tanah dalam lahan
kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika digunakan unuk tanaman
pertaniah harus dibuat teras bangku yang ditunjang dengan cara-ceara
vegetatif untuk konserbvasi tanah , disamping yindkan pemupukan.
Tanah-tanah kelas VII mempunuaio bebetapa hambatan atyai ancaman
kerusakan yang berat da tidak dapatdihiangkan seperti (1) terletak pada
lereng yang curam (>45 % – 65%), dan / atau (2) telah tererosi sangat
berat berupa erosi parit yang sulit diperbaiki.

Kelas VIII

Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi


lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII
bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam.
Pembatas atau ancaman kerusakan pada lahan kelas VIII dapat berupa:
(1) terletak pada lereng yuang sangat curam (>65%), atau (2) berbatu
atau kerikil (lebih dari 90%  volume tanah terdiri dari batu atau kerikil
atau lebih dari 90% permukaan lahan tertutup batuan), dan (3) kapasitas
menahan air sangat rendah.  Contoh lahan kelas VIII adalah puncak
gunung, tanah mati, batu terungkap, dan pantai pasir.

2. Tabel klasifikasi kelas kemampuan lahan


Faktor pembatas Kelas Kemampuan Lahan
lahan I II III IV V VI VII VIII
Tekstur tanah t2/t3 t1/t4 t1/t4 * * * t5
Lereng l0 l1 l2 l3 * l4 l5 l6
Drainase d0/d1 d3 d3 d4 * * * *
kedalamanefektif k0 k0 k1 k2 * k3 * *
tingkaterosi e0 e1 e1 e2 * e3 e4 *
batu/kerikil b0 b0 b0 b1 b2 * * b3
bahayabanjir o0 o1 o2 o3 o4 * * *

3. Tabel macam rekomendasi penggunaan lahan berdasarkan kelas


kemampuan lahan
Macam penggunaan lahan Kelas kemampuan lahan
I II III IV V VI VII VIII
tanaman semusim atau padi
N N S M Sv Vsv* E E
beririgasi (berteras)
Tanaman semusim(tanpa teras) N S M Sv E E E E
Lahan padangan (rerumputan) N N N N S M Sv E
Agroforestri** (Tanaman tahunan + N N N S M Sv E E
Tanaman semusim)
Agroforestri*** (Tanaman tahunan + N N N N S M Sv E
Rumput)
Hutan Produksi N N N N S M Sv E
Hutan Lindung N N N N N N N N
Keterangan tingkat pembatas (kesesuaian secara umum):
N = dapat diabaikan (sangat sesuai)
M = sedang (agak sesuai)
S = Ringan (sesuai)
Sv = berat (kurang sesuai)
Vsv = sangat tidak sesuai
E = ekstrim (tidak sesuai)
*) = Kelas pembatas khusus untuk pertanaman pada kelas VI
**) = Dengan teras bangku berlawanan kemiringan atau datar pada kelas IV
sampai kelasVI
*** ) = Dengan penutupan vegetatif penuh, dengan atau tanpa teras.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

FORM PENILAIAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN

Factor Pembatas Hasil Pengamatan dilapang Kelas


Tekstur tanah t4 II
Lereng L1 II
Drainase d1 I
Kedalaman efektif K1 III
Tingkat erosi e1 II
Batu/kerikil b2 V
Bahaya banjir O1 I
Klasifikasi kelas Kelas II, dengan tekstur tanah (t1/t4), lereng (L1),
kemampuan lahan + drainase (d1), kedalaman efektif (K1), tingkat erosi
Faktor pembatas (e1), batu kerikil (b2), bahaya banjir (o1)
Lahan ini sangat sesuai atau dapat diabaikan, cocok
Macam Rekomendasi
untuk tanaman semusim atau padi beririgasi (berteras),
Penggunaan lahan
tanaman semusim (tanpa teras) dan rerumputan
Macam Rekomendasi Dengan penutupan vegetatif penuh, dengan atau tanpa
Konservasi Tanah teras.
secara vegetatif dan
mekanis

Hasil dari tabel diatas, lokasi yang digunakan untuk praktikum


penilaian kelas kemampuan lahan yaitu Jl. Karangdoro-Genteng Road,
Krajan, Dasri, Tegalsari, Kebupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pada
penilaian kelas kemampuan lahan di Tegalsari, tekstur tanah termasuk
pada kode t4 dengan kriteria agak kasar : lempung berpasir dan masuk
kedalam kelas kemampuan lahan II. Pada lereng termasuk pada kode I1
kriteria landai atau berombak (3-8%) dan termasuk kelas kemampuan
lahan II. Drainase termasuk pada kode d1 kriteria agak baik, tanah
mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna
kuning, coklat, atau kelabu pada lapisan atas dan sebagian lapisan
bawah, termasuk kelas kemampuan lahan I. Kedalaman efektif dengan
kode K1 kriteria sedang : 50-90 cm dan termasuk kelas kemampuan
lahan III. Tingkat erosi termasuk pada kode e1 kriteria ringan, jika 25%
lapisan tanah atas hilang dan termasuk kelas kemampuan lahan II. Batu
atau kerikil dengan kode b2 kriteriabanyak : 50-90% luas area dan
termasuk kelas kemampuan lahan V. Bahaya banjir termasuk pada kode
0O kriteria tidak pernah : dalam waktu satu tahun tidak pernah
mengalami banjir untuk waktu 24 jam dan termasuk kelas kemampuan
lahan I.
Dari hasil pembahasan diatas dapat dilihat bahwa, klasifikasi
kelas kemampuan lahan dan faktor pembatasnya yang paling dominan
yaitu kelas II. Dengan tekstur tanah (t1/t4), lereng (l1). Drainase (d0/d1),
kedalaman efektif (k1), tingkat erosi ( e1), batu atau kerikil (b2), dan
bahaya banjir (o0). Untuk macam rekomendasi penggunaan lahan, lahan
ini cocok untuk tanaman semusim atau padi beririgasi (berteras),
tanaman semusim (tanpa teras) dan rerumputan. Dan untuk macam
rekomendasi konservasi tanah secara vegetatif dan mekanis, dengan
penutupan vegetatif penuh, dengan atau tanpa teras. Dalam kelas IItanah
mempunyai atau hanya sedikit faktor permbatasdalam
pemakaiannya.Tanah-tanah yang termasuk dalam kelas merupakan tanah
yang baik dan tetapi dalam pengusahaannya sudah memerlukan
perhatian yang besar terhadala resiko kerusakan tanah. Tanah-tanah
dalam kelas ini memiliki kemiringam sedikit agak miring, bahaya erosi
kecil-sedang, kedalaman efektif sedang, kadang-kadang ada aliran
permukaan dan perlu dibuat saluran drainase. Faktor-faktor ini
memerlukan perhatian yang serius juka tanah ini akan diusahakan.
Disamping mempertahankan kesuburan tanah, dalam pengusahaannya
diperlukan tindakan-tindakan konservasi tanah, misalnya pengaturan
cara-cara pengolahan tanah, saluran-saluran air, rotasi tanaman atau
kombinasi-kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan konservasi tanah.

 Kemampuan lahan menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup


No 17 tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah adalah karakteristik lahan yang
mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase, dan kondisi lingkungan
hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu
hamparan lahan.Sedangkan
 Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Classification) adalah
penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan
pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat
yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara
lestari. Kemampuan lahan dipandang sebagai kapasitas lahan itu sendiri
untuk suatu macam atau tingkat penggunaan umum.

Klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan tingkat subkelas


dilakukan dengan melihat pada faktor-faktor penghambat yang dimiliki
oleh tiap unit penggunaan lahan. Faktor –faktor penghambat terdiri dari
7 faktor diantaranya (1) Tekstur tanah, (2) Lereng permukaan, (3)
Kedalaman efektif, (4) Drainase tanah, (5) Erosi, (6) Kerikil atau batuan,
(7) Banjir. Sedangkan Klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan tingkat
kelas bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan suatu lahan yang tepat
sesuai dengan kemampuan lahan yang dimiliki pada tiap unit
penggunaan lahan. Klasifikasi kelas kemampuan lahan terbagi menjadi 8
kelas, dimulai dari kelas kemampuan lahan I sampai dengan kelas
kemampuan lahan VIII, dimana pada kelas kemampuan lahan I-II cocok
untuk penggunaan lahan pertanian, kelas kemampuan lahan III untuk
penggunaan lahan pemukiman, kelas kemampuan IV-VI dapat
digunakan untuk penggunaan lahan kebun, tegalan, kawasan budidaya
maupun semak belukar, kelas kemampuan VII cocok digunakan untuk
hutan produksi dan kelas kemampuan VIII cocok untuk digunakan
penggunaan lahan yang bersifat alami, seperti hutan lindung.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa,


penilaian kelas kemampuan lahan di Jl. Karangdoro-Genteng Road,
Krajan , Dasri , Tegalsari ,Kebupaten Banyuwangi, Jawa Timur,
klasifikasi kelas kemampuan lahan dan faktor pembatasnya yang paling
dominan yaitu kelas II. Untuk macam rekomendasi penggunaan lahan,
lahan ini cocok untuk tanaman semusim atau padi beririgasi (berteras),
tanaman semusim (tanpa teras) dan rerumputan.
Klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan tingkat subkelas
dilakukan dengan melihat pada faktor-faktor penghambat yang dimiliki
oleh tiap unit penggunaan lahan, terdiri dari 7 faktor diantaranya (1)
Tekstur tanah, (2) Lereng permukaan, (3) Kedalaman efektif, (4)
Drainase tanah, (5) Erosi, (6) Kerikil atau batuan, (7) Banjir.
B. Saran

Lahan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia,


khususnya dalam bidang pertanian. Oleh karena itu, sebelum
menggunakan lahan diperlukan pembagian lahan dengan melihat pada
karakteristik dan hambatan yang terdapat pada suatu lahan, sehingga
dapat diketahui lahan yang sesuai dengan peruntukannya. Hal ini juga
dilakukan untuk perbaikan lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Widiatmika, S. H. (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna


Lahan. Gadjah Mada University Press.
Dwaya P. C, & Mardianto D. Kemampuan Lahan Untuk Arahan Kawasan
Budidaya Dan Non Budidaya Sub Daerah Aliran Sungai Petir Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Sulawesi Selatan. Jurnal Bumi Indonesia Vol 1. No
2 Tahun 2012
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah & Air. Bogor. IPB PRESS. ISBN : 978-
493-003-2
Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta

Asaad, ilyas., 2009. Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup


No.17 tahun 2009. Deputi V MENLH Bidang Penaatan Lingkungan.
Indonesia.
http://blh.sumutprov.go.id/regulasi/penataan_ruang/8.%20Permen%20LH
%20No.17%20Tahun%202009%20DDL/PERMEN%20DDL.pdf
(Accessed on 26 April, 2021).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai